Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan Rahmat dan Hidayah-Nya penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 ini dapat di selesaikan dengan baik. Profil ini merupakan bentuk pelaporan dari Dinas Kesehatan yang berisikan uraian kegiatan tahun 2013 yang memberikan gambaran kinerja sektor kesehatan baik pemerintah maupun swasta selama satu tahun dan juga membandingkan pencapaian tahun-tahun sebelumnya. Profil Kesehatan juga merupakan salah satu indikator dari Renstra yaitu tersedianya buku Profil di tingkat Kabupaten dalam upaya mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan dan pengembangan upaya kesehatan melalui pemantapan dan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan. Dengan tersusunnya Profil Kesehatan ini, diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi pengelola program dalam melaksanakan evaluasi dan perencanaan program kesehatan dimasa mendatang, maupun bagi petugas kesehatan pada umumnya dan instansi terkait. Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu untuk meningkatkan mutu penyajian kami mengharapkan saran, tanggapan dan peran serta dari semua pihak, khususnya untuk penyusunan pada tahun mendatang yang harus ditingkatkan secara terus – menerus. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan fikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 ini, kami mengucapkan terima kasih. Mojokerto, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO Dr. Rr. ENDANG SRI WOELAN, M.Kes PEMBINA UTAMA MUDA NIP. 19610216 198711 2 001 i Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Daftar Isi KATA PENGANTAR ………………………………………………….…………………..... I DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………....... II BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………………….... 1 BAB II : VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN .…………............................. 2 A. Visi ..................................................................................... 2 B. Misi ..................................................................................... 3 C. Tujuan ................................................................................ 3 D. Sasaran ............................................................................... 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MOJOKERTO ....................... 6 A. Geografis ............................................................................. 6 B. Keadaan Penduduk ............................................................. 6 PENCAPAIAN DAN KINERJA PEMBANGUNAN KESEHATAN ..... 8 A. Derajat Kesehatan .............................................................. 8 B. Morbiditas/Angka Kesakitan ............................................... 11 C. Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi ...... 20 D. Keadaan Lingkungan ........................................................... 21 E. Keadaan Perilaku Masyarakat ............................................. 25 F. Status Gizi ........................................................................... 30 BAB III BAB IV : : BAB V : SITUASI UPAYA KESEHATAN ................................................... 33 BAB VI : SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN ..................................... 40 A. Sarana Kesehatan .............................................................. 40 B. Tenaga Kesehatan .............................................................. 41 C. Pembiayaan Kesehatan ....................................................... 41 PENUTUP ................................................................................ 43 BAB VII : ii Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Daftar Gambar Gambar 1 : Jumlah Kematian Bayi Kabupaten Mojokerto Tahun 2009- 2013 Gambar 2 : Jumlah Kematian Ibu Kabupaten Mojokerto Tahun 2009 - 2013 Gambar 3 : Kasus AFP di Kabupaten Mojokerto Tahun 2009 – 2013 Gambar 4 : Penderita TB Paru BTA+ Di Kab. Mojokerto Tahun 2009 – 2013 Gambar 5 : Penderita Pnemonia ditangani di Kabupaten Mojokerto Tahun 2009 – 2013 Gambar 6 : Penderita HIV/AIDS di Kabupaten Mojokerto Tahun 2009 – 2013 Gambar 7 : Penderita Diare ditangani di Kabupaten Mojokerto Tahun 2009 – 2013 Gambar 8 : Penderita Kusta PB+MB di Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Gambar 9 : Penderita DBD ditangani di Kabupaten Mojokerto Tahun 2009 – 2013 Gambar 10 : Rumah Diperiksa dan Bebas Jentik Nyamuk Aedes di Kabupaten Mojokerto Tahun 2009 – 2013 Gambar 12 : Penderita Malaria Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 : Jenis Sarana Air Bersih di Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Gambar 13 : Rumah Gambar 11 yang diperiksa dan bebas jentik nyamuk Aedes Kabupaten Mojokerto Tahun 2009 – 2013 Gambar 14 : Jumlah bayi yang diberi ASI Ekslusif Kabupaten Mojokerto Tahun 2009 – 2013 Gambar 15 : Data Posyandu Menurut Strata di Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Gambar 16 : Pemberian Fe 1 dan Fe 3 Bumil di Kabupaten Mojokerto Tahun 2009-2013 Gambar 17 : Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan di Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 iii Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Daftar Tabel Tabel 1 : Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan, Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 2 : Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban tanggungan, Rasio Jenis Kelamin dan Kecamatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 3 : Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 4 : Presentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas yang Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 5 : Presentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan Berusia 10 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Kecamatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 6 : Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin Kecamatan dan Puskesmas, Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 7 : Jumlah Kematian Bayi dan Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabuaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 8 : Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 9 : Jumlah Kasus AFP (Non Polio) dan AFP Rate (Non Polio) Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 10 : Jumlah Kasus TB Paru dan Kematian Akibat TB Paru Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 10 A : Jumlah Kasus Kasus Baru Tb Dan Kematian Penderita Tb Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 11 : Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 11 A : Jumlah Suspek Dan Kasus Tb Serta Angka Penemuan Kasus Tb Paru Bta+ Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 12 : Jumlah Kasus dan Kesembuhan TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto iv Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 13 : Jumlah Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 14 : Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS, dan Infeksi Menular Seksual Lainnya Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 15 : Presentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 16 : Kasus Diare yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 17 : Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 18 : Kasus Baru Kusta 0 – 4 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 19 : Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 20 : Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 21 : Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 22 : Jumlah Kasus Penyakit yang Daat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 23 : Jumlah Kasus DBD Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 24 : Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 24 A : Kesakitan Dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 25 : Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 26 : Bayi Berat Badan Lahir Rendah Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 27 : Status Gizi Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 v Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tabel 28 : Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 29 : Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 30 : Jumlah Ibu Hamil yang Mendapatkan Tabelt FE1 dan FE3 Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 31 : Jumlah dan Persentase Komplikasi Kebidanan dan Neonatal Resiko Tinggi/Komplikasi Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 32 : Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi, Anak Balita, dan Ibu Nifas Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 33 : Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 34 : Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 35 : Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 36 : Cakupan Kunjungan Neonatus Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 37 : Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 38 : Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 39 : Cakupan Imunisasi DPT, HB, dan Campak pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 40 : Cakupan Imunisasi BCG dan Polio pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 41 : Jumlah Bayi yang diberi ASI Ekslusif Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 42 : Pemberian Makanan Pendamping ASI dan Anak Usia 6-23 Bulan Keluarga Miskin Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 43 : Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, vi Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 44 : Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 44 A : Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 45 : Cakupan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 46 : Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 47 : Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 48 : Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Lansia dan Lansia Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 49 : Persentase Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (GADAR) Level I Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 50 : Jumlah Penderita dan Kematian pada KLB Menurut Jenis KLB Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 51 : Desa/Kelurahan Terkena KLB yang Ditangani < 24 Jam Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 55 : Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 53 : Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 54 : Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 55 : Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Menurut Jenis Jaminan, Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 56 : Cakupan Rawat Jalan Masyarakat Miskin (dan Hampir Miskin) Menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 56 a : Cakupan Rawat Jalan Masyarakat Miskin (dan Hampir Miskin) Menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis Kelamin, Kecamatan vii Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto dan Puskesmas yang Dicakup Melalui Program JAMKESDA Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 57 : Cakupan Rawat Inap Masyarakat Miskin (dan Hampir Miskin) Menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 57a : Cakupan Rawat Inap Masyarakat Miskin (dan Hampir Miskin) Menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas yang Dicakup Melalui Program JAMKESDA Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 58 : Jumlah Kunjungan rawat Jalan, Rawat Inap dan Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 59 : Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit Kabupaten Tahun 2013 Tabel 60 : Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Kabupaten Tahun 2013 Tabel 61 : Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 62 : Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 63 : Persentase Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 64 : Persentase Keluarga Menurut Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 65 : Persentase Keluarga Menurut Sumber Air Minum yang Digunakan Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 66 : Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 67 : Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 68 : Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 69 : Ketersediaan Obat Munurut Jenis Obat Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 70 : Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan viii Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 71 : Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Kemampuan Laboratorium dan Memiliki 4 Spesialisasi Dasar Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 72 : Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 73 : Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut Kecamatan dan Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 74 : Jumlah Tenaga Medis di Sarana Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 75 : Jumlah Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 76 : Jumlah Tenaga Kefarmasian dan Gizi di Sarana Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 77 : Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi di Sarana Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 78 : Jumlah Tenaga Teknisi Medis dan Fisioterapi di Sarana Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Tabel 79 : Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 ix Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Bab 1 Pendahuluan Pembangunan kesehatan di Jawa Timur sebagai program berkelanjutan yang bertujuan meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan sosial, selalu mendapatkan prioritas dalam pembangunan daerah Jawa Timur. Mengacu pada RPJMD Jawa Timur serta Sistem Kesehatan Provinsi Jawa Timur tanpa mengabaikan RPJMN 2010 - 2014, maka pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan arah dan kebijakan pembangunan daerah yang dilakukan oleh semua potensi yang terdiri dari masyarakat, swasta dan pemerintah secara sinergis dan berhasil guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya. Guna mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut dibutuhkan adanya ketersediaan data dan informasi yang akurat bagi proses pengambilan keputusan dan perencanaan program, karena dengan data yang akurat maka keputusan dan perencanaan yang dibuat juga menghasilkan dampak yang baik. Dalam Rencana Pokok Program Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RP3JPK) dimantapkan dan disebutkan dikembangkan bahwa untuk Sistim Informasi menunjang Kesehatan sepenuhnya perlu pelaksanaan manajemen dan pengembangan upaya kesehatan melalui penerapan teknologi dari yang sederhana sampai yang mutakhir. Oleh karena itulah tujuan disusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto adalah untuk menyediakan data/informasi yang akurat, situasi dan kondisi kesehatan masyarakat yang sesuai kebutuhan dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna. Dengan pembangunan yang lebih intensif, merata dan berkesinambungan dengan ditunjang oleh informasi kesehatan yang makin mantap, maka diharapkan derajat kesehatan masyarakat yang telah dicapai tersebut dapat semakin ditingkatkan serta dapat menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat. x Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Bab 2 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran A. Visi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, pasal 1 ayat 12, Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Penetapan visi sebagai bagian dari proses perencanaan pembangunan merupakan suatu langkah penting dalam perjalanan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di daerah. Pada hakikatnya membentuk visi organisasi adalah menggali gambaran bersama tentang masa depan ideal yang hendak diwujudkan oleh organisasi yang bersangkutan. Visi adalah mental model masa depan, dengan demikian visi harus digali bersama, disusun bersama sekaligus diupayakan perwujudannya secara bersama, sehingga visi menjadi milik bersama yang diyakini oleh seluruh elemen organisasi dan pihak-pihak yang terkait dengan upaya mewujudkan visi tersebut. Visi yang tepat bagi masa depan suatu organisasi diharapkan akan mampu menjadi akselerator bagi upaya peningkatan kinerja organisasi. Dengan memperhatikan arti dan makna visi serta melalui pendekatan membangun visi bersama, maka ditetapkan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2011 - 2015 yakni : “Terwujudnya Masyarakat Mojokerto Mandiri Dalam Hidup Sehat” Untuk dapat menangkap arti dan makna dari visi tersebut maka perlu diberikan penjelasan visi sebagai berikut : Masyarakat yang mandiri dalam hidup sehat adalah suatu kondisi di mana masyarakat Mojokerto menyadari, mau, dan mampu untuk mengenali dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit ataupun termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat. B. Misi Setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai satu organisasi instansi pemerintah harus memastikan agar visi yang telah ditetapkan bersama dapat diupayakan perwujudannya. Untuk kepentingan itu harus disusun suatu tahapan yang secara umum akan terbagi kedalam dua tahapan yakni apa yang hendak dicapai xi Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto dan bagaimana upaya untuk mencapainya. Salah satu unsur dalam tahapan tersebut adalah penetapan misi organisasi yang dalam hal ini adalah misi Dinas Kesehatan. Dalam rangka mewujudkan visi-nya maka ditetapkan misi yang diemban Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2011 - 2015 sebagai berikut : 1. Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat; 2. Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau; 3. Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan; 4. Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya kesehatan. C. Tujuan Tujuan organisasi merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi organisasi yang mengandung makna : 1) Merupakan hasil akhir yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu sampai tahun terakhir renstra; 2) Menggambarkan arah strategis organisasi dan perbaikan-perbaikan yang ingin diciptakan sesuai tugas pokok dan fungsi organisasi; 3) Meletakkan kerangka prioritas untuk memfokuskan arah sasaran dan strategi organisasi berupa kebijakan, program operasional dan kegiatan pokok organisasi selama kurun waktu renstra. Berdasarkan arahan arti dan makna penetapan tujuan organisasi tersebut maka dalam kedudukannya sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah, Dinas Kesehatan dalam mewujudkan misinya menetapkan tujuan sebagai berikut : 1) Untuk mewujudkan misi “Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat” maka ditetapkan tujuan : a) Memberdayakan menumbuhkan individu, Perilaku keluarga Hidup dan Bersih masyarakat dan Sehat agar (PHBS) mampu serta mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) 2) Untuk mewujudkan misi “Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau” maka ditetapkan tujuan : a) Meningkatkan akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit, Puskesmas dan jaringannya b) Meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat. c) Menjamin ketersediaan, pemerataan, pemanfaatan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan serta pembinaan mutu makanan. xii Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto 3) Untuk mewujudkan misi “Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan” maka ditetapkan tujuan : a) Mencegah, menurunkan dan mengendalikan penyakit menular dan tidak menular serta masalah kesehatan lainnya. 4) Untuk mewujudkan misi “Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya kesehatan” maka ditetapkan tujuan : a) Meningkatkan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar. D. Sasaran Sasaran adalah merupakan penjabaran dari tujuan organisasi dan menggambarkan hal-hal yang ingin dicapai melalui tindakan-tindakan yang akan dilakukan secara operasional. Oleh karenanya rumusan sasaran yang ditetapkan diharapkan dapat memberikan fokus pada penyusunan program operasional dan kegiatan pokok organisasi yang bersifat spesifik, terinci, dapat diukur dan dapat dicapai. Sasaran organisasi yang ditetapkan pada dasarnya merupakan bagian dari proses perencanaan strategis dengan fokus utama berupa tindakan pengalokasian sumber daya organisasi ke dalam strategi organisasi. Oleh karenanya penetapan sasaran harus memenuhi kriteria terinci, terukur, bertujuan, berorientasi dan tepat guna (specific, measurable, agresive but attainable, result oriented and time bond). Guna memenuhi kriteria tersebut maka penetapan sasaran harus disertai dengan penetapan indikator sasaran, yakni keterangan, gejala atau penanda yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan upaya pencapaian sasaran atau dengan kata lain disebut sebagai tolok ukur keberhasilan pencapaian sasaran. Berdasarkan makna penetapan sasaran tersebut maka sampai dengan akhir tahun 2015, Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto menetapkan sasaran dengan rincian sebagai berikut : 1) Untuk mewujudkan tujuan dari Misi 1 “Memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)” maka ditetapkan sasaran : a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta pemberdayaan masyarakat ke arah kemandirian 2) Untuk mewujudkan tujuan dari Misi 2 “Meningkatkan akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit, Puskesmas dan jaringannya” maka ditetapkan sasaran : a. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan ibu, bayi, anak, remaja dan lanjut usia serta kesehatan reproduksi xiii Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto b. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya serta pelayanan kesehatan penunjang 3) Untuk mewujudkan tujuan dari Misi 2 “Meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat” maka ditetapkan sasaran : a. Meningkatkan keluarga sadar gizi dan perbaikan gizi masyarakat 4) Untuk mewujudkan tujuan dari Misi 2 “Menjamin ketersediaan, pemerataan, pemanfaatan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan serta pembinaan mutu makanan” maka ditetapkan sasaran : a. Meningkatkan pengelolaan obat, perbekalan kesehatan dan makanan 5) Untuk mewujudkan tujuan dari Misi 3 “Mencegah, menurunkan dan mengendalikan penyakit menular dan tidak menular serta masalah kesehatan lainnya” maka ditetapkan sasaran : a. Menurunnya angka kesakitan dan kematian penyakit menular, tidak menular dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi serta pengamatan penyakit dalam rangka sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB/wabah, ancaman epidemi serta bencana 6) Untuk mewujudkan tujuan dari Misi 4 “Meningkatkan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar” maka ditetapkan sasaran : a. Meningkatnya jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar xiv Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Bab 3 Gambaran Umum Kabupaten Mojokerto A. GEOGRAFIS 1. Letak Kabupaten Mojokerto ditinjau dari astronomi dan geografis berada antara 7o 18’ 35” sampai dengan 7 o 39’ 47” Lintang Selatan dan 5 o 52‘ 0” Bujur Timur, tepatnya 50 km sebelah barat Ibukota Kabupaten Mojokerto yaitu Surabaya, dengan batas-batas : a. Sebelah Utara : Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik b. Sebelah Timur : Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik c. Sebelah Selatan : Kabupaten Malang dan Kabupaten Pasuruan d. Sebelah Barat : Kabupaten Jombang dan Kabupaten Malang Dengan Pusat Pemerintahan terletak didalam wilayah Kota Mojokerto. 