komunikasi kelompok perempuan penggemar batu - Seminar

advertisement
Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST)
Maret 2017, pp. 787~ 797
787
KOMUNIKASI KELOMPOK PEREMPUAN PENGGEMAR
BATU AKIK (STUDY TEMA-TEMA FANTASI
KOMUNIKASI KELOMPOK PEREMPUAN PENGGEMAR
BATU AKIK DI BANDUNG)
Muhammad Raihan Febriansyah
AKOM BSI Jakarta
[email protected]
Abstrak
Terbentuknya kelompok perempuan penggemar batu akik juga memiliki fungsi yang
dapat bermanfaat bagi anggota yang tergabung di dalamnya. Diantaranya dapat berfungsi
sebagai wadah untuk berinteraksi antar anggota kelompok, sebagai sarana menggali potensi
anggota untuk beraktualisasi dan mengemukakan jati diri di dalam kelompok, sebagai tempat
untuk menuangkan ide, gagasan, pikiran dan juga sebagai wadah untuk memecahkan sebuah
masalah. Ide-ide kreatif serta gagasan dan pikiran dari setiap anggota inilah yang menjadi
bahan untuk dibahas dalam komunikasi kelompok perempuan penggemar batu akik. Meski
tidak selalu bertujuan untuk memecahkan sebuah masalah, akan tetapi dengan adanya
komunikasi kelompok setidaknya mampu untuk mempertahankan eksistensi kelompok
perempuan penggemar batu akik. Komunikasi yang dilakukan oleh kelompok perempuan
penggemar batu akik tidak terlepas dari penggunaan simbol-simbol baik verbal maupun
nonverbal. Akan tetapi simbol-simbol yang digunakan dalam kelompok tersebut belum tentu
sama sehingga diperlukan upaya konvergensi simbolik guna mencapai kesamaan makna.
Komunikasi verbal yang dilakukan oleh kelompok perempuan penggemar batu akik umumnya
bersifat sama seperti yang digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari dengan individu yang
lainnya yaitu menggunakan bahasa dan lebih khusus pada bahasa Sunda. Sedangkan untuk
penggunaan simbol nonverbal yang dilakukan dalam kelompok ini juga tidak memiliki
perbedaan yang signifikan dengan simbol nonverbal kelompok lain. Akan tetapi makna dari
setiap simbol yang digunakan dalam kelompok perempuan penggemar batu akik belum tentu
bisa ditafsirkan sama bila diterapkan pada komunikasi kelompok lain mengingat motif dan
tujuan dari kelompok yang juga berbeda.
Keywords: Komunikasi kelompok
1. Pendahuluan
Komunikasi kelompok merupakan salah
satu bentuk komunikasi yang dilakukan
oleh manusia untuk berinteraksi dengan
manusia lainnya. Berdasarkan jumlahnya,
komunikasi ini merupakan tingkatan ketiga
setelah
komunikasi
intrapersonal,
komunikasi
interpersonal
kemudian
komunikasi kelompok, komunikasi publik
dan komunikasi massa dengan jumlah
komunikan yang lebih besar dari setiap
bentuk komunikasi.
Terbentuknya
kelompok
perempuan
penggemar batu akik juga memiliki fungsi
yang dapat bermanfaat bagi anggota yang
tergabung di dalamnya. Diantaranya dapat
berfungsi sebagai wadah untuk berinteraksi
antar anggota kelompok, sebagai sarana
menggali
potensi
anggota
untuk
beraktualisasi dan mengemukakan jati diri
di dalam kelompok, sebagai tempat untuk
menuangkan ide, gagasan, pikiran dan juga
sebagai wadah untuk memecahkan sebuah
masalah. Ide-ide kreatif serta gagasan dan
pikiran dari setiap anggota inilah yang
menjadi bahan untuk dibahas dalam
komunikasi
kelompok
perempuan
penggemar batu akik. Meski tidak selalu
bertujuan untuk memecahkan sebuah
masalah, akan tetapi dengan adanya
komunikasi kelompok setidaknya mampu
untuk
mempertahankan
eksistensi
kelompok perempuan penggemar batu
akik.
Komunikasi yang dilakukan oleh kelompok
perempuan penggemar batu akik tidak
terlepas dari penggunaan simbol-simbol
baik verbal maupun nonverbal. Akan tetapi
simbol-simbol yang digunakan dalam
Diterima 13 Februari, 2017; Revisi 28 Februari, 2017; Disetujui 15 Maret 2017
ISBN: 978-602-61242-0-3
kelompok tersebut belum tentu sama
sehingga diperlukan upaya konvergensi
simbolik guna mencapai kesamaan makna.
Komunikasi verbal yang dilakukan oleh
kelompok perempuan penggemar batu akik
umumnya bersifat sama seperti yang
digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari
dengan individu yang lainnya yaitu
menggunakan bahasa dan lebih khusus
pada bahasa Sunda. Sedangkan untuk
penggunaan simbol nonverbal yang
dilakukan dalam kelompok ini juga tidak
memiliki perbedaan yang signifikan dengan
simbol nonverbal kelompok lain. Akan
tetapi makna dari setiap simbol yang
digunakan dalam kelompok perempuan
penggemar batu akik belum tentu bisa
ditafsirkan sama bila diterapkan pada
komunikasi kelompok lain mengingat motif
dan tujuan dari kelompok yang juga
berbeda.
Kehadiran
kelompok
perempuan
penggemar batu akik ini menunjukkan
adanya perbedaan yang tegas antara trend
batu akik sekarang dengan trend batu akik
masa lampau. Bila fenomena batu akik
pada masa lampau hanya didominasi oleh
kaum lelaki seperti dukun, pejabat, orang
pintar atau orang-orang yang percaya
dengan hal-hal yang berbau mistis sebagai
penggemarnya, fenomena batu akik yang
terjadi beberapa tahun terakhir ini tidak lagi
mengenal perbedaan gender sebagai
pengagum, penggemar bahkan pemakai
batu akik. Kaum perempuan masa kini
termasuk kelompok perempuan penggemar
batu akik seakan tidak mau kalah dengan
dengan kaum lelaki yang telah terlebih
dahulu menggemari budaya batu akik yang
sangat
populer
di
tengah-tengah
masyarakat.
