Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2017, pp. 787~ 797 787 KOMUNIKASI KELOMPOK PEREMPUAN PENGGEMAR BATU AKIK (STUDY TEMA-TEMA FANTASI KOMUNIKASI KELOMPOK PEREMPUAN PENGGEMAR BATU AKIK DI BANDUNG) Muhammad Raihan Febriansyah AKOM BSI Jakarta [email protected] Abstrak Terbentuknya kelompok perempuan penggemar batu akik juga memiliki fungsi yang dapat bermanfaat bagi anggota yang tergabung di dalamnya. Diantaranya dapat berfungsi sebagai wadah untuk berinteraksi antar anggota kelompok, sebagai sarana menggali potensi anggota untuk beraktualisasi dan mengemukakan jati diri di dalam kelompok, sebagai tempat untuk menuangkan ide, gagasan, pikiran dan juga sebagai wadah untuk memecahkan sebuah masalah. Ide-ide kreatif serta gagasan dan pikiran dari setiap anggota inilah yang menjadi bahan untuk dibahas dalam komunikasi kelompok perempuan penggemar batu akik. Meski tidak selalu bertujuan untuk memecahkan sebuah masalah, akan tetapi dengan adanya komunikasi kelompok setidaknya mampu untuk mempertahankan eksistensi kelompok perempuan penggemar batu akik. Komunikasi yang dilakukan oleh kelompok perempuan penggemar batu akik tidak terlepas dari penggunaan simbol-simbol baik verbal maupun nonverbal. Akan tetapi simbol-simbol yang digunakan dalam kelompok tersebut belum tentu sama sehingga diperlukan upaya konvergensi simbolik guna mencapai kesamaan makna. Komunikasi verbal yang dilakukan oleh kelompok perempuan penggemar batu akik umumnya bersifat sama seperti yang digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari dengan individu yang lainnya yaitu menggunakan bahasa dan lebih khusus pada bahasa Sunda. Sedangkan untuk penggunaan simbol nonverbal yang dilakukan dalam kelompok ini juga tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan simbol nonverbal kelompok lain. Akan tetapi makna dari setiap simbol yang digunakan dalam kelompok perempuan penggemar batu akik belum tentu bisa ditafsirkan sama bila diterapkan pada komunikasi kelompok lain mengingat motif dan tujuan dari kelompok yang juga berbeda. Keywords: Komunikasi kelompok 1. Pendahuluan Komunikasi kelompok merupakan salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan oleh manusia untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Berdasarkan jumlahnya, komunikasi ini merupakan tingkatan ketiga setelah komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal kemudian komunikasi kelompok, komunikasi publik dan komunikasi massa dengan jumlah komunikan yang lebih besar dari setiap bentuk komunikasi. Terbentuknya kelompok perempuan penggemar batu akik juga memiliki fungsi yang dapat bermanfaat bagi anggota yang tergabung di dalamnya. Diantaranya dapat berfungsi sebagai wadah untuk berinteraksi antar anggota kelompok, sebagai sarana menggali potensi anggota untuk beraktualisasi dan mengemukakan jati diri di dalam kelompok, sebagai tempat untuk menuangkan ide, gagasan, pikiran dan juga sebagai wadah untuk memecahkan sebuah masalah. Ide-ide kreatif serta gagasan dan pikiran dari setiap anggota inilah yang menjadi bahan untuk dibahas dalam komunikasi kelompok perempuan penggemar batu akik. Meski tidak selalu bertujuan untuk memecahkan sebuah masalah, akan tetapi dengan adanya komunikasi kelompok setidaknya mampu untuk mempertahankan eksistensi kelompok perempuan penggemar batu akik. Komunikasi yang dilakukan oleh kelompok perempuan penggemar batu akik tidak terlepas dari penggunaan simbol-simbol baik verbal maupun nonverbal. Akan tetapi simbol-simbol yang digunakan dalam Diterima 13 Februari, 2017; Revisi 28 Februari, 2017; Disetujui 15 Maret 2017 ISBN: 978-602-61242-0-3 kelompok tersebut belum tentu sama sehingga diperlukan upaya konvergensi simbolik guna mencapai kesamaan makna. Komunikasi verbal yang dilakukan oleh kelompok perempuan penggemar batu akik umumnya bersifat sama seperti yang digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari dengan individu yang lainnya yaitu menggunakan bahasa dan lebih khusus pada bahasa Sunda. Sedangkan untuk penggunaan simbol nonverbal yang dilakukan dalam kelompok ini juga tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan simbol nonverbal kelompok lain. Akan tetapi makna dari setiap simbol yang digunakan dalam kelompok perempuan penggemar batu akik belum tentu bisa ditafsirkan sama bila diterapkan pada komunikasi kelompok lain mengingat motif dan tujuan dari kelompok yang juga berbeda. Kehadiran kelompok perempuan penggemar batu akik ini menunjukkan adanya perbedaan yang tegas antara trend batu akik sekarang dengan trend batu akik masa lampau. Bila fenomena batu akik pada masa lampau hanya didominasi oleh kaum lelaki seperti dukun, pejabat, orang pintar atau orang-orang yang percaya dengan hal-hal yang berbau mistis sebagai penggemarnya, fenomena batu akik yang terjadi beberapa tahun terakhir ini tidak lagi mengenal perbedaan gender sebagai pengagum, penggemar bahkan pemakai batu akik. Kaum perempuan masa kini termasuk kelompok perempuan penggemar batu akik seakan tidak mau kalah dengan dengan kaum lelaki yang telah terlebih dahulu menggemari budaya batu akik yang sangat populer di tengah-tengah masyarakat. Dengan