BAB 41 HUBUNGAN LUAR NEGERI BAB 41 HUBUNGAN LUAR NEGERI I. PENDAHULUAN Indonesia akan memasuki Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) dengan situasi internasional dan kondisi dalam negeri yang secara mendasar berbeda dengan Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I). Apabila selama PJP I, komunisme dan perang dingin masih menjadi sumber ancaman dari luar yang amat potensial, maka pada PJP II ancaman demikian praktis sudah tidak begitu berarti. Selain itu, ancaman perpecahan dari dalam negeri juga telah makin berkurang sejak diterimanya Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal ini akan membawa dampak besar bagi hubungan luar negeri Indonesia dalam PJP II. Seiring dengan perkembangan dunia yang berubah dengan cepat, persaingan antarbangsa yang makin ketat, serta substansi permasalahan yang sangat luas dan kompleks, maka pembangunan hubungan luar negeri yang menuntut keterlibatan banyak lembaga 521 dan sumber daya manusia yang berkualitas, perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh. Hal terpenting bagi Indonesia dalam melaksanakan hubungan luar negeri adalah penghormatan atas asas kedaulatan negara dan kesejajaran kedudukan antara bangsa-bangsa di dunia. Hal ini didasarkan pada Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang mengamanatkan "bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan". Selain itu, pembukaan UUD 1945 juga menyatakan agar Indonesia "ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial". Sesuai dengan amanat Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993, maka hubungan luar negeri bangsa Indonesia dengan bangsa lain dilandasi prinsip politik luar negeri bebas aktif yang makin mampu menunjang kepentingan nasional serta makin mampu mendukung terwujudnya tatanan dunia baru berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Prinsip politik luar negeri bebas aktif ini mencerminkan jiwa, tekad, dan semangat kemandirian bangsa Indonesia. Dengan demikian, maka dalam melakukan hubungan luar negeri Indonesia menempatkan dirinya secara wajar dan dalam posisi bersahabat dengan semua bangsa. Indonesia menghormati perbedaan yang terkandung dalam eksistensi setiap bangsa dan negara, dan menempatkan kemerdekaan sebagai nilai tertinggi dalam tata hubungan internasional, di samping perdamaian, dan keadilan sosial. Oleh karena itu, Indonesia menghormati setiap forum yang diciptakan oleh negara-negara di dunia untuk menyelesaikan berbagai persoalan secara damai yang muncul dalam masyarakat internasional. 522 Dalam PJP II GBHN 1993 mengamanatkan bahwa penyelenggaraan hubungan luar negeri yang didasarkan pada politik luar negeri yang bebas aktif perlu terus ditingkatkan dan dimantapkan dalam rangka menunjang pencapaian tujuan nasional. Dalam kaidah penuntun, GBHN 1993 memberi petunjuk bahwa hubungan bangsa Indonesia dengan bangsa lain, baik politik, ekonomi, sosial budaya, maupun pertahanan keamanan, didasarkan pada hubungan bebas aktif yang diabdikan untuk kepentingan nasional dan ditujukan pada terciptanya tatanan kehidupan antarbangsa yang merdeka, tertib, damai, adil, dan sejahtera. Dalam Repelita VI GBHN 1993 menggariskan bahwa setiap perkembangan, perubahan dan gejolak dunia baik politik, ekonomi, sosial budaya, maupun militer, terus diikuti secara saksama. Perkembangan dunia yang menimbulkan kendala bagi pembangunan nasional perlu diantisipasi dan diatasi serta diambil langkah-langkah penanganannya sendiri sedini mungkin, sedangkan yang mengandung peluang perlu dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan. Selanjutnya, dalam Repelita VI GBHN 1993 juga memberikan petunjuk bahwa politik luar negeri bebas aktif terus ditingkatkan dan diabdikan untuk kepentingan nasional. Upaya untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia dan turut mewujudkan tata dunia baru berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial terus ditingkatkan melalui kerja sama di berbagai forum internasional, baik regional maupun internasional terutama di antara negara-negara nonblok. Kerja sama antara negara anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) perlu terus ditingkatkan dan diperluas dalam rangka memperkuat ketahanan regional yang didukung oleh dan memberi dampak kepada ketahanan nasional masing-masing negara anggota menuju terwujudnya kawasan Asia Tenggara yang damai, bebas, netral, dan sejahtera. 