Pengelolaan Sumber Daya Laut Dan Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Pesisir Pantai Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Lingkungan Dosen Pengampu : Hifni Septina Carolina, M. Pd. Disusun oleh : Kelompok 5 1. Chaerani Reza Puspita 1801041009 2. Dita Faradila Yusi 1801041013 3. Khoirotun Nisa 1801042011 4. Nurwahid Amrulloh 1801042015 KELAS A JURUSAN TADRIS PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO T.A 2019/2020 KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah swt.Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta wawasan kepada pembaca mengenai perihal pengelolaan sumber daya laut dan pemberdayaan masyarakat di daerah pesisir pantai yang mencakup pembahasan tentangekosistem mangrove, padang lamun, terumbu karang, mineral, energi dan strategi pengolahan masyarakat pesisir pantai. Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami tentangpengelolaan sumber daya laut dan pemberdayaan masyarakat di daerah pesisir pantai, menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan penyajian yang lebih dalam dan luas tentang materi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dimanfaatkan dengan baik oleh pembaca. Dam kepada berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih. Metro, 22September 2019 ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR .................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2 1.3 Tujuan .............................................................................................. 2 1.4 manfaat ............................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi pengelolaan sumberdaya pantai dan laut............................ 3 2.2 Ekosistem pantai dan laut ................................................................ 6 2.3 Pengelolaan lingkungan laut dan pantai .......................................... 8 2.4 Stratergi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan pantai dan laut.................................................................................................... 12 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 22 3.2 Saran ................................................................................................ 23 DAFTAR PUSTAKA iii Abstak Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alamnya yang berlimpah baik di darat maupun dilaut, terutama sumber daya alam yang ada dilaut yang paling menonjol dan popular dikalangan wisatawan local maupun mancanegara karena keindahan dasar lautnya yang dipenuhi padang lamun, terumbu karang, dan pemandangan hutan mangrove. Yang semakin menambah keindahan laut indonesia, sebagai masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai haruslah senantiasa menjaga kebersihan lingkungan sekitar serta ekosistem yang ada didalamnya dan masyarakat dapat mengelola lingkungan dan sumber daya yang ada di pantai dan laut. Dalam hal itu diperlukan strategi yang cocok untuk masyarakat yang berada disekitar pantai dan laut agar dapat memaksimalkan pengelolaan yang berkaitan dengan sumber daya pantai dan laut tanpa merusak ekosistem yang ada didalamnya Kata kunci: ekosistem laut, pengelolaan lingkungan, pengelolaan sumber daya laut. iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar didunia yang terdiri dari 17,504 pulau. Sekitar 6000 diantaranya tidak berpenghuni yang menyebar di khatulistiwa yang memberikan cuaca tropis untuk indonesia. Wilayah indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara samudra hindia dan samudra pasifik. Luas daratan indonesia adalah 1.922.570 km2 dan luas perairannya 3.257.483 km2. Menurut catatan Down The Earth, proyek Asian Development Bank (ADB) di sektor kelautan indonesia telah memicu terjadinya alih fungsi secara besarbesaran yang menjadikan hutan bakau menjadi kawasan pertambakan. Yang seharusnya hutan bakau menjadi pelindung pantai dari abrasi serta menjadi habitat yang baik bagi berbagai jenis ikan, kini sudah dialih fungsikan menjadi kawasan pertambakan. Kita tahu bahwa hasil laut Indonesia yang dulunya mencapai puluhan ton ikan yang didapat dari para nelayan dan kini mulai bekurangnya jumlah yang mereka dapatkan dikarenakan rusaknya habitat-habitat yang ada didalamnya yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup biota laut khususnya ikan. Dan masyarakat kecil yang ada dipesisir pantai merasakan imbas dari kerusakan tersebut dimana pendapatan mereka menurun jika dibiarkan secara terusmenurus maka masyarakat pesisir pantai akan kehilangan pekerjaannya. Kerusakan ini dapat diakibatkan oleh keadaan geografi dan ulah manusia itu sendiri seperti contoh banyaknya pencurian hasil laut secara besar-besaran oleh kapal-kapal luar negri yang memasuki perairan indonesia yang merusak ekosistem yang ada didalamnya.Untuk itu perlunya diadakan pengelolaan sumber daya pantai dan laut serta pembinaan dan pengelolaan masyarakat terhadap sumber daya yang ada dilaut semaksimal mungkin tanpa merusak ekosistem yang ada didalamnya. 1 1.2 Rumusan Masalah Untuk dapat lebih mengarah dan menempuh tujuan dalam makalah ini, maka diperlukan beberapa rumusan masalah. Adapun rumusan masalah makalah ini adalah: 1. Apa pengertian pengelolaan sumber daya pantai dan laut ? 2. Apa yang ada didalam ekosistem pantai dan laut ? 3. Apa yang dimaksuddengan pengelolaan lingkungan pantai dan laut ? 4. Bagaimana strategi untuk masyarakat dalam pengelolaan lingkungan pantai dan laut ? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui definisi pengelolaan sumber daya pantai dan laut. 2. Untuk mengetahui jenis-jenis ekosistem yang ada dipantai dan laut. 3. Untuk mengetahui definisi pengelolaan lingkungan pantai dan laut. 4. Untuk mengetahui strategi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan pantai dan laut. 1.4 Manfaat 1. Agar kita mengerti bagaimana mengelola sumber daya pantai dan laut. 2. Agar kita mengerti jenis-jenis ekosistem yang ada di pantai dan laut. 3. Agar kita mengerti cara mengelola lingkungan pantai dan laut. 4. Agar kita mengerti strategi yang digunakan masyarakat dalam mengelola lingkungan pantai dan laut. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi pengelolaan Sumber Daya Pantai Dan Laut pengelolaan dapat di istilah kan seperti management,dimana istilah ini mencangkup suatu kegiatan, pelaksanaan ,penataan, pemanfaatan dan pengawasan. Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 1 butir 2 dimana Undang-undang ini berisi tentang perumusan tentang pengelolaan lingkungan hidup. Yaitu, Pengelolaan lingkungan hidup adalah kegiatan yang seharusnya di lakukan secara teratur untuk melestarikan manfaat lingkungan hidup yang meliputi penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Pantai merupakan daerah pinggir laut atau daratan yang berbatasan dengan air laut. Pantai adalah suatu daerah bertemunya laut dan darat,dimana yang ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh prosesproses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi (pengendapan). Dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/ MEN/2002 membahas tentang tata cara Umum Perencanaan Pengelolaan Pantai, wilayah pantai diibaratkan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai. Pada masa ini sudah seharusnya semakin disadari, banyak orang berfikir bahwa sumberdaya alam untuk pantai dan laut merupakan salah satu potensi yang cukup mendukung pada tingkat perekonomian masyarakat terutama bagi nelayan. Beberapa tokoh berpendapat tentang pengelolaan sumberdaya pantai dan laut yaitu: 1. Ghofar, mengatakan bahwa perkembangan eksploitasi(memanfaatkan) sumberdaya alam laut dan pesisir ini seperti(penangkapan, budidaya, dan 3 ekstraksi bahan-bahan untuk keperluan medis) telah menjadi suatu bidang kegiatan ekonomi yang dikendalikan oleh pasar (market driven) terutama jenisjenis yang bernilai ekonomis tinggi, sehingga mendorong eksploitasi sumberdaya alam laut dan pesisir dalam skala dan intensitas yang cukup besar. 2. Purwanto , mengatakan bahwa ketersediaan(stok) sumberdaya ikan pada beberapa daerah penangkapan ( fishing ground) di Indonesia ternyata telah dimanfaatkan melebihi daya dukungnya sehingga kelestariannya terancam. Beberapa spesies ikan bahkan dilaporkan telah sulit didapatkan bahkan nyaris hilang dari perairan Indonesia. Kondisi ini semakin diperparah oleh peningkatan jumlah armada penangkapan, penggunaan alat dan teknik serta teknologi penangkapan yang tidak ramah lingkungan1 Dalam pengelolaan sumberdaya perlu aturan yang diberlakukan, sehingga terjadi keseimbangan, kelestarian dan keberlanjutan sumberdaya. Aturan diberlakukan tidak untuk semua kawasan, tetapi bagi kawasan-kawasan yang dibutuhkan untuk pemijahan dan pengembangbiakan biota laut. Untuk pengelolaan kawasan tersebut perlu kawasan observasi yang sama-sama dipahami dan disadari oleh yang berkepentingan(nelayan, pemerintah, dan masyarakat)2. Aturan dan kebijakan yang diberlakukan yang melibatkan mereka yang berkepentingan serta menjadi budaya yang berkembang dimasyarakat sehingga kawasan perlindungan/konservasi menjadi suatu keharusan dan dilaksanakan secara sadar oleh masyarakat. Pengelolaan Sumberdaya alam pantai dan laut pada hakekatnya adalah suatu proses pengontrolan tindakan manusia atau masyarakat di sekitar kawasan pesisir agar pemanfaatan sumberdaya alam dapat dilakukan secara bijaksana dengan mengindahkan kaidah kelestarian lingkungan. Sedangkan pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu pada kata empowerment yaitu upaya untuk merealisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat.Pengelolaan berbasis 1 Stefanus Stanis,Supriharyono, Azis Nur Bambang. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan Laut Melalui Pemberdayaan Kearifan Lokal Di Kabupaten Lembata Propinsi Nusa Tenggara TimurJurnal Pasir Laut, Januari 2007 h.68 2 http://ejournal.upi.edu/index.php/gea/article/view/1647 4 masyarakat atau biasa disebut Community-Based Management yang merupakan pendekatan pengelolaan sumberdaya alam yang menerapkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat lokal sebagai dasar pengelolaanya. Adanya program-program pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan wilayah pantaiyang mana pemberdayaannya sesuai untuk dikembangkan pada daerah tersebut. Oleh karena itu perlu dikembangkan program-program yang mengarah pada peningkatan kualitas dan kapasitas masyarakat pesisir. Program yang disusun dikelompokkan dalam empat bidang yaitu: a. Program Penguatan organisasi. Tujuan dari program ini adalah terwujudnya organisasi pemberdayaan masyarakat yang kuat dan mandiri sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggota. b. Program Pelestarian nilai-nilai budaya dan penguatan karakter masyarakat. Tujuan program ini adalah pelestarian budaya tanpa meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal sehingga dapat menjadi daya tarik wisata. Program ini juga diarahkan supaya masyarakat mempunyai karakter yang kuat, memegang nilainilai luhur dan tidak terkena dampak negatif perkembangan pariwisata di Cepuri Parangkusumo. c. Program pengembangan perekonomian masyarakat. (gambar1)3. 