memakai atau mengenakan salah satu aksesoris yang terbuat dari batu akik, secara nonverbal perempuan-perempuan telah telah mengkomunikasikan adanya kebudayaan asli bangsa Indonesia. Setidaknya pada perempuan Indonesia lainnya yang belum menggemari batu akik, dengan keberadaan kelompok perempuan penggemar batu akik ini secara tidak langsung juga dapat dijadikan wadah untuk memperkenalkan dan mempromosikan budaya batu akik tersebut. Dengan demikian tidak menutup kemungkinan bila batu akik ini akan lebih mudah diterima oleh perempuan-perempuan lainnya baik di Indonesia maupun di mancanegara dan dapat menjadi identitas budaya yang dapat dikenalkan pada seluruh masyarakat secara global. KNiST, 30 Maret 2017 Realitas sosial yang terjadi di tengahtengah masyarakat mengenai peran perempuan dalam menggunakan perhiasan yang terbuat dari batu akik ini telah mengusik minat peneliti dan menjadi daya tarik untuk selanjutnya melakukan penelitian lebih dalam mengenai komunikasi kelompok perempuan penggemar batu akik dalam mempopulerkan budaya batu akik akhirakhir ini. Penelitian ini menggunakan analisis tema-tema fantasi untuk mengetahui seperti apa antusiasme perempuan terhadap batu akik. Berdasarkan latar belakang atau permasalahan pada penelitian maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah pada pengaruh tema-tema fantasi dalam komunikasi kelompok perempuan penggemar batu akik, serta makna yang terkandung. Ruang lingkup penulisan ini, penulis membatasi permasalahan hanya pada Komunikasi kelompok perempuan penggemar Batu Akik (study tema-tema fantasi komunikasi kelompok perempuan penggemar batu akik di bandung) Sedangkan untuk tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut; Untuk mengetahui tema-tema fantasi yang ada dalam komunikasi kelompok perempuan penggemar batu akik. Untuk mengetahui makna dari tiap-tiap tema fantasi yang ada dalam komunikasi kelompok perempuan penggemar batu akik Untuk menggetahui pengaruh tema-tema fantasi dalam komunikasi kelompok perempuan batu akik Komunikasi dan Budaya Onong Uchjana Effendy (dalam Hidayat, 2012) mendefinisikan kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris ini yang berasal dari bahasa Latin communis artinya adalah sama, communico, communicatio, atau communicare yang berarti membuat sama (to make common). Maka dapat diartikan komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk membuat sama makna atau menyamakan persepsi. Salah satu pengertian komunikasi yang terkenal adalah pengertian komunikasi yang dikemukakan oleh Harold Lasswell (dalam Mulyana, 2010) dikemukakan bahwa komunikasi adalah who says what, in which channel, to whom and with what effect? (siapa berkata apa, melalui saluran apa, kepada siapa dan dengan efek apa. Model komunikasi yang telah dikemukakan 788 ISBN: 978-602-61242-0-3 pada tahun 1948 ini menggambarkan proses komunikasi dan fungsi-fungsinya dalam masyarakat. Lasswel juga mengungkapkan bahwa komunikasi memiliki tiga fungsi , yaitu pengawasan lingkungan, korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespon lingkungan, dan transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya. Dari pengertian komunikasi menurut Lasswell diatas setidaknya terdapat lima unsur penting komunikasi, yaitu pengirim pesan (sender), pesan yang dikirimkan (message), bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau media), penerima pesan (receiver) dan efek. Kelima komponen ini akan mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan sebuah komunikasi. Kelima unsur pokok komunikasi tersebut saling mendukung kelancaran penyampaian pesan dalam proses komunikasi. akan tetapi beberapa ahli menambahkan unsur lain seperti umpan balik (feed back), gangguan atau kendala (noise) komunikasi serta konteks konteks atau situasi komunikasi. Komunikasi dengan budaya adalah dua hal yang saling melengkapi dan mengiringi. Dengan komunikasi budaya mampu bertahan dari generasi ke generasi juga sebaliknya, bila budaya tersebut tidak dikomunikasikan maka budaya tersebut akan mati. Manusia dapat mengenal budaya manusia lain dengan cara berkomunikasi satu sama lain. Tanpa adanya komunikasi, budaya tidak dapat dikenal oleh orang lain bahkan akan mengalami kepunahan. Dari komunikasi ini pula sebuah budaya disampaikan oleh individu satu kepada individu yang lain. Budaya tersebut dapat berupa bahasa yang digunakan, pakaian, jenis makanan, aturan, tata cara dan norma yang berbeda-beda antara kelompok masyarakat satu dengan kelompok masyarakat yang lainnya. Mulyana & Rakhmat (2005) mendefinisikan budaya secara formal sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha iindividu dan kelompok. Bagaimana orang bertindak, apa yang dilakukan, bagaimana orang tersebut hidup, serta bagaimana cara seseorang berkomunikasi merupakan respon-respon terhadap dan fungsi-fungsi dari budaya orang tersebut KNiST, 30 Maret 2017 Komunikasi Verbal dan Nonverbal Terdapat dua jenis komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Dua jenis komunikasi ini yang digunakan manusia untuk menyamakan makna satu sama. Mulyana (2010) mengungkapkan bahwa simbol atau pesan verbal merupakan semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Suatu sistem kode verbal adalah bahasa. Mulyana juga mengungkapkan bahwa bahasa merupakan seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami oleh suatu komunitas. Menurut Barker (dalam Mulyana, 2010) bahasa memiliki tiga fungsi yaitu penamaan (naming atau labeling), interaksi dan transmisi informasi. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. Fungsi yang terakhir yaitu transmisi. Dengan fungsi transmisi yang lintas waktu bahasa mampu menghubungkan masa lalu masa kini dan masa depan yang memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi manusia. Knapp (1972:9) mengungkapkan lima fungsi pesan nonverbal, yaitu (1) Repetisi – mengulang kembali pesan yang telah disampaikan secara verbal. Misal, ketika seseorang mengatakan ya sebagai tanda prsetujuan, kemudian diikuti dengan anggukan kepala. (2) Subtitusi menggantikan lambang-lambang nonverbal. Misal tanpa seseorang mengatakan bagus untuk memuji seseorang, dengan mengacungkan jempolnya orang lain akan mengerti maksud pujiannya tersebut. (3) Kontradiksi – menolak pesan verbal atau memberikan makna lain pada pesan verbal. (4) Komplemen – melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. (5) aksentuasi – menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahi. Simbol-simbol verbal dan nonverbal juga digunakan oleh kelompok perempuan penggemar batu akik. Penggunaan simbolsimbol ini telah disepakati oleh anggota kelompoknya sehingga proses pertukaran pesan dan pemberian makna yang terjadi adalah merupakan budaya kelompok itu sendiri. Proses komunikasi tersebut 789 ISBN: 978-602-61242-0-3 membedakan antara kelompok dan bukan kelompok perempuan penggemar batu akik. Budaya Pop Budaya pop atau disebut juga budaya populer secara harfiah pengertiannya merupakan penggabungan dari dua pemahaman kata yaitu pemahaman tentang budaya dan kata populer. Secara sederhana budaya bermakna sebagai hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Sedangkan kata pop diambil dari kata populer yang memiliki setidaknya empat makna yaitu: (1) banyak disukai orang; (2) jenis kerja rendahan; (3) karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang; (4) budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri (Williams, 1983 :237). Dari penggabungan kata tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya populer merupakan totalitas ide, perspektif, perilaku, meme, citra dan fenomena lainnya yang dipilih oleh konsensus informal didalam arus utama sebuah budaya, khususnya oleh budaya barat diawal hingga pertengahan abad ke-20 dan arus utama global yang muncul diakhir abad ke-20 dan pada awal abad ke-21. Budaya pop dianggap sepele dalam rangka penerimaan konsensual melalui arus utama. Akibatnya budaya populer muncul dari balik kritisisme sengit dari berbagai sumber non arus utama (khususnya kelompok-kelompok agama dan kelompok kontra budaya) yang menganggap sebagai superfisial,konsumeris, sensasionalis, dan rusak. Sehingga sebagian masyarakat menganggap budaya populer sebagai budaya yang menyenangkan dan banyak disukai orang. Budaya batu akik juga memiliki masa keemasan di mata penggemarnya. Meski sempat meredup, dua tahun belakangan budaya ini kembali populer dengan jumlah penggemarnya yang lebih banyak hampir meliputi seluruh lapisan masyarakat di Indonesia bahkan dunia. Hampir diseluruh tanah Indonesia secara serentak membicakan budaya batu mulia ini hingga di beberapa media memberitakan kegemaran batu ini dengan menyebutnya “demam batu akik”. Masyarakat secara massal terkena terpaan budaya ini layaknya terkena wabah penyakit. KNiST, 30 Maret 2017 Kepopuleran batu akik juga mampu menerpa penggemar-penggemar baru seperti kaum perempuan yang sebelumnya tidak umum terlihat perempuan-perempuan dengan batu akik. Saat ini, pemandangan perempuan yang turut berduyun-duyun menggemari batu mulia menjadi lumrah dengan jumlahnya yang semakin meningkat. Analisis Tema Fantasi Tema fantasi merupakan anak turun dari Teori Konvergensi Simbolik atau inside joke yang oleh Ernest G. Bormann gagasan teori ini adalah bertukar fantasi-lelucon, cerita, analogi, ritual atau sekedar permainan kata-kata yang akan membawa pada pemusatan makna dan perasaan dari orang-orang yang teribat. Metode yang digunakan oleh Ernest G. Bormann dalam analisis tema fantasi adalah dengan fokus pada kohesivitas dan budaya kelompok, pengambilan keputusan dalam kelompok, penyanderaan, kartun politik hingga kampanye politik. Tema fantasi ini didefinisikan oleh Bormann sebagai isi pesan yang didramatisasi yang kemudian memicu rantai fantasi. Maksud dari rantai fantasi disini ketika pesan yang didramatisasi mendapat tanggpan dari partisipan komunikasi, kemudian meningkatkan intensitas dan kegairahan partisipan dalam berbagai fantasi yang berkembang maka terjadilah rantai fantasi. Hal tersebut ditandai dengan tempo percakapan yang semakin meningkat, antusiasme partisipan muncul, terjadi peningkatan rasa empati, serta peningkatan umpan balik antar partisipan. Dengan adanya tema fantasi ini ketegangan dalam komunikasi sebuah kelompok dapat teratasi karena diselingi dengan lelucon-lelucon