Uploaded by User36472

pengelolaan sumber daya laut dan pemberdayaan masyarakat di sekitar pantai

advertisement
Pengelolaan Sumber Daya Laut Dan Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Pesisir
Pantai
Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Lingkungan
Dosen Pengampu : Hifni Septina Carolina, M. Pd.
Disusun oleh :
Kelompok 5
1. Chaerani Reza Puspita
1801041009
2. Dita Faradila Yusi
1801041013
3. Khoirotun Nisa
1801042011
4. Nurwahid Amrulloh
1801042015
KELAS A
JURUSAN TADRIS PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah swt.Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami
dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta wawasan kepada
pembaca mengenai perihal pengelolaan sumber daya laut dan pemberdayaan
masyarakat di daerah pesisir pantai yang mencakup pembahasan tentangekosistem
mangrove, padang lamun, terumbu karang, mineral, energi dan strategi pengolahan
masyarakat pesisir pantai.
Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami
tentangpengelolaan sumber daya laut dan pemberdayaan masyarakat di daerah pesisir
pantai, menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan penyajian yang lebih
dalam dan luas tentang materi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dimanfaatkan dengan baik oleh
pembaca. Dam kepada berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam proses
penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih.
Metro, 22September 2019
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah...................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah ............................................................................
2
1.3
Tujuan ..............................................................................................
2
1.4
manfaat .............................................................................................
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi pengelolaan sumberdaya pantai dan laut............................
3
2.2
Ekosistem pantai dan laut ................................................................
6
2.3
Pengelolaan lingkungan laut dan pantai ..........................................
8
2.4
Stratergi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan pantai dan
laut....................................................................................................
12
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan ......................................................................................
22
3.2
Saran ................................................................................................
23
DAFTAR PUSTAKA
iii
Abstak
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alamnya yang
berlimpah baik di darat maupun dilaut, terutama sumber daya alam yang ada dilaut
yang paling menonjol dan popular dikalangan wisatawan local maupun mancanegara
karena keindahan dasar lautnya yang dipenuhi padang lamun, terumbu karang, dan
pemandangan hutan mangrove. Yang semakin menambah keindahan laut indonesia,
sebagai masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai haruslah senantiasa menjaga
kebersihan lingkungan sekitar serta ekosistem yang ada didalamnya dan masyarakat
dapat mengelola lingkungan dan sumber daya yang ada di pantai dan laut. Dalam hal
itu diperlukan strategi yang cocok untuk masyarakat yang berada disekitar pantai dan
laut agar dapat memaksimalkan pengelolaan yang berkaitan dengan sumber daya
pantai dan laut tanpa merusak ekosistem yang ada didalamnya
Kata kunci: ekosistem laut, pengelolaan lingkungan, pengelolaan sumber daya laut.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar didunia yang terdiri dari
17,504 pulau. Sekitar 6000 diantaranya tidak berpenghuni yang menyebar di
khatulistiwa yang memberikan cuaca tropis untuk indonesia. Wilayah indonesia
terbentang sepanjang 3.977 mil di antara samudra hindia dan samudra pasifik. Luas
daratan indonesia adalah 1.922.570 km2 dan luas perairannya 3.257.483 km2.
Menurut catatan Down The Earth, proyek Asian Development Bank (ADB)
di sektor kelautan indonesia telah memicu terjadinya alih fungsi secara besarbesaran yang menjadikan hutan bakau menjadi kawasan pertambakan. Yang
seharusnya hutan bakau menjadi pelindung pantai dari abrasi serta menjadi habitat
yang baik bagi berbagai jenis ikan, kini sudah dialih fungsikan menjadi kawasan
pertambakan.
Kita tahu bahwa hasil laut Indonesia yang dulunya mencapai puluhan ton
ikan yang didapat dari para nelayan dan kini mulai bekurangnya jumlah yang
mereka dapatkan dikarenakan rusaknya habitat-habitat yang ada didalamnya yang
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup biota laut khususnya ikan.
Dan masyarakat kecil yang ada dipesisir pantai merasakan imbas dari
kerusakan tersebut dimana pendapatan mereka menurun jika dibiarkan secara terusmenurus maka masyarakat pesisir pantai akan kehilangan pekerjaannya. Kerusakan
ini dapat diakibatkan oleh keadaan geografi dan ulah manusia itu sendiri seperti
contoh banyaknya pencurian hasil laut secara besar-besaran oleh kapal-kapal luar
negri yang memasuki perairan indonesia yang merusak ekosistem yang ada
didalamnya.Untuk itu perlunya diadakan pengelolaan sumber daya pantai dan laut
serta pembinaan dan pengelolaan masyarakat terhadap sumber daya yang ada dilaut
semaksimal mungkin tanpa merusak ekosistem yang ada didalamnya.
1
1.2 Rumusan Masalah
Untuk dapat lebih mengarah dan menempuh tujuan dalam makalah ini, maka
diperlukan beberapa rumusan masalah. Adapun rumusan masalah makalah ini
adalah:
1. Apa pengertian pengelolaan sumber daya pantai dan laut ?
2. Apa yang ada didalam ekosistem pantai dan laut ?
3. Apa yang dimaksuddengan pengelolaan lingkungan pantai dan laut ?
4. Bagaimana strategi untuk masyarakat dalam pengelolaan lingkungan pantai dan
laut ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi pengelolaan sumber daya pantai dan laut.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis ekosistem yang ada dipantai dan laut.
3. Untuk mengetahui definisi pengelolaan lingkungan pantai dan laut.
4. Untuk mengetahui strategi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan pantai dan
laut.
1.4 Manfaat
1. Agar kita mengerti bagaimana mengelola sumber daya pantai dan laut.
2. Agar kita mengerti jenis-jenis ekosistem yang ada di pantai dan laut.
3. Agar kita mengerti cara mengelola lingkungan pantai dan laut.
4. Agar kita mengerti strategi yang digunakan masyarakat dalam mengelola
lingkungan pantai dan laut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi pengelolaan Sumber Daya Pantai Dan Laut
pengelolaan dapat di istilah kan seperti management,dimana istilah ini
mencangkup suatu kegiatan, pelaksanaan ,penataan, pemanfaatan dan pengawasan.
Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Pasal 1 butir 2 dimana Undang-undang ini berisi tentang perumusan tentang
pengelolaan lingkungan hidup. Yaitu, Pengelolaan lingkungan hidup adalah
kegiatan yang seharusnya di lakukan secara teratur untuk melestarikan manfaat
lingkungan
hidup
yang
meliputi
penataan,
pemanfaatan,
pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup.
Pantai merupakan daerah pinggir laut atau daratan yang berbatasan dengan air
laut. Pantai adalah suatu daerah bertemunya laut dan darat,dimana yang ke arah
darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih
dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin.
Sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh prosesproses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi (pengendapan). Dalam
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/ MEN/2002
membahas tentang tata cara Umum Perencanaan Pengelolaan Pantai, wilayah pantai
diibaratkan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling
berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai.
Pada masa ini sudah seharusnya semakin disadari, banyak orang berfikir bahwa
sumberdaya alam untuk pantai dan laut merupakan salah satu potensi yang cukup
mendukung pada tingkat perekonomian masyarakat terutama bagi nelayan.
Beberapa tokoh berpendapat tentang pengelolaan sumberdaya pantai dan laut
yaitu:
1. Ghofar,
mengatakan
bahwa
perkembangan
eksploitasi(memanfaatkan)
sumberdaya alam laut dan pesisir ini seperti(penangkapan, budidaya, dan
3
ekstraksi bahan-bahan untuk keperluan medis) telah menjadi suatu bidang
kegiatan ekonomi yang dikendalikan oleh pasar (market driven) terutama jenisjenis yang bernilai ekonomis tinggi, sehingga mendorong eksploitasi
sumberdaya alam laut dan pesisir dalam skala dan intensitas yang cukup besar.
2. Purwanto , mengatakan bahwa ketersediaan(stok) sumberdaya ikan pada
beberapa daerah penangkapan ( fishing ground) di Indonesia ternyata telah
dimanfaatkan melebihi daya dukungnya sehingga kelestariannya terancam.
Beberapa spesies ikan bahkan dilaporkan telah sulit didapatkan bahkan nyaris
hilang dari perairan Indonesia. Kondisi ini semakin diperparah oleh peningkatan
jumlah armada penangkapan,
penggunaan alat dan teknik serta teknologi
penangkapan yang tidak ramah lingkungan1
Dalam pengelolaan sumberdaya perlu aturan yang diberlakukan, sehingga
terjadi keseimbangan,
kelestarian
dan
keberlanjutan
sumberdaya.
Aturan
diberlakukan tidak untuk semua kawasan, tetapi bagi kawasan-kawasan yang
dibutuhkan untuk pemijahan dan pengembangbiakan biota laut. Untuk pengelolaan
kawasan tersebut perlu kawasan observasi yang sama-sama dipahami dan disadari
oleh yang berkepentingan(nelayan, pemerintah, dan masyarakat)2. Aturan dan
kebijakan yang diberlakukan yang melibatkan mereka yang berkepentingan serta
menjadi
budaya
yang
berkembang
dimasyarakat
sehingga
kawasan perlindungan/konservasi menjadi suatu keharusan dan dilaksanakan secara
sadar oleh masyarakat.
Pengelolaan Sumberdaya alam pantai dan laut pada hakekatnya adalah suatu
proses pengontrolan tindakan manusia atau masyarakat di sekitar kawasan pesisir
agar pemanfaatan sumberdaya alam dapat dilakukan secara bijaksana dengan
mengindahkan
kaidah
kelestarian
lingkungan.
Sedangkan
pemberdayaan
masyarakat sebenarnya mengacu pada kata empowerment yaitu upaya untuk
merealisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat.Pengelolaan berbasis
1
Stefanus Stanis,Supriharyono, Azis Nur Bambang. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir
Dan Laut Melalui Pemberdayaan Kearifan Lokal Di Kabupaten Lembata Propinsi Nusa
Tenggara TimurJurnal Pasir Laut, Januari 2007 h.68
2
http://ejournal.upi.edu/index.php/gea/article/view/1647
4
masyarakat atau biasa disebut Community-Based Management yang merupakan
pendekatan pengelolaan sumberdaya alam yang menerapkan pengetahuan dan
kesadaran lingkungan masyarakat lokal sebagai dasar pengelolaanya.
Adanya program-program pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan
wilayah pantaiyang mana pemberdayaannya sesuai untuk dikembangkan pada
daerah tersebut. Oleh karena itu perlu dikembangkan program-program yang
mengarah pada peningkatan kualitas dan kapasitas masyarakat pesisir.
Program yang disusun dikelompokkan dalam empat bidang yaitu:
a. Program Penguatan organisasi.
Tujuan dari program ini adalah terwujudnya organisasi pemberdayaan
masyarakat yang kuat dan mandiri sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
anggota.
b. Program Pelestarian nilai-nilai budaya dan penguatan karakter masyarakat.
Tujuan program ini adalah pelestarian budaya tanpa meninggalkan nilai-nilai
kearifan lokal sehingga dapat menjadi daya tarik wisata. Program ini juga
diarahkan supaya masyarakat mempunyai karakter yang kuat, memegang nilainilai luhur dan tidak terkena dampak negatif perkembangan pariwisata di Cepuri
Parangkusumo.
c. Program pengembangan perekonomian masyarakat.
(gambar1)3.
3
https://www.google.com/search?safe=strict&biw=1366&bih=657&tbm=isch&sxsrf=ACYBGNQ
UfEusK19oYykGfO4TKw3KFkZKUA%3A1569406177284&sa=1&ei=4TyLXYT6EImwrQGa7aLwCA&
q=usaha+di+pantai+lampung&oq=usaha+di+pantai+lampung&gs_l=img.3...35783.39985..40393...0.0..0.4
5
Tujuan program ini yaitu berkembangnya perekonomian masyarakat.