3 https://www.google.com/search?safe=strict&biw=1366&bih=657&tbm=isch&sxsrf=ACYBGNQ UfEusK19oYykGfO4TKw3KFkZKUA%3A1569406177284&sa=1&ei=4TyLXYT6EImwrQGa7aLwCA& q=usaha+di+pantai+lampung&oq=usaha+di+pantai+lampung&gs_l=img.3...35783.39985..40393...0.0..0.4 5 Tujuan program ini yaitu berkembangnya perekonomian masyarakat. Masyarakat lebih kreatif dan mandiri mengembangkan wirausaha dengan memanfaatkan potensi sumberdaya yang dimiliki. Program ini bisa di terapkan dengan membukanya spot-spot foto dengan memperkenalkan identitas pantai, menjual soufenir,dan lainnya. d. Program pelestarian sumberdaya alam. Sasaran program ini adalah terwujudnya lingkungan yang nyaman dengan memperhatikan pelestarian sumberdaya alam. 2.2 Ekosistem Pantai Dan Laut Ekosistem atau sistem ekologis terdiri atas berbagai komunitas dalam suatu daerah geografis besar. Istilah ekosistem telah di perkenenalkan oleh A.G Tansley pada tahun 1935, Dan ide ekosistem di gunakan untuk menjelaskan hubungan antara komunitas biotik dengan berbagai faktor fisika dan kimia lingkungan. Konsep ekosistem memberikan suatu model lingkungan untuk mengetahui berbagai biologis nya. Berikut ekosistem yang ada di pantai ,yaitu : 1. Ekosistem pantai pasir Terdiri atas hamparan pasir yang selalu terkena deburan ombak air laut. Di tempat ini angin bertiup kencang dan cahaya matahari bersinar kuat pada siang hari. Hewan yang hidup di pantai pasir, misalnya kepiting dan burung 2. Ekosistem pantai batu Sesuai dengan namanya, ekosistem pantai batu memiliki banyak bongkahan batu besar maupun batu kecil. Organisme dominan di smi, yaitu ganggang cokelat, ganggang merah, siput, kerang, kepiting, dan burung. Ekosistem ini banyak terdapat di pantai selatan Jawa, pantai barat Sumatra, Bali, Nusa Tenggara dan Maluku. 16.2271.18j3j0j1j1......0....1..gws-wizimg.......35i39j0i67j0j0i30j0i5i30j0i8i30j0i24.E6pH182bHm8&ved=0ahUKEwjE7tHN3evkAhUJWCsKHZ q2CI4Q4dUDCAY&uact=5#imgrc=tdyHdCWzD24ZdM: 6 3. Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan jenis hutan yang berada di daerah pantai,dan tidak hanya ditumbuhi oleh satu macam tanaman saja, yakni tanaman mangrove.4 Namun, hutan mangrove juga ditumbuhi oleh jenis tumbuhan yang lainnya. Jenis tumbuhan yang mampu tumbuh di hutan mangrove ini berbedaberbeda satu dengan yang lainnya, hal ini karena bereaksi terhadap variasi atau perubahan faktor lingkungan fisik tertentu, sehingga menimbulkan zona- zona vegetasi tertentu. 4. Padang lamun Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Spermatophyta) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup di bawah permukaan air laut (FORTES, 1990). Lamun hidup di perairan dangkal agak berpasir, sering juga dijumpai di ekosistem terumbu karang. Lamun membentuk padang yang luas dan lebat di dasar laut yang masih terjangkau oleh cahaya matahari dengan tingkat energi cahaya yang memadai bagi pertumbuhannya. Lamun tumbuh tegak, berdaun tipis yang bentuknya mirip pita dan berakar jalar. Tunas-tunas tumbuh dari rhizoma, yaitu bagian rumput yang tumbuh menjalar di bawah permukaan dasar laut. Lamun berbuah dan menghasilkan biji. Pertumbuhan padang lamun memerlukan sirkulasi air yang baik. Air yang mengalir inilah yang menghantarkan zat-zat nutrien dan oksigen serta mengangkut hasil metabolisme lamun, seperti karbon dioksida (CO2) keluar daerah padang lamun. Secara umum semua tipe dasar laut dapat ditumbuhi lamun, namun padang lamun yang luas hanya dijumpai pada dasar laut lumpur pasiran dan tebal. Padang lamun sering terdapat di perairan laut antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang.5 4 Balai biologi laut, puslitbang oseanologi-LIPI. Jakarta. 5 ATMADJA, W.S., A. KADI, SULISTIJO dan R. SATARI 1996. Pengenalan Jenis- Jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi - LIPI, Jakarta: 191 hal. 7 Di wilayah perairan Indonesia terdapat sedikitnya 7 marga dan 13 jenis lamun, antara lain jenis Enhalus acaroides dari suku Hydrocharitaceae. Penyebaran ekosistem padang lamun di Indonesia (Den HARTOG, 1970) mencakup perairan Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Irian Jaya. Di dunia, secara geografis lamun ini tampaknya memang terpusat di dua wilayah yaitu di Indo Pasifik Barat dan Karibia. Keberadaan padang lamun dapat menstabilkan dasar laut. Padang lamunberfungsi sebagai perangkap sedimen dan distabilkan. Padang lamun merupakan daerah penggembalaan (grazing ground) bagi hewan- hewan laut seperti "duyung" (mamalia), penyu laut, bulu babi dan beberapa jenis ikan. Padang lamun juga merupakan daerah asuhan (nursery ground) bagi larvalarva berbagai jenis ikan. Tumbuhan lamun dapat digunakan sebagai bahan makanan dan pupuk. Misalnya samo-samo (Enhalus acaroides) oleh penduduk Kepulauan Seribu dimanfaatkan bijinya sebagai bahan makanan. Berikut ini macam-macam ekosistem air laut,yaitu : 1. Ekosistem laut dalam Ekosistem laut dalam terdapat di laut dalam atau palung laut yang gelap karena tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari. Organisme yang dominan, yaitu predator dan ikan yang pada penutup kulitnya mengandung fosfor sehingga dapat bercahaya di tempat yang gelap. 