1 APLIKASI UNTUK MENGHITUNG FORMULA KANDUNGAN

advertisement
Aplikasi Untuk Menghitung Formula Kandungan Bahan Pembuatan Pupuk Organik
(Studi Kasus di PT. Bareka Duta Karsa Singajaya)
(H. Akik Hidayat – Deni Ahmad Jakaria)
APLIKASI UNTUK MENGHITUNG FORMULA KANDUNGAN BAHAN
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK
(Studi kasus di PT. Bareka Duta Karsa Singajaya)
H. Akik Hidayat1, Deni Ahmad Jakaria2
1) Prodi Teknik Informatika, Departement Ilmu Komputer
Fakultas MIPA UNPAD
Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21 Jatinangor Sumedang 45363
E-mail: [email protected]
1) Prodi Teknik Informatika
STMIK DCI
Jl. Komalasari II No. 28 Kota Tasikmalaya
Email : [email protected]
ABSTRAK
Kecamatan Singajaya merupakan sentra produksi ternak,terutama domba,di PT
Bareca duta Karsa Singajaya yang berpotensi untuk menjadi sumber pendapatan melalui
pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk Organik. Menurut Setyorini etal.(2006) pupuk
organik dari kotoran ternak merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik
dibandingkan bahan pembenah lainnya karena menyediakan unsur hara secara lambat
dalam jumlah terbatas dan memperbaiki kesuburan dan kesehatan lahan. Hasil penelitian
Baharudin (2006) bahwa pemberian pupuk bokasi dari kotoran kambing + EM4 + Jerami +
Dedak memberikan prospek yang baik dalam peningkatan produksi lada. Sabran (2008)
dalam hasil penelitiannya mengemukakan bahwa pemberian pupuk kandang sampai 3
ton/ha meningkatkan hasil kedelai di lahan pasang surut bertanah sulfat masam dari 1,3
ton/ha menjadi 1,9 ton/ha. Pemberian pupuk kandang ayam 2 Kg/Polibag berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun,diameter batang, berat dan volume buah
tanaman melon (Hidayanto,1999).
Saat ini masih banyak petani yang menggunakan pupuk kandang tanpa di
Oeganikkan terlebih dahulu. Kotoran domba berbentuk butiran akan sulit hancur karena
mempunyai nilai C/N yang cukup tinggi di atas 30 (Hartatik dan Widowati 2006).
Penggunaan pupuk kandang yang belum di Organikkan akan kurang efektif karena sulit
diserap tanaman dan mudah terbawa aliran air hujan.
Kata Kunci : Singajaya, Pupuk Organik, Formula
I.
PENDAHULUAN
Pupuk organik adalah pupuk yang
berasal dari bahan organik, dimana bahan
organik merupkan salah satu senyawa
penting penyusun tanah. Bahan organik
adalah sisa-sisa tanaman atau binatang
yang telah mengalami pelapukan seperti
pupuk kandang, pupuk hijau, atau Organik
(Tandisau, 2005). Saat ini petani lebih suka
menggunakan pupuk anorganik karena
volume aplikasi pupuk organik lebih besar
sehingga memerlukan biaya transportasi
yang lebih tinggi (Simanungkalit, 2006).
Akibat pemakaian pupuk anorganik yang
terus menerus dan kurang diimbangi
dengan pupuk organik, telah menurunkan
1
Aplikasi Untuk Menghitung Formula Kandungan Bahan Pembuatan Pupuk Organik
(Studi Kasus di PT. Bareka Duta Karsa Singajaya)
(H. Akik Hidayat – Deni Ahmad Jakaria)
kesuburan lahan. Menurut Suriadikarta &
Simanungkalit (2006) sebagian besar lahan
pertanian di Indonesia mempunyai
kandungan bahan organik < 2%. Bahkan
menurut Adiningsih (2005) banyak lahan
pertanian Indonesia yang mempunyai
kadar bahan organik < 1%. Padahal kadar
bahan
organik
optimum
untuk
pertumbuhan tanaman sekitar 3% – 5%.
Tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik rendah mengakibatkan struktur
tanah kurang baik untuk pertumbuhan
akar tanaman, kapasitas tukar kation
menurun, daya sangga tanah terhadap air
menurun, aktivitas jasad mikro terhambat
dan ketersediaan unsur hara yang mudah
tersedia seperti N, P, K dan S hasil
pelapukan
bahan
organik
menjadi
menurun (Susanto, 2005). Dengan kondisi
tersebut seharusnya permintaan terhadap
pupuk organik akan tinggi tetapi
kenyataanya
tidak
demikian
(Simanungkalit,
2006).
Di
tengah
kelangkaan
pupuk
buatan
serta
berkembangnya
pertanian
organik,
produksi pupuk organik semakin terasa
pentingnya.
Kecamatan Singajaya merupakan
sentra produksi ternak, terutama domba,
di PT Bareca Duta Karsa Singajaya yang
berpotensi untuk menjadi sumber
pendapatan melalui pengolahan kotoran
ternak menjadi pupuk Organik. Menurut
Setyorini et al.(2006) pupuk organik dari
kotoran
ternak
merupakan
bahan
pembenah tanah yang paling baik
dibandingkan bahan pembenah lainnya
karena menyediakan unsur hara secara
lambat dalam jumlah terbatas dan
memperbaiki kesuburan dan kesehatan
lahan. Hasil penelitian Baharudin (2006)
bahwa pemberian pupuk bokasi dari
kotoran kambing + EM4 + Jerami + Dedak
memberikan prospek yang baik dalam
peningkatan produksi lada. Sabran (2008)
dalam hasil penelitianya mengemukakan
bahwa pemberian pupuk kandang sampai
3 ton/ha meningkatkan hasil kedelai di
lahan pasang surut bertanah sulfat masam
dari 1,3 ton/ha menjadi 1,9 ton/ha.
Pemberian pupuk kandang ayam 2
Kg/polibag berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman, jumlah daun, diameter
batang, berat dan volume buah tanaman
melon (Hidayanto, 1999).
Dengan
pengembangan
kelembagaan Pembuatan atau pabrikasi
pupuk organik serta perilaku petani dalam
menggunakan pupuk. Oleh karena itu
pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui
1) tingkat kelayakan usaha Pembuatan
atau pabrikasi pupuk organik skala
Pedesaan, 2) masalah pengembangan
Pembuatan atau pabrikasi pupuk organik
(Organik) di Pedesaan dan 3) faktor yang
mempengaruhi perilaku petani dalam
penggunaan pupuk.
Berdasarkan latar belakang diatas, Maka
penulis bermaksud untuk membuat sebuah
model pembuatan pupuk organik yang di
simulasikan dalam judul Tugas Akhir ber
judul Model dan Simulasi “APLIKASI
UNTUK
MENGHITUNG
FORMULA
KANDUNGAN
BAHAN
PEMBUATAN
PUPUK ORGANIK
(Penelitian di PT.
Bareka Duta Karsa Singajaya)”.
2
Aplikasi Untuk Menghitung Formula Kandungan Bahan Pembuatan Pupuk Organik
(Studi Kasus di PT. Bareka Duta Karsa Singajaya)
(H. Akik Hidayat – Deni Ahmad Jakaria)
II.
2.1
2.1.1
a.
LANDASAN TEORI
Landasan Bahan Pupuk
Teknologi Pola Petani
Kotoran Domba
Gambar 2.1 Kotoran Domba
Berdasarkan hasil penelitian oleh
Gatenby 1986 tentang kandungan unsur
hara makro dan mikro yang terdapat pada
kotoran domba, ia berpendapat bahwa
kotoran
ternak
domba
diketahui
mengandung hara makro N, P, K serta
mineral-mineral esensial yang memegang
peran penting untuk pertumbuhan
berbagai
jenis
tanaman.