Masyarakat lebih kreatif dan mandiri mengembangkan wirausaha dengan
memanfaatkan potensi sumberdaya yang dimiliki. Program ini bisa di terapkan
dengan membukanya spot-spot foto dengan memperkenalkan identitas pantai,
menjual soufenir,dan lainnya.
d. Program pelestarian sumberdaya alam.
Sasaran program ini adalah terwujudnya lingkungan yang nyaman dengan
memperhatikan pelestarian sumberdaya alam.
2.2 Ekosistem Pantai Dan Laut
Ekosistem atau sistem ekologis terdiri atas berbagai komunitas dalam suatu
daerah geografis besar. Istilah ekosistem telah di perkenenalkan oleh A.G Tansley
pada tahun 1935, Dan ide ekosistem di gunakan untuk menjelaskan hubungan
antara komunitas biotik dengan berbagai faktor fisika dan kimia lingkungan.
Konsep ekosistem memberikan suatu model lingkungan untuk mengetahui berbagai
biologis nya. Berikut ekosistem yang ada di pantai ,yaitu :
1. Ekosistem pantai pasir
Terdiri atas hamparan pasir yang selalu terkena deburan ombak air laut.
Di tempat ini angin bertiup kencang dan cahaya matahari bersinar kuat pada
siang hari. Hewan yang hidup di pantai pasir, misalnya kepiting dan burung
2. Ekosistem pantai batu
Sesuai dengan namanya, ekosistem pantai batu memiliki banyak
bongkahan batu besar maupun batu kecil. Organisme dominan di smi, yaitu
ganggang cokelat, ganggang merah, siput, kerang, kepiting, dan burung.
Ekosistem ini banyak terdapat di pantai selatan Jawa, pantai barat Sumatra,
Bali, Nusa Tenggara dan Maluku.
16.2271.18j3j0j1j1......0....1..gws-wizimg.......35i39j0i67j0j0i30j0i5i30j0i8i30j0i24.E6pH182bHm8&ved=0ahUKEwjE7tHN3evkAhUJWCsKHZ
q2CI4Q4dUDCAY&uact=5#imgrc=tdyHdCWzD24ZdM:
6
3. Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan jenis hutan yang berada di daerah pantai,dan
tidak hanya ditumbuhi oleh satu macam tanaman saja, yakni tanaman
mangrove.4 Namun, hutan mangrove juga ditumbuhi oleh jenis tumbuhan yang
lainnya. Jenis tumbuhan yang mampu tumbuh di hutan mangrove ini berbedaberbeda satu dengan yang lainnya, hal ini karena bereaksi terhadap variasi atau
perubahan faktor lingkungan fisik tertentu, sehingga menimbulkan zona- zona
vegetasi tertentu.
4. Padang lamun
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Spermatophyta) yang
sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup di bawah permukaan air laut
(FORTES, 1990). Lamun hidup di perairan dangkal agak berpasir, sering juga
dijumpai di ekosistem terumbu karang. Lamun membentuk padang yang luas
dan lebat di dasar laut yang masih terjangkau oleh cahaya matahari dengan
tingkat energi cahaya yang memadai bagi pertumbuhannya. Lamun tumbuh
tegak, berdaun tipis yang bentuknya mirip pita dan berakar jalar. Tunas-tunas
tumbuh dari rhizoma, yaitu bagian rumput yang tumbuh menjalar di bawah
permukaan dasar laut. Lamun berbuah dan menghasilkan biji. Pertumbuhan
padang lamun memerlukan sirkulasi air yang baik. Air yang mengalir inilah
yang menghantarkan zat-zat nutrien dan oksigen serta mengangkut hasil
metabolisme lamun, seperti karbon dioksida (CO2) keluar daerah padang
lamun. Secara umum semua tipe dasar laut dapat ditumbuhi lamun, namun
padang lamun yang luas hanya dijumpai pada dasar laut lumpur pasiran dan
tebal. Padang lamun sering terdapat di perairan laut antara hutan rawa
mangrove dan terumbu karang.5
4
Balai biologi laut, puslitbang oseanologi-LIPI. Jakarta.
5
ATMADJA, W.S., A. KADI, SULISTIJO dan R. SATARI 1996. Pengenalan Jenis- Jenis
Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi - LIPI, Jakarta: 191 hal.
7
Di wilayah perairan Indonesia terdapat sedikitnya 7 marga dan 13 jenis
lamun, antara lain jenis Enhalus acaroides dari suku Hydrocharitaceae.
Penyebaran ekosistem padang lamun di Indonesia (Den HARTOG, 1970)
mencakup perairan Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa
Tenggara dan Irian Jaya. Di dunia, secara geografis lamun ini tampaknya
memang terpusat di dua wilayah yaitu di Indo Pasifik Barat dan Karibia.
Keberadaan padang lamun dapat menstabilkan dasar laut. Padang
lamunberfungsi sebagai perangkap sedimen dan distabilkan. Padang lamun
merupakan daerah penggembalaan (grazing ground) bagi hewan- hewan laut
seperti "duyung" (mamalia), penyu laut, bulu babi dan beberapa jenis ikan.
Padang lamun juga merupakan daerah asuhan (nursery ground) bagi larvalarva berbagai jenis ikan. Tumbuhan lamun dapat digunakan sebagai bahan
makanan dan pupuk. Misalnya samo-samo (Enhalus acaroides) oleh penduduk
Kepulauan Seribu dimanfaatkan bijinya sebagai bahan makanan.
Berikut ini macam-macam ekosistem air laut,yaitu :
1. Ekosistem laut dalam
Ekosistem laut dalam terdapat di laut dalam atau palung laut yang gelap
karena tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari. Organisme yang dominan,
yaitu predator dan ikan yang pada penutup kulitnya mengandung fosfor
sehingga dapat bercahaya di tempat yang gelap.
2. Ekosistem terumbu karang
Ekosistem terumbu karang terdapat di laut yang dangkal dengan air yang
jernih. Organisme yang hidup di ekosistem ini, antara lain hewan terumbu
karang (Coelenterata), hewan spons (Porifera), Mollusca (kerang, siput),
bintang laut, ikan, dan ganggang. Ekosistem terumbu karang di Indonesia yang
cukup terkenal di antaranya Taman Nasional Bawah Laut Bunaken.