523 Perubahan-perubahan yang mendasar yang terjadi menjelang akhir abad ke-20, dan memasuki PJP II, menjadi pertanda diperlukannya usaha untuk mencari tata hubungan internasional yang baru secara aktif, kreatif, dan terus menerus. Setiap masalah internasional antarbangsa yang muncul, menuntut antisipasi tertentu yang tidak selalu sama bentuk penyelesaiannya dengan yang sudah terjadi sebelumnya. Dengan demikian, bangsa Indonesia perlu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk menghadapi kenyataan yang baru dan mengarahkannya ke sasaransasaran yang dikehendaki dalam usaha menempatkan pembangunan bangsa pada jalur yang tepat. Pembangunan. hubungan luar negeri dalam PJP II dan Repelita VI disusun dan diselenggarakan dengan berlandaskan pada pengarahan GBHN 1993 seperti tersebut di atas. II. PEMBANGUNAN HUBUNGAN LUAR NEGERI DALAM PJP I Dalam PJP I Indonesia berhasil membuktikan dan memantapkan posisinya sebagai negara yang aktif dalam membina persahabatan dengan negara-negara lain. Stabilitas sosial politik, keamanan, dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, telah memberikan momentum yang besar dalam pembangunan hubungan luar negeri, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini merupakan prakondisi penting dalam memasuki PJP II mendatang. Penerapan prinsip politik luar negeri bebas aktif secara konsekuen dengan berperan aktif dalam berbagai organisasi internasional telah meningkatkan citra, wibawa, kedudukan, dan peranan Indonesia dalam ikut serta menciptakan ketertiban dan perdamaian dunia yang abadi, adil, dan sejahtera. Terbentuknya ASEAN pada tahun 1967, waktu itu Indonesia turut mengambil prakarsa, menunjukkan tekad baik Indonesia untuk membina kerja s a m a d e n ga n p a r a t e t a n gg a n ya d i A s i a T e n g ga r a u n t u k 524 membangun kawasan yang damai, adil, dan sejahtera. Dalam usianya yang ke-27, ASEAN telah menjadi organisasi regional yang secara luas diakui amat penting, baik posisi maupun sumbangannya di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam di dunia saat ini. ASEAN bahkan telah mengambil langkah-langkah ke arah terbentuknya ASEAN Free Trade Area (AFTA), yang dalam jangka panjang diharapkan menjadi sarana kerja sama ekonomi yang lebih berkualitas dan berorientasi pada pasar bebas. ASEAN juga mencanangkan ASEAN Regional Forum (ARF) untuk menata hubungan politik dan keamanan ASEAN dengan negara Asia Tenggara lainnya dan negara besar di kawasan Asia Pasifik. Di kelompok negara-negara berkembang, Indonesia telah berhasil membangun kepercayaan dan rasa solidaritas yang mendalam antara negara-negara yang tergabung dalam Gerakan Nonblok (GNB). Hal ini mencapai puncaknya ketika Indonesia dipilih sebagai Ketua dan sekaligus menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-10 yang cakupannya tidak saja bidang politik, tetapi juga bidang ekonomi dan bidang sosial budaya. Dalam kapasitasnya sebagai Ketua GNB, Indonesia kembali mengumandangkan pentingnya negara-negara berkembang membangun kemandirian dan berusaha menyelesaikan masalahmasalahnya sendiri, dan di antara sesama negara berkembang mengembangkan kerja sama untuk menyelesaikan masalah-masalah yang perlu dihadapi bersama. Sebagai wakil GNB, Indonesia terus berupaya meyakinkan negara-negara anggota G-7 akan perlunya melanjutkan dialog konstruktif antara Utara-Selatan, menyangkut berbagai isu politik dan ekonomi yang menjadi kepentingan bersama. Indonesia berkeyakinan bahwa kerja sama Utara-Selatan bukan hanya untuk kepentingan sepihak negara-negara Selatan belaka, melainkan untuk membangun kemitraan global yang juga menjadi kepentingan negara-negara Utara. Termasuk dalam kemitraan global itu adalah upaya dalam penyelesaian masalah utang dan pendanaan pembangunan jangka panjang negara-negara berkembang. 525 Dalam rangka penerapan politik bebas aktif, Indonesia telah memberikan sumbangan besar di berbagai kawasan dunia yang sedang mengalami persoalan dan persengketaan, dengan tidak hanya berupa pengiriman pasukan penjaga perdamaian dan penasehat minter di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tetapi juga ikut aktif menggerakkan upaya penyelesaian diplomatik lainnya. Selama sekitar 10 tahun, misalnya, Indonesia berperan sebagai salah satu perantara dialog antara pihak-pihak yang bersengketa di Kamboja hingga kemudian masalah Kamboja memperoleh format penyelesaian yang bisa diterima semua pihak dan berhasil menyelenggarakan pemilihan umum pertamanya di bawah pengawasan PBB. Selama lima Repelita dalam PJP I, Indonesia selalu gigih dalam mendukung perjuangan bangsa-bangsa yang masih terjajah. Indonesia terus konsisten mendukung perjuangan bangsa Palestina untuk memperoleh kembali tanah airnya, dan Indonesia juga selalu menentang politik apartheid di Afrika Selatan. Kredibilitas Indonesia untuk membantu menyelesaikan masalah regional dan internasional makin meningkat dan hal ini terbukti dengan dipercayanya Indonesia untuk ikut serta menyelesaikan secara damai seperti masalah Moro-Filipina Selatan, sengketa Laut Cina Selatan, dan dalam batas-batas tertentu masalah Israel-Palestinian Liberation Organization (PLO). Lewat PBB, GNB, ASEAN, dan berbagai forum internasional lainnya, Indonesia terus mendukung secara aktif penciptaan tatanan dunia baru yang adil, damai, dan sejahtera bagi seluruh umat manusia. Sebagai bagian dari negara Kelompok Selatan, Indonesia aktif memperjuangkan keadilan dalam pemanfaatan sumber daya ekonomi dunia secara maksimal berdasarkan asas pembangunan