EKOSISTEM LAUT TROPIS (INTERAKSI ANTAR EKOSISTEM LAUT TROPIS ) ANI RAHMAWATI JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNTIRTA m.k. Ekologi Laut Tropis Tipologi ekosistem laut tropis Mangrove Terumbu Lamun Pencegah erosi Area pemeliharaan Penghasil nutrien Bahan organik Ikan dan krustasea dewasa m.k. Ekologi Laut Tropis FUNGSI Pengikat sedimen Area pemeliharaan, makan, dan pemijahan PRODUKSI Karbon dan nitrogen Ikan dewasa Peyangga fisik Penyedia aneka habitat (area makan, pemijahan, dll) Ikan dan larva invertebrata Pelindung dari gelombang dan arus Interaksi ekosistem • UNESCO (1983) membagi interaksi ekosistem laut tropis ke dalam lima kategori, yaitu: Modified by Bengen 2004 from UNESCO 1983 – – – – – interaksi fisik, interaksi bahan organik terlarut, interaksi bahan organik partikel, interaksi migrasi biota, dan interaksi dampak manusia. m.k. Ekologi Laut Tropis INTERAKSI FISIK Mekanisme interaksi fisik: – reduksi energi gelombang, – reduksi sedimen, dan – pengaturan pasokan air, baik air laut maupun air tawar dari sungai. Komunitas lamun dan mangrove sangat bergantung pada keberadaan struktur kokoh dari bangunan kapur terumbu karang sebagai penghalang aksi hidrodinamis lautan, yaitu arus dan gelombang. Di zona reef front, terjadi produksi pecahan fragmen kapur akibat hempasan gelombang dan terpaan arus yang terus-menerus. Fragmen-fragmen kapur ini akan diproses oleh beberapa jenis ikan, bulu babi, dan sponge untuk menghasilkan kerikil, pasir, dan lumpur. Selanjutnya kerikil, pasir, dan lumpur akan diteruskan ke arah pantai oleh aksi gelombang dan arus yang telah dilemahkan, sehingga membentuk akumulasi sedimen yang menjadi substrat utama di goba serta diperlukan di ekosistem lamun dan mangrove. m.k. Ekologi Laut Tropis INTERAKSI FISIK • Peran ganda ekosistem lamun: (1) pemerangkap dan penstabil sedimen, serta Fungsi pertama sangat diperlukan oleh terumbu karang karena menghindari proses sedimentasi yang bisa menutup permukaan hewan karang dan mengahalangi proses fotosintesis zooxanthellae di dalamnya. (2) pemroduksi sedimen. Fungsi kedua dilakukan oleh alga berkapur, epifit, dan infauna, yang hasilnya diperlukan oleh komunitas lamun dan mangrove. • Mangrove juga berperan serupa dalam hal pemerangkap dan penyaring sedimen dan bahan pencemar, sehingga sedimentasi dan pencemaran di perairan pesisir jauh berkurang. Mangrove juga berperan dalam mengatur pasokan air tawar ke sistem perairan pesisir. m.k. Ekologi Laut Tropis INTERAKSI NUTRIEN DAN BAHAN ORGANIK TERLARUT (dissolved organic matter) • Nutrien anorganik, yaitu fosfor dan nitrogen, dan zat hara (bahan organik terlarut) merupakan bahan yang sangat penting dalam mekanisme produksi primer di lautan. • Laut merupakan sistem yang miskin nutrien dan hara, sehingga sering dijadikan faktor pembatas produktivitas primer. • Dalam konteks kebutuhan nutrien, maka komunitas mangrove dan lamun jauh lebih membutuhkan nutrien dibandingkan komunitas karang yang oligotrofik. • Dengan karakteristik fisik yang dimilikinya, mangrove dan lamun dapat mempertahankan pasokan nutrien yang melimpah dari daratan, kemudian memanfaatkannya serta meneruskan kelebihan nutrien dan zat hara tersebut ke sistem terumbu karang. m.k. Ekologi Laut Tropis INTERAKSI BAHAN ORGANIK PARTIKEL (particulate organic matter) • Sejumlah besar bahan organik partikel yang masuk ke lautan berasal dari bahan organik terlarut dari daratan yang terakumulasi dan mengeras. Sebagian kecil lainnya berasal dari detritus yang berupa dedaunan mangrove dan lamun yang membusuk. Mayoritas bahan organik partikel ini akan dihancurkan terlebih dahulu oleh biota-biota mangrove sehingga membentuk fragmen yang berukuran lebih kecil. Fragmen-fragmen berukuran kecil ini merupakan makanan yang berprotein tinggi dan disukai oleh biota laut berukuran besar yang sering terdapat di terumbu karang. m.k. Ekologi Laut Tropis INTERAKSI MIGRASI BIOTA • Migrasi biota laut merupakan suatu hubungan yang penting dan nyata antara terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove. • Ada dua kategori migrasi biota, yaitu: – Migrasi jangka pendek untuk makan – Migrasi daur hidup (ontogenic migration) antara ekosistem yang berbeda, m.k. Ekologi Laut Tropis INTERAKSI MIGRASI BIOTA 1. Migrasi jangka pendek untuk makan Tipe migrasi ini umumnya dilakukan oleh biota-biota dewasa. Ada dua strategi migrasi makan, yaitu: – Edge (peripheral) feeders Edge feeders merupakan biota yang memanfaatkan suatu sistem habitat untuk berlindung, namun berkelana jauh dari sistemnya untuk mencari makan. Umumnya tipe migrasi ini berlangsung dalam jarak pendek, dan biota yang telah diketahui melakukannya adalah bulu babi Diadema dan ikan Scaridae. – Migratory