Masih
berdasarkan Gatenby 1986 , Kotoran
domba juga kaya kandungan bahan organik
yang disinyalir mampu memperbaiki sifat
biologis,fisik dan kimia pada tanah
pertanian secara alami, mengurangi erosi
dan juga meningkatkan kemampuan tanah
untuk
menahan
atau
menyimpan
cadangan air. Selain kotoran domba
diketahui mengandung hara makro N, P, K
serta berbagai mineral esensial , kotoran
ternak ini mempunyai beragam juga jenis
bakteri , baik itu bakteri yang
menguntungkan juga bakteri yang
merugikan. Nah , dengan mengetahui
ragam bakteri pada kotoran domba , tentu
belajar tentang fermentasi bokashi ( pupuk
organik padat ) serta fermentasi pupuk
organik
cair
(baca
juga:
http://www.organikilo.co/2014/11/caramembuat-pupuk-organik-cair-mol-oc.html)
sangat penting untuk menghilangkan
bakteri yang merugikan dan meningkatkan
mikroba yang menguntungkan.
Adapun dari hasil berbagai riset
tentang kotoran domba , telah di ketahui
beberapa
jenis
bakteri
yang
menguntungkan antara lain :
 Nitrosococcus sp, bakteri ini memiliki
kemapuan mengubah amonia menjadi
Nitogen (N) yang dapat diserap oleh
tanaman (NH4+ & NO3‾).
 Pseudomonas striata, bakteri ahli
pelarut phospat, dapat menghasilkan
vitamin dan fitohormon zat pengatur
tumbuh (ZPT) sangat dibutuhkan oleh
semua tanaman.
 Nitrosomonas
sp,
bakteri
ini
mempunyai kepakaran merubah dari
amonia jadi Nitrogen (N) yang dapat
diserap oleh tanaman (NH4+ & NO3‾).
3
Aplikasi Untuk Menghitung Formula Kandungan Bahan Pembuatan Pupuk Organik
(Studi Kasus di PT. Bareka Duta Karsa Singajaya)
(H. Akik Hidayat – Deni Ahmad Jakaria)
 Mikoriza, bakteri sangat baik untuk
pengkajian ditentukan secara purposive,
dengan pertimbangan bahwa Kecamatan
Singajaya merupakan salah satu sentra
produksi
ternak
dan
pernah
diintroduksikan model Pembuatan atau
pabrikasi pupuk Organik organik.
pertumbuhan berbagai tanaman.
 Pseudomonas fluorescens, bakteri jenis
ini mempunyai kemampuan mencegah
penyakit tumbuhan dalam tanah
(Phytium sp).
 Streptomyces sp, Bacillus mojavensis
bakteri
ini
adalah
mempunyai
spesialisasi
untuk
meningkatkan
kemampuan tanah untuk menahan
berbagai macam unsur hara dan air.
 Tricoderma sp, kemampuan bakteri
jenis ini mencegah Fusarium sp yang
menyebar pada sekitar tanaman juga
menghambat fungi , patogen seperti
Plasmodiophora brassicae.
Aplikasi kotoran domba yang telah
dijadikan Bokashi sangat rekomendasi
untuk menyuburkan berbagai jenis
tanaman , seperti padi (baca juga:
http://www.organikilo.co/2014/11/budida
ya-beras-hitam-organik.html ) , palawija ,
ketela pohon , ubi kayu , sayur-sayuran ,
Cabai , Terong , Tomat dan tanaman
budidaya yang lainnya. Kotoran Domba
sangat cocok untuk di fermentasi sebagai
makanan / pakan alternative untuk
budidaya berbagai unggas & ikan seperti ,
Lele , Patin dll
3.1 Faktor penentu pengembangan model
Pembuatan atau pabrikasi pupuk organik
di Pedesaan
Untuk
mengidentifikasi
faktor
penentu
pengembangan
model
Pembuatan atau pabrikasi pupuk organik di
Pedesaan, dikumpulkan data melalui
expert meeting yang melibatkan beberapa
komponen antara lain Kelompok Tani
pengelola pabrik pupuk Organik, petani,
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Jawa Barat, Dinas Pertanian
setempat, penyuluh pertanian, konsumen
pupuk organik, aparat desa dan Bappeda
Provinsi Jawa Barat. Dari hasil expert
meeting tersebut teridentifikasi faktor
utama
yang
menentukan
dalam
pengembangan model Pembuatan atau
pabrikasi produksi pupuk organik, yang
dapat diklasifikasikan menjadi dua faktor
yaitu faktor potensi dan faktor masalah di
lokasi pengkajian (Tabel 5).