berkelanjutan. Dalam konteks yang lebih luas, hubungan luar negeri yang dibina selama ini telah berhasil menumbuhkan kepercayaan di 526 berbagai negara ataupun organisasi internasional untuk membantu meningkatkan usaha pembangunan, seperti tercermin dari meningkatnya arus wisatawan, investasi, pinjaman luar negeri, percepatan alih teknologi, perluasan akses komoditas ke pasar internasional, dan lain sebagainya. Di samping itu, kerja sama teknologi dengan negara-negara lain telah mencakup nilai dan kualitas yang tinggi di semua bidang kehidupan, lebih dari waktu-waktu sebelumnya. Pasar Indonesia secara individual ataupun dalam konteks ASEAN menjadi sasaran menarik para investor asing, dan selama ini terbukti berhasil menaikkan kuantitas dan kualitas lalu lintas komoditas perdagangan dan modal. Kebijaksanaan luar negeri dalam PJP I, yang berhasil menciptakan suasana keamanan yang relatif stabil, baik di dalam negeri maupun di kawasan Asia Tenggara, merupakan penunjang keberhasilan berbagai upaya pembangunan nasional. Indonesia pada akhir PJP I bahkan dikelompokkan oleh Bank Dunia sebagai salah satu negara di dunia yang pertumbuhan ekonominya selama 25 tahun maju paling pesat dan menjadi contoh keberhasilan dari suatu perencanaan pembangunan berkelanjutan bagi negara-negara berkembang lainnya. Keberhasilan ini, selain telah menaikkan derajat Indonesia sebagai negara yang mempunyai kesungguhan dalam menaikkan taraf hidup rakyatnya sendiri, juga memberikan sumbangan yang positif bagi usaha peningkatan kesejahteraan negara berkembang lainnya dalam mengatasi kesenjangan ekonominya dengan negara maju. Hal ini terbukti dengan meningkatnya minat negara berkembang memanfaatkan pengalaman Indonesia melalui berbagai program dan perjanjian dengan negara-negara sahabat seperti dalam kerja sama sosial, ekonomi dan teknik, investasi, dan keuangan termasuk penghindaran pajak berganda. Keberhasilan penting lainnya adalah diterimanya konsep negara kepulauan oleh dunia internasional yang kemudian dituangkan dalam Konvensi PBB tentang Hukum Laut pada tahun 1982. Sejak itu telah disepakati bahwa Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) berada hingga jarak 200 mil dari garis pantai suatu negara 527 kepulauan. Hal ini memberikan sumbangan cukup besar bagi keberhasilan pembangunan nasional, baik secara politis maupun ekonomis. Dalam bidang kebudayaan, hubungan luar negeri Indonesia yang dilaksanakan melalui pengiriman misi budaya, pengiriman dan pertukaran pemuda, pelajar, dan mahasiswa; kegiatan olahraga, serta penyelenggaraan pameran kebudayaan Indonesia, telah memperdalam pengertian dan membantu terciptanya citra positif Indonesia di mancanegara. Di samping itu, telah pula dirintis pendirian pusat-pusat kebudayaan Indonesia di luar negeri dan Perhimpunan Persahabatan Indonesia dengan negara-negara sahabat. Indonesia juga telah membuka beberapa kantor perwakilan baru di luar negeri, yang menunjukkan meningkatnya usaha Indonesia dalam mengadakan hubungan persahabatan dengan negara lain di dunia. Konsistensi pelaksanaan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, serta kepedulian dan peran serta Indonesia terhadap perbaikan masalah ekonomi pembangunan secara global, telah menjadi modal utama bagi peningkatan peran selanjutnya dalam hubungan luar negerinya, sesuai amanat UUD 1945 dan petunjuk GBHN. III. TANTANGAN, KENDALA, DAN PELUANG PEMBANGUNAN Pembangunan nasional telah berhasil meningkatkan citra dan martabat Indonesia di luar negeri dan mendukung keberhasilan pelaksanaan politik luar negeri yang bebas dan aktif berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pada gilirannya, keberhasilan kebijaksanaan dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan hubungan luar negeri telah pula mendukung keberhasilan pembangunan nasional dalam PJP I. 528 Dalam PJP II kebijaksanaan hubungan luar negeri yang telah terbukti berhasil selama ini perlu dilanjutkan dan ditingkatkan berlandaskan amanat GBHN 1993. Untuk itu perlu dikenali tantangan dan kendala yang akan dihadapi, serta peluang yang dapat dimanfaatkan dalam melaksanakan hubungan luar negeri selama PJP II. 1. Tantangan Berakhirnya perang dingin serta gejala makin menyatunya dunia dalam proses globalisasi, telah memberikan kemungkinan bagi masyarakat bangsa-bangsa untuk memperjuangkan masa depan yang lebih baik. Sistem hubungan internasional sedang berubah secara drastis dan mendasar yang membuka kemungkinan lebih luas bagi terciptanya perdamaian dan terbentuknya tatanan dunia baru. Tetapi masih cukup banyak masalah yang diwariskan oleh era perang dingin, yang menyebabkan perdamaian dan tata nan dunia baru tidak mudah diwujudkan. Oleh karena itu, meru pakan tantangan bagi Indonesia untuk ikut berperan aktif dalam membangun tatanan dunia baru yang merdeka, tertib, damai, adil, dan sejahtera, sesuai dengan amanat UUD 1945. Dunia kini tidak lagi terkotak-kotak dalam kelompok-kelompok ideologi, dan