feeders Tipe migratory feeders memiliki jarak migrasi yang relatif jauh dan memiliki waktu tertentu dalam melakukan kegiatannya. Contoh biotanya adalah ikan penghuni terumbu karang seperti ikan kakap (Lutjanidae) yang diketahui sering mencari makan di padang lamun saat malam hari, dan ikan barakuda (Sphyraenidae) yang mencari makan di mangrove saat pasang naik. m.k. Ekologi Laut Tropis Courtesy of Mumby 2006 INTERAKSI MIGRASI BIOTA H. sciurus m.k. Ekologi Laut Tropis INTERAKSI MIGRASI BIOTA Mumby, P J. 2006. Connectivity of reef fish between mangroves and coral reefs: Algorithms for the design of marine reserves at seascape scales. Journal of Biological Conservation No. 128, 215-222 pp. m.k. Ekologi Laut Tropis INTERAKSI DAMPAK MANUSIA Kegiatan manusia, baik yang bersifat ekstraktif maupun non-ekstraktif, memiliki dampak yang bervariasi terhadap ekosistem laut tropis, dari yang sifatnya sementara hingga yang bersifat merusak secara permanen. m.k. Ekologi Laut Tropis • Domino effect: Kerusakan yang terjadi terhadap salah satu ekosistem dapat menimbulkan dampak lanjutan bagi ekosistem di sekitarnya maupun ekosistem lain di luar, seperti daratan pesisir dan laut lepas. • Bagi komunitas mangrove dan lamun, gangguan yang parah akibat kegiatan manusia berarti kerusakan dan musnahnya ekosistem. • Bagi komunitas karang, kerusakan yang terjadi dapat mengakibatkan konversi habitat dasar dari komunitas karang batu yang keras menjadi komunitas yang didominasi biota lunak seperti alga dan/atau karang lunak. m.k. Ekologi Laut Tropis PENGUKURAN TERUMBU KARANG DENGAN MANTA TOW • Teknik pengamatan terumbu karang dengan cara pengamat di belakang perahu kecil bermesin dengan menggunakan tali sebagai penghubung antara perahu dengan pengamat. Papan manta m.k. Ekologi Laut Tropis Prosedur umum Manta Tow Pengamat ditarik di antara rataan terumbu karang dan tubir (reef edge) dengan kecepatan yang tetap yaitu antara 3 5 km/jam atau seperti orang yang berjalan lambat. Bila ada faktor lain yang menghambat seperti arus perairan yang kencang maka kecepatan perahu dapat ditambah sesuai dengan tanda dari si pengamat yang berada di belakang perahu. Pengamatan terumbu karang dilakukan selama 2 menit, kemudian berhenti beberapa saat untuk memberikan waktu bagi pengamat mencatat data beberapa kategori yang terlihat selama 2 menit pengamatan tersebut ke dalam tabel data yang tersedia di papan manta. Setelah mendapat tanda dari pengamat maka pengamatan dilanjutkan lagi selama 2 menit, begitu seterusnya sampai selesai pada batas lokasi terumbu karang yang diamati. m.k. Ekologi Laut Tropis Posisi pengamatan Kategori persentase karang m.k. Ekologi Laut Tropis m.k. Ekologi Laut Tropis m.k. Ekologi Laut Tropis Metode pengambilan data menggunakan Line Intercept Transek (LIT) 1. Merentangkan roll meter di atas Ekosistem Terumbu Karang sepanjang 50 meter. Transek diberi tanda dengan menancapkan besi beton sepanjang 1.2 m sebanyak 5 buah, dengan jarak antara 12.5 m. 2. Setelah roll meter dibentangkan, pengambilan data bergerak perlahan dari titik nol untuk mencatat transisi dan lifeform yang berada tepat di bawah transek pada lembar data. 3. Perhatikan dan amati biota habitat dasar yang terbentang di bawah (menyinggung) roll meter. 4. Catat hasil pengukuran pada roll meter. m.k. Ekologi Laut Tropis Contoh pengukuran dengan metode LIT m.k. Ekologi Laut Tropis Metode pengambilan data Transek kuadrat 1. Rentangkan roll meter di atas Ekosistem Terumbu Karang sepanjang 50 meter. 2. Letakan transek kuadrat berukuran 1x1 meter sepanjang bentangan tali dengan interval 5 meter, yang dimulai dari titik nol. 3. Perhatikan dan amati biota habitat dasar yang terdapat di dalam transek kuadrat, lalu gambarkan bentuk dan luasnya. Setelah di clear no luas penutupan (cm²) persen penutupan (%) kategori 1 488300 23,99838798 act 2 6240 0,306676103 ot 3 38286 1,88163482 cf 4 81208 3,991114257 ace 5 6504 0,319650861 sc 6 95335 4,685411261 alga 7 1318847 64,81712471 rck 8 m.k. Ekologi 2034720 Laut Tropis 100 all Sebelum di clear Visual Sensus Pada Ikan Karang 1. Bentangkan tali sama dengan metode LIT 2. Amati keberadaan ikan yang berada di sisi-sisi tali 3. Catat dengan menetukan Jenis Familinya m.k. Ekologi Laut Tropis Luas penutupan kawasan oleh lamun : 1) Jarak antar garis transek 50-100 m. 2) Dari garis transek, titik-titik sampling ditentukan dengan jarak masing-masing titik sampling berjarak 10-20 m. 3) Plot berukuran 50 x 50 cm digunakan untuk menentukan luas penutupan lamun. Prosentase penutupan lamun ditentukan dengan metode Saito & Atobe (dalam English et al. 1994). m.k. Ekologi Laut Tropis m.k. Ekologi Laut Tropis m.k. Ekologi Laut Tropis m.k. Ekologi Laut Tropis