Faktor potensi dan faktor masalah
dalam Pengembangan model Pembuatan
atau pabrikasi pupuk organik di Kecamatan
Singajaya, PT Bareca Duta Karsa Singajaya
tahun 2014.
III.
ANALISA MASALAH
Pengkajian dilakukan di PT. Bareka
Duta karsa Kecamatan Singajaya, , pada
Bulan Januari – Maret 2015. Lokasi
Faktor Potensi
Keberadaan ternak yang mencukupi
sebagai pemasok bahan baku
(kkotoran) di tingkat lokasi
Ketersediaan tenaga kerja yangcukup
berlimpah di pedesaan
Kedekatan tempat produksi dengan
Tabel 5.
Faktor Masalah
Tingkat produksi pupuk Organik masih
jauh dibawah kepastian produksi
Pemasaran hasil produksi
Kemampuan permodalan di ringkat
4
Aplikasi Untuk Menghitung Formula Kandungan Bahan Pembuatan Pupuk Organik
(Studi Kasus di PT. Bareka Duta Karsa Singajaya)
(H. Akik Hidayat – Deni Ahmad Jakaria)
produsen (pengguna pupuk Organik/
petani)
Terdapat lembaga yang dapat dijadikan
lembaga basis pengelola pabrik pupuk
organik
pedesaan/ petani
1
Keberadaan
Program/kegiatan
reflikasi model dari intansi terkait
2 Keterampila petani dalam produksi
pupuk Organik.
3 Tingkat pengetahuan petani dalam
aplikasi pupuk, khususnya pupuk
organik.
Gambar 3.1 Masalah pengembangan model Pembuatan atau pabrikasi pupuk organik
IV.
4.1
PERANCANGAN SISTEM
Rancangan Diagram Alir Informasi
Data Flow Diagram ( DFD )
merupakan alat bantu
yang dapat
menggambarkan sistem secara lengkap
dan jelas, baik sistem yang sudah ada
maupun sistem yang masih dalam
rancangan. Data Flow Diagram ( DFD ) ini
4.1.1 Diagram Konteks
menjelaskan mengenai aliran data,
informasi proses, basis data dan sumber
tujuan data yang dilakukan sistem.
Tingkatan atau Level Data Flow Diagram (
DFD ) dimulai dari Diagram Konteks, yaitu
menjelaskan
dan
menggambarkan
mengenai sistem secara umum
5
Aplikasi Untuk Menghitung Formula Kandungan Bahan Pembuatan Pupuk Organik
(Studi Kasus di PT. Bareka Duta Karsa Singajaya)
(H. Akik Hidayat – Deni Ahmad Jakaria)
Gambar 4.1 Diagram Konteks
4.2
Tahap-Tahap Perancangan
Dalam merancang sistem disini
penulis menggunakan pendekatan secara
top down. Yaitu memulai perancangan dari
bentuk global, diantaranya Diagram
Konteks, kemudian Diagram Konteks ini
diturunkan ke dalam bentuk yang paling
detil lagi. Langkah-langkah secara rinci dari
strategi perancangan yang akan digunakan
penulis adalah sebagai berikut :
1. Pertama akan dideskripsikan sistem
dengan membuat Diagram Konteks,
yaitu model yang menggambarkan
hubungan sistem dengan hubungan.