kemungkinan terjadinya konflik global yang bersumberkan pada sistem sosial-politik yang saling bertentangan sudah makin mengecil. Namun, benih-benih konflik baru memperlihatkan diri dalam bentuk pandangan yang bertentangan mengenai berbagai hal lain. Dengan berakhirnya perimbangan kekuatan dan meredanya persaingan ideologi, negara -negara yang kuat cenderung menerapkan pandangan-pandangan politik serta berbagai nilai yang berlaku di masyarakatnya kepada negara-negara lain yang lebih lemah dalam hal modal, teknologi, dan pasar. Kebebasan gerak manusia, modal, komoditas, dan teknologi yang melampaui batas-batas nasional negara ternyata tidak senantiasa membuat dunia menuju kearah tatanan hidup internasio nal yang stabil. Dalam pembangunan hubungan luar negeri, merupakan suatu 529 tantangan bagi Indonesia untuk mengatasi ancaman bentuk baru dalam rangka mempertahankan kedaulatan, kepribadian, dan kemandirian bangsa. Perkembangan dunia yang berubah dengan cepat, dampak arus globalisasi yang makin meluas, meningkatnya intensitas hubungan luar negeri yang mempunyai substansi yang sangat luas dan kompleks, serta masih kurangnya sumber daya manusia yang profesional dalam membina hubungan luar negeri dapat menyebabkan bangsa Indonesia akan sulit bersaing dengan bangsa lain yang lebih maju dalam PJP II. Dengan demikian, tantangan bagi Indonesia adalah meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, terutama berkaitan dengan pengembangan hubungan luar negeri, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, informasi maupun teknologi agar mampu berdiri sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang lebih maju. Kecenderungan proteksionisme dan meningkatnya masalah perdagangan yang mempunyai dimensi politik merupakan hambatan bagi Indonesia untuk memperluas kegiatan perdagangannya. Sebaliknya, globalisasi ekonomi dan perkembangan teknologi mengakibatkan hubungan ekonomi internasional dan ekonomi nasional makin tidak dapat dipisahkan karena adanya saling ketergantungan. Hal ini juga menimbulkan tantangan bagi Indonesia untuk melakukan terobosan pasar internasional agar makin mampu menghadapi arus globalisasi dan regionalisasi perekonomian dunia sehingga dapat menunjang dan mempercepat pelaksanaan pembangunan nasional. 2. Kendala Pola hubungan internasional sejak berakhirnya Perang Dunia II yang dikenal sebagai era perang dingin antara dua blok sistem dan ideologi sudah tidak ada, dan penggantinya masih dalam proses pembentukan awal. Dengan demikian, masalah yang ada di dunia dalam era pasca perang dingin, mempunyai pola yang 530 berbeda dengan masa sebelumnya. Karena perubahan yang terjadi demikian mendasarnya, maka penyusunan pola hubungan internasional yang baru akan memakan waktu yang panjang. Kendalanya ialah adanya kecenderungan negara yang lebih kuat untuk berusaha mendominasi pembentukan tatanan dunia baru tersebut secara sepihak, tanpa melibatkan negara berkembang yang dianggap oleh negara maju kurang siap untuk berpartisipasi sepenuhnya. Kendala lain dalam menjalankan hubungan luar negeri adalah kenyataan yang menunjukkan betapa konsepsi dalam hubungan ekonomi internasional dari negara-negara berkembang untuk mengatasi keterbelakangan dan hambatan. dalam pembangunan nasional mereka, belum diterima sepenuhnya oleh kelompok negara maju. Selanjutnya, walaupun kawasan Asia Pasifik, sebagai kawasan yang terpenting bagi Indonesia, merupakan lingkungan strategis dalam pembangunan ekonomi yang cukup stabil dan dinamis untuk jangka waktu dekat dan menengah, tetapi untuk jangka waktu yang lebih panjang masih penuh dengan ketidakpastian dan dapat berubah menjadi ancaman. Ancaman tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti berubahnya keseimbangan antara negara besar di Asia Pasifik; belum terselesaikannya secara tuntas masalah-masalah kawasan; dan adanya masalah-masalah pembangunan politik di beberapa negara di kawasan ini yang memuat unsur-unsur ketegangan. Hal-hal serupa ini dapat merupakan kendala yang mempengaruhi perkembangan dan kestabilan kawasan Asia Pasifik pada masa depan. Dalam lingkungan regional, walaupun kemauan politik di antara negara-negara ASEAN untuk meningkatkan kerja sama ASEAN makin baik, kerja sama ASEAN masih mengandung hambatan-hambatan sejarah dalam berbagai hubungan bilateral yang masih harus diatasi. Hal ini juga merupakan kendala bagi terciptanya kawasan ASEAN yang stabil. 531 Di samping itu, adanya kecenderungan konflik regional yang mengakibatkan perpecahan dan perang saudara, terjadinya konflik-konflik yang disebabkan oleh adanya perbedaan etnis, ras, agama, minoritas, nasionalisme yang sempit, serta masih adanya senjata-senjata pemusnah massal yang tidak terkontrol merupakan kendala bagi terciptanya perdamaian dan keamanan yang lestari, baik regional maupun global. Berkembangnya peran dan tugas Indonesia dalam percaturan dunia internasional yang makin kompleks menuntut kemampuan, keandalan, dan profesionalisme aparat pelaksana hubungan dan kerja sama luar negeri. Keterbatasan sumber daya manusia, baik kualitas maupun kuantitas, merupakan kendala dalam menjawab tuntutan perkembangan yang telah disebutkan di atas. Di samping itu, masih adanya unsur-unsur separatisme dan kelompok anti-Indonesia di luar negeri yang merugikan kepentingan nasional juga merupakan kendala bagi peningkatan dan pelaksanaan hubungan luar negeri. 