8
2.3. Pengelolaan Lingkungan Laut Dan Pantai
Sudah sejak lama umat manusia telah memanfaatkan laut.
Namun,
pemanfaatan sumber-sumber daya yang terkandung di laut pun tentunya
berkembang sesuai dengan kemampuan umat manusia itu sendiri. Salah satu
bentuk pemanfaatan laut yang tertua usianya adalah fungsinya sebagai media
penghubung antara satu tempat dengan tempat lainnya, karena teknologi yang
termaju pada saat peradaban itu baru mencapai tingkat kemampuan pembuatan
perahu-perahu atau kapal-kapal layar sederhana
Dalam kaitan fungsi ini, laut ibarat sarana jalan bebas hambatan yang tidak
memiliki batas, dan terbuka untuk digunakan oleh siapa pun dan untuk
kepentingan apapun, mulai dari perdagangan, pencarian wilayah koloni baru,
hingga ajang peperangan. Fungsi dan peranan laut sebagai media perhubungan
ditunjukkan oleh bukti-bukti arkeologis yang ditemukan saat ini.
Dalam fase perkembangan pemanfaatan laut selanjutnya, khususnya pada
masa sekarang ini, laut benar-benar telah dianggap sebagai tumpuan utama bagi
pemenuhan kebutuhan atas sumber-sumber daya alam.6 Perubahan orientasi ini
terjadi karena sumber-sumber daya alam yang sebelumnya secara berlimpah
tersedia di kawasan daratan semakin lama semakin berkurang, sebagai akibat dari
eksploitasi yang terus menerus selama berabad-abad. Sehingga umat manusia
terpaksa harus mencari sumber-sumber alternatif dengan bantuan inovasi
teknologi.
Kelangsungan hidup umat manusia sangat bergantung pada adanya
sumber daya alam yang tetap dan berkelanjutan.7Cepat atau lambat potensi
sumber daya yang terkandung di laut pada akhirnya akan menjadi pengganti dari
sumber-sumber daya daratan untuk berbagai pemanfaatan,mulai dari pemenuhan
6
Makalah disampaikan dalam seminar nasional pengelolahan sumberdaya kelautan demi
peningkatan kesejahteraan rakyat, lembaga bakti sarjana indonesia(LBIS), jakarta 22 nopember
1999.
7
Mochtar Kusumaatmadja, Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan Laut, Dilihat dari Sudut
Hukum Internasional dan Nasional, diterbitkan oleh Pusat Studi Wawasan Nusantara
bekerjasama dengan Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 1992, hlm. 7.
9
kebutuhan pangan (perikanan), bahan-bahan tambang dan mineral, energi dan
bahkan rekreasi atau wisata bahari.8
Setelah sekian lama dilakukan eksploitasi sumber-sumber daya kelautan
maka sumberdaya yang tersedia di laut, yang semula sangat melimpah karena
belum banyak dimanfaatkan, pun suatu saat akan mengalami degradasi. Pada
umumnya degradasi dan kerusakan sumberdaya kelautan disebabkan oleh
perbuatan manusia, bukan oleh peristiwa alam, misalnya karena over-eksploitasi,
pemanfaatan yang tidak mempertimbangkan aspek kelestarian, dan karena
pencemaran baik yang berasal daridaratan (land-based sources pollution) maupun
dari sektor kelautan itu sendiri, sebagai contoh pencemaran yang berasal dari
kapal-kapal (ship-source pollution).
Menyadari besarnya nilai ekonomis yang sangat besar dari sumber daya
alam yang terkandung di bawah permukaan laut tersebut maka eksplorasi
sumberdaya lepas pantai (offshore resources), terutama berkaitan dengan minyak
bumi, menjadi titik berat perhatian dalam kebijakan pemerintah Indonesia
menyangkut sektor kelautan. Eksplorasi-eksplorasi sumberdaya alam minyak di
lepas pantai sudah berlangsung sejak tahun 1966.
Wilayah laut dan pantai di indonesia merupakan kawasan yang sangat
menarik tempat konsentrasi hasil produk hasil bumi/daratan dan hasil laut yang
paling produktif, karena terletak di sepanjang garis khatulistiwa beriklim tropis
yang panas, lembab dengan curah hujan yang tinggi menjadikan pertemuan darat
dan laut yaitu disepanjang pantai nusantara terbentang terumbu karang dan hutan
bakau yang luas. Dengan ekosistem laut yang relatif terjaga kelestariannya
menjadikan kawasan pantai menjadi kaya akan sumber daya untuk kehidupan
manusia dan membawa manfaat ekonomi kepada penduduknya.
Pengelolaan mempunyai pengertian yang berbeda dengan eksploitasi
kekayaan laut karena di dalam kegiatan pengelolaan mencakup unsur-unsur
perencanaan, pemanfaatan, pelestarian serta pengawasannya dalam arti bahwa
8
Hasjim Djalal, Perjuangan Indonesia Di Bidang Hukum Laut,Bandung, Binacipta, 1979, h. 2-4.
10
pengambilan
kekayaan
laut
itu
dapat
dilakukan
secara
berkesinambungan(sustainable).
Pantai di Indonesia yang panjang pesisir, laut yang luas, pengaruh gerakan
arus, pengaruh angin, sehingga posisi Indonesia disebut sebagai wilayah laut
tenganya. Dengan kondisi fisik yang baik bagi kehidupan biota laut diperlukan
pengelolaan secara khusus.Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan,
khususnya sumber daya perikanan dan kelautan, bersifat kompleks. Kompleksitas
tersebut tidak hanya berkaitan dengan sistem alam itu sendiri, tetapi juga dengan
interaksi pengelolannya.9
Adanya aturan-aturan dan kebijakan yang diberlakukan yang melibatkan
pemangku kepentingan dalam pengelolaan sumber daya pantai dapat dipahami
dan disadari oleh semua. Keterlibatan ini diharapkan menjadi budaya yang
berkembang di masyarakat sehingga kawasan perlindungan/konservasi menjadi
suatu keharusan dan dilaksanakan secara sadar oleh masyarakat. Dengan model
yang dikembangkan dengan keterlibatan pemangku kepentingan diharapkan :
1. Semua pemangku kepentingan ikut menjaga, memelihara, membudidayakan,
melestarikan
kawasan-kawasan
perlindungan
dan
pelestarian
untuk
keberlanjutan pengelolaan sumber daya pantai.