2. Ekosistem terumbu karang Ekosistem terumbu karang terdapat di laut yang dangkal dengan air yang jernih. Organisme yang hidup di ekosistem ini, antara lain hewan terumbu karang (Coelenterata), hewan spons (Porifera), Mollusca (kerang, siput), bintang laut, ikan, dan ganggang. Ekosistem terumbu karang di Indonesia yang cukup terkenal di antaranya Taman Nasional Bawah Laut Bunaken. 8 2.3. Pengelolaan Lingkungan Laut Dan Pantai Sudah sejak lama umat manusia telah memanfaatkan laut. Namun, pemanfaatan sumber-sumber daya yang terkandung di laut pun tentunya berkembang sesuai dengan kemampuan umat manusia itu sendiri. Salah satu bentuk pemanfaatan laut yang tertua usianya adalah fungsinya sebagai media penghubung antara satu tempat dengan tempat lainnya, karena teknologi yang termaju pada saat peradaban itu baru mencapai tingkat kemampuan pembuatan perahu-perahu atau kapal-kapal layar sederhana Dalam kaitan fungsi ini, laut ibarat sarana jalan bebas hambatan yang tidak memiliki batas, dan terbuka untuk digunakan oleh siapa pun dan untuk kepentingan apapun, mulai dari perdagangan, pencarian wilayah koloni baru, hingga ajang peperangan. Fungsi dan peranan laut sebagai media perhubungan ditunjukkan oleh bukti-bukti arkeologis yang ditemukan saat ini. Dalam fase perkembangan pemanfaatan laut selanjutnya, khususnya pada masa sekarang ini, laut benar-benar telah dianggap sebagai tumpuan utama bagi pemenuhan kebutuhan atas sumber-sumber daya alam.6 Perubahan orientasi ini terjadi karena sumber-sumber daya alam yang sebelumnya secara berlimpah tersedia di kawasan daratan semakin lama semakin berkurang, sebagai akibat dari eksploitasi yang terus menerus selama berabad-abad. Sehingga umat manusia terpaksa harus mencari sumber-sumber alternatif dengan bantuan inovasi teknologi. Kelangsungan hidup umat manusia sangat bergantung pada adanya sumber daya alam yang tetap dan berkelanjutan.7Cepat atau lambat potensi sumber daya yang terkandung di laut pada akhirnya akan menjadi pengganti dari sumber-sumber daya daratan untuk berbagai pemanfaatan,mulai dari pemenuhan 6 Makalah disampaikan dalam seminar nasional pengelolahan sumberdaya kelautan demi peningkatan kesejahteraan rakyat, lembaga bakti sarjana indonesia(LBIS), jakarta 22 nopember 1999. 7 Mochtar Kusumaatmadja, Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan Laut, Dilihat dari Sudut Hukum Internasional dan Nasional, diterbitkan oleh Pusat Studi Wawasan Nusantara bekerjasama dengan Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 1992, hlm. 7. 9 kebutuhan pangan (perikanan), bahan-bahan tambang dan mineral, energi dan bahkan rekreasi atau wisata bahari.8 Setelah sekian lama dilakukan eksploitasi sumber-sumber daya kelautan maka sumberdaya yang tersedia di laut, yang semula sangat melimpah karena belum banyak dimanfaatkan, pun suatu saat akan mengalami degradasi. Pada umumnya degradasi dan kerusakan sumberdaya kelautan disebabkan oleh perbuatan manusia, bukan oleh peristiwa alam, misalnya karena over-eksploitasi, pemanfaatan yang tidak mempertimbangkan aspek kelestarian, dan karena pencemaran baik yang berasal daridaratan (land-based sources pollution) maupun dari sektor kelautan itu sendiri, sebagai contoh pencemaran yang berasal dari kapal-kapal (ship-source pollution). Menyadari besarnya nilai ekonomis yang sangat besar dari sumber daya alam yang terkandung di bawah permukaan laut tersebut maka eksplorasi sumberdaya lepas pantai (offshore resources), terutama berkaitan dengan minyak bumi, menjadi titik berat perhatian dalam kebijakan pemerintah Indonesia menyangkut sektor kelautan. Eksplorasi-eksplorasi sumberdaya alam minyak di lepas pantai sudah berlangsung sejak tahun 1966. Wilayah laut dan pantai di indonesia merupakan kawasan yang sangat menarik tempat konsentrasi hasil produk hasil bumi/daratan dan hasil laut yang paling produktif, karena terletak di sepanjang garis khatulistiwa beriklim tropis yang panas, lembab dengan curah hujan yang tinggi menjadikan pertemuan darat dan laut yaitu disepanjang pantai nusantara terbentang terumbu karang dan hutan bakau yang luas. Dengan ekosistem laut yang relatif terjaga kelestariannya menjadikan kawasan pantai menjadi kaya akan sumber daya untuk kehidupan manusia dan membawa manfaat ekonomi kepada penduduknya. Pengelolaan mempunyai pengertian yang berbeda dengan eksploitasi kekayaan laut karena di dalam kegiatan pengelolaan mencakup unsur-unsur perencanaan, pemanfaatan, pelestarian serta pengawasannya dalam arti bahwa 8 Hasjim Djalal, Perjuangan Indonesia Di Bidang Hukum Laut,Bandung, Binacipta, 1979, h. 2-4. 10 pengambilan kekayaan laut itu dapat dilakukan secara berkesinambungan(sustainable). Pantai di Indonesia yang panjang pesisir, laut yang luas, pengaruh gerakan arus, pengaruh angin, sehingga posisi Indonesia disebut sebagai wilayah laut tenganya. Dengan kondisi fisik yang baik bagi kehidupan biota laut diperlukan pengelolaan secara khusus.Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, khususnya sumber daya perikanan dan kelautan, bersifat kompleks. Kompleksitas tersebut tidak hanya berkaitan dengan sistem alam itu sendiri, tetapi juga dengan interaksi pengelolannya.9 Adanya aturan-aturan dan kebijakan yang diberlakukan yang melibatkan pemangku kepentingan dalam pengelolaan sumber daya pantai dapat dipahami dan disadari oleh semua. Keterlibatan ini diharapkan menjadi budaya yang berkembang di masyarakat sehingga kawasan perlindungan/konservasi menjadi suatu keharusan dan dilaksanakan secara sadar oleh masyarakat. Dengan model yang dikembangkan dengan keterlibatan pemangku kepentingan diharapkan : 1. Semua pemangku kepentingan ikut menjaga, memelihara, membudidayakan, melestarikan kawasan-kawasan perlindungan dan pelestarian untuk keberlanjutan pengelolaan sumber daya pantai. 2. Meningkatnya produksi perikanan, karena nelayan memiliki pasar yang berkembang di pantai dengan adanya wisata bahari. 3. Meningkatkan pendapatan masyarakat, karena dengan pendapatan meningkat akan menyadarkan masyarakat untuk menjaga kawasan perlindungan dan konservasi. 4. Berkembangnya kawasan wisata bahari akan berkembangnya agroindustri bidang perikanan laut yang menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat di pantai. 9 dede sugandi, “Pengelolaan Sumberdaya Pantai” 11 (April 2011): 57. 11 5. Pemerintah memperoleh devisa dari penagkapan perikanan laut. Devisa ini yang diarahkan untuk pembangunan terutama membiayai kawasan perlindungan dan pelestarian. 2.4. Strategi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan pantai dan laut Strategi pengembangan masyarakat pantai dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu, yang bersifat struktural dan non struktural. Pendekatan struktural adalah pendekatan makro yang menekankan pada penataan sistem dan struktur sosial politik. Pendekatan ini mengutamakan peranan instansi yang berwewenang atau organisasi yang dibentuk untuk pengelolaan pesisir laut. Dalam hal ini peranan masyarakat sangat penting tetapi akan kurang kuat karena aspek struktural biasanya lebih efektif bila dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai kewenangan, paling tidak pada tahap awal. Dilain pihak pendekatan non struktural adalah pendekatan yang subyektif. Pendekatan ini mengutamakan pemberdayaan masyarakat secara mental dalam rangka meningkatkan kemampuan anggota masyarakat untuk ikut serta dalam pengelolaan dan persoalan pesisir laut. Kedua pendekatan tersebut harus saling melengkapi dan dilaksanakan secara integratif. 1. Pendekatan struktural. Sasaran utama pendekatan struktural adalah tertatanya struktur dan sistem hubungan antara semua komponen dan sistem kehidupan, baik di wilayah pesisir dan laut maupun komponen pendukung yang terkait, termasuk komponen sosial, ekonomi dan fisik. Dengan penataan aspek struktural, diharapkan masyarakat mendapatkan kesempatan lebih luas untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Selain itu penataan struktur dan sistem hubungan sosial dan ekonomi tersebut diharapkan dapat menciptakan peluang bagi masyarakat untuk ikut serta melindungi sumber daya alam dari ancaman yang datang baik dari dalam maupun dari luar. 12 Langkah ini diharapkan dapat mengurangi bahkan menghilangkan masalahmasalah sosial dan ekonomi yang utama yang selama ini secara terus menerus menempatkan masyarakat (lokal) pada posisi yang sulit. Pendekatan struktural membutuhkan langkah-langkah strategi sebagai berikut : a. Pengembangan Aksesibilitas Masyarakat pada Sumber Daya Alam. Aksesibilitas masyarakat terhadap sumber daya alam adalah salah satu isu penting dalam rangka membangun perekonomian masyarakat. Langkah tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat untuk dapat menikmati peluang pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan (sustainable). Kesempatan tersebut selain dapat meningkatkan dan memelihara perekonomian masyarakat, juga diharapkan dapat mendorong masyarakat supaya lebih aktif untuk melindungi lingkungan, baik dengan cara pemanfaatan yang ramah lingkungan maupun upaya secara aktif untuk menjaga dari kerusakan lingkungan. Selain itu, aksesibilitas masyarakat terhadap potensi perairan pesisir dan laut untuk transportasi dan parawisata perlu ditingkatkan. Tujuan untuk kegiatan dan membuka lapangan kerja yang lebih luas bagi masyarakat setempat. Pengembangan sektor seperti kegiatan parawisata dapat mendorong kegiatan masyarakat untuk ikut serta melindungi lingkungan terutama apabila pelaksanaannya dilakukan dengan tepat. Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap sumber daya alam sangat diperlukan, karena sebagian besar masyarakat pantai telah dan masih akan bergantung pada sumber daya alam. b.Pengembangan Aksesibilitas Masyarakat Terhadap Sumber Daya Ekonomi. Pengembangan aksesibilitas masyarakat pantai terhadap sumber daya ekonomi dimaksudkan untuk meningkatkan diversifikasi sumber penghasilan masyarakat dan sekaligus meningkatkan kesejahteraannya. Langkah ini mencakup perluasan pilihan sumber daya ekonomi, seperti perluasan usaha dan perkreditan. Peluang usaha selain sektor perikanan 13 yang perlu dibuka lebih luas adalah dibidang pertanian, kerajinan, peternakan dan jasa angkutan. Hal ini penting dalam rangka membuka kesempatan masyarakat untuk tidak hanya bergantung secara langsung pada sumber daya alam, tetapi juga sekaligus mengurangi beban alam. Guna mendukung langkah tersebut, maka perlu dikembangkan aksesibilitas masyarakat terhadap perkreditan. Sistem perkreditan yang mampu memberikan pelayanan dan dorongan bagi masyarakat, sangat diperlukan. Perkreditan tersebut perlu lebih diarahkan kepada upaya pengembangan usaha yang tidak terlalu mengandalkan sumber daya alam utama di wilayah pesisir dan laut, yaitu