3. Peluang Selama PJP I Indonesia telah menjadi salah satu dari kelompok negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. Hal ini . merupakan momentum yang tepat bagi kelanjutan pembangunan berikutnya menuju masyarakat maju dan mandiri. Kondisi ekonomi ini serta keadaan dalam negeri yang stabil merupakan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan kepercayaan dari lembaga-lembaga internasional dan negara-negara lainnya dalam membantu usaha pembangunan di Indonesia. Indonesia mempunyai konsepsi, kemauan politik, serta mendapat dukungan dari segala lapisan dan kelompok masyarakat untuk menjalankan politik bebas aktifnya secara maksimal. Hal ini 532 membuka peluang untuk menjalankan kebijaksanaan luar negeri yang mempunyai potensi mempengaruhi hubungan internasional secara mendasar. Selain itu, sikap yang tepat dalam politik luar negeri selama PJP I telah memudahkan pengambilan posisi Indonesia selanjutnya dalam hubungan luar negeri pada PJP II. Indonesia, selama PJP I, cukup berhati-hati dalam mengambil sikap pada setiap konflik internasional, yaitu dengan menyelesaikan masalah melalui diplomasi dan tidak dengan cara kekerasan. Sikap Indonesia yang tepat, rasional, dan cinta damai merupakan peluang untuk turut serta secara aktif menyelesaikan berbagai masalah internasional. Pembangunan nasional yang berhasil dan terujinya kemampuan kepemimpinan Indonesia pada berbagai forum internasional, seperti di ASEAN, GNB, Organisasi Konferensi Islam (OKI), dan PBB, menyebabkan Indonesia dikenal cukup mampu menggalang kerja sama di antara sesama anggota, dan diakui oleh dunia mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perkembangan di kawasan Asia Pasifik. Keberhasilan ini meningkatkan kredibilitas dan peluang Indonesia untuk mengambil prakarsa dan ikut aktif menentukan dalam membangun tatanan dunia baru agar tercipta tatanan kehidupan antarbangsa yang merdeka, tertib, damai, adil, dan sejahtera. Setelah perang dingin berakhir, kegiatan forum regional dan global seperti ASEAN, AFTA ., ARF, dan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) menunjukkan intensitas kegiatan yang padat. Hal ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dalam rangka meningkatkan hubungan luar negeri yang dapat menunjang pencapaian sasaransasaran pembangunan nasional. 533 IV. ARAHAN, SASARAN, DAN KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN 1. Arahan GBHN 1993 Hubungan luar negeri merupakan kegiatan antarbangsa baik regional maupun global melalui berbagai forum bilateral dan multilateral yang diabdikan pada kepentingan nasional, dilandasi prinsip politik luar negeri bebas aktif dan diarahkan untuk turut mewujudkan tatanan dunia baru berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial serta ditujukan untuk lebih meningkatkan kerja sama internasional, dengan lebih memantapkan dan meningkatkan peranan GNB. Hubungan luar negeri dikembangkan untuk meningkatkan persahabatan dan kerja sama multilateral dan bilateral, baik regional maupun global, sesuai dengan kepentingan nasional. Citra Indonesia yang positif di luar negeri terus dikembangkan antara lain dengan memperkenalkan kebudayaan, hasil pembangunan dan daerah tujuan wisata, pertukaran pemuda, pelajar dan mahasiswa, serta kegiatan olahraga yang diselenggarakan, baik oleh Pemerintah maupun masyarakat. Peranan Indonesia dalam upaya menyelesaikan berbagai masalah dunia, khususnya yang mengancam perdamaian dunia dan yang bertentangan dengan rasa keadilan dan kemanusiaan, terus ditingkatkan melalui tahapan dan langkah yang konstruktif dan konsisten yang dilandasi oleh semangat Dasasila Bandung. Perkembangan, perubahan, dan gejolak dunia terus diikuti dengan saksama agar secara dini dapat diperkirakan terjadinya masalah yang dapat mempengaruhi stabilitas nasional serta menghambat kelancaran pembangunan dan pencapaian tujuan nasional agar dapat diambil langkah yang tepat dan cepat untuk mengatasinya. Perkembangan dunia yang mengandung peluang yang menunjang dan mempercepat pelaksanaan pembangunan 534 nasional perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Kemampuan antisipasi dan penyesuaian terhadap perkembangan, perubahan, dan gejolak dunia perlu ditingkatkan melalui peningkatan kemampuan diplomasi disertai pendekatan yang tepat sesuai dengan kepentingan nasional. Peranan Indonesia di dunia internasional dalam membina dan mempererat persahabatan dan kerja sama yang saling mengun tungkan antara bangsa-bangsa terus diperluas dan ditingkatkan. Perjuangan