atau cerita pengalaman dari partisipan. Sehingga komunikasi yang terjadi tidak membosankan dan partisipan komunikasi tergugah untuk terus mengikuti dan berpartisipasi dalam komunikasi kelompok tersebut. Tema fantasi juga bisa diungkapkan dengan simbol-simbol nonverbal seperti acungan jempol, tepukan tangan, gerakan alis atau gesture dari diri partisipan. Layaknya komunikasi kelompok pada umumnya komunikasi verbal dan nonverbal terjadi dalam kelompok komunikasi dengan tema fantasi. Analisis tema fantasi ini menjadi alat untuk melihat komunikasi yang terjadi dalam kelompok perempuan penggemar batu akik. Tema-tema yang muncul dari komunikasi yang dihasilkan merupakan 790 ISBN: 978-602-61242-0-3 tema yang diangkat dari hal-hal yang sering dibicarakan oleh anggota kelompok perempuan penggemar batu akik. Dari tema fantasi yang didapat, maka dapat diketahui bagamana realitas simbolik yang terjadi dalam kelompok perempuan penggemar batu akik ini, apakah dikembangkan, dirawat, atau justru mengalami kemrosotan dan kemudian menghilang. Fantasy Type Bormann mengartikan konsep jenis fantasi sebagai tema-tema fantasi yang berulang dan dibicarakan pada situasi lain, dengan karakter lain dan latar belakang yang lain akan tetapi dengan alur cerita yang dama. Bila kerangka narasinya sama, walaupun dengan tokoh, karakter dan settingnya berbeda, maka dapat dikelompokkan pada satu jenis tema fantasi yanng sama. Akan tetapi bila terdapat beberapa tema fantasi atau kerangka narasi yang berbeda, dapat dikatakan bahwa tema fantasi terebut memiliki beberapa jenis fantasi. Individu yang telah tergabung dalam sebuah kelompok dan telah melakukan komunikasi serta interaksi dalam waktu yang cukup lama biasanya telah mengembangkan semacam symbolic cue atau petunjuk simbolis yang telah dipahami bersama dalam kelompok tersebut. Symbolic cue ini biasa juga disebut dengan inside joke atau lelucon yang dipahami oleh anggota suatu kelompok yang terlibat dalam sebuah percakapan. Anggota kelompok yang telah mengetahui inside joke tersebut kemungkinan akan tertawa terpingkal-pingkal bila kata atau kalimat yang menjadi inside joke dalam kelompok tersebut dilontarkan oleh salah seorang anggota. Akan tetapi hal tersebut tidak akan terjadi pada individu yang baru memasuki kelompok dan terlibat dalam percakapan. Hal tersebut dapat terjadi karena orang baru tersebut tidak memiliki persepsi yang sama dengan individu lain yang telah bergabung lebih lama. Oleh karena itu, inside joke ini tidak dapat diterapkan pada komunikasi atau percakapan dengan individu maupun kelompok komunikasi yang lain. Visi Retorik (Retorical visions) Bormann telah mengartikan visi retorik (retorical visions) sebagai sharing a fantasy theme and types across a wiser community. Disini tema-tema fantasi yang telah berkembang dalam sebuah kelompok kemudian melebar keluar dari kelompok yang pertama mengembangkan fantasi tersebut. Karena perkembangannya KNiST, 30 Maret 2017 tersebut tema-tema fantasi tidak hanya menjadi tema fantasi dalam kelompok itu saja, melainkan menjadi fantasi masyarakat luas dan membentuk semacam Rhetorical Community. 2. Metode Penelitian Penulis melakukan observasi dengan melakukan pengumpulan data observasi pertisipan di beberapa lokasi seperti tempat kerja, yaitu pada saat adanya break time (pukul 10.00- 10.15 WIB), waktu istirahat (pukul 11.45 – 12.15 WIB) dan juga dirumah-rumah anggota kelompok perempuan penggemar batu akik. Teknik Pengumpulan Data dan Analisa Data. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan, penulis menggunakan beberapa teknik atau metode pengumpulan data yang didefinisikan oleh Kriyantoro (dalam Ardianto, 2011) yaitu wawancara mendalam (intensive atau dept interview), observasi atau pengamatan lapangan (field observation), dan wawancara kelompok (focus group discussion). Penjelasannya adalah sebagai berikut. Dengan wawancara yang dilakukan secara intensif, dan kedekatan antara penulis kepada informan yang lebih dekat lagi mampu menguak informasi-informasi yang dibutuhkan penulis guna menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian penulis yang merupakan suatu permasalahan sehingga menimbulkan ketertarikan penulis untuk melakukan sebuah penelitian. Observasi lapangan (field observation) adalah kegiatan yang setiap saat dilakukan dengan kelengkapan pancaindra yang dimiliki. Misal dengan membaca koran, mendengarkan radio, menonton televisi, berbicara dengan oranglain dll. Akan tetapi tidak semua kegiatan tersebut bisa dikatakan sebagai metode penelitian kecuali dengan syarat; (1) observasi digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara sistematik, (2) observasi harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, (3) observasi yang dilakukan harus dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan posisi umum bukan dipaparkan sebagai suatu yang menarik perhatian, (4) validas dan reliabilitasnya dapat dicek dan dikontrol. Observasi lapangan ini diperlukan oleh penulis guna mengumpulkan informasi yang tertangkap oleh panca indera yaitu dengan mengamati sendiri proses komunikasi yang terjadi dalam kelompok perempuan penggemar batu