mangrove. Karena itu, perlu dikembangkan suatu sistem perkreditan yang mampu mendorong tumbuhnya sektor usaha alternatif. c. Pengembangan Aksesibilitas Masyarakat Terhadap Proses Pengambilan Keputusan. Keberhasilan pengembangan masyarakat sebagai bagian dari pengelolaan pesisir dan laut sangat tergantung pada ketepatan kebijakan yang diambil. Kebijakan yang dikembangkan dengan melibatkan dan memperhatikan kepentingan masyarakat dan menjamin keberhasilan pengelolaan sumber daya alam dan wilayah. Keterlibatan masyarakat sangat diperlukan karena akan menghasilkan kebijakan yang disesuaikan dengan potensi, aspirasi dan kepentingan masyarakat. Kebijakan yang berbasis pada potensi masyarakat akan mendorong keterlibatan masyarakat dalam pemanfaatan dan perlindungan sumber daya alam. Selain itu juga memberikan keuntungan ganda. pertama, dengan mengakomodasi aspirasi masyarakat maka pengelolaan pesisir dan laut akan menarik masyarakat sehingga akan mempermudah proses penataan. Kedua, memberikan peluang bagi masyarakat untuk ikut bertanggung jawab atas keamanan pesisir dan laut. Selain itu yang lebih penting lagi adalah adanya upaya untuk meningkatkan kepentingan hakiki masyarakat yaitu kesejahteraan. 14 Pelibatan masyarakat dalam pengambilan kebijakan, dapat dilakukan dengan pendekatan yang menggabungkan bottom up dan top down planning. Pada tingkat perencanaan masyarakat harus dilibatkan dalam penyusunan tata ruang untuk menyerap informasi dan aspirasi masyarakat. Hal tersebut akan memberikan manfaat bagi proses pengembangan zona yang akan dijadikan sebagai pola dasar penyusunan rencana pengelolaannya. Informasi dan aspirasi masyarakat tersebut juga akan bermanfaat untuk menggali potensi masyarakat terutama dalam rangka mengembangkan sistem perlindungan kawasan yang berbasis pada masyarakat. Dilain pihak, top down planning diperlukan untuk memberikan peluang bagi pemerintah untuk merancang pola pengelolaan wilayah bagi kepentingan yang lebih luas. d. Peningkatan Aksebilitas Masyarakat Terhadap Informasi. Informasi merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan masyarakat pantai sebagai bagian dari pengelolaan pesisir dan laut. Kesediaan informasi mengenai potensi dan perkembangan kondisi wilayah dan sumber daya alamnya sangat berharga untuk penyusunan kebijakan, program dan kegiatan di wilayah tersebut. Kesediaan informasi ini juga penting bagi masyarakat untuk dijadikan bahan pertimbangan pengembangan kegiatan dan perannya dalam rangka meningkatkan perekonomian mereka. Hal tersebut juga bermanfaat untuk mengefektifkan upaya masyarakat dalam melindungi sumber daya alam serta wilayah pesisir dan laut. Mengingat sebagian besar penduduk di wilayah ini tergantung secara ekonomis pada sumber daya alam, maka informasi yang berkaitan dengannya sangat diperlukan bagi masyarakat. Guna meningkatkan aksesibilitas informasi dari masyarakat, dapat dilakukan dengan pembentukan forum komunikasi yang melibatkan masyarakat, unsur-unsur pemerintah dan pihak terkait serta stakeholders. 15 e. Pengembangan Kapasitas Kelembagaan. Untuk meningkatkan peran masyarakat dalam perlindungan wilayah dan sumber daya alam, diperlukan kelembagaan sosial, untuk mendorong peranan masyarakat secara kolektif. Semangat kolektif akan mendorong upaya pemberdayaan masyarakat untuk melindungi wilayahnya dari kerusakan yang dapat mengancam perekonomian. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan lembaga sosial diharapkan untuk memperkuat posisi masyarakat dalam menjalankan fungsi manajemen wilayah pesisir dan laut. Selain itu, pengembangan kelembagaan sosial diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kegiatan masyarakat untuk selanjutnya akan berdampak pada jalannya kegiatan ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Pengembangan kelembagaan dapat dilakukan dengan pembentukan embrio lembaga-lembaga sosial dalam bidang yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi. Apabila lembaga serupa telah ada sebelumnya, maka lembaga-lembaga tersebut perlu diberdayakan. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah pengembangan jaringan sosial antara lembagalembaga serupa baik dalam lingkungan desa, antar desa, maupun antar kecamatan. Selain itu, pemberian peranan yang lebih kepada lembagalembaga tersebut dalam proyek-proyek pembangunan akan makin memperkuat kapasitas lembaga-lembaga yang bersangkutan. f. Pengembangan Sistem Pengawasan Berbasis Masyarakat. Keberadaan sistem pengawasan yang efektif merupakan syarat utama keberhasilan pengembangan masyarakat sebagai bagian dari pengelolaan wilayah pesisir dan laut. Sistem pengawasan tersebut harus mampu menjalankan fungsinya dengan cara memobilisasi semua unsur terkait. Salah satu pendekatan yang efektif adalah pengembangan sistem pengawasan berbasis pada masyarakat. Sistem pengawasan yang berbasis pada masyarakat adalah suatu sistem yang dilandasi oleh kepentingan, 16 potensi dan peranan masyarakat lokal. Untuk itu, sistem pengawasan yang berbasis pada masyarakat tersebut selain memberikan peluang bagi masyarakat untuk ikut mengawasi sumber daya alam dan wilayah tempat mereka tinggal dan mencari makan, juga memperkuat rasa kebersamaan masyarakat dalam mengembangkan potensi daerahnya. Hal ini dapat dilakukan melalui lembaga sosial masyarakat pantai (nelayan). g. Pengembangan Jaringan Pendukung. Pengembangan koordinasi tersebut