bangsa Indonesia di dunia internasional yang menyangkut kepentingan nasional, seperti upaya lebih memantap kan dasar pemikiran kenusantaraan, memperluas ekspor dan pena naman modal dari luar negeri serta kerja sama ilmu penget ahuan dan teknologi, perlu terus ditingkatkan. Perjuangan mewujudkan tatanan dunia baru, termasuk tata ekonomi dunia baru berdasarkan kemerdekaan, perdamaian, dan keadilan terus ditingkatkan melalui upaya penggalangan dan pemupukan solidaritas dan kesatuan sikap serta kerja sama di antara negara berkembang dengan memanfaatkan berbagai forum internasional, seperti PBB, ASEAN, GNB, dan OKI serta pening katan peran Indonesia dalam upaya restrukturisasi, revitalisasi, dan demokratisasi PBB. Langkah bersama antarnegara berkembang untuk memperce pat terwujudnya perjanjian perdagangan internasional dan me niadakan hambatan serta pembatasan yang dilakukan oleh negara industri terhadap ekspor negara berkembang dan untuk mening katkan kerja sama ekonomi dan kerja sama teknik antarnegara berkembang, terus dilanjutkan dalam rangka mewujudkan tata ekonomi serta tata informasi dan komunikasi dunia baru. Kerja sama antarnegara anggota ASEAN, baik antarpemerin tah maupun antarmasyarakat, terutama di bidang ekonomi, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi terus ditingkatkan dalam rangka memperkukuh ketahanan nasional masing -masing negara 535 anggota, serta memperkuat ketahanan regional menuju terwujudnya kawasan Asia Tenggara yang damai, bebas, netral, sejahtera, dan bebas senjata nuklir. Hubungan dan kerja sama antarnegara di kawasan Asia dan Pasifik perlu terus ditingkatkan. 2. Sasaran a. Sasaran PJP II Sasaran PJP II dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri seperti diamanatkan oleh GBHN 1993 adalah makin mantapnya hubungan luar negeri yang dilandasi prinsip politik luar negeri bebas aktif yang makin mampu menunjang kepentingan nasional serta makin mampu mendukung terwujudnya tatanan dunia baru berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. b. Sasaran Repelita VI Sasaran penyelenggaraan hubungan luar negeri dalam Repelita VI sesuai amanat GBHN 1993 adalah meningkatnya hubungan kerja sama internasional yang saling menguntungkan dan me nunjang kepentingan nasional. Sasaran tersebut dijabarkan lebih lanjut yaitu: (1) meningkatnya peranan Indonesia dalam upaya menyelesaikan ber bagai masalah dunia, khususnya yang mengancam perdamaian dunia dan yang bertentangan dengan rasa keadilan dan kemanusia an; (2) meluas dan meningkatnya peranan Indonesia di dunia internasional dalam membina dan mempererat persahabatan dan kerja sama yang saling menguntungkan antara bangsa -bangsa; (3) meningkatnya perjuangan mewujudkan tatanan dunia baru ber dasarkan kemerdekaan, perdamaian, dan keadilan; (4) meningkatnya peran Indonesia dalam upaya penyempurnaan struktur orga nisasi PBB sehingga mampu mencerminkan situasi hubungan inter nasional yang demokratis; (5) meningkatnya persahabatan dan kerj a sama multilateral dan bilateral, bai k regional maupun 536 global, terutama di antara negara-negara nonblok sesuai dengan kepentingan nasional; (6) meningkatnya kerja sama ekonomi dan kerja sama teknik antarnegara berkembang dan sesama anggota GNB dalam rangka mewujudkan tata ekonomi serta tata informasi dan komunikasi dunia baru; (7) meningkatnya peranan GNB dan kesatuan sikap serta kerja sama di antara negara berkembang, serta meningkatnya dialog Utara-Selatan yang dilandasi semangat kemitraan global berdasarkan kepentingan dan tanggung jawab bersama; (8) meningkatnya usaha bersama antarnegara berkembang untuk mempercepat terwujudnya perjanjian perdagangan interna sional yang adil dan terbuka; (9) meningkatnya hubungan dan kerja sama terutama dalam kegiatan investasi, perdagangan, dan pariwisata di lingkungan negara-negara ASEAN dan Asia Pasifik; (10) meningkatnya kerja sama antarnegara anggota ASEAN, terutama di bidang ekonomi, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka memperkukuh ketahanan nasional masingmasing negara anggota ke arah terwujudnya ketahanan regional; (11) meningkatnya kerja sama keamanan, baik di lingkungan ASEAN khususnya maupun di kawasan Pasifik; dan (12) meningkatnya citra Indonesia yang positif serta meningkatnya kemampuan diplomasi agar terwujud kondisi yang mendukung kepentingan nasional. 