2. Iklim Seperti wilayah Jawa Timur pada umumnya, Kabupaten Mojokerto beriklim tropik, namun dalam tiga tahun terakhir lama musim penghujan dan musim kemarau mulai tidak seimbang. Sehingga mengakibatkan pergantian musim yang tidak tentu. B. KEADAAN PENDUDUK Data kependudukan sangat penting dan mempunyai arti yang sangat strategis dalam pembangunan pada umumnya dan bidang kesehatan pada khususnya. Hampir semua kegiatan pembangunan kesehatan obyek sasarannya adalah masyarakat atau penduduk. Kondisi data Kependudukan di Kabupaten Mojokerto sebagai berikut : 1. Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Mojokerto seperti tercatat pada Kantor Statistik Kabupaten Mojokerto pada tahun 2013 sebanyak 1.061.448 jiwa. Dengan jumlah rumah tangga 371.986. 2. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Distribusi penduduk menurut jenis kelamin adalah sebagai berikut : Laki-laki : 529.224 jiwa Perempuan : 532.224 jiwa xv Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Sex Ratio : 99,37 Rasio Beban Tanggungan : 44,97 Jumlah penduduk laki-laki usia (1 – 4 tahun) sebesar 45.080 jiwa, usia (5 – 9 tahun) sebesar 40.511 jiwa, usia ( 10 – 19 tahun) sebesar 88.095 jiwa, usia (20 – 59 tahun) sebesar 306.736 jiwa dan usia (> 60 tahun) sebesar 47.037 jiwa. Perempuan usia (1 – 4 tahun) sebesar 42.957 jiwa, usia (5 – 9 tahun) sebesar 40.511 jiwa, usia ( 10 – 19 tahun) sebesar 84.404 jiwa, usia (20 – 59 tahun) sebesar 309.114 jiwa dan usia (> 60 tahun) sebesar 55.238 jiwa (Tabel 3). 3. Kepadatan Penduduk Luas wilayah Kabupaten Mojokerto adalah 692.15 km2, dengan jumlah penduduk 1.061.448 jiwa. Dimana terdapat 304 desa dan kelurahan, dengan 299 desa dan 5 kelurahan. Kepadatan penduduk per Km2 adalah 1.516,96 (Tabel 1). 4. Penduduk Usia 5 Tahun yang Melek Huruf Melek huruf diartikan bahwa penduduk berusia 5 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Jumlah lakilaki yang melek huruf usia 5 tahun ke atas yaitu 443.387 jiwa dari 469.443 jumlah laki-laki (94,45%). Jumlah perempuan yang melek huruf usia 5 tahun ke atas yaitu 427.128 jiwa dari 472.455 jumlah perempuan (90,41%) (Tabel 4). 5. Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Di Kabupaten Mojokerto tingkat pendidikan yang paling banyak di tamatkan adalah Sekolah Dasar (SD/MI). Dimana jumlah laki-laki yang tamat SD/MI adalah 132.717 jiwa dan jumlah perempuan yang tamat SD/MI adalah 145.848 jiwa. Jika berdasarkan jenis kelamin maka perempuan lebih bayak yang tamat SD/MI dibanding laki-laki. Sehingga masih banyaknya masyarakat Kabupaten Mojokerto yang tidak melanjutkan tingkat pendidikan lanjutan setelah SD/MI. Hal ini bertentangan dengan aturan yang mengharuskan untuk bersekolah minimal 9 tahun. xvi Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Bab 4 Pencapaian dan Kinerja Pembangunan Kesehatan A. DERAJAT KESEHATAN Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya produktif secara sosial dan ekonomis sesuai dengan Undang-Undang No. 36 tahun 2009. Keberhasilan Pembangunan Kesehatan dapat dilihat dari berbagai indikator yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai evaluasi keberhasilan pelaksanaan program. Untuk mengetahui gambaran derajat kesehatan masyarakat dapat diukur dari indikator-indikator yang digunakan antara lain angka kematian, angka kesakitan serta status gizi. Indikator tersebut dapat diperoleh melalui laporan dari fasilitas kesehatan (fasility based) dan dari masyarakat (community based). Perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dan kesakitan dalam masyarakat dari waktu kewaktu. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. 1. Angka Kematian Bayi (AKB) Kematian bayi yang dimaksud adalah kematian yang terjadi pada bayi sebelum mencapai usia satu tahun. Angka kematian bayi (AKB) atau Infan Mortality Rate adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab dari kematian bayi di Kabupaten Mojokerto diakibatkan oleh BBLR (berat badan lahir rendah), asfiksia, kongenital, infeksi, dan lain-lain. Selama tahun 2013 dilaporkan terjadi 16.491 kelahiran. Dari seluruh kelahiran, tercatat 67 kasus lahir mati dan kasus kematian bayi sebesar 129, diantaranya laki-laki sebanyak 77 bayi dan sebanyak 52 bayi perempuan (Tabel 7). Jumlah kematian tertinggi ada pada Kecamatan Puri yaitu 15 bayi dan tidak adanya kematian bayi atau nol (0) ada pada Kecamatan Bangsal dan Ngoro. Dibandingkan dengan tahun 2012 kasus kematian bayi sebesar 178 bayi, maka telah terjadinya penurunan angka kematian bayi. Penurunan angka ini dikarenakan sudah tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari xvii Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto tenaga medis yang terampil, serta sudah tersedianya ruang PONED di beberapa Puskesmas. Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Kematian balita yang dimaksud adalah Kematian yang terjadi pada balita sebelum usia 5 (lima) tahun (bayi + anak balita). Angka kematian balita adalah jumlah anak yang meninggal sebelum usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian balita tahun 2013 sebanyak 145 anak, dengan jumlah laki-laki 84 anak dan perempuan 61 anak. Jumlah kematian anak balita tahun 2013 sebanyak 16 anak, dimana jumlah laki-laki 7 anak dan perempuan 9 anak (Tabel 7). Kasus kematian bayi yang terjadi selama 5 tahun berturut-turut dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, dapat dilihat pada diagram di bawah ini : Gambar 1. Jumlah Kematian Bayi Kabupaten Mojokerto Tahun 2009- 2013 2. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) Kematian ibu yang dimaksud adalah kematian perempuan pada saat hamil dan atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebabsebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dll. Angka kematian ibu dihitung per 1000.000 kelahiran hidup. Angka Kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi bahkan tertinggi diantara negara tetangga. Penyebab kematian ibu di sarana pelayanan kesehatan, pada umumnya disebabkan karena 3 T (terlambat mengambil keputusan, terlambat mendapatkan transportasi dan terlambat penanganan di sarana pelayanan kesehatan) dan 4 Terlalu (terlalu tua, terlalu banyak, terlalu muda, terlalu dekat jarak kehamilannya). xviii Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Jumlah kematian ibu di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2013 sebanyak 22 kasus yang terdiri dari 6 kasus pada Kematian Ibu Hamil, 2 kasus pada Kematian Ibu Bersalin dan 14 kasus pada Kematian ibu Nifas. Jika dirinci menurut kelompok umur kesemua kasus kematian ibu tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut, kematian pada Ibu Hamil 5 orang meninggal pada usia 20-34 tahun dan 1 orang lagi meninggal pada usia ≥35 tahun. Pada kematian Ibu Bersalin terdapat 2 orang yang meninggal pada usia 20-34 tahun. Pada kematian Ibu Nifas terdapat 2 orang yang meninggal pada usia < 20 tahun, 9 orang yang meninggal pada usia 20-34 tahun, dan 3 orang pada usia ≥ 35 tahun (Tabel 8). Secara keseluruhan terdapat peningkatan angka kematian ibu jika dibandingkan dari tahun 2012 yang mana jumlah kasus kematian sebanyak 19 kasus, sedangkan pada tahun 2013 sebanyak 22 kasus. Beberapa penyebab terjadinya kematian pada ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, keracunan kehamilan (Pre eklamsi), infeksi dan penyebab yang lainnya bila dilihat dari hasil laporan tersebut. Perlu dicermati bahwa masyarakat masih belum memahami secara benar penanganan ibu hamil, masyarakat masih menganggap perdarahan yang dialami bumil merupakan suatu hal yang biasa, keadaan ini berdampak pada keterlambatan merujuk ke fasilitas kesehatan terdekat serta persiapan rujukan yang dilakukan oleh keluarga serta penanganan perdarahan di fasilitas kesehatan perlu dilakukan secara adequat sehingga kesiapan peralatan yang memadai serta ketrampilan petugas merupakan sesuatu yang wajib ada di fasilitas pelayanan kesehatan. Kasus kematian maternal yang terjadi selama 4 tahun berturut-turut dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, dapat dilihat pada diagram dibawah ini (gambar 2). Dari diagram tersebut, terlihat terjadi peningkatan kematian pada ibu maternal di wilayah Kabupaten Mojokerto. Upaya Dinas Kesehatan untuk menurunkan AKI dan AKB : Pembinaan teknis berkala (pertemuan bidan,evaluasi kinerja,validasi data dll) Kemitraan Bidan dan Dukun Pengembangan desa pelaksana P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) terintegrasi dengan Desa Siaga (Poskesdes) Peningkatan Ketrampilan Tenaga Kesehatan: APN (Asuhan Persalinan Normal), SDIDT (Stimulasi Dini Intervensi Deteksi Tumbuh Kembang Anak), Pemasangan dan Pencabutan IUD dan Implan, Konseling. Peningkatan kerjasama Lintas Sektor dan Lintas Program Pengembangan pelayanan persalinan baik melalui BPJS maupun JAMKESDA. xix Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Gambar 2. Jumlah Kematian Ibu Kabupaten Mojokerto Tahun 2009 - 2013 B. Morbiditas/ Angka Kesakitan Morbiditas diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Selain menghadapi transisi demografi, Indonesia juga dihadapkan pada transisi epidemiologi yang menyebabkan beban ganda (double burden). Di satu sisi masih dihadapi tingginya penyakit infeksi (baik re-emerging maupun new emerging) serta gizi kurang, namun disisi lain dihadapi pula meningkatnya penyakit non infeksi dan degeneratif. Bagi kelompok usia produktif, kesakitan sangat mempengaruhi produktivitas dan pendapatan keluarga, yang pada akhirnya menyebabkan kemiskinan. Angka kesakitan diperoleh dari laporan yang ada pada sarana pelayanan kesehatan baik di Rumah Sakit maupun di Puskesmas melalui pencatatan dan pelaporan maupun dari community based data yang diperoleh melalui pengamatan (surveilance). 1. AFP (Acute Flaccid Paralysis) Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. AFP yang dimaksud adalah kelumpuhan pada anak berusia < 15 tahun yang bersifat layuh (flaccid) yang terjadi secara akut, mendadak dan bukan disebabkan ruda paksa. Kejadian AFP pada saat ini diproyeksikan sebagai indikator untuk menilai program eradikasi polio (erapo). Upaya memantau keberhasilan erapo adalah dengan melaksanakan surveilans secara aktif untuk menemukan kasus AFP sebagai upaya mendeteksi secara dini munculnya virus polio liar yang mungkin ada di masyarakat agar dapat segera dilakukan penanggulangan, cakupan vaksinasi polio rutin yang tinggi dan sanitasi lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan. Jumlah kasus AFP xx Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto (non polio) di Kabupaten Mojokerto tahun 2013 sebanyak 4 kasus dari 254.173 jumlah penduduk < 15 tahun (Tabel 9). Terjadi peningkatan kasus dari tahun 2012 yang terdapat 1 kasus AFP. Sehingga perlu dilakukan evaluasi dalam penanganan dan kesigapan penanggulangan kasus AFP. Kasus penderita AFP yang ada di Kabupaten Mojokerto tahun 2009 – 2013, dapat dilihat dari diagram dibawah ini : Gambar 3. Kasus AFP di Kabupaten Mojokerto Tahun 2009 – 2013 2. Tuberkulosis (TB) Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kasus baru TB merupakan jumlah seluruh pasien TB Paru baik BTA positif maupun negatif yang ditemukan dan diobati pada tahun 2013 (tidak termasuk TB Ekstra Paru) yang dikelompokkan sesuai jenis kelamin dan total/jumlahnya. Pengendalian TB di Kabupaten Mojokerto memakai strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS). Dengan program ini kita berusaha mencapai target penemuan penderita sebesar 70% dari perkiraan penderita TB BTA+ kasus baru dengan tingkat kesembuhan sebesar 85 %. Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Jumlah Penderita TB BTA+ Paru Baru Kab. Mojokerto tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, dapat dilihat dari diagram dibawah ini : xxi Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Gambar 4. Penderita TB Paru BTA+ Di Kab. Mojokerto Tahun 2009 – 2012 Pemberantasan penyakit tuberculosis paru dilaksanakan mengacu pada komitmen nasional yaitu menggunakan pendekatan Directly Observe Treatment Shortcourse (DOTS) atau pengobatan TB paru dengan pengawasan langsung oleh pengawas menelan obat (PMO). Jumlah kasus TB paru baru sebesar 646 dengan angka insiden per 100.000 penduduk sebesar 60,86 dengan jumlah kematian sebesar 10 jiwa (Tabel 10A). Angka CDR pada tahun 2013 adalah 56,88% dengan jumlah kasus dan penemuan TB paru BTA+ di seluruh Puskesmas dan Rumah Sakit sebesar 646 jiwa (Tabel 11A). Jumlah kasus TB paru BTA+ yang diobati sebesar 722, dengan total kesembuhan 63,43%, dan yang mendapat pengobatan lengkap sebesar 119 (16,48 %) (Tabel 12). 3. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian balita yang utama, selain diare. Penyakit ini merupakan bagian dari penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA sebagai penyebab utama kematian pada bayi dan balita diduga karena pnemonia dan merupakan penyakit yang akut dan kualitas penata laksanaannya masih belum memadai. Upaya pemberantasan penyakit ISPA dilaksanakan dengan fokus penemuan dini dan tata laksana kasus secara cepat dan tepat. Upaya ini dikembangkan melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Kasus penderita Pnemonia yang ada di Kabupaten Mojokerto tahun 2009 – 2012, dapat dilihat dari diagram dibawah ini : xxii Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Gambar 5. Penderita Pnemonia ditangani di Kabupaten Mojokerto Tahun 2009 - 2013 Jumlah balita penderita pnemonia yang dilaporkan dan dapat ditangani di Kabupaten Mojokerto tahun 2013 sebanyak 3.839 penderita, terjadi penurunan dibandingkan pada tahun 2012 sebesar 5.758. Tahun 2013 dari 8.803 perkiraan penderita yang mendapatkan penanganan sebesar 3.839 penderita (43,61%), prosentase balita yang ditangani belum mencapai target yang telah ditentukan yaitu mencapai 100% seluruh penderita, hal ini dimungkinkan kualitas penata laksanaannya masih belum memadai (Tabel 13). 4. HIV/AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) HIV merupakan Human Immunodeficiency Virus adalah virus penyebab AIDS. Virus ini menyerang dan menghancurkan sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh tidak mampu melindungi diri dari penyakit lain. Sedangkan AIDS adalah Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV. Perkembangan penyakit HIV-AIDS terus menunjukkan peningkatan, meskipun berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Kasus penderita HIV-AIDS yang ada di Kabupaten Mojokerto tahun 2009 – 2013, dapat dilihat dari diagram dibawah ini : Gambar 6. Penderita HIV/AIDS di Kabupaten Mojokerto Tahun 2009 – 2013 xxiii Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Jumlah kasus HIV/AIDS tahun 2013 sudah dapat dilihat secara terpisah, yaitu kasus HIV sebanyak 88 jiwa dan AIDS sebanyak 39 jiwa. Dimana kasus HIV laki-laki sebanyak 45 jiwa dan perempuan sebanyak 43 jiwa. Kasus AIDS laki-laki sebanyak 24 jiwa dan perempuan sebanyak 15 jiwa. Jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 15 jiwa pada tahun 2013. (Tabel 14) Terjadi peningkatan kasus dari tahun 2012 ke tahun 2013, hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kasus HIV-AIDS, selain itu pesatnya jumlah kasus juga didasarkan dengan adanya mobil layanan keliling untuk tes darah secara sukarela, sehingga penemuan penderita HIV cepat terdeteksi. Untuk penanganan kasus HIV/AIDS bekerjasama dengan klinik VCT RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari dan UPIPI RS Dr. Soetomo Surabaya. Hasil skrining yang dilakukan di unit transfusi darah PMI Kabupaten Mojokerto selama tahun 2013 menunjukkan jumlah pendonor sebesar 15.878 diantaranya 9.853 laki-laki dan 6.025 perempuan, dan sampel darah yang diperiksa 100%. (Tabel 15). Kasus kematian pada pasien HIV terus meningkat, namun diharapkan dengan pemberian anti retrovirus, kematian pasien HIV dapat ditekan dan diharapkan usia hidup serta kualitas hidup akan meningkat. 5. Diare Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih. Perkiraan Jumlah Kasus Diare adalah perkiraan jumlah penderita diare yang datang ke sarana kesehatan dan kader adalah 10% dari angka kesakitan dikali jumlah penduduk di suatu wilayah kerja dalam waktu satu tahun. Angka kesakitan adalah angka kesakitan nasional hasil survei Morbiditas Subdit Diare dan ISP Kementerian Kesehatan RI tahun 2012 yaitu sebesar 214/1.000 penduduk. Penyakit diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Jumlah penderita diare di Kabupaten Mojokerto tahun 2013 sebesar 22.715 penderita, dengan jumlah penderita pada balita dan ditangani 46.861 penderita (206,30%) (Tabel 16). Jumlah kasus pada tahun 2013 menurun dari tahun 2012, hal ini dikarenakan sudah meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan kebersihan bagi bayi dan balita. xxiv Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Kasus penderita Diare pada balita yang ada di Kabupaten Mojokerto tahun 2009 – 2013 dapat dilihat dari diagram dibawah ini : Gambar 7. Penderita Diare ditangani di Kabupaten Mojokerto Tahun 2009 – 2013 6. Penyakit Kusta Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Jumlah penderita baru penyakit Kusta tahun 2013 yang dilaporkan sebanyak 71 orang dimana kasus MB+PB laki-laki sebesar 44 orang dan perempuan sebesar 27 orang (Tabel 17). Yang mengalami cacat tingkat 2 sebanyak 10 orang, dimana laki-laki sebanyak 8 orang dan perempuan 2 orang (Tabel 18). Jumlah kasus kusta yang tercatat sebanyak 77 orang, PB sebesar 47 orang dan MB sebesar 30 orang, dengan angka prevalensi per 10.000 penduduk sebesar 0,73. (Tabel 19). Kasus penderita Kusta PB+MB di Kabupaten Mojokerto tahun 2013, dapat dilihat dari diagram dibawah ini : Gambar 8. Penderita Kusta PB+MB di Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Penderita kusta yang selesai berobat atau menjalani pengobatan RFT sebanyak 55 orang. Dengan rincian RFT PB sebanyak 3 orang laki-laki (100 %) RFT PB perempuan sebanyak 1 orang, dan RFT MB sebesar laki-laki sebanyak 36 orang xxv Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto (90 %) dan perempuan 15 orang (100 %) (Tabel 20). Kasus Penderita Kusta belum bisa mencapai eliminasi. Tetapi ada kecenderungan menurun, dikarenakan upaya pencarian lebih intensif. Setelah kasus yang ditemukan semakin banyak dan diobati, maka diharapkan pada tahun – tahun berikutnya prevalensi kusta akan menurun sampai terjadi eliminasi. 7. Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur < 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Kabupaten Mojokerto termasuk Kabupaten endemis DBD. Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) ada kecenderungan menurun, kasus DBD tidak lagi hanya menyerang anak-anak, namun juga orang dewasa. Pada tahun 2013 penderita di Kabupaten Mojokerto 59 penderita, dengan rincian laki-laki sebanyak 29 penderita dan perempuan sebanyak 30 penderita. Jumlah kasus penderita yang meninggal sebanyak 4 orang, laki-laki 3 orang dan perempuan 1 orang (Tabel 23). Pada tahun 2012 penderita DBD sebanyak 291 penderita dan yang meninggal sebanyak 2 orang. Terjadi penurunan kasus DBD dari tahun 2012 ke tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa antisipasi untuk penyebaran kasus dilakukan fogging focus dari Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto yang bertujuan untuk memutus mata rantai penularan. Disamping itu tetap di sarankan pada masyarakat untuk tetap melakukan PSN di rumah maupun desa masing–masing. Kasus penderita Demam Berdarah Dengue ( DBD ) yang terjadi selama 5 Tahun berturut-turut dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, dapat dilihat pada diagram berikut : Gambar 9. Penderita DBD ditangani di Kabupaten Mojokerto Tahun 2009 – 2013 Upaya penanggulangan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan ; Surveilans aktif di Rumah Sakit dan Puskesmas Rawat Inap Se-Kabupaten Mojokerto xxvi Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Pelacakan Kasus dilokasi penderita Penanggulangan Fokus di lokasi penderita mulai dari pemeriksaan jentik, penyuluhan, pemberantasan sarang nyamuk, abatisasi dan foging. Upaya pencegahan telah dilakukan dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk. Pemberantasan sarang nyamuk telah dilakukan di tiap rumah di seluruh kecamatan di Kabupaten Mojokerto. Jumlah rumah yang diperiksa pada tahun 2013 sebanyak 171.028 dan jumlah rumah yang bebas jentik sebanyak 115.209 (87,50 %) (Tabel 63). Gambar 10. Rumah Diperiksa dan Bebas Jentik Nyamuk Aedes di Kabupaten Mojokerto Tahun 2009 – 2013 8. Malaria Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersenut. Kasus malaria di Kabupaten Mojokerto tertinggi terjadi di Kecamatan Kemlagi dan Gondang. Jumlah penderita malaria di Kecamatan Kemlagi adalah 8 orang dan jumlah penderita malaria di Kecamatan Gondang adalah 5 orang. Penderita malaria tertinggi menurut jenis kelamin adalah laki – laki yaitu sebanyak 24 orang, sedangkan perempuan 2 orang. Jumlah penderita Malaria menurut jenis kelamin di Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 dapat dilihat pada diagram berikut : xxvii Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Gambar 11. Penderita Malaria Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 Penyakit malaria yang positif dengan pemeriksaan darah pada tahun 2013 sebanyak 26 orang dan yang meningggal dunia ada 1 orang yaitu di Kecamatan Gondang (Tabel 24), terjadi peningkatan kasus dari tahun 2012 yang dinyatakan positif 8 penderita tersebar di 6 Kecamatan. Adanya kasus malaria di Kabupaten Mojokerto sendiri adalah berasal dari penderita yang bekerja di daerah endemis malaria seperti di daerah timur Indonesia. Antisipasi perlu dilakukan dengan memetakan vektor dan surveilans yang baik. 9. Penyakit Filariasis Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah sekelompok cacing parasit nemtoda yang menyebabkan infeksi sehingga berakibat munculnya edema. Jumlah kasus Filariasis di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2013 adalah nihil atau tidak ditemukannya kasus filariasis (Tabel 25). Pada tahun 2012 kasus filariasis sebanyak 5 orang, hal ini menunjukkan terjadi penurunan yang sangat drastis di tahun 2013. Hal ini menunjukkan adanya upaya pencegahan yang telah. 10. Kejadian Luar Biasa (KLB) Kejadian Luar Biasa (KLB) yang dimaksud adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu desa /kelurahan dalam waktu tertentu. Kejadian luar biasa di Kabupaten Mojokerto tahun 2013 terjadi di 15 desa/kelurahan dari total 304 desa/kelurahan, dimana sudah ditangani 100% <24 jam. Rata-rata kejadian desa/kelurahan KLB per jumlah desa/kelurahan 0,05 (Tabel 51). Jumlah penderita dan kematian pada KLB menurut jenis KLB di Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 dengan jenis KLB yaitu Difteri. Kejadian Difteri di 8 kecamatan dan 10 desa, dimana jumlah penduduk yang terancam 11.000, laki-laki 3.000 dan xxviii Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto perempuan 8.000. Jumlah penderita sebanyak 15 orang, laki-laki sebanyak 9 orang dan perempuan sebanyak 6 orang dengan attack rate 0,14% (Tabel 50). Attack rate adalah angka pengukuran yang dipakai untuk menghitung insidens kasus baru selama kejadian wabah. Angka serangan sekunder dihitung berdasarkan jumlah kasus baru yang sebelumnya mengadakan kontak dengan kasus primer (kasus yang menjadi sumber penularan) dalam masa inkubasi penyakit tersebut. Penyebut merupakan jumlah total orang yang terpapar dengan kasus primer pada masa yang sama. C. PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) adalah penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus non neonatorum, Tetanus neonatorum, Campak, Polio dan Hepatitis B. PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi, pada profil kesehatan ini akan dibahas penyakit difteri, pertusis, tetanus, campak, polio dan hepatitis. 