akik. 791 ISBN: 978-602-61242-0-3 Mengamati bagaimana simbol-simbol verbal dan nonverbal digunakan guna keefektifan komunikasi yang dilakukan dalam suatu kelompok sehingga menciptakan rasa kebersamaan dan empati anggota kelompok tersebut. Guna mengungkap tema-tema fantasi yang ada dalam komunikasi kelompok perempuan penggemar batu akik, teknik wawancara kelompok ini akan membantu penulis dalam memahami budaya komunikasi yang terjadi dalam kelompok. Kelompok kecil yang terbentuk dari tiga orang perempuan penggemar batu akik ini mampu memberikan gambaran pada penulis bagaimana pesan disampaikan, gurauan, pengalaman dan cerita-cerita yang dibagikan dari masing-masing anggota menjadi kontribusi informasi yang dapat melengkapai kebutuhan data penulis. Penulis menambahkan satu teknik pengumpulan data yaitu dengan metode dokumenter (documenter method). Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan menghimpun dan menganalisis dokumendokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang telah diperoleh penulis dalam wawancara serta observasi pada kelompok perempuan penggemar batu akik kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Penulis juga merekam beberapa gambar dan percakapan yang terjadi dalam komunikasi kelompok perempuan penggemar batu akik. Data-data tersebut kemudian akan diamati lebih lanjut dan dianalisis sesuai dengan kebutuhan dan disajikan untuk melengkapi penulisan laporan yang dapat mempermudah pembaca untuk memahami penelitian yang dilakukan oleh penulis. Teknik Analisis Data Sehubungan dengan teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis lebih ditekankan pada pengiriman pesan oleh informan, maka penulis membutuhkan teknik analisis data seperti yang tersebut sebelumnya. Dalam wawancara mendalam (deep interview) penulis tidak melakukan secara formal, suasana pada saat wawancara berlangsung dibuat lebih santai dengan obrolan yang tidak terkesan kaku seperti pada wawancara formal. Sesuai dengan metode yang digunakan oleh penulis yaitu analisis tema fantasi, terkadang di dalam wawancara tersebut sering diselingi dengan lelucon ataupun sendau gurau baik dari informan maupun KNiST, 30 Maret 2017 penulis. Hal tersebut tentu akan memberikan data berlebih bagi penulis sehingga perlu melakukan reduksi data yaitu dengan memilih kembali, membuang data yang tidak diperlukan, memfokuskan pada tujuan penelitian serta menyusun data hingga membentuk gambaran kesimpulan akhir. Berdasarkan metode yang digunakan dalam melakukan penelitian, penyajian data dilakukan dalam bentuk teks naratif yang menjelaskan tentang hasil dari pengamatan. Penulis juga menyertakan beberapa kutipan-kutipan percakapan dari wawancara dengan informan guna memperjelas gambaran komunikasi yang dilakukan oleh kelompok perempuan penggemar batu akik. Kedua teknik analisis data tersebut akan membantu penulis untuk menemukan penjelasan dari pertanyaan-pertanyaan penulis yaitu mengenai tema-tema fantasi yang ada dalam komunikasi kelompok perempuan penggemar batu akik. Dengan demikian penarikan kesimpulan dapat ditarik oleh penulis sebagai intisari dari semua penelitian yang telah dilakukan oleh penulis 3. Pembahasan Komunikasi dalam kelompok kecil pada dasarnya mampu memberikan kontribusi ruang bagi anggotanya untuk ikut berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan kelompok. Sangat berbeda dengan kondisi kelompok yang lebih besar diamana ruang bagi anggota sangatlah sempit sehingga sangat kecil kesempatan bagi anggota untuk saling berinteraksi. Kondisi komunikasi pada kelompok penggemar batu akik juga lebih intensif mengingat anggota dari kelompok yang tidak terlalu banyak sehingga pesan-pesan terus mengalir seperti yang terjadi pada komunikasi antarpribadi dengan tingkat hubungan yang intim. Pesan-pesan yang dibagikan memiliki muatan-muatan emosi dengan kesan persahabatan yang kental. Dalam komunikasi yang dibangun oleh kelompok perempuan penggemar batu akik, anggota kelompok memberikan selingan berupa senda gurau juga lelucon untuk mengurangi kejenuhan dalam berkomunikasi. Sesuai dengan teori Bormann, lelucon atau joke juga ceritacerita narasi yang membentuk rantai fantasi akan menimbulkan rasa kepercayaan diri anggota kelompok sehingga anggota merasakan kedekatan antar anggota seta hubungan yang semakin erat. 792 ISBN: 978-602-61242-0-3 Dalam kelompok perempuan penggemar batu akik, anggota membuat kesepakatan dalam penggunaan simbol-simbol baik verbal maupun nonverbal. Selanjutnya tema fantasi diekspresikan dalam sebuah ungkapan (pharase), kalimat (sentence), atau sebuah paragrap. Terkadang, anggota kelompok komunikasi perempuan batu akik juga mengembangkan isyarat simbolik (symbolic cue) yang merupakan sebuah kode, ungkapan, slogan, atau sebuah ungkapan verbal lainnya juga gesture yang telah disepakati bersama makna dari isyarat tersebut. Analisis Tema Fantasi Dari hasil pengamatan informal di lapangan, penulis menemukan setidaknya terdapat tiga tema fantasi yang ada dalam komunikasi kelompok perempuan batu akik. Ketiga tema fantasi tersebut adalah (1) aksesoris alternatif, (2) pengukuh hubungan persaudaraan, (3) budaya dan kepercayaan. Tema