Dengan memakai atau mengenakan salah
satu aksesoris yang terbuat dari batu akik,
secara nonverbal perempuan-perempuan
telah telah mengkomunikasikan adanya
kebudayaan
asli
bangsa
Indonesia.
Setidaknya pada perempuan Indonesia
lainnya yang belum menggemari batu akik,
dengan keberadaan kelompok perempuan
penggemar batu akik ini secara tidak
langsung juga dapat dijadikan wadah untuk
memperkenalkan dan mempromosikan
budaya batu akik tersebut. Dengan
demikian tidak menutup kemungkinan bila
batu akik ini akan lebih mudah diterima oleh
perempuan-perempuan lainnya baik di
Indonesia maupun di mancanegara dan
dapat menjadi identitas budaya yang dapat
dikenalkan pada seluruh masyarakat
secara global.
KNiST, 30 Maret 2017
Realitas sosial yang terjadi di tengahtengah masyarakat mengenai peran
perempuan dalam menggunakan perhiasan
yang terbuat dari batu akik ini telah
mengusik minat peneliti dan menjadi daya
tarik
untuk
selanjutnya
melakukan
penelitian
lebih
dalam
mengenai
komunikasi
kelompok
perempuan
penggemar
batu
akik
dalam
mempopulerkan budaya batu akik akhirakhir ini. Penelitian ini menggunakan
analisis
tema-tema
fantasi
untuk
mengetahui seperti apa antusiasme
perempuan terhadap batu akik.
Berdasarkan
latar
belakang
atau
permasalahan pada penelitian maka dapat
dirumuskan masalah dalam penelitian ini
adalah pada pengaruh tema-tema fantasi
dalam komunikasi kelompok perempuan
penggemar batu akik, serta makna yang
terkandung.
Ruang lingkup penulisan ini, penulis
membatasi permasalahan hanya pada
Komunikasi
kelompok
perempuan
penggemar Batu Akik (study tema-tema
fantasi komunikasi kelompok perempuan
penggemar batu akik di bandung)
Sedangkan untuk tujuan penelitian yang
ingin dicapai oleh penulis adalah sebagai
berikut;
Untuk mengetahui tema-tema fantasi yang
ada
dalam
komunikasi
kelompok
perempuan penggemar batu akik.
Untuk mengetahui makna dari tiap-tiap
tema fantasi yang ada dalam komunikasi
kelompok perempuan penggemar batu akik
Untuk menggetahui pengaruh tema-tema
fantasi
dalam
komunikasi kelompok
perempuan batu akik
Komunikasi dan Budaya
Onong Uchjana Effendy (dalam Hidayat,
2012) mendefinisikan kata komunikasi atau
communication dalam bahasa Inggris ini
yang berasal dari bahasa Latin communis
artinya
adalah
sama,
communico,
communicatio, atau communicare yang
berarti membuat sama (to make common).
Maka dapat diartikan komunikasi adalah
kegiatan yang dilakukan untuk membuat
sama makna atau menyamakan persepsi.
Salah satu pengertian komunikasi yang
terkenal adalah pengertian komunikasi
yang dikemukakan oleh Harold Lasswell
(dalam Mulyana, 2010) dikemukakan
bahwa komunikasi adalah who says what,
in which channel, to whom and with what
effect? (siapa berkata apa, melalui saluran
apa, kepada siapa dan dengan efek apa.
Model komunikasi yang telah dikemukakan
788
ISBN: 978-602-61242-0-3
pada tahun 1948 ini menggambarkan
proses komunikasi dan fungsi-fungsinya
dalam
masyarakat.
Lasswel
juga
mengungkapkan
bahwa
komunikasi
memiliki tiga fungsi , yaitu pengawasan
lingkungan, korelasi berbagai bagian
terpisah dalam masyarakat yang merespon
lingkungan, dan transmisi warisan sosial
dari suatu generasi ke generasi lainnya.
Dari pengertian komunikasi menurut
Lasswell diatas setidaknya terdapat lima
unsur penting komunikasi, yaitu pengirim
pesan (sender), pesan yang dikirimkan
(message), bagaimana pesan tersebut
dikirimkan (delivery channel atau media),
penerima pesan (receiver) dan efek. Kelima
komponen
ini
akan
mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan sebuah
komunikasi.
Kelima unsur pokok komunikasi tersebut
saling
mendukung
kelancaran
penyampaian
pesan
dalam
proses
komunikasi. akan tetapi beberapa ahli
menambahkan unsur lain seperti umpan
balik (feed back), gangguan atau kendala
(noise) komunikasi serta konteks konteks
atau situasi komunikasi.
Komunikasi dengan budaya adalah dua hal
yang saling melengkapi dan mengiringi.
Dengan komunikasi budaya mampu
bertahan dari generasi ke generasi juga
sebaliknya, bila budaya tersebut tidak
dikomunikasikan maka budaya tersebut
akan mati. Manusia dapat mengenal
budaya manusia lain dengan cara
berkomunikasi satu sama lain. Tanpa
adanya komunikasi, budaya tidak dapat
dikenal oleh orang lain bahkan akan
mengalami kepunahan. Dari komunikasi ini
pula sebuah budaya disampaikan oleh
individu satu kepada individu yang lain.
Budaya tersebut dapat berupa bahasa yang
digunakan, pakaian, jenis makanan, aturan,
tata cara dan norma yang berbeda-beda
antara kelompok masyarakat satu dengan
kelompok masyarakat yang lainnya.