Untuk
menggambarkan
Diagram
Konteks perlu dideskripsikan data apa
saja yang dibutuhkan sistem dan
kemana saja data atau informasi
tersebut akan diberikan.
2. Setelah berhasil membuat atau
menggambarkan Diagram Konteks,
Diagram Konteks tersebut akan
diturunkan menjadi bentuk yang lebih
detil lagi, yaitu DFD Level 0. Untuk
menurunkan Diagram Konteks menjadi
DFD Level , terlebih dahulu penulis
3.
4.
5.
6.
6
akan menganalisa sistem untuk
mendefinisikan proses apa saja yang
terdapat dalam sistem tersebut.
Bila terdapat proses dalam DFD Level 0
dirasa kurang detil, maka penulis akan
menurunkan lagi proses tersebut
kedalam DFD Level 1 dari proses
tersebut. Dan kalau masih dirasa
kurang detil lagi maka penulis akan
terus menurunkan proses tersebut
sehingga akan didapat proses yang kita
harapkan.
Dari Diagram Konteks, dapat dilihat
informasi apa saja yang mengalir dari
dan kedalam sistem. Bentuk informasi
yang detil tersebut penulis catat
sebagai data dictionary.
Untuk setiap proses paling detil dari
DFD yang telah dibuat, maka
dideskripsikan proses tersebut secara
lebih jelas dengan menggunakan
spesifikasi proses.
Langkah berikutnya adalan pembuatan
Entity Relationship Diagran (ERD) dan
definisi atribut, yang merupakan
rancangan Basis Data dari Sistem.
Aplikasi Untuk Menghitung Formula Kandungan Bahan Pembuatan Pupuk Organik
(Studi Kasus di PT. Bareka Duta Karsa Singajaya)
(H. Akik Hidayat – Deni Ahmad Jakaria)
4.3
Data Flow Diagram Levelled (DFD)
Langkah
berikutnya
adalah
menurunkan diagram konteks dalam
bentuk yang lebih detil lagi, yaitu salah
satunya adalah Data Flow Diagram (DFD)
leveled. Turunan pertama dari diagram
konteks adalah DFD level 1 yang
didalamnya terdapat proses-proses yang
masih terlalu global dan dirasa sangat
perlu proses penurunan lagi, maka DFD
Level 0 tersebut diturunkan lagi menjadi
DFD Level 1.
a. Entitas
Pada post sebelumnya mengenai basis
data telah dijelaskan sedikit tentang
pengertian entity (entitas) yaitu suatu
obyek yang dapat dibedakan dari lainnya
yang dapat diwujudkan dalam basis data.
Pengertian lainnya menurut Brady dan
Loonam (2010), entitas adalah objek yang
menarik di bidang organisasi yang
dimodelkan. Contoh : Mahasiswa, Kartu
Anggota Perpustakaan (KAP), dan Buku.
b. Hubungan (relasi/relationship)
Suatu hubungan adalah hubungan antara
dua jenis entitas dan direpresentasikan
sebagai garis lurus yang menghubungkan
dua entitas. Contoh : Mahasiswa
mendaftar sebagai anggota perpustakaan
(KAP), relasinya adalah mendaftar.
c. Atribut
Atribut memberikan informasi lebih
rinci tentang jenis entitas.
ERD dari sistem yang akan dirancang
adalah sebagai berikut :
4.4
Entity Relationship Diagran dan
Mode Relasional
Untuk menggambarkan hubungan
antar setiap data, maka akan dibuat ERD
dari sistem, model yang digunakan sebagai
acuan dari pembuatan ERD adalah DFD
serta data dictionaty. Setelah digambarkan
ERDnya lalu ERD
tersebut
akan
dideskripsikan dengan struktur file.