fantasi aksesoris alternatif dipilih oleh penulis berdasarkan rangkaian rantai fantasi pengalaman yang dilakukan oleh masing-masing anggota kelompok perempuan penggemar batu akik. Percakapan yang dilakukan secara santai menghasilkan fantasi-fantasi tentang harga batu akik yang yang diuraikan dalam bentuk narasi juga penjelasan. Simbol nonverbal juga mengikuti percakapan yang dilakukan dengan adanya ritme dan nada yang semakin meningkat menandakan keinginan dari anggota untuk ikut terlibat dalam percakapan. Anggota kelompok mengaku banyak faktor yang dapat dijadikan alasan dalam memilih perhiasan dari batu mulia ini. Selain dari jenis batunya yang sangat beragam, model perhiasan yang menggunakan batu akik juga telah banyak divariasikan sehingga perempuan tidak perlu khawatir dengan model batu akik yang kuno atau norak. Pengrajin perhiasan batu akik kini telah memperhatikan model perhiasan yang cocok digunakan oleh perempuan dengan membuat kreasi pada batu akik sehingga perempuan dapat tetap cantik menggunakan batu akik dan jauh dari kata kuno ataupun norak. Warna-warna terang yang menarik seperti spirtus, merah delima juga warna ungu menjadi warna-warna feminim yang direkomendasikan untuk kaum perempuan. Kesan norak ataupun kuno tidak lagi dirasakan oleh anggota kelompok perempuan penggemar batu akik. Perhiasan-perhiasan yang terbuat dari KNiST, 30 Maret 2017 batu akik ini justru menambah rasa percaya diri anggota untuk tampil di tengah-tengah masyarakat. Dengan warna-warna yang beraneka ragam, perempuan dapat memadu padankan aksesoris batu akik sesuai dengan pakaian yang sedang dikenakan. Gambar 1. Informan sedang bergaya dengan batu akik Sumber: dokumentasi pribadi Selain variasi pada model perhiasan, batu akik juga memiliki banyak variasi pada harga. Setiap jenis batu akik memiliki harganya sendiri-sendiri mulai dari harga yang relatif murah untuk jenis batu akik yang mudah dijumpai hingga harga yang paling mahal untuk jenis batu akik yang sulit ditemukan atau termasuk dalam daftar batu yang langka. Dengan demikian penggemar batu akik bisa lebih leluasa untuk memilih perhiasan yang terbuat dari batu akik sesuai dengan budget dan kebutuhan perhiasan batu akik yang diinginkan. Faktor-faktor tersebutlah yang menjadi karakteristik retoris dari tema fantasi aksesoris alternatif ini. Informan mengambarkan bahwa batu akik masih bisa menjadi alternatif perhiasan yang tidak kalah menarik dari perhiasan lain seperi emas, permata ataupun berlian yang harganya jauh lebih mahal. Meski terdapat pula harga batu akik yang bersaing dengan harga perhiasan-perhiasan dengan harga mahal tersebut, anggota kelompok perempuan penggemar batu akik masih bisa memilih perhiasan dengan batu akik yang harganya bisa lebih terjangkau dan sesuai dengan kebutuhan. Hal tersebut tergambarkan pada fantasi anggota kelompok dengan rangkaian perumpamaan jika memiliki sejumlah uang yang setara dengan harga batu akik yang terlampau mahal. F2 menggambarkan jumlah uang tersebut dapat digunakan untuk membeli rumah bagi seluruh anggota keluarganya 793 ISBN: 978-602-61242-0-3 daripada digunakan untuk membeli perhiasan batu akik. Sedangkan F3 menggambarkannya untuk membeli sejumlah bahan pokok untuk keperluan rumah tangganya selama berbulan-bulan. Tema Fantasi: Pengukuh Hubungan Persaudaraan Pada tema fantasi pengukuh hubungan persaudaraan ini banyak ditunjukkan dengan perilaku nonverbal yang dilakukan oleh anggota kelompok. Proses pengenalan koleksi baru batu akik dari salah satu anggota dengan saling menempelkan batu yang sedang dipakai menjadi ritual rutin untuk mengenalkan koleksi batu akik salah satu anggota kepada anggota lainnya. Dalam proses pengenalan ini terlihat masing-masing anggota saling menunjukkan jati dirinya dan eksistensi sebagai anggota agar tetap mendapat pengakuan dari anggota lainnya. Gambar 2. Ritual tempel batu akik untuk jenis batu akik baru Sumber: dokumentasi pribadi Dari kegiatan inilah yang tanpa sadar telah mendekatkan anggota untuk memiliki satu rasa yang sama dalam kelompok perempuan penggemar batu akik. Simbol nonverbal yang dilakukan dengan menempelkan masing-masing batu akik yang dipakai sangat bermakna bagi anggota. Seperti halnya dengan kebiasaan berjabat tangan yang dilakuakn oleh seseorang ketika bertemu. Kedua kegiatan tersebut seolah menjadi kegiatan yang dilakukan secara sadar yang dapat berfungsi sebagai ungkapan keakraban, saling menghormati dan juga saling mengakui. Fungsi batu akik dalam kelompok perempuan penggemar batu akik ini mampu mendekatkan anggota menjadi satu keluarga baru dalam kelompok. Selain dengan ritual menempelkan batu tersebut, komunikasi yang dilakukan anggota juga KNiST, 30 Maret 2017 terjadi. Yaitu dengan berbagi informasi batu akik yang baru kepada anggota lainnya. Sehingga anggota kelompok selain merasa diakui dalam cara ritual pengenalan, juga sekaligus mendapatkan informasi baru tentang batu akik. Tema Fantasi : Budaya dan Kepercayaan Indonesia telah terkenal sebagai negara dengan seribu budayanya. Letak geografis negara Indonesia yang berbentuk kepuluan telah menghasilkan keberagaman kelompok dan komunitas suku di