Mulyana & Rakhmat (2005) mendefinisikan
budaya secara formal sebagai tatanan
pengetahuan, pengalaman, kepercayaan,
nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu,
peranan, hubungan ruang, konsep alam
semesta, objek-objek materi dan milik yang
diperoleh sekelompok besar orang dari
generasi ke generasi melalui usaha
iindividu dan kelompok. Bagaimana orang
bertindak, apa yang dilakukan, bagaimana
orang tersebut hidup, serta bagaimana cara
seseorang
berkomunikasi
merupakan
respon-respon terhadap dan fungsi-fungsi
dari budaya orang tersebut
KNiST, 30 Maret 2017
Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Terdapat dua jenis komunikasi, yaitu
komunikasi
verbal
dan
komunikasi
nonverbal. Dua jenis komunikasi ini yang
digunakan manusia untuk menyamakan
makna satu sama. Mulyana (2010)
mengungkapkan bahwa simbol atau pesan
verbal merupakan semua jenis simbol yang
menggunakan satu kata atau lebih. Suatu
sistem kode verbal adalah bahasa.
Mulyana juga mengungkapkan bahwa
bahasa merupakan seperangkat simbol,
dengan aturan untuk mengkombinasikan
simbol-simbol tersebut, yang digunakan
dan dipahami oleh suatu komunitas.
Menurut Barker (dalam Mulyana, 2010)
bahasa memiliki tiga fungsi yaitu penamaan
(naming atau labeling), interaksi dan
transmisi informasi. Penamaan atau
penjulukan
merujuk
pada
usaha
mengidentifikasi objek, tindakan, atau
orang
dengan
menyebut
namanya
sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.
Fungsi interaksi menekankan berbagi
gagasan
dan
emosi
yang
dapat
mengundang simpati dan pengertian atau
kemarahan dan kebingungan. Fungsi yang
terakhir yaitu transmisi. Dengan fungsi
transmisi yang lintas waktu bahasa mampu
menghubungkan masa lalu masa kini dan
masa
depan
yang
memungkinkan
kesinambungan
budaya
dan
tradisi
manusia.
Knapp (1972:9) mengungkapkan lima
fungsi pesan nonverbal, yaitu (1) Repetisi –
mengulang kembali pesan yang telah
disampaikan secara verbal. Misal, ketika
seseorang mengatakan ya sebagai tanda
prsetujuan, kemudian diikuti dengan
anggukan
kepala.
(2)
Subtitusi
menggantikan
lambang-lambang
nonverbal.
Misal
tanpa
seseorang
mengatakan
bagus
untuk
memuji
seseorang,
dengan
mengacungkan
jempolnya orang lain akan mengerti
maksud pujiannya tersebut. (3) Kontradiksi
– menolak pesan verbal atau memberikan
makna lain pada pesan verbal. (4)
Komplemen
–
melengkapi
dan
memperkaya makna pesan nonverbal. (5)
aksentuasi – menegaskan pesan verbal
atau menggarisbawahi.
Simbol-simbol verbal dan nonverbal juga
digunakan oleh kelompok perempuan
penggemar batu akik. Penggunaan simbolsimbol ini telah disepakati oleh anggota
kelompoknya sehingga proses pertukaran
pesan dan pemberian makna yang terjadi
adalah merupakan budaya kelompok itu
sendiri.
Proses komunikasi tersebut
789
ISBN: 978-602-61242-0-3
membedakan antara kelompok dan bukan
kelompok perempuan penggemar batu
akik.
Budaya Pop
Budaya pop atau disebut juga budaya
populer secara harfiah pengertiannya
merupakan penggabungan dari dua
pemahaman kata yaitu pemahaman
tentang budaya dan kata populer. Secara
sederhana budaya bermakna sebagai hasil
cipta, rasa dan karsa manusia. Budaya
atau kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta
yaitu
buddayah
yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi
atau akal) yang diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia.
Sedangkan kata pop diambil dari kata
populer yang memiliki setidaknya empat
makna yaitu: (1) banyak disukai orang; (2)
jenis kerja rendahan; (3) karya yang
dilakukan untuk menyenangkan orang; (4)
budaya yang memang dibuat oleh orang
untuk dirinya sendiri (Williams, 1983 :237).
Dari penggabungan kata tersebut dapat
disimpulkan
bahwa
budaya
populer
merupakan
totalitas
ide,
perspektif,
perilaku, meme, citra dan fenomena lainnya
yang dipilih oleh konsensus informal
didalam arus utama sebuah budaya,
khususnya oleh budaya barat diawal hingga
pertengahan abad ke-20 dan arus utama
global yang muncul diakhir abad ke-20 dan
pada awal abad ke-21. Budaya pop
dianggap sepele dalam rangka penerimaan
konsensual melalui arus utama. Akibatnya
budaya populer muncul dari balik kritisisme
sengit dari berbagai sumber non arus
utama (khususnya kelompok-kelompok
agama dan kelompok kontra budaya) yang
menganggap
sebagai
superfisial,konsumeris, sensasionalis, dan
rusak. Sehingga sebagian masyarakat
menganggap budaya populer sebagai
budaya yang menyenangkan dan banyak
disukai orang.
Budaya batu akik juga memiliki masa
keemasan di mata penggemarnya. Meski
sempat meredup, dua tahun belakangan
budaya ini kembali populer dengan jumlah
penggemarnya yang lebih banyak hampir
meliputi seluruh lapisan masyarakat di
Indonesia bahkan dunia. Hampir diseluruh
tanah
Indonesia
secara
serentak
membicakan budaya batu mulia ini hingga
di
beberapa
media
memberitakan
kegemaran batu ini dengan menyebutnya
“demam batu akik”. Masyarakat secara
massal terkena terpaan budaya ini
layaknya
terkena
wabah
penyakit.
KNiST, 30 Maret 2017
Kepopuleran batu akik juga mampu
menerpa
penggemar-penggemar
baru
seperti kaum perempuan yang sebelumnya
tidak umum terlihat perempuan-perempuan
dengan batu akik. Saat ini, pemandangan
perempuan yang turut berduyun-duyun
menggemari batu mulia menjadi lumrah
dengan
jumlahnya
yang
semakin
meningkat.