1. Difteri Difteri adalah Infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae, yang ditandai dengan pembentukan membran di kerongkongan dan aliran udara lainnya yang menyebabkan sulit bernafas. Termasuk Difteri pada mata, kulit, telinga, hidung dan vagina. Difteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relatif rendah. Rendahnya kasus difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi. Jumlah kasus penyakit difteri di Kabupaten Mojokerto tahun 2013 yaitu sebanyak 15 kasus, diantaranya 9 orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Dimana terjadi peningkatan dari tahun 2012 (Tabel 21). 2. Pertusis Pertusis adalah penyakit membran Mukosa pernafasan dengan gejala demam ringan, bersin, hidung berair dan batuk kering. Disebut juga batuk rejan atau batuk seratus hari. Di Kabupaten Mojokerto tidak ditemukan penderita pertusis (Tabel 21). 3. Tetanus Tetanus adalah penyakit infeksi akut dan sering fatal yang mengenai sistem saraf yang disebabkan infeksi bakteri dari luka terbuka. Ditandai dengan kontraksi otot Tetanik dan Hiperrefleksi, yang mengakibatkan Trismus (rahang terkunci), Spasme Glotis, Spasme otot umum, Opistotonus, Spasme Respiratoris, serangan kejang dan Paralisis. Tetanus dibedakan menjadi dua yaitu tetanus non neonatorum dan tetanus neonatorum. Di Kabupaten Mojokerto tidak ditemukan penderita tetanus (Tabel 21). xxix Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto 4. Campak Campak adalah Penyakit akut yang disebabkan Morbili virus ditandai dengan munculnya demam tinggi (>38 C), bintik merah (ruam), disertai salah satu gejala seperti batuk, pilek dan mata merah. Untuk jumlah kasus campak di Kabupaten Mojokerto tahun 2013 mengalami peningkatan dari tahun 2012, hasil dari pelaporan Subdin P2PL untuk tahun 2013 terdapat 24 kasus, jika dilihat berdasarkan jenis kelaminnya maka 10 kasus terjadi pada laki-laki dan 14 kasus terjadi pada perempuan (Tabel 22). 5. Polio Polio adalah Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Polio. Dapat menyerang semua umur, tetapi biasanya menyerang anak-anak usia kurang dari 3 tahun yang menyebabkan kelumpuhan sehingga penderita tidak dapat menggerakkan salah satu bagian tubuhnya. Gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dalam rangka Eradikasi Polio dan wujud dari kesepakatan global bertujuan membasmi penyakit polio. Keberhasilan dari program tersebut bisa dicapai dengan dilaksanakan surveilance secara aktif untuk dapat menemukan kasus secara dini terhadap munculnya virus polio liar yang mungkin terdapat di masyarakat sehingga dapat segera dilakukan penanggulangan. Kasus polio di tahun 2013 tidak ditemukannya penderita polio/nihil. Pada tahun 2012 juga tidak ditemukan kasus polio, sedangkan pada tahun sebelumnya seperti pada tahun 2009 terdapat 7 kasus polio dan tahun 2010 terdapat 5 kasus. Hal ini menunjukkan bahwa penanggulangan yang dilakukan tepat sasaran dan sudah meratanya pemberian imunisasi polio di tiap kecamatan di Kabupaten Mojokerto (Tabel 22). D. KEADAAN LINGKUNGAN Keadaan lingkungan yang sehat tercipta dengan terwujudnya kesadaran individu dan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), untuk mencapai tujuan tersebut dijabarkan dalam sasaran meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyaakat untuk hidup sehat dengan indikator rumah tangga sehat, institusi kesehatan yang berperilaku sehat, institusi pendidikan yang sehat, tempat kerja yang sehat, tempat – tempat umum yang sehat, posyandu purnama dan mandiri. Serta meningkatkan kemandirian masyarakat sebagai peserta jaminan pemeliharaan kesehatan. 1. Rumah Sehat Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat xxx Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak berbuat dari tanah. Di Kabupaten Mojokerto tahun 2013, seluruh jumlah rumah 255.150, jumlah rumah yang diperiksa sebanyak 9.437 (3,70 %), dan jumlah rumah yang dinyatakan yang sehat 184.813 (72,43 %). Terjadi peningkatan sebesar 0,09 % dari tahun 2012. Perlu upaya program terkait untuk meningkatkan persentase rumah sehat, dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pemeliharaan dan perbaikan lingkungan (Tabel 62). Keadaan rumah sehat juga perlu didukung keadaan rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Jumlah rumah tangga sebanyak 292.182. Distribusi rumah tangga yang ber – PHBS tahun 2013 dari 28.975 (45,18 %), jumlah rumah yang dipantau yaitu sebesar 64.126 (21,95 %) dan terjadi peningkatan rumah tangga yang ber – PHBS dari tahun 2012 sebesar 11,65 % (Tabel 61). 2. Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan ( TUPM ) Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang, dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit. Oleh karena itu tujuan penyehatan TUPM adalah mewujudkan kondisi tempat umum dan pengelolaan makanan yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit terhadap kesehatan masyarakat sekitarnya. TTU meliputi hotel, pasar, terminal, stasiun, kolam renang, rumah sakit, tempat ibadah dan pondok pesantren. Sedangkan TPM sehat adalah tempat umum dan tempat pengelolaan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai (luas ruangan) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung dan memiliki pencahayaan ruang yang memadai. Data yang ada di Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 jumlah TUPM yang ada 762 dan jumlah yang diperiksa 442 sedangkan jumlah yang sehat 337 ( 76,24 % ). Dari beberapa TUPM yang diperiksa (hotel, restoran dan pasar dan TUPM lainnya) didapatkan, jumlah Hotel 15 buah yang diperiksa 12 buah dan yang sehat 12 buah (80,00 %), Restoran yang ada 153, yang diperiksa 119 buah dan yang menunjukan sehat 96 (62,75 %), jumlah Pasar yang ada 21 buah, jumlah yang diperiksa 21, yang menunjukkan sehat 21 buah (100 %), TUPM lainnya jumlah yang ada 573 buah, jumlah yang diperiksa ada 290 buah, dan sehat ada 208 buah (36,30 %) (Tabel 67). 3. Institusi Yang Dibina Beberapa institusi yang dibina di Kabupaten Mojokerto yang mendapat pembinaan kesehatan lingkungan oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas. Institusi tersebut antara lain, sarana pelayan kesehatan yang dibina 85 (100%), instalasi xxxi Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto pengolahan air minum ada 115 dan yang dibina 115 (100 %), sarana pendidikan ada 975 dan yang dibina 827 (84,82 %), sarana ibadah ada 587 dan yang dibina ada 438 (74,62 %), sarana perkantoran tidak ada yang dibina atau nihil, sarana lain ada 118 yang dibina 116 (98,31 %). Jumlah sarana yang ada sebesar 1.880 dan yang dibina sebesar 1.581 (84,10 %) (Tabel 68). 4. Akses terhadap Air Minum Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan menurut air kemasan, air isi ulang, leding meteran, leding eceran, pompa, sumur terlindung, sumur tidak terlindung, mata air terlindung, mata air tidak terlindung, air sungai, air hujan dan lainnya. Air Kemasan adalah air yang diproduksi dan didistribusikan oleh suatu perusahaan dalam kemasan botol dan kemasan gelas serta air minum isi ulang. Air Ledeng adalah air yang diproduksi melalui proses penjernihan dan penyehatan sebelum dialirkan kepada konsumen melalui suatu instalasi berupa saluran air. Sumber air ini diusahakan oleh PAM, PDAM, atau BPAM, baik dikelola pemerintah maupun swasta. Sumur Terlindung adalah sumur yang lingkar mulutnya dilindungi oleh tembok paling sedikit 0,8 meter di atas tanah dan sedalam 3 meter di bawah tanah dan di sekitar mulut sumur ada lantai semen sejauh 1 meter dari lingkar mulut sumur. Kabupaten Mojokerto pada tahun 2013 sesuai tabel 64 dari jumlah keluarga yang ada sebanyak 298.812, jumlah keluarga yang diperiksa sumber air minumnya sebesar 8.159 (2,73%) dan keluarga dengan sumber air terlindung 88,34%. Sedangkan yang dapat mengakses air bersih sebanyak 263.981 keluarga dengan rincian berturutturut yang terbanyak menggunakan pompa 110.647 (37,03%) diikuti sumur terlindung 108.119 (36,18%), ledeng meteran 45.215 (15,13%), sumur tak terlindungi 34.831 (11,66%) (Tabel 65). Jenis sarana air bersih yang dapat digunakan oleh keluarga meliputi kemasan, ledeng, SPT, SGL, mata air, PAH dan lainnya. Di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2013 jenis sarana air bersih yang digunakan terbanyak dengan rincian berturut-turut adalah SPT sebanyak 3.888, dan ledeng sebanyak 743 (Tabel 64). Jenis sarana air bersih di Kabupaten Mojokerto Tahun 2013: xxxii Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Gambar 12. Jenis Sarana Air Bersih di Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 5. Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Sanitasi dasar adalah syarat kesehatan lingkungan minimal yang harus dipunyai oleh setiap keluarga untuk memenuhi keperluan sehari-hari. Ruang lingkup sanitasi dasar yakni sarana penyediaan air bersih, sarana jamban keluarga, sarana pembuangan sampah, dan sarana pembuangan air limbah. Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga (Tabel 66) meliputi SPAL Rumah Tangga, tempat sampah dan pengelolaan air limbah (PAL). Jumlah keluarga yang ada 298.812 di Kabupaten Mojokerto, jumlah keluarga yang diperiksa 2,73%, tidak semuanya bisa diperiksa karena keterbatasan sumber daya yang ada. PAL Rumah Tangga, jumlah KK diperiksa sebanyak 8.159, yang sehat 3.182 (2,97 %) dan yang memiliki Jamban sebanyak 211.488, yang sehat 142.019 (67,15%). Untuk Tempat Sampah, jumlah KK yang diperiksa sebanyak 8.159 dan yang sehat 3.630 (3,02%) (Tabel 66). 6. Pemeriksaan Jentik Nyamuk Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas daerah penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Sampai saat ini penyakit DBD belum ada vaksin pencegahnya dan obatnyapun juga masih diusahakan. Satu-satunya cara efektif adalah mencegah dan menanggulanginya dengan cara memberantas nyamuk penularnya. Jumlah rumah/bangunan di Kabupaten Mojokerto tahun 2013 sebanyak 171.028 bangunan. Jumlah bangunan yang diperiksa 76,98% dari bangunan yang ada. Hasil pemeriksaan rumah/bangunan yang bebas jentik 115.209 (87,50 %) (Tabel 63). Terjadi penurunan jumlah rumah/bangunan yang diperiksa dan bebas jentik nyamuk dari tahun 2012, dimana jumlah rumah/bangunan yang ada sebanyak 144.559 bangunan menjadi 115.209 bangunan. Pemeriksaan Jentik Nyamuk pada xxxiii Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto rumah/bangunan perlu dilakukan mengingat dengan makin pentingnya digalakan sosialisasi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M (Menutup, Menguras, Mengubur) dan meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk hidup bersih agar dapat menurunkan incidence rate penyakit DBD. Jumlah Rumah yang diperiksa dan bebas jentik nyamuk aedes Kab. Mojokerto tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, dapat dilihat dari diagram dibawah ini : Gambar 13. Rumah yang diperiksa dan bebas jentik nyamuk Aedes Kab. Mojokerto Tahun 2009 - 2013 E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, disajikan dalam beberapa indikator yaitu persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan menurut cara pengobatan, persentase penduduk yang berobat jalan menurut tempat berobat, persentase anak 2 – 4 tahun yang pernah disusui, kebiasaan merokok, persentase penduduk yang melakukan aktivitas fisik, dan kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan sehat. 