tanah air. Setiap daerah memiliki ciri khas baik dari segi bahasa, makanan, norma dan adat istiadatnya masing-masing. Tren budaya batu akik akhir-akhir ini juga turut meramaikan kebudayaan daerah Indonesia. Seperti dalam percakapan yang dilakukan oleh anggota kelompok perempuan penggemar batu akik diatas, batu akik yang telah membudaya di tengahtengah masyarakat kini telah menjadi ciri khas daerah bahkan menjadi identitas bagi sebuah daerah. Kini dengan adanya perhiasan batu akik masyarakat bisa mengenal lebih banyak tentang kekayaan dan keberagaman suatu daerah di Indonesia. Komunikasi dan budaya merupakan dua hal yang saling mengiringi satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Setiap budaya membutuhkan komunikasi untuk menunjukkan eksistensi dari kebudayaan tersebut agar tetap terjaga kelestariannya pada generasi berikutnya. Tanpa adanya komunikasi, budaya tersebut akan lenyap bahkan tidak dikenal oleh orang lain. Begitu juga sebaliknya, masyarakat dalam suatu daerah yang melakukan komunikasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya akan membawa unsur-unsur budaya baik dari dirinya maupun unsur budaya dari kelompoknya. Trend batu akik akhir-akhir ini mengalami beberapa perbedaan dengan trend batu akik sebelumnya. Dahulu pemakai dan penggemar batu akik hanyalah kaum lelaki yang percaya dengan hal-hal yang berbau mistis. Kini penggemarnya menjadi lebih universal hampir mencakup seluruh lapisan masyarakat. Termasuk kelompok perempuan penggemar batu akik ini, membuktikan bahwa batu akik telah menjadi budaya universal yang tidak lagi memandang gender, derajat atau tingkat pendidikan. Dari ketiga tema fantasi yang telah dijelaskan oleh penulis sebelumnya, konvergensi simbolik jelas terbentuk dari 794 ISBN: 978-602-61242-0-3 komunikasi yang dilakukan oleh seluruh anggota kelompok perempuan penggemar batu akik. Komunikasi yang dilakukan menggunakan kata-kata berdasarkan pada pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh masing-masing anggota kemudian menjadi realitas bersama. Realitas tersebut diterangkan dengan adanya rangkaian narasi dan cerita-cerita yang menerangkan bagaimana sesuatu harus dipercaya oleh orang-orang yang terlibat didalamnya. Berikut gambaran bagaimana tema fantasi terbentuk pada komunikasi kelompok perempuan penggemar batu akik: Gambar 3 Proses terbentuknya tema fantasi pada kelompok perempuan penggema batu akik Isyarat Simbolik atau Joke Pada Komunikasi Kelompok Perempuan Penggemar Batu Akik Isyarat simbolik yang lain terdapat pada tema fantasi budaya dan kepercayaan yaitu “dukun cinta”. Disini anggota kelompok perempuan penggemar batu akik mendramatisir tentang kepercayaan sebagian orang terhadap batu akik. Pamor batu akik pada masa lampau selalu dikaitkan dengan kegiatan kedukunan dan benda-benda mistis. Anggota kelompok perempuan penggemar batu akik tidak ingin pamor tersebut terus melekat karena pada trend batu ini pemakai batu akik tidak lagi orang-orang yang mempercayai kekuatan gaib layaknya seorang dukun. Sehingga kata dukun pada kelompok perempuan penggemar batu akik diplesetkan menjadi “dukun cinta”. Makna yang terkandung dalam kata-kata tersebut juga bukan merupakan makna sebenarnya. Hal tersebut lebih merujuk pada penampilan feminim seorang perempuan dengan perhiasan batu akik. Gambar 4. Kelakar atau joke dalam komunikasi kelompok perempuan penggemar batu akik Visi Retorik Pada Komunikasi Kelompok Perempuan Penggemar Batu Akik Terdapat dua visi retorik yang ada dalam dua tema fantasi yaitu visi retorik “mother of gemstone” yang terdapat pada tema fantasi budaya dan kepercayaan serta “ritual tempel batu akik” pada tema fantasi pengukuh hubungan persaudaraan. “Mother of gemstone” merupakan kata lain yang digunakan oleh anggota kelompok perempuan penggemar batu akik untuk menyebutkan nama jenis batu Kalimaya. Kata tersebut digunakan untuk mewakili keunikan dan kandungan alam yang dimiliki oleh batu jenis Kalimaya. Kandungan alam yang terdapat pada batu ini merupakan gabungan dari semua kandungan yang ada pada batu jenis lainnya sehingga Kalimaya disebut juga “mother of gemstone” oleh kelompok perempuan penggemar batu akik. Visi retorik pada tema fantasi pengukuh hubungan persaudaraan berupa “ritual tempel batu akik” lebih menunjukkan adanya visi retorik dengan ungkapan nonverbal yang dilakukan oleh anggota ketika menyambut dan memperkenalkan batu akik jenis baru pada anggota kelompok perempuan batu akik. Kegiatan tempel batu akik ini dilakukan atas kesadaran dari masing-masing anggota untuk dapat saling mengakui keberadaan anggota dalam kelompok perempuan penggemar batu akik. Visi retorik tersebut telah dipahami oleh semua anggota dan menjadi realitas bersama dalam kelompok yang selanjutnya dikenalkan pada individu lain diluar kelompok. Gambar 5 KNiST, 30 Maret 2017 795 ISBN: 978-602-61242-0-3 Visi retorik dalam komunikasi kelompok perempuan penggemar batu akik Setiap tema fantasi yang terjadi pada komunikasi kelompok perempuan penggemar batu akik memiliki masingmasing karakteristik retoris yang berbeda antara tema satu dengan tema yang lainnya. Pada tema fantasi aksesoris alternatif, obrolan