Analisis Tema Fantasi
Tema fantasi merupakan anak turun dari
Teori Konvergensi Simbolik atau inside joke
yang oleh Ernest G. Bormann gagasan
teori ini adalah bertukar fantasi-lelucon,
cerita, analogi, ritual atau sekedar
permainan kata-kata yang akan membawa
pada pemusatan makna dan perasaan dari
orang-orang yang teribat. Metode yang
digunakan oleh Ernest G. Bormann dalam
analisis tema fantasi adalah dengan fokus
pada kohesivitas dan budaya kelompok,
pengambilan keputusan dalam kelompok,
penyanderaan, kartun politik hingga
kampanye politik.
Tema fantasi ini didefinisikan oleh Bormann
sebagai isi pesan yang didramatisasi yang
kemudian memicu rantai fantasi. Maksud
dari rantai fantasi disini ketika pesan yang
didramatisasi mendapat tanggpan dari
partisipan
komunikasi,
kemudian
meningkatkan intensitas dan kegairahan
partisipan dalam berbagai fantasi yang
berkembang maka terjadilah rantai fantasi.
Hal tersebut ditandai dengan tempo
percakapan yang semakin meningkat,
antusiasme partisipan muncul, terjadi
peningkatan rasa empati, serta peningkatan
umpan balik antar partisipan.
Dengan
adanya
tema
fantasi
ini
ketegangan dalam komunikasi sebuah
kelompok dapat teratasi karena diselingi
dengan
lelucon-lelucon
atau
cerita
pengalaman dari partisipan. Sehingga
komunikasi
yang
terjadi
tidak
membosankan dan partisipan komunikasi
tergugah untuk terus mengikuti dan
berpartisipasi dalam komunikasi kelompok
tersebut.
Tema
fantasi
juga
bisa
diungkapkan
dengan
simbol-simbol
nonverbal seperti acungan jempol, tepukan
tangan, gerakan alis atau gesture dari diri
partisipan. Layaknya komunikasi kelompok
pada umumnya komunikasi verbal dan
nonverbal
terjadi
dalam
kelompok
komunikasi dengan tema fantasi.
Analisis tema fantasi ini menjadi alat untuk
melihat komunikasi yang terjadi dalam
kelompok perempuan penggemar batu
akik. Tema-tema yang muncul dari
komunikasi yang dihasilkan merupakan
790
ISBN: 978-602-61242-0-3
tema yang diangkat dari hal-hal yang sering
dibicarakan
oleh
anggota
kelompok
perempuan penggemar batu akik. Dari
tema fantasi yang didapat, maka dapat
diketahui bagamana realitas simbolik yang
terjadi
dalam
kelompok
perempuan
penggemar
batu
akik
ini,
apakah
dikembangkan,
dirawat,
atau
justru
mengalami kemrosotan dan kemudian
menghilang.
Fantasy Type
Bormann mengartikan konsep jenis fantasi
sebagai tema-tema fantasi yang berulang
dan dibicarakan pada situasi lain, dengan
karakter lain dan latar belakang yang lain
akan tetapi dengan alur cerita yang dama.
Bila kerangka narasinya sama, walaupun
dengan tokoh, karakter dan settingnya
berbeda, maka dapat dikelompokkan pada
satu jenis tema fantasi yanng sama. Akan
tetapi bila terdapat beberapa tema fantasi
atau kerangka narasi yang berbeda, dapat
dikatakan bahwa tema fantasi terebut
memiliki beberapa jenis fantasi.
Individu yang telah tergabung dalam
sebuah kelompok dan telah melakukan
komunikasi serta interaksi dalam waktu
yang
cukup
lama
biasanya
telah
mengembangkan semacam symbolic cue
atau petunjuk simbolis yang telah dipahami
bersama
dalam
kelompok
tersebut.
Symbolic cue ini biasa juga disebut dengan
inside joke atau lelucon yang dipahami oleh
anggota suatu kelompok yang terlibat
dalam sebuah percakapan. Anggota
kelompok yang telah mengetahui inside
joke tersebut kemungkinan akan tertawa
terpingkal-pingkal bila kata atau kalimat
yang menjadi inside joke dalam kelompok
tersebut dilontarkan oleh salah seorang
anggota. Akan tetapi hal tersebut tidak
akan terjadi pada individu yang
baru
memasuki kelompok dan terlibat dalam
percakapan. Hal tersebut dapat terjadi
karena orang baru tersebut tidak memiliki
persepsi yang sama dengan individu lain
yang telah bergabung lebih lama. Oleh
karena itu, inside joke ini tidak dapat
diterapkan
pada
komunikasi
atau
percakapan dengan individu maupun
kelompok komunikasi yang lain.
Visi Retorik (Retorical visions)
Bormann telah mengartikan visi retorik
(retorical visions) sebagai sharing a fantasy
theme and types across a wiser community.
Disini tema-tema fantasi yang telah
berkembang dalam sebuah kelompok
kemudian melebar keluar dari kelompok
yang pertama mengembangkan fantasi
tersebut.
Karena
perkembangannya
KNiST, 30 Maret 2017
tersebut tema-tema fantasi tidak hanya
menjadi tema fantasi dalam kelompok itu
saja, melainkan menjadi fantasi masyarakat
luas dan membentuk semacam Rhetorical
Community.
2. Metode Penelitian
Penulis melakukan observasi dengan
melakukan pengumpulan data observasi
pertisipan di beberapa lokasi seperti tempat
kerja, yaitu pada saat adanya break time
(pukul 10.00- 10.15 WIB), waktu istirahat
(pukul 11.45 – 12.15 WIB) dan juga
dirumah-rumah
anggota
kelompok
perempuan penggemar batu akik.
Teknik Pengumpulan Data dan Analisa
Data. Dalam mengumpulkan data yang
diperlukan, penulis menggunakan beberapa
teknik atau metode pengumpulan data yang
didefinisikan oleh Kriyantoro (dalam
Ardianto,
2011)
yaitu
wawancara
mendalam (intensive atau dept interview),
observasi atau pengamatan lapangan (field
observation), dan wawancara kelompok
(focus group discussion). Penjelasannya
adalah sebagai berikut.