1. ASI Eksklusif ASI Eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi mulai 0 – 6 bulan dalam rangka mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan bahkan terbukti memberi manfaat bagi bayi baik dari sisi/aspek gizi (kolostrum yang mengandung imunoglobulin A/IgA, wheicasein, decosahexanoic/DHA dan arachidonic/AA dengan komposisi sesuai), aspek imunologik (selain IgA, terdapat laktoferin, lysosim dan 3 jenis leucosit yaitu brochusassociated lymphocyte/BALT, Gut associated lymphocyte tissue/GALT, mammary xxxiv Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto associated lymphocyte tissue/MALT serta faktor bifidus), aspek psikologik (interaksi dan kasih sayang antara anak dan ibu), aspek kecerdasan, aspek neurologik (aktifitas menyerap ASI bermanfaat pada koordinasi syaraf bayi), aspek ekonomik serta aspek penundaan kehamilan (metode amenorea laktasi/MAL). Selain aspek-aspek tersebut, dengan ASI juga dapat melindungi bayi dari sindrom kematian bayi secara mendadak (sudden infant death syndrome/SIDS). Jumlah bayi (yang diperiksa) yang ada di Kabupaten Mojokerto tahun 2013 sebesar 13.954 bayi, cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 9.290 (66,58 %). Terjadi peningkatan dari tahun 2012, hal ini dapat disebabkan dari berbagai faktor, yaitu semakin meningkatnya pengetahuan Ibu akan pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi ( Tabel 41 ). Gambar 14. Jumlah bayi yang diberi ASI Ekslusif Kab. Mojokerto Tahun 2009 – 2013 2. Pemberian Makanan Pendamping ASI Anak usia 6-23 bulan setelah mendapatkan ASI eksklusif (0-6 bulan) perlu mendapatkan makanan pendamping agar kecukupan gizinya terpenuhi. Distribusi pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) anak usia 6-23 bulan pada keluarga miskin tahun 2013 sebanyak 108 4,97% dari 2.171 keluarga miskin yang ada di Kabupaten Mojokerto (Tabel 42). Pemberian makanan pendamping ASI telah mencakup semua anak usia 6-23 bulan dari keluarga miskin, sehingga diharapkan tidak ada anak yang mengalami kurang gizi. 3. Posyandu Posyandu merupakan kependekan dari Pos Pelayanan Terpadu atau Posyandu. Kegiatan di Posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partispasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan yang telah mendapat pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar. xxxv Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Pemberdayaan masyarakat dalam bentuk pelayanan pada masyarakat, advokasi kesehatan dan pengawasan sosial dalam pembangunan kesehatan belum banyak berkembang. Sementara itu kemampuan masyarakat dalam mengemukakan pendapat dan memilih dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan juga masih terbatas. Potensi masyarakat baik berupa organisasi, upaya, tenaga, dana, sarana, teknologi, maupun dalam mekanisme pengambilan keputusan belum secara optimal dimanfaatkan untuk percepatan pencapaian program kesehatan. Perkembangan peran serta masyarakat di bidang kesehatan, antara lain dimulai dengan tumbuhnya PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat dan Desa) dan sekarang berkembang menjadi Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM). Dalam rangka meningkatkan masyarakat berbagai upaya dilakukan daya yang ada cakupan pelayanan kesehatan kepada dengan memanfaatkan potensi dan sumber di masyarakat. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), untuk mendekatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat melalui wadah keterpaduan lintas sektor dan masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas. Posyandu di kelompokan menjadi 4 strata yaitu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri. Jumlah posyandu 2012 sebanyak 1.271, dimana jumlah posyandu puri 702 (55,23 %) (Tabel 72). Posyandu Purnama yaitu posyandu dengan cakupan 5 program atau lebih dengan melaksanakan kegiatan 8 kali atau lebih pertahun. Jumlah Posyandu Pratama 37 buah, Posyandu Madya 532 buah, Posyandu Purnama 645 buah dan Posyandu Mandiri 57 buah. Prosentase Posyandu Pratama 2,91%, Posyandu Madya 41,86 %, Posyandu Purnama 50,75 % dan Posyandu Mandiri 4,48% (Tabel 72). Strata Posyandu mengalami peningkatan dari tahun 2012, hal ini menunjukkan bahwa sudah dilakukan pembinaan dengan baik untuk meningkatkan kualitas posyandu. Berikut data posyandu menurut strata di Kabupaten Mojokerto tahun 2013 : xxxvi Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Gambar 15. Data Posyandu Menurut Strata di Kab. Mojokerto Tahun 2013 4. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang berada di Kabupaten Mojokerto tahun 2013 diantaranya adalah Desa Siaga sebesar 304 (100 %), Desa Siaga Aktif sebesar 294 (96,71 %), dan Poskesdes sebanyak 304 dari 304 desa/kelurahan (Tabel 73). Jumlah Desa Siaga yang aktif mengalami peningkatan dari tahun 2012, dimana tahun 2012 sebesar 293 desa/kelurahan. Pembinaan dilakukan tiap tahun di desa/kelurahan untuk meningkatkan jumlah Desa Siaga. 5. Pembiayaan Kesehatan oleh Masyarakat Sumber biaya kesehatan berasal dari Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten, sedangkan biaya kesehatan bersumber swasta terdiri dari masyarakat dan pihak swasta. Dari tinjauan yang ada pembiayaan kesehatan lebih banyak berasal dari masyarakat, yang tampaknya belum dikelola dengan baik, masih bersifat out of pocket, sehingga belum efektif dan efisien. Sistem pembiayaan kesehatan yang sedang berjalan di Indonesia masih sangat tergantung pada mekanisme pembayaran fee for service, sedangkan mekanisme asuransi masih sedang dalam proses dikembangkan, mengingat jumlah penduduk yang memiliki asuransi masih sangat rendah. Kedepan sistem pembiayaan kesehatan diarahkan kepada sistem jaminan kesehatan sosial atau sistem asuransi sosial yang diharapkan dapat lebih efektif dan efisien pada tahun 2014 dengan diberlakukannya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Dalam rangka meningkatkan kepesertaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan, sejak lama telah dikembangkan berbagai cara untuk memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat diantaranya dana sehat, asuransi kesehatan PNS, asuransi tenaga kerja (Astek)/Jamsostek, dan asuransi kesehatan untuk masyarakat miskin (Jamkesmas). xxxvii Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Dari hasil tabel 55, jumlah seluruh peserta jaminan kesehatan pra bayar pembiayaan kesehatan sebesar 430.388, dengan rincian jumlah peserta Askes sebesar 46.687, jumlah peserta Askeskin/Jamkesmas sebesar 354.086, jumlah peserta Jamkesda sebesar 29.615. Cakupan pelayanan kesehatan masyarakat miskin Kabupaten Mojokerto yang mendapat pelayanan dasar di Puskesmas sebanyak 383.701, yang dicakup Askeskin/Jamkesmas sebanyak 354.086. Cakupan pelayanan rawat jalan masyarakat miskin (dan hampir miskin) menurut strata sarana kesehatan, yang dicakup Askeskin/Jamkesmas sebesar 354.086. Masyarakat miskin yang mendapat yankes rawat jalan dengan pelayanan kesehatan dasar (pasien maskin di sarkes strata 1) sebesar 175.950 (45,86 %), pelayanan kesehatan rujukan di (pasien maskin di sarkes strata 2 dan 3) sebesar 219 (0,05 %) (Tabel 56). Cakupan pelayanan rawat jalan masyarakat miskin (dan hampir miskin) menurut strata sarana kesehatan, yang dicakup Jamkesda 29.615. Masyarakat miskin yang mendapat yankes rawat jalan dengan pelayanan kesehatan dasar (pasien maskin di sarkes strata 1) sebesar 7.897 (2,06 %), pelayanan kesehatan rujukan (pasien maskin di sarkes strata 2 dan 3) sebesar 4.166 (0,97 %) (Tabel 56 A). Cakupan pelayanan rawat inap masyarakat miskin (dan hampir miskin) menurut strata sarana kesehatan yang dicakup Askeskin 354.086. Masyarakat miskin yang mendapat yankes rawat inap dengan pelayanan kesehatan dasar (pasien maskin di sarkes strata 1) sebesar 4.196 (1,19 %), pelayanan kesehatan rujukan (pasien maskin di sarkes strata 2 dan 3) sebesar 1.823 (0,49 %) (Tabel 57). Cakupan pelayanan rawat inap masyarakat miskin (dan hampir miskin) menurut strata sarana kesehatan yang dicakup Jamkesda 29.615. Masyarakat miskin yang mendapat yankes rawat inap dengan pelayanan kesehatan dasar (pasien maskin di sarkes strata 1) sebesar 665 (2,25 %), pelayanan kesehatan rujukan (pasien maskin di sarkes strata 2 & 3) sebesar 198 (0,41%) (Tabel 57 A). 6. Penyuluhan Kesehatan Upaya penyuluhan adalah semua usaha secara sadar dan berencana yang dilakukan untuk memperbaiki perilaku manusia sesuai prinsip-prinsip pendidikan dalam bidang kesehatan. Kegiatan penyuluhan dibagi menjadi 2 yaitu penyuluhan kelompok dan penyuluhan massa. Penyuluhan kelompok adalah penyampaian pesan melalui pertemuan dengan sasaran 10 – 40 orang. Contoh : Kelompok Tani, Kelompok Arisan, Kelompok PKK, Kelompok Agama dan sebagainya. Penyuluhan massa adalah Penyampaian pesan pada sasaran yang lebih besar dari penyuluhan kelompok yang jumlahnya bisa sampai tidak terhitung banyak orang. Pada penyuluhan massa biasanya tidak terjadi tanya jawab (komunikasi satu arah), peserta yang satu dengan yang lain tidak saling kenal. Penyuluhan keseluruhan yang xxxviii Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto telah dilakukan diantaranya, penyuluhan kelompok sebanyak 6.919 kali dengan rincian penyuluhan yang dilakukan oleh Puskesmas 6.835 kali, Dinkes 84 kali dan kegiatan penyuluhan massa sebanyak 22 kali yang dilakukan oleh Dinkes (Tabel 54). Kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas Kabupaten Mojokerto terjadi penurunan dari tahun 2012 ke tahun 2013. F. STATUS GIZI Status gizi seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan permasalahan kesehatan secara umum, disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan individu. Status gizi pada janin/bayi sangat ditentukan oleh status gizi ibu hamil atau ibu menyusui. 1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Status gizi janin ditentukan oleh kesehatan ibu waktu hamil, sehingga akan berpengaruh pada berat badan waktu lahir, berat badan lahir bayi akan berpengaruh pada bayi. Berat bayi lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir. Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 katagori yaitu BBLR karena premature atau BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia, malaria dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat kehamilan. Sementara itu jumlah BBLR yang dilaporkan di Kabupaten Mojokerto dari 16.424 bayi lahir hidup sebanyak 489 (4,26%) diantaranya bayi laki-laki 265 (3,17 %) dan bayi perempuan 224 (2,78 %) (Tabel 26). Terdapat kenaikan jumlah BBLR dari tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran ibu hamil untuk hidup sehat dan mengkonsumsi makanan yang bergizi masih kurang. 2. Status Gizi Balita Kekurangan gizi terutama pada anak-anak balita dapat menyebabkan meningkatnya risiko kematian, terganggunya pertumbuhan fisik dan perkembangan mental serta kecerdasan. Dalam beberapa hal dampak kekurangan gizi bersifat permanen yang tidak dapat diperbaiki walaupun pada usia berikutnya kebutuhan gizinya terpenuhi. Status gizi balita di Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 dengan rincian jumlah 88.037 balita yang ada, balita yang ditimbang sebesar 67.884. Balita yang mengalami gizi lebih sebesar 2.863 (4,22 %), yang mengalami gizi baik sebesar 57.263 (84,35 %), xxxix Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto yang mengalami gizi kurang 6.851 (10,09 %), yang mengalami gizi buruk 907 (1,34 %) (Tabel 27), jumlah berat badan naik 50.456 (79 %) dari jumlah balita yang ditimbang D’ (N+T), yang BGM 907 (1,27 %) dari jumlah balita yang ditimbang (D) (Tabel 44 dan Tabel 44A) dan balita gizi buruk yang mendapat perawatan 139 (100 %) (Tabel 45). 3. Pemberian Vitamin A Pada Bayi, Balita, dan Ibu Nifas Tujuan pemberian kapsul vitamin A pada balita adalah untuk menurunkan prevalensi dan mencegah kekurangan vitamin A pada balita. Pendistribusian Vitamin A dilakukan pada bulan Pebruari dan Agustus. Vitamin A diberikan pada bayi usia 612 bulan dan anak Balita 1-5 tahun. Dari seluruh jumlah balita yang ada yaitu sebesar 70.673, cakupan distribusi kapsul vitamin A selain pada kebutaan juga berperan pada tingginya kematian bayi dan balita. Jumlah bayi (usia 6 – 11 bulan) sebanyak 17.364 bayi dan yang mendapatkan Vitamin A 1 kali, dimana laki-laki sebesar 12.039, perempuan sebesar 5.587 dan balita (1 – 4 tahun) yang mendapatkan vitamin A 2 kali di Kabupaten Mojokerto tahun 2013 sebanyak 63.999 (90,56 %) dengan rincian laki-laki sebesar 44.771, perempuan sebesar 19.228. Ibu nifas yang ada di Kabupaten Mojokerto sebesar 18.629 yang mendapatkan Vitamin A sebanyak 14.297 (76,75 %) ( Tabel 32 ). 