BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang kaya akan bahan tambang, hampir semua pulau di Indonesia mengandung mineral-mineral berharga yang mempunyai nilai ekonomi. Beberapa mineral yang dimanfaatkan sebagai bahan tambang utama Indonesia antara lain timah, tembaga, nikel, emas-perak, bauksit dan batubara. Selain mineral-mineral tersebut ada juga mineral lain yang kandungannya tidak dalam jumlah besar tapi secara ekonomi bernilai cukup baik sebagai bahan tambang. Penambangan mineral jenis ini biasanya dilakukan oleh masyarakat secara mandiri yang dikenal dengan istilah tambang rakyat. Salah satu mineral yang penambangannya dikelola oleh rakyat adalah galena (PbS). Mineral ini dikelompokkan sebagai mineral logam bukan besi. Dalam jurnal nasional Turyanto mengatakan bahwa pada 2007 pemerintah mulai membuka peluang untuk industri pengolahan galena setelah adanya revisi Peraturan Pemerintah no. 77 tahun 2007. Peraturan tersebut direvisi karena di dalam negeri ada hasil tambangnya, sehingga dibutuhkan industri pengolahannya. Sebelumnya, pengelolaan mineral ini termasuk sebagai jenis usaha tertutup dalam daftar negatif investasi . Bahan baku industri timbal selama ini diperoleh dari dua sumber yaitu bahan baku yang berasal dari hasil penambangan langsung dan daur ulang. Galena biasanya dimanfaatkan oleh industri elektrokimia, seperti batu baterai, aki; 1 industri cat (pewarna) atau glazur ceramic; sebagai bahan solder dan pembungkus kabel. Sekitar 1930, galena digunakan sebagai perangkat radio karena sifatnya yang semi-konduktor. Di pasaran, material ini ada yang dijual berupa bongkahan dengan kadar 30 hingga 60% dan berupa material olahan yang disebut Lead Ingot dengan kadar timah hitam sampai 99,6 bahkan 99,96% . Harga timah hitam dalam bentuk batangan kini mencapai lebih dari US$ 300 per metrik ton. Nilai ini akan semakin tinggi tergantung pada tingkat kemurnian timah hitam yang dijual (Turyanto, 2007). Pada kenyataanya kadar PbS dalam galena bervariasi untuk masingmasing daerah dan secara umum kadarnya tidak terlalu tinggi. Mineral ini biasanya berasosiasi dengan mineral lain sehingga untuk meningkatkan kadarnya perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Menurut Klien dan Hurlbut (1985) mineral galena biasanya berasosiasi dengan sfalerit (ZnS) dan kalkopirit (CuFeS2) . Untuk meningkatkan kadar Pb dalam galena dapat dilakukan pengolahan menggunakan metode flotasi. Pada metode flotasi, galena dimurnikan berdasarkan perbedaan massa jenis dan sifat kimia permukaan mineral yang berhubungan dengan interaksinya pada reagen yang digunakan. Diperlukan beberapa kali percobaan untuk menentukan kondisi optimum peningkatan kadar Pb dalam galena. 2 1.2 Perumusan Masalah Penelitian Dalam penelitian ini dikaji beberapa permasalahan mengenai galena yaitu : - bagaimana karakteristik galena Cineam baik mineralogi maupun kimia? - bagaimana kondisi optimum untuk flotasi galena Cineam? 1.3 Pembatasan Masalah Penelitian Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada beberapa hal sebagai berikut: - galena yang digunakan berasal dari tambang rakyat Cineam Tasikmalaya. - karakterisasi mineral dilakukan menggunakan mikroskop optik, SEMEDX dan AAS. - pengolahan galena dilakukan dari tahap preparasi yang meliputi peremukan (crushing), penggerusan (grinding) dan dilanjutkan dengan tahap flotasi. - optimasi flotasi galena dilakukan pada volume kolektor yang digunakan dan pH. - reagen yang digunakan pada flotasi adalah kolektor 241, aerofrother 77, ZnSO4, NaCN, HCl dan Na2CO3. 3 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui karakter galena Cineam dan mengetahui nilai perolehannya setelah dilakukan pengolahan awal dengan flotasi, serta mengetahui kondisi optimum untuk flotasinya. Manfaat penelitian adalah meningkatkan kadar PbS yang diperoleh dari galena, sehingga dapat digunakan untuk pengolahan lebih lanjut. 4