2. Meningkatnya produksi perikanan, karena nelayan memiliki pasar yang
berkembang di pantai dengan adanya wisata bahari.
3. Meningkatkan pendapatan masyarakat, karena dengan pendapatan meningkat
akan menyadarkan masyarakat untuk menjaga kawasan perlindungan dan
konservasi.
4. Berkembangnya kawasan wisata bahari akan berkembangnya agroindustri
bidang perikanan laut yang menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat di
pantai.
9
dede sugandi, “Pengelolaan Sumberdaya Pantai” 11 (April 2011): 57.
11
5. Pemerintah memperoleh devisa dari penagkapan perikanan laut. Devisa ini
yang
diarahkan
untuk
pembangunan
terutama
membiayai
kawasan
perlindungan dan pelestarian.
2.4. Strategi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan pantai dan laut
Strategi pengembangan masyarakat pantai dapat dilakukan melalui dua
pendekatan yaitu, yang bersifat struktural dan non struktural. Pendekatan
struktural adalah pendekatan makro yang menekankan pada penataan sistem dan
struktur sosial politik. Pendekatan ini mengutamakan peranan instansi yang
berwewenang atau organisasi yang dibentuk untuk pengelolaan pesisir laut.
Dalam hal ini peranan masyarakat sangat penting tetapi akan kurang kuat karena
aspek struktural biasanya lebih efektif bila dilakukan oleh pihak-pihak yang
mempunyai kewenangan, paling tidak pada tahap awal.
Dilain pihak pendekatan non struktural adalah pendekatan yang subyektif.
Pendekatan ini mengutamakan pemberdayaan masyarakat secara mental dalam
rangka meningkatkan kemampuan anggota masyarakat untuk ikut serta dalam
pengelolaan dan persoalan pesisir laut. Kedua pendekatan tersebut harus saling
melengkapi dan dilaksanakan secara integratif.
1. Pendekatan struktural.
Sasaran utama pendekatan struktural adalah tertatanya struktur dan sistem
hubungan antara semua komponen dan sistem kehidupan, baik di wilayah
pesisir dan laut maupun komponen pendukung yang terkait, termasuk
komponen sosial, ekonomi dan fisik. Dengan penataan aspek struktural,
diharapkan masyarakat mendapatkan kesempatan lebih luas untuk dapat
memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Selain itu penataan
struktur dan sistem hubungan sosial dan ekonomi tersebut diharapkan dapat
menciptakan peluang bagi masyarakat untuk ikut serta melindungi sumber
daya alam dari ancaman yang datang baik dari dalam maupun dari luar.
12
Langkah ini diharapkan dapat mengurangi bahkan menghilangkan masalahmasalah sosial dan ekonomi yang utama yang selama ini secara terus menerus
menempatkan masyarakat (lokal) pada posisi yang sulit. Pendekatan struktural
membutuhkan langkah-langkah strategi sebagai berikut :
a. Pengembangan Aksesibilitas Masyarakat pada Sumber Daya Alam.
Aksesibilitas masyarakat terhadap sumber daya alam adalah salah satu
isu penting dalam rangka membangun perekonomian masyarakat. Langkah
tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat untuk dapat menikmati
peluang pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan (sustainable).
Kesempatan
tersebut
selain
dapat
meningkatkan
dan
memelihara
perekonomian masyarakat, juga diharapkan dapat mendorong masyarakat
supaya lebih aktif untuk melindungi lingkungan, baik dengan cara
pemanfaatan yang ramah lingkungan maupun upaya secara aktif untuk
menjaga dari kerusakan lingkungan.
Selain itu, aksesibilitas masyarakat terhadap potensi perairan pesisir
dan laut untuk transportasi dan parawisata perlu ditingkatkan. Tujuan untuk
kegiatan dan membuka lapangan kerja yang lebih luas bagi masyarakat
setempat. Pengembangan sektor seperti kegiatan parawisata dapat
mendorong kegiatan masyarakat untuk ikut serta melindungi lingkungan
terutama apabila pelaksanaannya dilakukan dengan tepat. Peningkatan
aksesibilitas masyarakat terhadap sumber daya alam sangat diperlukan,
karena sebagian besar masyarakat pantai telah dan masih akan bergantung
pada sumber daya alam.
b.Pengembangan Aksesibilitas Masyarakat Terhadap Sumber Daya Ekonomi.
Pengembangan aksesibilitas masyarakat pantai terhadap sumber daya
ekonomi
dimaksudkan
untuk
meningkatkan
diversifikasi
sumber
penghasilan masyarakat dan sekaligus meningkatkan kesejahteraannya.
Langkah ini mencakup perluasan pilihan sumber daya ekonomi, seperti
perluasan usaha dan perkreditan. Peluang usaha selain sektor perikanan
13
yang perlu dibuka lebih luas adalah dibidang pertanian, kerajinan,
peternakan dan jasa angkutan. Hal ini penting dalam rangka membuka
kesempatan masyarakat untuk tidak hanya bergantung secara langsung
pada sumber daya alam, tetapi juga sekaligus mengurangi beban alam.
Guna
mendukung
langkah
tersebut,
maka
perlu
dikembangkan
aksesibilitas masyarakat terhadap perkreditan.
Sistem perkreditan yang mampu memberikan pelayanan dan dorongan
bagi masyarakat, sangat diperlukan. Perkreditan tersebut perlu lebih
diarahkan kepada upaya pengembangan usaha yang tidak terlalu
mengandalkan sumber daya alam utama di wilayah pesisir dan laut, yaitu
mangrove. Karena itu, perlu dikembangkan suatu sistem perkreditan yang
mampu mendorong tumbuhnya sektor usaha alternatif.
c. Pengembangan Aksesibilitas Masyarakat Terhadap Proses Pengambilan
Keputusan.