4. Bumil Mendapatkan Fe Pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, selain pemeriksaaan kehamilan juga disertai dengan pemberian tablet Fe untuk mencegah terjadinya anemia besi pada bumil. Tablet Fe diberikan pada awal perikasa kehamilan dengan pemberian pertama tablet Fe 1 dan selanjutnya sampai tablet Fe 3. Salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian adalah kekuranga Fe pada ibu hamil dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin yang dikandungnya. Ibu hamil yang menderita kekurangan zat Fe akan merasa, lemah, letih, lesu, dan tentu saja akan mengganggu janin yang dikandungnya. Jumlah Ibu Hamil sebesar 19.516 orang, pemberian Fe 1 di Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 sebanyak 15.953 ( 81,74 % ), sedangkan pemberian Fe 3 sebanyak 14.902 (76,36 % ) (Tabel 30). xl Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Gambar 16. Pemberian Fe 1 dan Fe 3 Bumil di Kab. Mojokerto Tahun 2009-2013 5. Bumil Mendapatkan Imunisasi TT Imunisasi TT pada Ibu Hamil diartikan Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu (yang dimulai saat dan atau sebelum kehamilan) yang berguna bagi kekebalan seumur hidup. Untuk pencegahan terjadinya Tetanus Toksoid pada ibu hamil dilakukan imunisasi TT. Pemberian TT2 diartikan selang waktu pemberian minimal 4 minggu setelah TT1 dengan masa perlindungan 3 tahun. Pemberian TT3 diartikan selang waktu pemberian minimal 6 bulan setelah TT2 dengan masa perlindungan 5 tahun. Pemberian TT4 diartikan selang waktu pemberian minimal 1 tahun setelah TT3 dengan masa perlindungan 10 tahun. Pemberian TT5 diartikan selang waktu pemberian minimal 1 tahun setelah TT4 dengan masa perlindungan 25 tahun. Sedangkan pemberian TT2+ diartikan Imunisasi Tetanus yang diberikan minimal 2 kali saat kehamilan (yang dimulai saat dan atau sebelum kehamilan). Imunisasi TT diberikan pada Bumil, jumlah ibu hamil yang ada di Kabupaten Mojokerto tahun 2013 sebesar 19.516. Bumil yang mendapatkan Imunisasi TT-1 sebesar 55.731 (285,57 %), TT-2 sebesar 1.010 (5,18 %), TT-3 sebesar 1.876 (9,61 %), TT-4 sebesar 2.040 (10,45 %), TT-5 sebesar 5.482 (28,09 %), dan TT2+ sebesar 10.408 (53,33 %) (Tabel 29). xli Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Bab Dalam 5 rangka Situasi Upaya Kesehatan mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan gambaran situasi upaya kesehatan khususnya pada tahun 2013. 5.1 Pelayanan Kesehatan Dasar Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Kunjungan Ibu Hamil (K4) Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya, yang mengikuti program pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ke tiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil. Jumlah seluruh ibu hamil sebanyak 19.516 orang, persentase cakupan pelayanan K4 Kabupaten Mojokerto pada tahun 2013 sebesar 15.839 (81,44 %). Untuk tahun 2012 jumlah absolut K4 sebesar 15.522 (78,89 %). Kunjungan K4 pada tahun 2013 mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan sosialisasi maupun pendekatan masyarakat sering dilakukan sehingga masyarakat sadar akan pentingnya menjaga kesehatan bayi yang dikandungnya (Tabel 28). xlii Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto 2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Pada Ibu Nifas Pertolongan persalinan juga merupakan salah satu kualitas pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Hal ini dapat menggambarkan bahwa masyarakat mau dan tahu tentang pentingnya keamanan dalam pertolongan persalinan oleh nakes Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Pesan kunci MPS (Making Pregnancy Safer) yaitu persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, maka keadaan ini belum sepenuhnya dapat dilakukan di Kabupaten Mojokerto, karena masih diperlukan dukungan kegiatan APN dan kemitraan antara bidan dan dukun. Jumlah ibu bersalin sebesar 18.629 orang, yang ditolong oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Mojokerto tahun 2013 sebesar 16.349 (87,99 %) (Tabel 28). Ibu yang telah melahirkan juga perlu ditangani saat masa nifas oleh tenaga kesehatan. Distribusi pelayanan kesehatan pada ibu nifas tahun 2013 yaitu sebesar 15.928 (85,50 %) dari total 18.629 ibu nifas (Tabel 28). 3. Komplikasi Kebidanan Dan Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi Ditangani Jumlah dan persentase Komplikasi Kebidanan dan Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi Ditangani di Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 dari jumlah ibu hamil yaitu sebanyak 19.516, dimana untuk 20% ibu hamil sebesar 3.903. Komplikasi kebidanan yang ditangani dari 20% ibu hamil yaitu sebesar 3.903 (89,70 %). Sasaran bayi yaitu sebesar 17.364, dimana 15% sasaran bayi sebesar 2.605. Dan neonatal risti yang ditangani untuk bayi adalah sebanyak 1.313 (50,41 %), dimana laki-laki sebanyak 706 dan perempuan 607 (Tabel 31). 4. Kunjungan Neonatus Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang paling rentan atau memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari). Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2013, cakupan kunjungan neonatus sebesar 16.577 (95,47 %), diantaranya laki-laki 8.541 dan perempuan 8.036 dari seluruh neonatus sejumlah 17.364. Terjadi kenaikan dari tahun 2012, hal ini dikarenakan para Ibu sudah mengerti tentang menjaga kesehatan bayi dari usia baru xliii Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto lahir sampai 28 hari, yang mana usia ini bayi membutuhkan perhatian ekstra untuk menjaga kesehatannya (Tabel 36 ). 5. Kunjungan Bayi Kunjungan bayi di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2013 minimal 4 kali sebesar 16.386 (94,37 %), diantaranya bayi laki-laki 8.354 dan bayi perempuan 8.032 dari seluruh jumlah bayi yang ada 17.364. Terdapat penurunan dibandingkan dengan cakupan tahun 2012, hal ini dikarenakan adanya penurunan jumlah bayi/sasaran di tahun 2013 (Tabel 37). 6. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Usia Sekolah Pelayanan kesehatan pada kelompok anak pra sekolah, usia sekolah dan remaja dilakukan dengan pelaksanaan pemantauan dini terhadap tumbuh kembang dan pemantauan kesehatan anak pra sekolah, pemeriksaan anak sekolah dasar/sederajat, serta pelayanan kesehatan pada remaja, baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun peran serta tenaga terlatih lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS dan Dokter kecil. Dari hasil pengumpulan data (tabel 43) di Kabupaten Mojokerto menunjukan bahwa cakupan pelayanan kesehatan anak balita dan pra sekolah (usia 12-59 bulan) sebesar 59.770 (84,57 %) dimana laki-laki sebesar 30.547 dan perempuan sebesar 29.223, cakupan penjaringan pelayanan kesehatan siswa kelas 1 SD dan setingkat sebesar 17.036 (100 %) diantaranya laki-laki 8.688 siswa dan perempuan sebesar 8.348 siswa dari total 17.036 siswa (Tabel 46). Murid SD/MI dan setingkat yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standart dari jumlah seluruh siswa 97.647 anak sebesar 97.647 (100 %), diantaranya laki-laki sebesar 49.800 siswa dan perempuan 87.847 siswa (Tabel 47). 7. Pelayanan Keluarga Berencana Peserta Keluarga Berencana terbagi menjadi peserta KB Baru dan Peserta KB Aktif. Dari jumlah PUS yang ada 244.876, jumlah Peserta KB Baru 13.648 (5,57 %) dan Jumlah Peserta KB Aktif 184.782 (75,46 %) (Tabel 35). Peserta keluarga berencana aktif dibagi menjadi peserta KB dengan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang jenisnya adalah, MOP/MOW, IUD, implant dan peserta KB Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) yang jenisnya suntik, pil, kondom, obat vagina dan lainnya. Peserta KB Aktif di Kabupaten Mojokerto tahun 2013 yang paling banyak memilih Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) jenis IUD sebesar 7,45 %, sedangkan KB Non MKJP yang paling banyak dipilih adalah jenis suntik sebesar 64,27 % (Tabel 33). Peserta KB baru di Kabupaten Mojokerto tahun 2013 sebanyak 16.174, yang paling banyak memilih Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) jenis IUD sebesar 12,90 %, sedangkan KB Non MKJP yang paling banyak dipilih adalah jenis suntik sebesar 65,41 % (Tabel 34). xliv Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto 8. Pelayanan Imunisasi Pencapaian universal child immunization pada dasarnya merupakan suatu gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara lengkap. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut dapat digambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat terhadap penularan PD3I. . Pada tahun 2013 di Kabupaten Mojokerto telah mencapai desa/kelurahan UCI sebesar 94% dari 304 desa/kelurahan yang ada (Tabel 38). Banyaknya Puskesmas yang belum mencapai target dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain kurang lengkapnya pencatatan dan pelaporan dari Puskesmas, selain itu banyaknya masyarakat memilih memberikan imunisasi pada anaknya ke Bidan Praktek Swasta, Balai Pengobatan (BP) atau Klinik maupun Rumah Sakit sehingga tidak terlaporkan. Namun pencapaian UCI tahun 2013 lebih tinggi dibanding tahun 2012. Pelayanan imunisasi diberikan pada bayi yaitu diantaranya imunisasi DPT1+HB1, DPT3+HB3, Campak, BCG dan Polio 3. Jumlah cakupan imunisasi DPT, HB, dan campak pada bayi di Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 dimana jumlah bayi 17.364. Bayi yang mendapat imunisasi DPT1+HB1 sebesar 16.884 (97,24 %), bayi yang mendapat imunisasi DPT3+HB3 sebesar 17.164 (98,85 %), campak sebesar 18.862 (97,11 %) (Tabel 39). Cakupan imunisasi BCG dan polio pada bayi di Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 dimana jumlah bayi 17. 364. Bayi yang mendapat imunisasi BCG sebesar 16.649 (95,88 %), Polio 3 sebesar 17.169 (98,88 %) (Tabel 40). 9. Pelayanan Kesehataan Usia Lanjut Pelayanan Kesehatan Pra Lansia dan Lansia diartikan pelayanan kesehatan sesuai standar yang ada pada pedoman pada pra lansia (45 – 59 tahun) dan lansia (60 tahun ke atas), di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan pelayanan kesehatan pra lansia dan lansia (60 tahun +) di kabupaten Mojokerto tahun 2013 dari total 295.910 yang mendapat pelayanan kesehatan sebesar 69.735 (23,57 %), diantaranya laki-laki 31.682 (22,74 %) dan perempuan 38.053 (24,30 %) (Tabel 48). 10. Pemanfaatan Obat Generik Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin diartikan persentase tersedianya obat dan vaksin selama 18 bulan bagi pelayanan kesehatan dasar di sarana pelayanan kesehatan Pemerintah. Obat yang tersedia di Puskesmas dan jaringannnya adalah obat-obatan untuk pelayanan kesehatan dasar. Kebutuhan akan jenis obat dan jenis obat generik yang tersedia cukup bervariasi pada setiap Puskesmas. Perbedaan kebutuhan baik untuk jenis dan jumlah obat tergantung pada situasi dan kondisi masyarakat dan lingkungan disekitar pelayanan kesehatan. Jumlah jenis obat tahun 2013 yang tersedia sebanyak 144 jenis obat (Tabel 69). xlv Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto 11. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pemeriksaan Gigi dan Mulut diartikan Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam bentuk upaya promotif, preventif dan kuratif sederhana seperti pencabutan gigi tetap, pengobatan dan penambalan sementara yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2013 meliputi pelayanan tumpatan gigi tetap dan pencabutan gigi tetap. Dengan jumlah tumpatan gigi tetap 5.391 dengan rincian laki-laki sebesar 2.362 dan perempuan sebesar 5.391. Pencabutan gigi tetap 5.551 dengan rincian laki-laki sebesar 2.396 dan perempuan sebesar 3.155, rasio tumpatan/pencabutan 0,97 (Tabel 52). Pelayanan kesehatan gigi dan mulut juga dilakukan pada anak SD dan setingkat. Dimana dilakukan upaya promotif dan preventif. Jumlah murid SD/MI yang mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 111.964. Murid SD/MI yang diperiksa sebanyak 64.092 siswa, yang memerlukan perawatan 51.588, dan siswa yang mendapatkan perawatan 48.507 (94,03 %) (Tabel 53). 