mencakup pembentukan sistem jaringan manajemen yang dapat saling membantu. Koordinasi melibatkan seluruh unsur terkait (stakeholders), baik jaringan pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha. Keberhasilan dari unsur-unsur ini, selain secara teknis manajemen akan memberikan manfaat praktis, juga secara sosial dan politis dapat mendorong terciptanya integrasi pengelolaan pesisir dan laut. Untuk mewujudkan sistem koordinasi yang efektif, maka perlu persyaratan sistem dialog antar instansi terkait dan antara instansi-instansi tersebut dengan masyarakat. Kebiasaan mengkomunikasikan gagasan dan rencana kegiatan setiap instansi dengan instansi lain merupakan langkah strategis yang harus dikembangkan. Untuk itu, pelembagaan sistem koordinasi antar stakeholders perlu dilakukan secara terus menerus dan melibatkan langsung jajaran instansi dilingkungan pemerintah. 2. Pendekatan Subyektif. Pendekatan subyektif (non struktural) adalah pendekatan yang menempatkan manusia sebagai subyek yang mempunyai keleluasaan untuk berinisiatif dan berbuat menurut kehendaknya. Pendekatan tersebut berasumsi bahwa masyarakat lokal dengan pengetahuan, keterampilan dan kesadarannya dapat meningkatkan peranannya dalam perlindungan sumber daya alam disekitarnya. Karena itu, salah satu upaya untuk meningkatkan peran 17 masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam dan wilayah pesisir dan laut adalah dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat untuk berbuat sesuatu demi melindungi sumbar daya alam. Pengetahuan dan keterampilan tersebut tidak harus berkaitan langsung dengan upaya-upaya penanggulangan masalah kerusakan sumberdaya alam tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan usaha ekonomi, terutama dalam rangka membekali masyarakat dengan usaha ekonomi alternatif sehingga tidak merusak lingkungan, antara lain yaitu : a. Peningkatan Pengetahuan Dan Wawasan Lingkungan. Pengetahuan dan wawasan lingkungan perlu dimasyarakatkan untuk memberikan konsep dan pandangan yang sama dan benar kepada masyarakat tentang lingkungan dan peranannya terhadap kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Jenis pengetahuan dan wawasan yang diberikan berbeda menurut lokasi pemukiman dan jenis pekerjaan. Bagi masyarakat yang berlokasi di zona inti tentu lebih spesifik dan lebih menekankan pada pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan hubungan langsung antara masyarakat setempat dengan pemanfaatan sumberdaya alam dan pengawasannya dibanding dengan masyarakat diluar wilayah. Peningkatan pengetahuan dan wawasan juga perlu melibatkan aparatur dusun, desa, dan kecamatan serta masyarakat luas. b. Pengembangan Keterampilan Masyarakat. Peningkatan keterampilan praktis pengelolaan lingkungan bagi masyarakat dan jajaran pemerintah ditingkat dusun, desa dan kecamatan sangat penting untuk mendorong peran serta unsur-unsur tersebut secara aktif dalam menanggulangi masalah-masalah lingkungan yang secara ekologis dan ekonomis akan merugikan. Keterampilan tersebut terutama berkaitan dengan cara-cara pemanfaatan sumberdaya alam secara efisien, dan keterampilan tentang upaya penanggulangan permasalahan. Penguasaan keterampilan 18 tersebut akan meningkatkan efektifitas peran serta masyarakat pantai dalam pengelolaan pesisir dan laut. c. Pengembangan Kapasitas Masyarakat. Pengembangan kapasitas masyarakat diperlukan untuk dapat ikut serta dalam proses pengambilan kebijakan, terutama dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Pengembangan kapasitas masyarakat sebenarnya merupakan serangkaian kegiatan seperti yang diuraikan sebelumnya, namun dalam program ini perlu ditekankan pentingnya kemampuan dan peluang masyarakat untuk dapat mengartikulasikan kepentingannya melalui kelompok atau lembaga sosial. Sasaran utama program ini adalah meningkatkan kepercayaan diri masyarakat dan kemampuan berinisiatif. d. Pengembangan Kualitas Diri. Kualitas masyarakat pantai perlu ditingkatkan untuk menjawab dua tantangan. Tantangan pertama adalah, upaya mengatasi masalah perekonomian, baik untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan pokok, maupun dalam rangka meningkatkan kesejahteraan yang lebih luas. Tantangan kedua adalah, upaya mengatasi masalah kerusakan alam, yaitu untuk mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam diwilayah pesisir dan laut sebagai akibat makin meningkatnya aktifitas manusia diwilayah tersebut. Pengembangan diri tersebut termasuk pengembangan kualitas manusia, baik secara perorangan maupun kelompok untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja yang kian beragam. Peningkatan kualitas manusia diharapkan dapat mendorong terjadinya diversifikasi lapangan kerja dan sumber penghasilan penduduk setempat sehingga mampu mengurangi kecenderungan usaha yang bertumpu pada pengelolaan sumber-daya alam yang tidak efisien. Program pengembangan kualitas manusia ini selain dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan juga dengan cara membentuk kerjasama antar lembaga-lembaga sosial dan 19 ekonomi, baik di lingkungan desa pantai maupun di luar, bahkan antar wilayah. Penyiapan tenaga kerja untuk mengantisipasi perkembangan kegiatan pembangunan di wilayah pesisir dan laut dan wilayah lain disekitarnya perlu dilakukan secara proaktif dengan dilandasi oleh pandangan jauh ke depan. e. Peningkatan Motivasi Masyarakat Untuk Berperanserta. Motivasi