Keberhasilan
pengembangan
masyarakat
sebagai
bagian
dari
pengelolaan pesisir dan laut sangat tergantung pada ketepatan kebijakan
yang diambil. Kebijakan yang dikembangkan dengan melibatkan dan
memperhatikan kepentingan masyarakat dan menjamin keberhasilan
pengelolaan sumber daya alam dan wilayah. Keterlibatan masyarakat
sangat diperlukan karena akan menghasilkan kebijakan yang disesuaikan
dengan potensi, aspirasi dan kepentingan masyarakat. Kebijakan yang
berbasis pada potensi masyarakat akan mendorong keterlibatan masyarakat
dalam pemanfaatan dan perlindungan sumber daya alam. Selain itu juga
memberikan keuntungan ganda. pertama, dengan mengakomodasi aspirasi
masyarakat maka pengelolaan pesisir dan laut akan menarik masyarakat
sehingga akan mempermudah proses penataan. Kedua, memberikan
peluang bagi masyarakat untuk ikut bertanggung jawab atas keamanan
pesisir dan laut. Selain itu yang lebih penting lagi adalah adanya upaya
untuk meningkatkan kepentingan hakiki masyarakat yaitu kesejahteraan.
14
Pelibatan masyarakat dalam pengambilan kebijakan, dapat dilakukan
dengan pendekatan yang menggabungkan bottom up dan top down
planning. Pada tingkat perencanaan masyarakat harus dilibatkan dalam
penyusunan tata ruang untuk menyerap informasi dan aspirasi masyarakat.
Hal tersebut akan memberikan manfaat bagi proses pengembangan zona
yang
akan
dijadikan
sebagai
pola
dasar
penyusunan
rencana
pengelolaannya. Informasi dan aspirasi masyarakat tersebut juga akan
bermanfaat untuk menggali potensi masyarakat terutama dalam rangka
mengembangkan sistem perlindungan kawasan yang berbasis pada
masyarakat. Dilain pihak, top down planning diperlukan untuk
memberikan peluang bagi pemerintah untuk merancang pola pengelolaan
wilayah bagi kepentingan yang lebih luas.
d. Peningkatan Aksebilitas Masyarakat Terhadap Informasi.
Informasi merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan
masyarakat pantai sebagai bagian dari pengelolaan pesisir dan laut.
Kesediaan informasi mengenai potensi dan perkembangan kondisi wilayah
dan sumber daya alamnya sangat berharga untuk penyusunan kebijakan,
program dan kegiatan di wilayah tersebut. Kesediaan informasi ini juga
penting
bagi
masyarakat
untuk
dijadikan
bahan
pertimbangan
pengembangan kegiatan dan perannya dalam rangka meningkatkan
perekonomian mereka. Hal tersebut juga bermanfaat untuk mengefektifkan
upaya masyarakat dalam melindungi sumber daya alam serta wilayah
pesisir dan laut. Mengingat sebagian besar penduduk di wilayah ini
tergantung secara ekonomis pada sumber daya alam, maka informasi yang
berkaitan dengannya sangat diperlukan bagi masyarakat.
Guna meningkatkan aksesibilitas informasi dari masyarakat, dapat
dilakukan dengan pembentukan forum komunikasi yang melibatkan
masyarakat, unsur-unsur pemerintah dan pihak terkait serta stakeholders.
15
e. Pengembangan Kapasitas Kelembagaan.
Untuk meningkatkan peran masyarakat dalam perlindungan wilayah
dan sumber daya alam, diperlukan kelembagaan sosial, untuk mendorong
peranan masyarakat secara kolektif. Semangat kolektif akan mendorong
upaya pemberdayaan masyarakat untuk melindungi wilayahnya dari
kerusakan
yang
dapat
mengancam
perekonomian.
Pemberdayaan
masyarakat melalui pengembangan lembaga sosial diharapkan untuk
memperkuat posisi masyarakat dalam menjalankan fungsi manajemen
wilayah pesisir dan laut. Selain itu, pengembangan kelembagaan sosial
diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kegiatan masyarakat untuk
selanjutnya akan berdampak pada jalannya kegiatan ekonomi yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Pengembangan kelembagaan dapat dilakukan dengan pembentukan
embrio lembaga-lembaga sosial dalam bidang yang berkaitan dengan
kegiatan ekonomi. Apabila lembaga serupa telah ada sebelumnya, maka
lembaga-lembaga tersebut perlu diberdayakan. Salah satu strategi yang
dapat diterapkan adalah pengembangan jaringan sosial antara lembagalembaga serupa baik dalam lingkungan desa, antar desa, maupun antar
kecamatan. Selain itu, pemberian peranan yang lebih kepada lembagalembaga tersebut dalam proyek-proyek pembangunan akan makin
memperkuat kapasitas lembaga-lembaga yang bersangkutan.
f. Pengembangan Sistem Pengawasan Berbasis Masyarakat.
Keberadaan sistem pengawasan yang efektif merupakan syarat
utama keberhasilan pengembangan masyarakat sebagai bagian dari
pengelolaan wilayah pesisir dan laut. Sistem pengawasan tersebut harus
mampu menjalankan fungsinya dengan cara memobilisasi semua unsur
terkait. Salah satu pendekatan yang efektif adalah pengembangan sistem
pengawasan berbasis pada masyarakat. Sistem pengawasan yang berbasis
pada masyarakat adalah suatu sistem yang dilandasi oleh kepentingan,
16
potensi dan peranan masyarakat lokal. Untuk itu, sistem pengawasan yang
berbasis pada masyarakat tersebut selain memberikan peluang bagi
masyarakat untuk ikut mengawasi sumber daya alam dan wilayah tempat
mereka tinggal dan mencari makan, juga memperkuat rasa kebersamaan
masyarakat dalam mengembangkan potensi daerahnya. Hal ini dapat
dilakukan melalui lembaga sosial masyarakat pantai (nelayan).
g. Pengembangan Jaringan Pendukung.