Dengan wawancara yang dilakukan secara
intensif, dan kedekatan antara penulis
kepada informan yang lebih dekat lagi
mampu menguak informasi-informasi yang
dibutuhkan
penulis
guna
menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian penulis
yang merupakan suatu permasalahan
sehingga menimbulkan ketertarikan penulis
untuk melakukan sebuah penelitian.
Observasi lapangan (field observation)
adalah kegiatan yang setiap saat dilakukan
dengan kelengkapan pancaindra yang
dimiliki. Misal dengan membaca koran,
mendengarkan radio, menonton televisi,
berbicara dengan oranglain dll. Akan tetapi
tidak semua kegiatan tersebut bisa
dikatakan sebagai metode penelitian
kecuali dengan syarat; (1) observasi
digunakan dalam penelitian dan telah
direncanakan
secara sistematik,
(2)
observasi harus berkaitan dengan tujuan
penelitian yang telah ditetapkan, (3)
observasi yang dilakukan harus dicatat
secara sistematis dan dihubungkan dengan
posisi umum bukan dipaparkan sebagai
suatu yang menarik perhatian, (4) validas
dan reliabilitasnya dapat dicek dan
dikontrol.
Observasi lapangan ini diperlukan oleh
penulis guna mengumpulkan informasi
yang tertangkap oleh panca indera yaitu
dengan
mengamati
sendiri
proses
komunikasi yang terjadi dalam kelompok
perempuan
penggemar
batu
akik.
791
ISBN: 978-602-61242-0-3
Mengamati
bagaimana
simbol-simbol
verbal dan nonverbal digunakan guna
keefektifan komunikasi yang dilakukan
dalam
suatu
kelompok
sehingga
menciptakan rasa kebersamaan dan empati
anggota kelompok tersebut.
Guna mengungkap tema-tema fantasi yang
ada
dalam
komunikasi
kelompok
perempuan penggemar batu akik, teknik
wawancara kelompok ini akan membantu
penulis
dalam
memahami
budaya
komunikasi yang terjadi dalam kelompok.
Kelompok kecil yang terbentuk dari tiga
orang perempuan penggemar batu akik ini
mampu memberikan gambaran pada
penulis bagaimana pesan disampaikan,
gurauan, pengalaman dan cerita-cerita
yang
dibagikan
dari
masing-masing
anggota menjadi kontribusi informasi yang
dapat melengkapai kebutuhan data penulis.
Penulis
menambahkan
satu
teknik
pengumpulan data yaitu dengan metode
dokumenter (documenter method). Metode
pengumpulan data ini dilakukan dengan
menghimpun dan menganalisis dokumendokumen, baik dokumen tertulis, gambar,
maupun elektronik. Dokumen-dokumen
yang telah diperoleh penulis dalam
wawancara serta observasi pada kelompok
perempuan penggemar batu akik kemudian
dianalisis (diurai), dibandingkan dan
dipadukan membentuk satu hasil kajian
yang sistematis, padu dan utuh.
Penulis juga merekam beberapa gambar
dan percakapan yang terjadi dalam
komunikasi
kelompok
perempuan
penggemar batu akik. Data-data tersebut
kemudian akan diamati lebih lanjut dan
dianalisis sesuai dengan kebutuhan dan
disajikan untuk melengkapi penulisan
laporan
yang
dapat
mempermudah
pembaca untuk memahami penelitian yang
dilakukan oleh penulis.
Teknik Analisis Data
Sehubungan dengan teknik pengumpulan
data yang digunakan oleh penulis lebih
ditekankan pada pengiriman pesan oleh
informan, maka penulis membutuhkan
teknik analisis data seperti yang tersebut
sebelumnya. Dalam wawancara mendalam
(deep interview) penulis tidak melakukan
secara formal, suasana pada saat
wawancara berlangsung dibuat lebih santai
dengan obrolan yang tidak terkesan kaku
seperti pada wawancara formal. Sesuai
dengan metode yang digunakan oleh
penulis yaitu analisis tema fantasi,
terkadang di dalam wawancara tersebut
sering diselingi dengan lelucon ataupun
sendau gurau baik dari informan maupun
KNiST, 30 Maret 2017
penulis.
Hal
tersebut
tentu
akan
memberikan data berlebih bagi penulis
sehingga perlu melakukan reduksi data
yaitu dengan memilih kembali, membuang
data yang tidak diperlukan, memfokuskan
pada tujuan penelitian serta menyusun data
hingga membentuk gambaran kesimpulan
akhir.
Berdasarkan metode yang digunakan
dalam melakukan penelitian, penyajian data
dilakukan dalam bentuk teks naratif yang
menjelaskan
tentang
hasil
dari
pengamatan. Penulis juga menyertakan
beberapa kutipan-kutipan percakapan dari
wawancara
dengan
informan
guna
memperjelas gambaran komunikasi yang
dilakukan oleh kelompok perempuan
penggemar batu akik.
Kedua teknik analisis data tersebut akan
membantu penulis untuk menemukan
penjelasan dari pertanyaan-pertanyaan
penulis yaitu mengenai tema-tema fantasi
yang ada dalam komunikasi kelompok
perempuan penggemar batu akik. Dengan
demikian penarikan kesimpulan dapat
ditarik oleh penulis sebagai intisari dari
semua penelitian yang telah dilakukan oleh
penulis
3. Pembahasan
Komunikasi dalam kelompok kecil pada
dasarnya mampu memberikan kontribusi
ruang bagi anggotanya untuk ikut
berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan
kelompok. Sangat berbeda dengan kondisi
kelompok yang lebih besar diamana ruang
bagi anggota sangatlah sempit sehingga
sangat kecil kesempatan bagi anggota
untuk saling berinteraksi.
Kondisi
komunikasi
pada
kelompok
penggemar batu akik juga lebih intensif
mengingat anggota dari kelompok yang
tidak terlalu banyak sehingga pesan-pesan
terus mengalir seperti yang terjadi pada
komunikasi antarpribadi dengan tingkat
hubungan yang intim. Pesan-pesan yang
dibagikan memiliki muatan-muatan emosi
dengan kesan persahabatan yang kental.