yang dilakukan sangatlah santai, pola komunikasi yang dilakukan juga terbuka dan akrab. Isyarat simbolik yang muncul bersifat verbal yaitu ”ga’ perlu mahal buat cantik dan sehat”. Obrolan tersebut dilakukan dengan penuh narasi dan disertai dengan perumpamaan dari para anggota mengenai harga batu akik yang terlalu mahal. Masing-masing anggota mengemukakan persepsi dan opininya masing-masing yang kemudian mendapatkan kesamaan kesepakatan setelah melakukan obrolan tersebut bahwa batu akik masih bisa menjadi alternatif perhiasan yang dapat dipilih oleh kaum perempuan untuk melengkapi penampilannya. Karakteristik retoris pada tema fantasi pengukuh hubungan persaudaraan isyarat simbolik lebih ditonjolkan pada perilaku nonverbal dari masing-masing anggota. Obrolan yang dilakukan santai akan tetapi penuh semangat dari anggota yang menyambut adanya jenis batu akik baru di tengah-tengah kelompok perempuan penggemar batu akik. Perilaku nonverbal yang dilakukan oleh anggota disebut dengan istilah “ritual tempel batu akik”. Suasana keakraban sangat kental ketika para anggota saling menempelkan batu akik yang sedang dikenakan. Pengakuan dari masing-masing anggota tentang eksistensi anggota pada kelompok sangat terasa pada ritual ini. Pada tema fantasi Budaya dan Kepercayaan, isyarat simbolik terlihat dari ungkapan verbal dari anggota pada obrolan yang santai dan penuh dengan sendau gurau yaitu dengan adanya joke atau lelucon mengenai persepsi batu akik pada masyarakat dahulu yang selalu dikaitkan dengan hal-hal yang berbau kedukunan. Karena pengguna batu akik dalam kelompok perempuan penggemar batu akik seluruhnya merupakan kaum perempuan, anggota kelompok kemudian menggambarkan bahwa penggemarnya pada masa sekarang lebih cocok disebut dengan istilah “dukun cinta” daripada dukun KNiST, 30 Maret 2017 yang memiliki kekuatan magis karena penampilannya yang lebih percaya diri dan lebih menarik dengan adanya perhiasan dari batu akik. Dalam tema fantaasi budaya dan kepercayaan juga terdapat visi retorik berupa simbol verbal yang digunakan oleh anggota kelompok yaitu “mother of gemstone”. Simbol ini digunakan untuk mengungkapkan kekaguman anggota pada salah satu jenis batu akik yang memiliki kandungan alam dan manfaat yang sangat kompleks yaitu meliputi semua kandungan yang ada dalam batu akik lainnya. Untuk mempermudah dalam memahami karakteristik retoris dari masing-masing tema fantasi tersebut, penulis menyajikan datanya dalam sebuah tabel sebagai berikut; Tabel 4.1 Karakteristik Retoris Tema-Tema Fantasi Kelompok Perempuan Penggemar Batu Akik 4. Simpulan Setelah melakukan penelitian ini penulis dapat menarik beberapa kesimpulan, yaitu; 1. Kelompok kecil perempuan penggemar batu akik merupakan sebuah wadah bagi anggota kelompok untuk saling berinteraksi dan mempertemukan pikiran. Simbol-simbol verbal dan nonverbal yang saling dibagikan memberikan penafsiran dan persamaan makna sehingga kefektifitasan komunikasi dalam kelompok ini mudah tercapai. Tematema fantasi dapat ditarik dari bentuk komunikasi yang dilakukan dalam sebuah kelompok kecil yang memiliki intensitas komunikasi yang lebih intensif. Terdapat tiga tema fantasi yang ada dalam komunikasi kelompok perempuan penggemar batu akik, yaitu 796 ISBN: 978-602-61242-0-3 tema fantasi aksesoris alternatif, tema fantasi pengukuh hubungan persaudaraan serta tema fantasi budaya dan kepercayaan. 2. Budaya batu akik yang tampil sebagai budaya populer membawa kaum perempuan untuk ikut serta melestarikan budaya yang sedang populer ditengah-tengah masyarakat. Selain itu batu akik juga memiliki makna berbeda bagi kaum perempuan yang tergabung dalam kelompok dimana batu akik tidak hanya berfungsi sebagai perhiasan semata akan tetapi dapat menjadi batu terapi yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh serta sebagai alat untuk mengkomunikasikan budaya dari generasi ke generasi selanjutnya. 3. Dengan adanya tema fantasi dari hasil komunikasi yang dilakukan oleh kelompok perempuan penggemar batu akik, tema-tema tersebut mampu menciptakan komunikasi yang lebih empatik lebih mengutamakan kepentingan kelompok daripada kepentingan pribadi anggota. Referensi Cutlip, Center dan Broom. 2009. Effective Public Relations. Jakarta: Kencana Media Group. Kasali, Rhenals.2008. Management Public Relations. Jakarta: Grafiti. KNiST, 30 Maret 2017 Laksamana, Agung.2010. Internal Public Relations. Jakarta: penerbit Republika. Maddy, Khairul. 2009. Hakikat dan Pengertian Pelayanan Prima. Jakarta: Kata Buku Mukarom, Zainal dan Muhibudin Wijaya Laksana. 2015. Manajemen Public Relations. Jakarta: Pusaka Setia. Morissan. 2008. Manajemen Public Relations: Strategi Menjadi Humas Profesional. Jakarta: Kencana. Ruslan, Rosady. 2007. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Saputra, Wahidin dan Rulli Nasrullah. 2011. Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relations di Era Cyber. Depok: Gramata Publishing. Setyobudi, Ismanto dan Daryanto. 2014. Konsumen dan Pelayanan Prima. Jakarta: Gava media. Suhandang, Kustadi. 2012. Studi Dan Penerapan Public Relations Pedoman Kerja Perusahaan. Bandung: Nuansa Cendikia. 797