3. Kebijaksanaan Pembangunan hubungan luar negeri pada Repelita VI, yang merupakan awal dari PJP II, dilaksanakan dengan senantiasa memperhatikan kepentingan nasional serta menegakkan kedau latan, kemandirian, dan kepribadian bangsa, serta memperhatikan beberapa kebijaksanaan yang meliputi (a) pemantapan prinsip politik luar negeri bebas aktif; (b) peningkatan upaya perwujudan tatanan dunia baru; (c) peningkatan kerja sama multilateral dan bilateral, baik regional maupun global sesuai dengan kepentingan nasional; dan (d) peningkatan peran GNB. 537 a. Pemantapan Prinsip Politik Luar Negeri Bebas Aktif Pemantapan prinsip politik luar negeri bebas aktif dilakukan dengan (1) meningkatkan peran diplomasi dalam memberikan pengertian kepada masyarakat internasional mengenai aspirasi Indonesia di bidang politik, ekonomi, keamanan, sosial budaya, teknologi sehingga dapat memperluas peranan Indonesia dalam membina dan mempererat persahabatan dan kerja sama antarbangsa secara saling menguntungkan serta menunjang upaya pembangunan nasional; (2) meningkatkan partisipasi masyarakat dalam hubungan luar negeri yang meliputi kegiatan anak, pemuda, remaja, wanita, dunia usaha, ulama, seniman dan budayawan, serta cendekiawan melalui berbagai kegiatan yang dapat membantu terciptanya citra positif Indonesia di mancanegara; dan (3) meningkatkan upaya melindungi kepentingan dan hak-hak warga negara Indonesia di luar negeri. b. Peningkatan Upaya Perwujudan Tatanan Dunia Baru Peningkatan upaya perwujudan tatanan dunia baru dilaksanakan dengan (1) meningkatkan peran Indonesia dalam membina stabilitas dan perdamaian regional serta internasional demi keberlanjutan pembangunan nasional; (2) meningkatkan upaya mewujudkan suatu kawasan damai, bebas, netral, dan kawasan bebas senjata nuklir di Asia Tenggara dan Samudra Hindia; (3) meneruskan partisipasi secara aktif dalam upaya penyempurnaan struktur organisasi PBB, baik di Dewan Keamanan maupun Dewan Ekonomi dan Sosial dan lembaga-lembaga PBB lainnya agar mencerminkan perkembangan dan situasi hubungan internasional yang adil sehingga mampu meningkatkan peran PBB dalam mengatasi berbagai masalah internasional yang makin kompleks; dan (4) meningkatkan partisipasi aktif dalam membina perdamaian dan keamanan dunia bersama-sama dengan negara-negara lainnya terutama melalui upaya penggalangan dan pemupukan solidaritas 538 dan kesatuan sikap serta kerja sama dengan negara-negara berkembang melalui berbagai organisasi dan forum multilateral, baik regional maupun global. c. Peningkatan Kerja Sama Regional Peningkatan kerja sama dilakukan dengan (1) meningkatkan kerja sama negara ASEAN dan melanjutkan kerja sama di antara negara-negara ASEAN, baik secara bilateral maupun trilateral; (2) meningkatkan upaya menghilangkan hambatan bilateral yang masih ada di antara negara-negara ASEAN; (3) membuka peluang bagi negara-negara tetangga lainnya untuk memasuki kerangka kerja sama baru dengan ASEAN; (4) memperluas kerja sama di bidang politik keamanan kawasan Asia Tenggara antara lain melalui ARF berdasarkan konsep keamanan yang komprehensif; dan (5) memperluas kerja sama ekonomi di kawasan Asia Pasifik antara lain melalui APEC dengan memperhatikan kepentingan Indonesia, ASEAN, dan negara-negara berkembang lainnya di kawasan tersebut. d. Peningkatan Peran GNB Peningkatan peran GNB dilaksanakan dengan (1) membangun kerja sama yang lebih erat dengan sesama anggota GNB, terutama dalam pengembangan kerja sama teknik dan ekonomi sebagai perwujudan kerja sama Selatan-Selatan melalui upaya melibatkan negara-negara maju dan lembaga-lembaga keuangan internasional; serta (2) meningkatkan dialog Utara-Selatan berdasarkan kepentingan dan tanggung jawab bersama, semangat kemitraan global, saling ketergantungan, dan saling memberi manfaat terutama yang diarahkan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam hubungan ekonomi internasional yang dapat menunjang pembangunan berkelanjutan. 539 V. PROGRAM PEMBANGUNAN Program hubungan luar negeri terdiri atas program pokok yaitu program pembinaan hubungan luar negeri; dan program penunjang, yaitu program pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan hubungan luar negeri; program penelitian dan pengembangan hubungan luar negeri; dan program bantuan kemanusiaan. 1. Program Pokok a. Program Pembinaan Hubungan Luar Negeri Program ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan dan kerja sama luar negeri dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan, dan teknologi. Program ini dilaksanakan di berbagai forum internasional melalui berbagai kegiatan yang seluruhnya ditujukan untuk memperjuangkan dan menunjang kepentingan dan pembangunan nasional. Peningkatan hubungan kerja sama luar negeri dilaksanakan dengan (1) meningkatkan diplomasi untuk memelihara dan mengembangkan semangat kemitraan baru dan stabilitas keamanan dan perdamaian regional; (2) meneruskan kerja sama dengan berbagai negara untuk membentuk suatu kawasan damai, bebas, dan netral, dan kawasan bebas nuklir; (3) memperluas kerja sama di bidang keamanan melalui berbagai forum; (4) memperjuangkan konsepsi damai, adil, dan sejahtera dalam mewujudkan tata dunia baru; (5) meneruskan pendekatan melalui dialog multilateral dan bilateral dalam upaya penyempurnaan organisasi PBB di bidang politik, ekonomi dan sosial; (6) melanjutkan dan meningkatkan ofensif diplomatik dan penerangan di forum internasional; (7) meningkatkan penggalangan dan pemupukan solidaritas dan kesatuan sikap serta kerja sama antara negara-negara berkembang; dan (8) menangkal disinformasi, intrik, dan kritik luar negeri terhadap Indonesia dengan menyiapkan informasi yang andal, akurat, lengkap, menyeluruh, dan berkualitas. 