Pengembangan koordinasi tersebut mencakup pembentukan sistem
jaringan manajemen yang dapat saling membantu. Koordinasi melibatkan
seluruh
unsur
terkait
(stakeholders),
baik
jaringan
pemerintah,
masyarakat maupun dunia usaha. Keberhasilan dari unsur-unsur ini,
selain secara teknis manajemen akan memberikan manfaat praktis, juga
secara sosial dan politis dapat mendorong terciptanya integrasi
pengelolaan pesisir dan laut. Untuk mewujudkan sistem koordinasi yang
efektif, maka perlu persyaratan sistem dialog antar instansi terkait dan
antara
instansi-instansi
tersebut
dengan
masyarakat.
Kebiasaan
mengkomunikasikan gagasan dan rencana kegiatan setiap instansi dengan
instansi lain merupakan langkah strategis yang harus dikembangkan.
Untuk itu, pelembagaan sistem koordinasi antar stakeholders perlu
dilakukan secara terus menerus dan melibatkan langsung jajaran instansi
dilingkungan pemerintah.
2. Pendekatan Subyektif.
Pendekatan subyektif (non struktural) adalah pendekatan yang
menempatkan manusia sebagai subyek yang mempunyai keleluasaan untuk
berinisiatif dan berbuat menurut kehendaknya. Pendekatan tersebut berasumsi
bahwa masyarakat lokal dengan pengetahuan, keterampilan dan kesadarannya
dapat meningkatkan peranannya dalam perlindungan sumber daya alam
disekitarnya. Karena itu, salah satu upaya untuk meningkatkan peran
17
masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam dan wilayah pesisir
dan laut adalah dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kesadaran masyarakat untuk berbuat sesuatu demi melindungi sumbar daya
alam. Pengetahuan dan keterampilan tersebut tidak harus berkaitan langsung
dengan upaya-upaya penanggulangan masalah kerusakan sumberdaya alam
tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan usaha ekonomi, terutama dalam
rangka membekali masyarakat dengan usaha ekonomi alternatif sehingga
tidak merusak lingkungan, antara lain yaitu :
a. Peningkatan Pengetahuan Dan Wawasan Lingkungan.
Pengetahuan dan wawasan lingkungan perlu dimasyarakatkan untuk
memberikan konsep dan pandangan yang sama dan benar kepada masyarakat
tentang lingkungan dan peranannya terhadap kehidupan masyarakat secara
keseluruhan. Jenis pengetahuan dan wawasan yang diberikan berbeda
menurut lokasi pemukiman dan jenis pekerjaan. Bagi masyarakat yang
berlokasi di zona inti tentu lebih spesifik dan lebih menekankan pada
pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan hubungan langsung antara
masyarakat
setempat
dengan
pemanfaatan
sumberdaya
alam
dan
pengawasannya dibanding dengan masyarakat diluar wilayah. Peningkatan
pengetahuan dan wawasan juga perlu melibatkan aparatur dusun, desa, dan
kecamatan serta masyarakat luas.
b. Pengembangan Keterampilan Masyarakat.
Peningkatan
keterampilan praktis
pengelolaan lingkungan
bagi
masyarakat dan jajaran pemerintah ditingkat dusun, desa dan kecamatan
sangat penting untuk mendorong peran serta unsur-unsur tersebut secara aktif
dalam menanggulangi masalah-masalah lingkungan yang secara ekologis dan
ekonomis akan merugikan. Keterampilan tersebut terutama berkaitan dengan
cara-cara pemanfaatan sumberdaya alam secara efisien, dan keterampilan
tentang upaya penanggulangan permasalahan. Penguasaan keterampilan
18
tersebut akan meningkatkan efektifitas peran serta masyarakat pantai dalam
pengelolaan pesisir dan laut.
c. Pengembangan Kapasitas Masyarakat.
Pengembangan kapasitas masyarakat diperlukan untuk dapat ikut serta
dalam proses pengambilan kebijakan, terutama dalam proses perencanaan,
pelaksanaan
dan
pengawasan.
Pengembangan
kapasitas
masyarakat
sebenarnya merupakan serangkaian kegiatan seperti yang diuraikan
sebelumnya, namun dalam program ini perlu ditekankan pentingnya
kemampuan dan peluang masyarakat untuk dapat mengartikulasikan
kepentingannya melalui kelompok atau lembaga sosial. Sasaran utama
program ini adalah meningkatkan kepercayaan diri masyarakat dan
kemampuan berinisiatif.
d. Pengembangan Kualitas Diri.
Kualitas masyarakat pantai perlu ditingkatkan untuk menjawab dua
tantangan.
Tantangan
pertama
adalah,
upaya
mengatasi
masalah
perekonomian, baik untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan pokok,
maupun dalam rangka meningkatkan kesejahteraan yang lebih luas.
Tantangan kedua adalah, upaya mengatasi masalah kerusakan alam, yaitu
untuk mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam diwilayah pesisir dan
laut sebagai akibat makin meningkatnya aktifitas manusia diwilayah tersebut.
Pengembangan diri tersebut termasuk pengembangan kualitas manusia, baik
secara perorangan maupun kelompok untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja
yang kian beragam.
Peningkatan kualitas manusia diharapkan dapat mendorong terjadinya
diversifikasi lapangan kerja dan sumber penghasilan penduduk setempat
sehingga mampu mengurangi kecenderungan usaha yang bertumpu pada
pengelolaan sumber-daya alam yang tidak efisien. Program pengembangan
kualitas manusia ini selain dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan
juga dengan cara membentuk kerjasama antar lembaga-lembaga sosial dan
19
ekonomi, baik di lingkungan desa pantai maupun di luar, bahkan antar
wilayah. Penyiapan tenaga kerja untuk mengantisipasi perkembangan
kegiatan pembangunan di wilayah pesisir dan laut dan wilayah lain
disekitarnya perlu dilakukan secara proaktif dengan dilandasi oleh pandangan
jauh ke depan.
e. Peningkatan Motivasi Masyarakat Untuk Berperanserta.