Dalam komunikasi yang dibangun oleh
kelompok perempuan penggemar batu
akik, anggota kelompok memberikan
selingan berupa senda gurau juga lelucon
untuk mengurangi kejenuhan dalam
berkomunikasi. Sesuai dengan teori
Bormann, lelucon atau joke juga ceritacerita narasi yang membentuk rantai fantasi
akan menimbulkan rasa kepercayaan diri
anggota kelompok sehingga anggota
merasakan kedekatan antar anggota seta
hubungan yang semakin erat.
792
ISBN: 978-602-61242-0-3
Dalam kelompok perempuan penggemar
batu akik, anggota membuat kesepakatan
dalam penggunaan simbol-simbol baik
verbal maupun nonverbal. Selanjutnya
tema fantasi diekspresikan dalam sebuah
ungkapan (pharase), kalimat (sentence),
atau sebuah paragrap. Terkadang, anggota
kelompok komunikasi perempuan batu akik
juga mengembangkan isyarat simbolik
(symbolic cue) yang merupakan sebuah
kode, ungkapan, slogan, atau sebuah
ungkapan verbal lainnya juga gesture yang
telah disepakati bersama makna dari
isyarat tersebut.
Analisis Tema Fantasi
Dari hasil pengamatan informal di
lapangan, penulis menemukan setidaknya
terdapat tiga tema fantasi yang ada dalam
komunikasi kelompok perempuan batu akik.
Ketiga tema fantasi tersebut adalah (1)
aksesoris
alternatif,
(2)
pengukuh
hubungan persaudaraan, (3) budaya dan
kepercayaan.
Tema fantasi aksesoris alternatif dipilih oleh
penulis berdasarkan rangkaian rantai
fantasi pengalaman yang dilakukan oleh
masing-masing
anggota
kelompok
perempuan
penggemar
batu
akik.
Percakapan yang dilakukan secara santai
menghasilkan fantasi-fantasi tentang harga
batu akik yang yang diuraikan dalam
bentuk narasi juga penjelasan. Simbol
nonverbal juga mengikuti percakapan yang
dilakukan dengan adanya ritme dan nada
yang
semakin meningkat menandakan
keinginan dari anggota untuk ikut terlibat
dalam percakapan.
Anggota kelompok mengaku banyak faktor
yang dapat dijadikan alasan dalam memilih
perhiasan dari batu mulia ini. Selain dari
jenis batunya yang sangat beragam, model
perhiasan yang menggunakan batu akik
juga telah banyak divariasikan sehingga
perempuan tidak perlu khawatir dengan
model batu akik yang kuno atau norak.
Pengrajin perhiasan batu akik kini telah
memperhatikan model perhiasan yang
cocok digunakan oleh perempuan dengan
membuat kreasi pada batu akik sehingga
perempuan
dapat
tetap
cantik
menggunakan batu akik dan jauh dari kata
kuno ataupun norak. Warna-warna terang
yang menarik seperti spirtus, merah delima
juga warna ungu menjadi warna-warna
feminim yang direkomendasikan untuk
kaum perempuan. Kesan norak ataupun
kuno tidak lagi dirasakan oleh anggota
kelompok perempuan penggemar batu
akik. Perhiasan-perhiasan yang terbuat dari
KNiST, 30 Maret 2017
batu akik ini justru menambah rasa percaya
diri anggota untuk tampil di tengah-tengah
masyarakat. Dengan warna-warna yang
beraneka
ragam,
perempuan
dapat
memadu padankan aksesoris batu akik
sesuai dengan pakaian yang sedang
dikenakan.
Gambar 1.
Informan sedang bergaya dengan batu akik
Sumber: dokumentasi pribadi
Selain variasi pada model perhiasan, batu
akik juga memiliki banyak variasi pada
harga. Setiap jenis batu akik memiliki
harganya sendiri-sendiri mulai dari harga
yang relatif murah untuk jenis batu akik
yang mudah dijumpai hingga harga yang
paling mahal untuk jenis batu akik yang
sulit ditemukan atau termasuk dalam daftar
batu yang langka. Dengan demikian
penggemar batu akik bisa lebih leluasa
untuk memilih perhiasan yang terbuat dari
batu akik sesuai dengan budget dan
kebutuhan perhiasan batu akik yang
diinginkan.
Faktor-faktor tersebutlah yang menjadi
karakteristik retoris dari tema fantasi
aksesoris
alternatif
ini.
Informan
mengambarkan bahwa batu akik masih
bisa menjadi alternatif perhiasan yang tidak
kalah menarik dari perhiasan lain seperi
emas, permata ataupun berlian yang
harganya jauh lebih mahal. Meski terdapat
pula harga batu akik yang bersaing dengan
harga perhiasan-perhiasan dengan harga
mahal
tersebut,
anggota
kelompok
perempuan penggemar batu akik masih
bisa memilih perhiasan dengan batu akik
yang harganya bisa lebih terjangkau dan
sesuai dengan kebutuhan. Hal tersebut
tergambarkan
pada
fantasi
anggota
kelompok dengan rangkaian perumpamaan
jika memiliki sejumlah uang yang setara
dengan harga batu akik yang terlampau
mahal. F2 menggambarkan jumlah uang
tersebut dapat digunakan untuk membeli
rumah bagi seluruh anggota keluarganya
793
ISBN: 978-602-61242-0-3
daripada
digunakan
untuk
membeli
perhiasan batu akik. Sedangkan F3
menggambarkannya
untuk
membeli
sejumlah bahan pokok untuk keperluan
rumah tangganya selama berbulan-bulan.
Tema Fantasi: Pengukuh Hubungan
Persaudaraan
Pada tema fantasi pengukuh hubungan
persaudaraan ini banyak ditunjukkan
dengan perilaku nonverbal yang dilakukan
oleh
anggota
kelompok.
Proses
pengenalan koleksi baru batu akik dari
salah satu anggota dengan saling
menempelkan batu yang sedang dipakai
menjadi ritual rutin untuk mengenalkan
koleksi batu akik salah satu anggota
kepada anggota lainnya. Dalam proses
pengenalan ini terlihat masing-masing
anggota saling menunjukkan jati dirinya dan
eksistensi sebagai anggota agar tetap
mendapat pengakuan dari anggota lainnya.
