EKOSISTEM PESISIR KABUPATEN KAUR, PROVINSI BENGKULU Tim survei: Rikoh M. S., M. Abrar, Pramudji, Kunto Wibowo, Bayu Prayudha, Indra Bayu Vimono, Susi Rahmawati, Johan Picassow dan Asep Rasyidin Contact person: [email protected] PENDAHULUAN Daerah pesisir Kabupaten Kaur secara geografis terletak di bagian barat Pulau Sumatra yang berbatasan dengan perairan Samudra Hindia. Karakteristik perairan Samudra Hindia yang memiliki energi gelombang yang besar akan membentuk ekosistem yang khas untuk kestabilan sistemnya. Kabupaten Kaur memiliki ekosistem terumbu karang dan padang lamun yang hanya terkonsentrasi di beberapa wilayah antara lain di Pantai Merpas, Pantai Linau dan Pasar Lama. Sedangkan sebagian besar wilayah pesisir lainnya hanya pantai berbatu dan berpasir. Penelitian terhadap ekosistem pesisir di Kabupaten Kaur telah dilakukan pada tanggal 12 – 20 Juli 2013. Lokasi pengamatan yang dipilih adalah Pantai Merpas, Pantai Linau dan Sekunyit. Ketiga lokasi tersebut merupakan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) yang telah ditetapkan oleh Bupati Kaur pada tanggal 20 Juni 2007. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dasar tentang kondisi ekosistem pesisir yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengelolaan pesisir oleh instansi terkait. Adapun bidang yang di amati adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kondisi terumbu karang (Tutupan dan struktur komunitas karang) Kelimpahan ikan karang Kelimpahan dan sebaran populasi ekhinodermata Kondisi seagrass (lamun) Kondisi Mangrove Pemetaan sumber daya pesisir METODOLOGI Pengamatan terumbu karang yang meliputi : karang, ikan karang dan Echinodermata dilakukan dengan menggunakan metoda Line Intercept Transect (LIT). Pengamatan seagrass (lamun) menggunakan transek garis dan transek kuadrat, sedangkan pengamatan mangrove dengan menggunakan metode sampling acak. Untuk persebaran habitat di ekosistem pesisir dipetakan menggunakan survei pengindraan jauh melalui data citra satelit ALOS. Gambar 2. Suasana pengambilan data bawah air, terumbu karang, ikan karang: indikator, mayor & target, Echinodemata, mangrove asosiasi dan tumbuhan lamun. Gambar 1. Lokasi penelitian pengambilan data bawah air, terumbu karang, ikan karang: indikator, mayor & target, Echinodemata, mangrove asosiasi dan tumbuhan lamun. HASIL 1. Persentase tutupan karang hidup sebesar 31,66% atau dikategorikan kondisi ”sedang”. Berdasarkan pengamatan baik dengan menggunakan transek ataupun pengamatan bebas di seluruh lokasi, diperoleh sebesar 129 jenis karang batu yang termasuk kedalam 37 marga dan 15 suku. Karang batu didominasi oleh bentuk pertumbuhan merayap sebagai mekanisme terhadap lingkungan yang berenergi gelombang besar. Gambar 3. Dominansi karang dan tutupan karang hidup di masing-masing lokasi Gambar 3a. Persentase tutupan karang hidup di masing-masing lokasi 2. Pengamatan ikan karang di 7 lokasi dijumpai sebanyak 2.420 individu. Diperoleh sebanyak 113 jenis ikan karang yang mewakili 27 suku, yaitu 12 jenis ikan indikator (Chaetodontidae), 66 jenis ikan mayor serta 35 jenis ikan konsumsi (target). C. guttatissimus adalah jenis ikan indikator yang paling melimpah, sedangkan untuk ikan mayor dan konsumsi berturut-turut didominasi oleh Neopomacentrus azysron dan Pterocaesio tile. 3. Dari hasil pengamatan terhadap populasi ekhinodermata, ditemukan 8 spesies yang berasal dari anggota kelas Asteroidea, Echinoidea dan Holothuroidea. Nilai Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) di semua stasiun relatif rendah. 4. Dari hasil pengamatan terhadap lamun, tercatat tiga jenis lamun, yaitu Thallasia hemprichii, Cymodocea rotundata, dan Syringodium isoetifolium dengan penutupan lamun sebesar 45-90 %. Karang hidup juga tercatat berdekatan dekat komunitas lamun. Berbagai jenis ikan terlihat disekitar transek, baik yang berukuran kecil atau dewasa, selain itu terdapat alga, sponge dan tripang. Gambar 4. Jumlah spesies, kelimpahan dan indeks kekayaan jenis ikan karang di masing-masing stasiun penelitrian 5 Taxa_S 0 5. Daerah pesisir Kabupaten Kaur tidak ditemukan hutan mangrove, karena kondisi lingkungan pesisir tidak memungkinkan. Hanya beberapa jenis asosiasi mangrove dan tumbuhan mangrove yang dijumpai antara lain: Nypa fruticans, Dolichandron spactaceae dan Sonneratia alba. 1 2 3 4 5 6 7 2 Dominance_D 2 Shannon_H 1 1 1 0 0 0 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 Luas(Ha) 197,85 149,08 25,33 KESIMPULAN 1. Di daerah pesisir Kabupaten Kaur, terdapat ekosistem terumbu karang dan ekosistem lamun yang hanya ditemui di wilayah Merpas, Linau dan Sekunyit. Pada kedua ekosistem tersebut terdapat biota yang dapat menopang biota berasosiasi yang memiliki fungsi ekologis dan ekonomis. Gambar 6. Peta Habitat Perairan Dangkal di wilayah Sekunyit, Linau, dan Merpas. 2. Berdasarkan hasil analisis , kondisi terubu karang dan lamun berada pada kisaran rendah hingga sedang (Kelimpahan dan keanekaragaman) 3. Kondisi perairan yang memiliki energi gelombang yang kuat menjadikan ekosistem tersebut menyesuaikan diri untuk keseimbangan sistemnya. 4. Dilihat dari potensi sumber daya yang ada serta status wilayahnya sebagai wilayah KKLD maka sebaiknya wilayah ini dimasukkan dalam kerangka pengelolaan pesisir dan wilayah. Selanjutnya perlu dilakukan zonasi di sekitar KKLD seperti, zona inti, zona penyangga dan zona pemanfaatan. PUSAT PENELITIAN OSEANOGRAFI – LIPI 2013 Disiapkan oleh: Rikoh MS., Kunto We., Bayu P. 1 2 3 4 5 6 7 Gambar 5. Echinodermata: Jumlah jenis spesies (S), indeks dominansi (D), indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H) dan indeks kemerataan Pielou (J) 6. Berdasarkan pengamatan melalui data penginderaan jauh, didapatkan 3 jenis habitat perairan dangkal yaitu: habitat karang, padang lamun dan substrat terbuka (pasir). Habitat karang dan padang lamun hanya ditemukan di tiga wilayah tersebut. Wilayah pesisir lannya hingga ke utara hanya terisi oleh substrat terbuka. Luas habitat disajikan pada tabel berikut: Habitat Terumbukarang Padanglamun Subtratterbuka/pasir 2 Equitability_J Tim peneliti