12. Keluarga Miskin yang mendapatkan Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin dapat diperoleh melalui porogram Jamkesmas dan Jamkesda di sarana kesehatan baik Puskesmas maupun Rumah Sakit. Jumlah keluarga miskin yang mendapatkan pelayanan kesehatan di Kabupaten Mojokerto, untuk Rawat Jalan, pelayanan kesehatan dasar (pasien maskin di sarkes strata 1) sebesar 175.950 jiwa (45,86 %), sedangkan pelayanan kesehatan rujukan (pasien maskin di sarkes strata 2 dan 3) sebesar 219 jiwa (0,33 %) dari total masyarakat miskin (dicakup Jamkesmas/Askeskin) sebanyak 354.086 (Tabel 56). Untuk rawat Inap, pelayanan kesehatan dasar (pasien maskin di sarkes strata 1) sebesar 4.196 jiwa (1,19 %) (Tabel 57). Total dari maskin yang mendapat pelayanan kesehatan seharusnya 100 %, hal ini disebabkan pencatatan dan pelaporan yang masih belum tertata dengan baik dan masih ada perbedaan persepsi tentang keluarga miskin ( Tabel 56 ). 13. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan Sarana pelayanan kesehatan yang terdapat di Kabupaten Mojokerto terdiri dari Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan Swasta,dll. Jika dilihat berdasarkan kepemilikannya Rumah Sakit di Kabupaten Mojokerto terdiri dari 1 Rumah Sakit milik Pemprov, 2 Rumah Sakit milik Pemkab dan 9 Rumah Sakit milik swasta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini : xlvi Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Gambar 17. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan di Kab. Mojokerto Tahun 2013 Selain Rumah Sakit masih terdapat sarana pelayanan kesehatan yang lainnya yaitu 12 Rumah Bersalin, 34 Klinik, 5 praktik pengobatan tradisional, 67 apotek, 415 industri rumah tangga makanan, 2 industri farmasi, 1 industri obat tradisional, 2 industri kecil obat tradisional, 1 industri alat kesehatan, 2 industri perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT), dan 1 industri kosmetik (Tabel 70). 14. Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar Untuk Sarana Kesehatan dengan kemampuan Labkes di Kabupaten Mojokerto tahun 2013 sebanyak 32 sarana yang ada, dan yang mempunyai Labkes 39 buah (100 %). Yang memiliki 4 spesialis dasar ada 2 buah ( 22,22 % ) yaitu berada di Rumah Sakit Umum (Tabel 71). 15. Persentase Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level1 Presentase sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat (Gadar) level 1 di Kabupaten Mojokerto tahun 2013 dengan rincian sebagai berikut, Rumah Sakit Umum terdapat 9 buah dan yang memiliki Gadar 9 (100 %), Rumah Sakit Khusus terdapat 3 buah dan yang memiliki Gadar 3 (100 %) (Tabel 49). 16. Pemanfaatan Sarana Puskesmas dan Rumah Sakit Jumlah total untuk kunjungan rawat inap dan rawat jalan di Puskesmas sebanyak 289.815 jiwa dengan jumlah kunjungan rawat inap 284.797 jiwa dengan rawat jalan 5.018 jiwa. Total untuk kunjungan rawat inap dan rawat jalan di Rumah Sakit sebanyak 359.284 jiwa dengan jumlah kunjungan rawat inap 301.505 jiwa dengan rawat jalan 57.779 jiwa, dengan rincian pengunjung rawat inap laki-laki 23.393 jiwa dan perempuan 29.149 jiwa, pengunjung rawat jalan laki-laki 127.786 xlvii Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto jiwa dan perempuan 147.879 jiwa. Jumlah kunjungan gangguan jiwa di Rumah Sakit 566 jiwa (Tabel 58). 5.2 Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Khusus Peningkatan mutu pelayanan kesehatan menjadi isu utama dalam pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global. Dalam pengembangan masyarakat yang semakin kritis maka mutu pelayanan akan menjadi sorotan. Rumah Sakit sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan telah mengalami banyak kemajuan. Mutu pelayanan Rumah Sakit dapat dilihat dari aspekaspek penyelenggaraan pelayanan gawat darurat, aspek efisiensi dan efektifitas pelayanan, keselamatan pasien. Beberapa indikator untuk mengetahui mutu efisiensi rumah sakit antara lain : pemanfaatan tempat tidur, pemanfaatan tenaga, pemanfaatan penunjang medik, dan keuangan. Indikator pemanfaatan tempat tidur sendiri yang dapat kita lihat dan kita ketahui adalah melalui angka BOR/ Bed Occupancy Rate, BTO/ Bed Turn Over, ALOS/ Average Length Of Stay, TOI/ Turn Over Interval. Pada tahun 2013 dari 12 Rumah Sakit di Kabupaten Mojokerto rata-rata BOR sebesar 64,0, LOS sebesar 3,9, dan TOI sebesar 2,2 (Tabel 60). Angka pemanfaatan tempat tidur adalah salah satu indikator yang mudah untuk memantau bagaimana mutu sebuah pelayanan rumah sakit. Jumlah kunjungan rumah sakit pada tahun 2013 adalah 359.284 jiwa dari total 12 rumah sakit di Kabupaten Mojokerto. Dengan rincian sebagai berikut untuk rawat jalan sebanyak 301.505 jiwa, rawat inap sebanyak 57.779 jiwa (Tabel 58). Jumlah tempat tidur di 12 rumah sakit sebanyak 1.002 buah. Jumlah pasien keluar (hidup+mati) sebanyak 57.346, pasien keluar mati sebanyak 2.023 dan pasien keluar mati > 48 jam dirawat sebanyak 977 (Tabel 59). xlviii Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Bab Situasi Sumber Daya Kesehatan 6 Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokan dalam sajian data dan informasi mengenai sarana kesehatan dan tenaga kesehatan. A. SARANA KESEHATAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai sarana kesehatan diantaranya Puskesmas, Rumah Sakit, sarana upaya kesehatan baik yang Pemerintah maupun Swasta yang berada diwilayah tersebut. 1. Puskesmas Pada tahun 2013 jumlah Puskesmas di Kabupaten Mojokerto sebanyak 27 buah, dengan rincian 16 rawat inap dan 11 rawat jalan. Sedangkan jumlah Puskesmas Pembantu pada tahun 2013 berjumlah 55 buah. Rasio Puskesmas Pembantu terhadap Puskesmas pada tahun 2013 rata – rata 2 : 1, artinya setiap Puskesmas didukung oleh 2 sampai 3 Puskesmas Pembantu dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Selain itu, dalam menjalankan tugas operasionalnya didukung oleh Puskesmas Keliling sejumlah 27 buah. 2. Rumah Sakit Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana Rumah Sakit (RS) antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah Rumah Sakit dan tempat tidurnya serta rasio terhadap jumlah penduduk. Kabupaten Mojokerto sampai saat ini telah memiliki 2 RS Pemerintah, Rumah Sakit Swasta 8 buah, Rumah Sakit Khusus Pemerintah 1 buah. 3. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) diantaranya adalah posyandu, polindes, Poskesdes. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal oleh masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi perkembangannya posyandu dan penanggulangan dikelompokan diare. Untuk menjadi 4 strata, yaitu memantau posyandu pratama, posyandu madya, posyandu purnama dan posyandu mandiri. Jumlah posyandu di Kabupaten tahun 2013, bahwa jumlah seluruh posyandu yang ada sebesar 1.271 buah, dengan rincian Posyandu Pratama 37 buah, Posyandu Madya 532 buah, Posyandu Purnama 645 buah dan Posyandu Mandiri 57 buah. xlix Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Prosentase Posyandu Pratama 2,91 %, Posyandu Madya 41,86 %, Posyandu Purnama 50,75 % dan Posyandu Mandiri 4,48 % (Tabel 72). B. TENAGA KESEHATAN Sebagaimana diketahui bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan tidak hanya dilakukan pemerintah, tapi juga diselenggarakan oleh swasta. Oleh karena itu gambaran situasi ketersediaan tenaga kesehatan baik yang bekerja disektor pemerintah maupun swasta perlu diketahui. Data ketenagaan ini diperoleh dari hasil pengumpulan data sumber daya kesehatan yang ada di Kabupaten Mojokerto, yang meliputi tenaga yang ada di Puskesmas, Rumah Sakit maupun yang ada pada Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota. Tenaga yang ada di sarana pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2013 seluruhnya 544 orang yang tersebar pada 27 Puskesmas, yang meliputi Tenaga Dokter 39 orang, Dokter Gigi 31 orang, Perawat 137 orang, Bidan 275 orang, Farmasi 10 orang, Kesehatan Masyarakat 0 orang, Sanitasi 25 orang, Gizi 15, Tenaga lainnya 12 orang. Sedangkan Sumber Daya Kesehatan yang terdapat pada Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto seluruhnya 32, yang terdiri dari Dokter 2 orang, Perawat 3 orang, bidan 5 orang, Farmasi 2 orang, Gizi 3 orang, Kesehatan Masyarakat 17 orang. Untuk Sumber Daya Kesehatan yang terdapat pada RS di Kabupaten Mojokerto seluruhnya 1.187 orang, yang terdiri dari Dokter 178 orang, Dokter Gigi 13 Orang, Perawat 591, Bidan 200 orang, Farmasi 71 orang, Gizi 22 orang, Teknis Medis 71 orang, Sanitasi 11 orang, Kesehatan Masyarakat 13 orang, Fisioterapis 17 orang. (Tabel 74, 75, 76, 77, 78) C. PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan untuk Dinas Kesehatan diperoleh dari berbagai sumber diantaranya dana APBD baik APBD Provinsi maupun APBD Kabupaten/Kota dan APBN yang meliputi dana Dekonsentrasi, tugas Pembantuan (TP), Jamkesmas, Jampersal dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) serta Bantuan Luar Negeri (BLN). Dinas Kesehatan pada tahun 2013 mendapatkan anggaran sebesar Rp. 198.270.587.038. Anggaran tersebut meningkat dibandingkan pada tahun 2012. Rincian alokasi anggaran kesehatan tahun 2013 terdiri dari APBN sebanyak Rp. 26.981.611.000, APBD Provinsi sebanyak Rp. 1.330.300.000 dan APBD Kabupaten sebesar Rp. 79.750.164.766. %. APBD untuk rumah sakit sebesar Rp. 90.042.511.271,88. Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto juga mendapat Bantuan Luar Negeri (BLN) sebesar Rp. 166.000.000. APBD kesehatan terhadap APBD kab/kota sebesar 10,09 % dari total APBD Kabupaten sebesar Rp. 1.682.544.190.444,17. Anggaran kesehatan kab/kota perkapita adalah 186.792,56 l Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto dari total jumlah penduduk Kabupaten Mojokerto tahun 2014. Perencanaan penganggaran dilakukan secara rutin setiap tahun dengan mengacu kepada kebijakan dan aturan yang berlaku yang disusun secara koordinasi lintas program (Tabel 79). li Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Bab 7 Penutup Data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan manajemen. Maka penyediaan data dan informasi yang berkualitas sangat keputusan. Dibidang penyelenggaraan diperlukan sebagai kesehatan, sistem informasi data masukan dan kesehatan, dalam informasi yang proses ini sejak pengambilan diperoleh tahun melalui 1998 telah dikembangkan paket sajian data dan informasi oleh Pusat Data Kesehatan RI, yang merupakan kumpulan informasi yang dibutuhkan baik oleh jajaran kesehatan, lintas sektor maupun masyarakat. Namun sangat disadari, sistem informasi kesehatan yang ada saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan, apalagi dalam era desentralisasi pengumpulan data dan informasi dari Puskesmas menjadi relatif lebih sulit. Hal ini berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang disajikan dalam Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto yang diterbitkan saat ini belum sesuai dengan harapan. Walaupun demikian, diharapkan Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto dapat memberikan gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh keadaan kesehatan masyarakat yang telah dicapai. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kualitas Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto perlu dicari terobosan dalam mekanisme pengumpulan data dan informasi secara cepat agar dapat tersedia data dan informasi yang lebih akurat. lii