Dalam pembentukan ERD terdapat 3
komponen yang akan dibentuk yaitu :
7
Aplikasi Untuk Menghitung Formula Kandungan Bahan Pembuatan Pupuk Organik
(Studi Kasus di PT. Bareka Duta Karsa Singajaya)
(H. Akik Hidayat – Deni Ahmad Jakaria)
Gambar 4.10 Entity Relationship Diagram (ERD)
V.
IMPLEMENTASI
Nama Pengguna
Password
Identifikasi
Batal
Gambar 4.11 Rancangan Form Password
Nama Pengguna
Password Lama
Password Baru
Ganti
Batal
Gambar 4.12 Rancangan Form Ganti Password
8
Aplikasi Untuk Menghitung Formula Kandungan Bahan Pembuatan Pupuk Organik
(Studi Kasus di PT. Bareka Duta Karsa Singajaya)
(H. Akik Hidayat – Deni Ahmad Jakaria)
Nama Pengguna
Password Lama
Nama Baru
Nama Lengkap
Ganti
Batal
Gambar 4.13
Rancangan Form Ganti Nama Pengguna
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pembuatan tugas
akhir ini diambil berdasarkan hasil dari
analisis, perancangan dan implementasi
program yang telah penulis buat dalam
bab-bab sebelumnya. Adapun beberapa
kesimpulan yang dapat penulis sampaikan
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Aplikasi ini dapat mengolah data jenis
pupuk, Data Standar bahan pembuatan
pupuk organik, data bahan pembuatan
pupuk organik,data jenis kandungan
bahan pembuatan pupuk organik, data
maksimal
penggunaan
bahan
pembuatan pupuk organik.
2. Aplikasi ini dapat melakukan proses
perhitungan formula jumlah nutrient
kandungan yang dibutuhkan, jumlah
bahan dan jumlah harga bahan
pembuatan pupuk organik, berdasarkan
data jenis pupk yang dipilih oleh
pengguna.
3. Aplikasi ini tidak dapat membuat basis
pengetahuan perhitungan formula
bahan pembuatan pupuk organik secara
otomatis dan hasilnya di simpan.
5.2 Saran
Dengan adanya keterbatasan
kemampuan pada penulis, maka dalam
pembuatan aplikasi untuk menghitung
formula kandungan bahan pembuatan
pupuk organik. Adapun saran dari hasil
pembahasan yang telah diuraiikan secara
keseluruhan, maka penulis memberikan
saran antara lain sebagai berikut :
1. Penulis
masih
memerlukan
pengetahuan mengenai dalam
pembuatan aplikasi ini.
2. Diperlukan waktu yang lebih lama
dan lebih detail bagi penulis dalam
proses pembuatan pupuk organik
dengan mencari informasi dari
pakar atau ahli.
3. Diperlukan adanya perbaikan dan
pengembangan lebih baik lagu
untuk penulisan laporan ataupun
untuk implementasi dari aplikasi
ini.
9
Aplikasi Untuk Menghitung Formula Kandungan Bahan Pembuatan Pupuk Organik
(Studi Kasus di PT. Bareka Duta Karsa Singajaya)
(H. Akik Hidayat – Deni Ahmad Jakaria)
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Antony Pranata, Pemograman Borland
Delphi Edisi 3, Penerbit ANDI, Yogyakarta,
2000
Fatansyah, Ir, Buku Teks Ilmu Komputer
BASIS DATA. Penerbit Informatika,
Bandung: 2001
Harianto Kristanto, Ir. Konsep dan
Perancangan Database. Penerbit ANDI,
Yogyakarta: 1994
Igne Martina, Ir,
Seri Aplikasi
Pemograman Database Menggunakan
Delphi, Penerbit PT. Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia jakarta :
2001.
Jogianto H.M. Analisis dan Desain
Informasi. Edisi 1. Yogyakarta Penerbit
Andi Offset: 1990
http://organichcs.com/Jurnal-pembuatanpupuk-organik/
10
Download