540 Seiring dengan kegiatan tersebut, peningkatan hubungan luar negeri juga dilaksanakan dengan: (1) meningkatkan dan memelihara kerja sama perdagangan serta kerja sama investasi luar negeri melalui upaya penyelenggaraan temu usaha, seminar, loka karya, dan kunjungan misi perdagangan dan investasi dari dan ke Indonesia; (2) meningkatkan upaya penyelesaian masalahmasalah pokok dalam hubungan ekonomi internasional untuk menunjang pembangunan berkelanjutan; (3) meningkatkan upaya memperjuangkan kepentingan nasional dalam perjanjian perdagangan internasional baik melalui forum bilateral, regional maupun multilateral; dan (4) mengupayakan penghapusan hambatan serta pembatasan perdagangan yang dilakukan oleh negara-negara industri terhadap negara berkembang. Peningkatan hubungan luar negeri juga dilakukan dengan (1) meningkatkan pengiriman dan pertukaran misi-misi kebudayaan; (2) membentuk dan meningkatkan pusat-pusat kebudayaan Indonesia dan Perhimpunan Persahabatan Indonesia di luar negeri; (3) meningkatkan pengiriman dan pertukaran pemuda, pelajar dan mahasiswa, akademisi, tokoh-tokoh masyarakat serta kegiatan olahraga; dan (4) meningkatkan berbagai kerja sama teknik antarnegara berkembang dan dengan negara maju. 2. Program Penunjang a. Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Hubungan Luar Negeri Program ini ditujukan untuk meningkatkan jumlah dan kualitas sumber daya manusia, baik dari sisi wawasan kejuangan maupun kemampuan profesional yang mendukung terlaksananya hubungan luar negeri yang mantap. Kegiatan ini dilaksanakan dengan (1) meningkatkan mutu para diplomat sebagai ujung tombak diplomasi melalui peningkatan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, termasuk pelatihan kerja di berbagai negara; (2) 541 meningkatkan kemampuan komunikasi dan negosiasi dalam berbagai bahasa untuk berbagai aspek hubungan luar negeri; (3) meningkatkan kemampuan mengolah informasi yang andal dan berkualitas secara cepat, tepat, akurat, dan lengkap; serta (4) meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai masalah-masalah hubungan luar negeri yang terkait dengan kepentingan nasional. b. Program Penelitian dan Pengembangan Hubungan Luar Negeri Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hubungan internasional dan politik luar negeri Indonesia berdasarkan konsep yang telah dikaji secara mantap dan terpadu. Program ini dilaksanakan melalui berbagai kegiatan seperti penyusunan konsep hubungan luar negeri yang terpadu dengan melibatkan lingkungan pemerintah, lembaga penelitian, lembaga kajian swasta, kalangan perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, diplomat senior dan masyarakat di dalam maupun luar negeri yang dikoordinasi secara terpadu melalui kegiatan diskusi, seminar, penelitian dan pengembangan. Koordinasi ini dilakukan seiring dengan penataan jaringan sistem informasi baik di dalam negeri maupun di luar negeri, yang mencakup seluruh sektor yang terkait untuk menyusun dan melaksanakan hubungan luar negeri yang efektif. c. Program Bantuan Kemanusiaan Program ini bertujuan untuk mendorong kesetiakawanan sosial dan berkaitan erat dengan upaya mewujudkan suasana perdamaian dan kemitraan, terutama antara Indonesia dan negara berkembang lainnya serta negara-negara yang memerlukan bantuan. Program ini dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, antara lain pemberian sumbangan ataupun bantuan, baik dalam wujud material maupun nonmaterial kepada negara yang terbelakang, negara yang terkena bencana alam, bencana kelaparan, bencana akibat perang, dan bencana lainnya. Program ini dapat dilaksana- 542 kan sebagai bagian dari program PBB atau lembaga internasional lainnya, seperti Palang Merah Internasional, ataupun secara spon tan atas pertimbangan perikemanusiaan dan perdamaian dunia. VI RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN DALAM REPELITA VI Program-program pembangunan tersebut di atas dilaksanakan baik oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat. Dalam program program tersebut, yang merupakan program dalam bidang hubungan luar negeri, yang akan dibiayai dengan anggaran pembangunan selama Repelita VI (1994/95 - 1998/99) adalah sebesar Rp29.010,0 juta. Rencana anggaran pembangunan hubungan luar negeri untuk tahun pertama dan selama Repelita VI menurut sektor, sub sektor dan program dalam sistem APBN dapat dilihat dalam Tabel 41-1. 543 Tabel 41 – 1 RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN HUBUNGAN LUAR NEGERI Tahun Anggaran 1994/95 dan Repelita VI (1994/95 – 1998/99) (dalam juta rupiah) No. Kode Sektor/Sub Sektor/Program 19 SEKTOR POLITIK, HUBUNGAN LUAR NEGERI, PENERANGAN. KOMUNIKASI DAN MEDIA MASSA 19.2 Sub Sektor Hubungan Luar Negeri 19.2.01 Program Hubungan Luar Negeri 544 1994/95 3.900,0 1994/95 – 1998/99 29.010,0