Gambar 2.
Ritual tempel batu akik untuk jenis batu akik baru
Sumber: dokumentasi pribadi
Dari kegiatan inilah yang tanpa sadar telah
mendekatkan anggota untuk memiliki satu
rasa yang sama dalam kelompok
perempuan penggemar batu akik. Simbol
nonverbal
yang
dilakukan
dengan
menempelkan masing-masing batu akik
yang dipakai sangat bermakna bagi
anggota. Seperti halnya dengan kebiasaan
berjabat tangan yang dilakuakn oleh
seseorang ketika bertemu. Kedua kegiatan
tersebut seolah menjadi kegiatan yang
dilakukan secara sadar yang dapat
berfungsi sebagai ungkapan keakraban,
saling menghormati dan juga saling
mengakui.
Fungsi batu akik dalam kelompok
perempuan penggemar batu akik ini
mampu mendekatkan anggota menjadi satu
keluarga baru dalam kelompok. Selain
dengan ritual menempelkan batu tersebut,
komunikasi yang dilakukan anggota juga
KNiST, 30 Maret 2017
terjadi. Yaitu dengan berbagi informasi batu
akik yang baru kepada anggota lainnya.
Sehingga anggota kelompok selain merasa
diakui dalam cara ritual pengenalan, juga
sekaligus mendapatkan informasi baru
tentang batu akik.
Tema Fantasi : Budaya dan Kepercayaan
Indonesia telah terkenal sebagai negara
dengan seribu budayanya. Letak geografis
negara Indonesia yang berbentuk kepuluan
telah
menghasilkan
keberagaman
kelompok dan komunitas suku di tanah air.
Setiap daerah memiliki ciri khas baik dari
segi bahasa, makanan, norma dan adat
istiadatnya masing-masing. Tren budaya
batu akik akhir-akhir ini juga turut
meramaikan
kebudayaan
daerah
Indonesia. Seperti dalam percakapan yang
dilakukan
oleh
anggota
kelompok
perempuan penggemar batu akik diatas,
batu akik yang telah membudaya di tengahtengah masyarakat kini telah menjadi ciri
khas daerah bahkan menjadi identitas bagi
sebuah daerah. Kini dengan adanya
perhiasan batu akik masyarakat bisa
mengenal lebih banyak tentang kekayaan
dan keberagaman suatu daerah di
Indonesia.
Komunikasi dan budaya merupakan dua
hal yang saling mengiringi satu sama lain
dan tidak dapat dipisahkan. Setiap budaya
membutuhkan
komunikasi
untuk
menunjukkan eksistensi dari kebudayaan
tersebut agar tetap terjaga kelestariannya
pada generasi berikutnya. Tanpa adanya
komunikasi, budaya tersebut akan lenyap
bahkan tidak dikenal oleh orang lain. Begitu
juga sebaliknya, masyarakat dalam suatu
daerah yang melakukan komunikasi dan
berinteraksi dengan manusia lainnya akan
membawa unsur-unsur budaya baik dari
dirinya maupun unsur budaya dari
kelompoknya.
Trend batu akik akhir-akhir ini mengalami
beberapa perbedaan dengan trend batu
akik sebelumnya. Dahulu pemakai dan
penggemar batu akik hanyalah kaum lelaki
yang percaya dengan hal-hal yang berbau
mistis. Kini penggemarnya menjadi lebih
universal hampir mencakup seluruh lapisan
masyarakat.
Termasuk
kelompok
perempuan penggemar batu akik ini,
membuktikan bahwa batu akik telah
menjadi budaya universal yang tidak lagi
memandang gender, derajat atau tingkat
pendidikan.
Dari ketiga tema fantasi yang telah
dijelaskan oleh penulis sebelumnya,
konvergensi simbolik jelas terbentuk dari
794
ISBN: 978-602-61242-0-3
komunikasi yang dilakukan oleh seluruh
anggota kelompok perempuan penggemar
batu akik. Komunikasi yang dilakukan
menggunakan kata-kata berdasarkan pada
pengetahuan dan pengalaman yang
diperoleh
masing-masing
anggota
kemudian menjadi realitas bersama.
Realitas tersebut diterangkan dengan
adanya rangkaian narasi dan cerita-cerita
yang menerangkan bagaimana sesuatu
harus dipercaya oleh orang-orang yang
terlibat didalamnya. Berikut gambaran
bagaimana tema fantasi terbentuk pada
komunikasi
kelompok
perempuan
penggemar batu akik:
Gambar 3
Proses terbentuknya tema fantasi pada kelompok
perempuan penggema batu akik
Isyarat Simbolik atau Joke
Pada
Komunikasi
Kelompok
Perempuan
Penggemar Batu Akik
Isyarat simbolik yang lain terdapat pada
tema fantasi budaya dan kepercayaan yaitu
“dukun cinta”. Disini anggota kelompok
perempuan
penggemar
batu
akik
mendramatisir
tentang
kepercayaan
sebagian orang terhadap batu akik. Pamor
batu akik pada masa lampau selalu
dikaitkan dengan kegiatan kedukunan dan
benda-benda mistis. Anggota kelompok
perempuan penggemar batu akik tidak ingin
pamor tersebut terus melekat karena pada
trend batu ini pemakai batu akik tidak lagi
orang-orang yang mempercayai kekuatan
gaib layaknya seorang dukun. Sehingga
kata dukun pada kelompok perempuan
penggemar batu akik diplesetkan menjadi
“dukun cinta”. Makna yang terkandung
dalam kata-kata tersebut juga bukan
merupakan makna sebenarnya.
Hal
tersebut lebih merujuk pada penampilan
feminim seorang perempuan dengan
perhiasan batu akik.
Gambar 4.