masyarakat perlu ditumbuhkan untuk mendorong peran serta mereka secara aktif dalam pengelolaan sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut. Untuk itu, upaya pelibatan masyarakat dan pengembangan kegiatan yang dilandasi oleh kepentingan masyarakat perlu ditingkatkan terus. Pelaksanaannya perlu diintegrasikan dengan aspek-aspek yang secara langsung menyentuh kepentingan masyarakat. Penyeimbangan kepentingan lingkungan, sosial dan ekonomi mempunyai arti yang strategis untuk mendorong masyarakat melibatkan diri dalam upaya perlindungan sumberdaya alam. f. Penggalian DanPengembangan Nilai Tradisional Masyarakat. Upaya penggalian nilai-nilai tradisional adalah penting untuk dijadikan bahan pengem-bangan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat menjadi norma-norma yang dapat dioperasional-kan menjadi landasan dan ramburambu pengamanan sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut. Pengembangan nilai-nilai dan norma-norma arif lingkungan masyarakat akan mendorong penggunaan aturan-aturan atau cara-cara mereka sendiri dalam mengelola sumberdaya alam berdasarkan pada nilai-nilai yang mereka yakini. Dengan demikian, strategi pengembangan masyarakat pantai dalam meningkatkan kemandirian Daerah, sesungguhnya dapat dibagi dua yaitu, pertama merupakan strategi jangka pendek yang bertujuan untuk mengatasi berbagai masalah pengembangan masyarakat pantai dengan menyesuaikan urgensi kebutuhan melalui pendekatan struktural dan non struktural. Kedua adalah strategi jangka panjang dengan tujuan yang menitikberatkan pada : 20 1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. 2. Pengembangan program dan kegiatan yang mengarah kepada peningkatan, pemanfaatan secara optimal dan lestari sumber daya di wilayah pesisir dan lautan. 3. Peningkatan kemampuan dan peran serta masyarakat pantai dalam pelestarian lingkungan. 4. Peningkatan pendidikan, latihan, riset dan pengembangan di wilayah pesisisr pantai dan laut. 21 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pantai adalah suatu daerah bertemunya laut dan darat,dimana yang ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Pengelolaan Sumberdaya alam pantai dan laut pada hakekatnya adalah suatu proses pengontrolan tindakan manusia atau masyarakat di sekitar kawasan pesisir agar pemanfaatan sumberdaya alam dapat dilakukan secara bijaksana dengan mengindahkan kaidah kelestarian lingkungan. Ekosistem atau sistem ekologis terdiri atas berbagai komunitas dalam suatu daerah geografis besar.Istilah ekosistem telah di perkenenalkan oleh A.G Tansley pada tahun 1935, Dan ide ekosistem di gunakan untuk menjelaskan hubungan antara komunitas biotik dengan berbagai faktor fisika dan kimia lingkungan. pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu pada kata empowerment yaitu upaya untuk merealisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat.Pengelolaan berbasis masyarakat atau biasa disebut CommunityBased Management yang merupakan pendekatan pengelolaan sumberdaya alam yang menerapkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat lokal sebagai dasar pengelolaanya. Strategi pengembangan masyarakat pantai dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu, yang bersifat struktural dan non structural a).Sasaran utama pendekatan struktural adalah tertatanya struktur dan sistem hubungan antara semua komponen dan sistem kehidupan, baik di wilayah pesisir dan laut maupun komponen pendukung yang terkait, termasuk komponen sosial, ekonomi dan fisik. b). Pendekatan subyektif (non struktural) adalah pendekatan yang menempatkan manusia sebagai subyek yang mempunyai keleluasaan untuk berinisiatif dan berbuat menurut kehendaknya. Pendekatan tersebut berasumsi bahwa masyarakat lokal dengan pengetahuan, 22 keterampilan dan kesadarannya dapat meningkatkan peranannya dalam perlindungan sumber daya alam disekitarnya. 3.2 Saran Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimat. Dari segi isi juga masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para pembaca makalah ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat membangun demi menjadikan makalah ini menjadi lebih baik. 23 DAFTAR PUSTAKA Stefanus Stanis,Supriharyono, Azis Nur Bambang, 2007, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan Laut Melalui Pemberdayaan Kearifan Lokal Di Kabupaten Lembata Propinsi Nusa Tenggara TimurJurnal Pasir Laut: Nusa Tenggara Timur. ATMADJA, W.S., A. KADI, SULISTIJO dan R. SATARI 1996, Pengenalan Jenis- Jenis Rumput Laut Indonesia, Jakarta: Puslitbang Oseanologi – LIPI. Mochtar Kusumaatmadja, 1992. Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan Laut, Dilihat dari Sudut Hukum Internasional dan Nasional, Jakarta: Pusat Studi Wawasan Nusantara bekerjasama dengan Penerbit Sinar Grafika. Hasjim Djalal, 1979, Perjuangan Indonesia Di Bidang Hukum Laut, Bandung: Binacipta. dede sugandi, “Pengelolaan Sumberdaya Pantai” 11 (April 2011): 57. Darmawan, 2010, Sebaran mangrove, padang lamun dan terumbu karang dipesisir Kalimantan tengah. Palang karaya: dinas kelautan dan perikanan provinsi Kalimantan tengah bidang pengelolahan sumberdaya kelautan dan perikanan. Balai biologi laut, puslitbang oseanologi-LIPI. Jakarta. Makalah disampaikan dalam seminar nasional pengelolahan sumberdaya kelautan demi peningkatan kesejahteraan rakyat, lembaga bakti sarjana indonesia(LBIS), jakarta 22 nopember 1999. 24