Motivasi masyarakat perlu ditumbuhkan untuk mendorong peran serta
mereka secara aktif dalam pengelolaan sumberdaya alam di wilayah pesisir
dan laut. Untuk itu, upaya pelibatan masyarakat dan pengembangan kegiatan
yang dilandasi oleh kepentingan masyarakat perlu ditingkatkan terus.
Pelaksanaannya perlu diintegrasikan dengan aspek-aspek yang secara
langsung menyentuh kepentingan masyarakat. Penyeimbangan kepentingan
lingkungan, sosial dan ekonomi mempunyai arti yang strategis untuk
mendorong
masyarakat
melibatkan
diri
dalam
upaya
perlindungan
sumberdaya alam.
f. Penggalian DanPengembangan Nilai Tradisional Masyarakat.
Upaya penggalian nilai-nilai tradisional adalah penting untuk dijadikan
bahan pengem-bangan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat menjadi
norma-norma yang dapat dioperasional-kan menjadi landasan dan ramburambu pengamanan sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut.
Pengembangan nilai-nilai dan norma-norma arif lingkungan masyarakat akan
mendorong penggunaan aturan-aturan atau cara-cara mereka sendiri dalam
mengelola sumberdaya alam berdasarkan pada nilai-nilai yang mereka yakini.
Dengan demikian, strategi pengembangan masyarakat pantai dalam
meningkatkan kemandirian Daerah, sesungguhnya dapat dibagi dua yaitu,
pertama merupakan strategi jangka pendek yang bertujuan untuk mengatasi
berbagai masalah pengembangan masyarakat pantai dengan menyesuaikan
urgensi kebutuhan melalui pendekatan struktural dan non struktural. Kedua
adalah strategi jangka panjang dengan tujuan yang menitikberatkan pada :
20
1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perluasan kesempatan
kerja dan kesempatan berusaha.
2. Pengembangan program dan kegiatan yang mengarah kepada
peningkatan, pemanfaatan secara optimal dan lestari sumber daya di
wilayah pesisir dan lautan.
3. Peningkatan kemampuan dan peran serta masyarakat pantai dalam
pelestarian lingkungan.
4. Peningkatan pendidikan, latihan, riset dan pengembangan di wilayah
pesisisr pantai dan laut.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pantai adalah suatu daerah bertemunya laut dan darat,dimana yang ke arah
darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih
dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air
asin. Pengelolaan Sumberdaya alam pantai dan laut pada hakekatnya adalah
suatu proses pengontrolan tindakan manusia atau masyarakat di sekitar
kawasan pesisir agar pemanfaatan sumberdaya alam dapat dilakukan secara
bijaksana dengan mengindahkan kaidah kelestarian lingkungan.
Ekosistem atau sistem ekologis terdiri atas berbagai komunitas dalam suatu
daerah geografis besar.Istilah ekosistem telah di perkenenalkan oleh A.G
Tansley pada tahun 1935, Dan ide ekosistem di gunakan untuk menjelaskan
hubungan antara komunitas biotik dengan berbagai faktor fisika dan kimia
lingkungan.
pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu pada kata empowerment
yaitu upaya untuk merealisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh
masyarakat.Pengelolaan berbasis masyarakat atau biasa disebut CommunityBased Management yang merupakan pendekatan pengelolaan sumberdaya
alam yang menerapkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat
lokal sebagai dasar pengelolaanya. Strategi pengembangan masyarakat pantai
dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu, yang bersifat struktural dan non
structural a).Sasaran utama pendekatan struktural adalah tertatanya struktur dan
sistem hubungan antara semua komponen dan sistem kehidupan, baik di
wilayah pesisir dan laut maupun komponen pendukung yang terkait, termasuk
komponen sosial, ekonomi dan fisik. b). Pendekatan subyektif (non struktural)
adalah pendekatan yang menempatkan manusia sebagai subyek yang
mempunyai keleluasaan untuk berinisiatif dan berbuat menurut kehendaknya.
Pendekatan tersebut berasumsi bahwa masyarakat lokal dengan pengetahuan,
22
keterampilan dan kesadarannya dapat meningkatkan peranannya dalam
perlindungan sumber daya alam disekitarnya.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan
kesalahan, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimat. Dari
segi isi juga masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kepada para pembaca makalah ini agar dapat memberikan
kritikan dan masukan yang bersifat membangun demi menjadikan makalah ini
menjadi lebih baik.
23
DAFTAR PUSTAKA
Stefanus Stanis,Supriharyono, Azis Nur Bambang, 2007, Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir Dan Laut
Melalui Pemberdayaan Kearifan Lokal Di
Kabupaten Lembata Propinsi Nusa Tenggara TimurJurnal Pasir Laut: Nusa
Tenggara Timur.
ATMADJA, W.S., A. KADI, SULISTIJO dan R. SATARI 1996,
Pengenalan Jenis- Jenis Rumput Laut Indonesia, Jakarta: Puslitbang Oseanologi
– LIPI.
Mochtar
Kusumaatmadja,
1992.
Perlindungan
dan
Pelestarian
Lingkungan Laut, Dilihat dari Sudut Hukum Internasional dan Nasional, Jakarta:
Pusat Studi Wawasan Nusantara bekerjasama dengan Penerbit Sinar Grafika.
Hasjim Djalal, 1979, Perjuangan Indonesia Di Bidang Hukum Laut,
Bandung: Binacipta.
dede sugandi, “Pengelolaan Sumberdaya Pantai” 11 (April 2011): 57.
Darmawan, 2010, Sebaran mangrove, padang lamun dan terumbu
karang dipesisir Kalimantan tengah. Palang karaya: dinas kelautan dan
perikanan provinsi Kalimantan tengah bidang pengelolahan sumberdaya
kelautan dan perikanan.
Balai biologi laut, puslitbang oseanologi-LIPI. Jakarta.
Makalah disampaikan dalam seminar nasional pengelolahan sumberdaya
kelautan demi peningkatan kesejahteraan rakyat, lembaga bakti sarjana
indonesia(LBIS), jakarta 22 nopember 1999.
24
Download