Kelakar atau joke dalam komunikasi kelompok
perempuan penggemar batu akik
Visi Retorik Pada Komunikasi Kelompok
Perempuan Penggemar Batu Akik
Terdapat dua visi retorik yang ada dalam
dua tema fantasi yaitu visi retorik “mother of
gemstone” yang terdapat pada tema fantasi
budaya dan kepercayaan serta “ritual
tempel batu akik” pada tema fantasi
pengukuh
hubungan
persaudaraan.
“Mother of gemstone” merupakan kata lain
yang digunakan oleh anggota kelompok
perempuan penggemar batu akik untuk
menyebutkan nama jenis batu Kalimaya.
Kata tersebut digunakan untuk mewakili
keunikan dan kandungan alam yang dimiliki
oleh batu jenis Kalimaya. Kandungan alam
yang terdapat pada batu ini merupakan
gabungan dari semua kandungan yang ada
pada batu jenis lainnya sehingga Kalimaya
disebut juga “mother of gemstone” oleh
kelompok perempuan penggemar batu
akik.
Visi retorik pada tema fantasi pengukuh
hubungan persaudaraan berupa “ritual
tempel batu akik” lebih menunjukkan
adanya visi retorik dengan ungkapan
nonverbal yang dilakukan oleh anggota
ketika menyambut dan memperkenalkan
batu akik jenis baru pada anggota
kelompok perempuan batu akik. Kegiatan
tempel batu akik ini dilakukan atas
kesadaran dari masing-masing anggota
untuk dapat saling mengakui keberadaan
anggota dalam kelompok perempuan
penggemar batu akik. Visi retorik tersebut
telah dipahami oleh semua anggota dan
menjadi realitas bersama dalam kelompok
yang selanjutnya dikenalkan pada individu
lain diluar kelompok.
Gambar 5
KNiST, 30 Maret 2017
795
ISBN: 978-602-61242-0-3
Visi retorik dalam komunikasi kelompok
perempuan penggemar batu akik
Setiap tema fantasi yang terjadi pada
komunikasi
kelompok
perempuan
penggemar batu akik memiliki masingmasing karakteristik retoris yang berbeda
antara tema satu dengan tema yang
lainnya. Pada tema fantasi aksesoris
alternatif, obrolan yang dilakukan sangatlah
santai, pola komunikasi yang dilakukan
juga terbuka dan akrab. Isyarat simbolik
yang muncul bersifat verbal yaitu ”ga’ perlu
mahal buat cantik dan sehat”. Obrolan
tersebut dilakukan dengan penuh narasi
dan disertai dengan perumpamaan dari
para anggota mengenai harga batu akik
yang terlalu mahal. Masing-masing anggota
mengemukakan persepsi dan opininya
masing-masing
yang
kemudian
mendapatkan
kesamaan
kesepakatan
setelah melakukan obrolan tersebut bahwa
batu akik masih bisa menjadi alternatif
perhiasan yang dapat dipilih oleh kaum
perempuan
untuk
melengkapi
penampilannya.
Karakteristik retoris pada tema fantasi
pengukuh hubungan persaudaraan isyarat
simbolik lebih ditonjolkan pada perilaku
nonverbal dari masing-masing anggota.
Obrolan yang dilakukan santai akan tetapi
penuh semangat dari anggota yang
menyambut adanya jenis batu akik baru di
tengah-tengah
kelompok
perempuan
penggemar batu akik. Perilaku nonverbal
yang dilakukan oleh anggota disebut
dengan istilah “ritual tempel batu akik”.
Suasana keakraban sangat kental ketika
para anggota saling menempelkan batu
akik yang sedang dikenakan. Pengakuan
dari masing-masing anggota tentang
eksistensi anggota pada kelompok sangat
terasa pada ritual ini.
Pada
tema
fantasi
Budaya
dan
Kepercayaan, isyarat simbolik terlihat dari
ungkapan verbal dari anggota pada obrolan
yang santai dan penuh dengan sendau
gurau yaitu dengan adanya joke atau
lelucon mengenai persepsi batu akik pada
masyarakat dahulu yang selalu dikaitkan
dengan hal-hal yang berbau kedukunan.
Karena pengguna batu akik dalam
kelompok perempuan penggemar batu akik
seluruhnya merupakan kaum perempuan,
anggota
kelompok
kemudian
menggambarkan bahwa penggemarnya
pada masa sekarang lebih cocok disebut
dengan istilah “dukun cinta” daripada dukun
KNiST, 30 Maret 2017
yang memiliki kekuatan magis karena
penampilannya yang lebih percaya diri dan
lebih menarik dengan adanya perhiasan
dari batu akik.
Dalam tema fantaasi budaya dan
kepercayaan juga terdapat visi retorik
berupa simbol verbal yang digunakan oleh
anggota kelompok yaitu “mother of
gemstone”. Simbol ini digunakan untuk
mengungkapkan kekaguman anggota pada
salah satu jenis batu akik yang memiliki
kandungan alam dan manfaat yang sangat
kompleks yaitu meliputi semua kandungan
yang ada dalam batu akik lainnya.
Untuk mempermudah dalam memahami
karakteristik retoris dari masing-masing
tema fantasi tersebut, penulis menyajikan
datanya dalam sebuah tabel sebagai
berikut;
Tabel 4.1
Karakteristik Retoris Tema-Tema Fantasi
Kelompok Perempuan Penggemar Batu Akik
4. Simpulan
Setelah melakukan penelitian ini penulis
dapat menarik beberapa kesimpulan, yaitu;
1.
Kelompok
kecil
perempuan
penggemar batu akik merupakan
sebuah wadah bagi anggota kelompok
untuk
saling
berinteraksi
dan
mempertemukan pikiran. Simbol-simbol
verbal dan nonverbal yang saling
dibagikan memberikan penafsiran dan
persamaan
makna
sehingga
kefektifitasan
komunikasi
dalam
kelompok ini mudah tercapai. Tematema fantasi dapat ditarik dari bentuk
komunikasi yang dilakukan dalam
sebuah kelompok kecil yang memiliki
intensitas komunikasi yang lebih
intensif. Terdapat tiga tema fantasi
yang ada dalam komunikasi kelompok
perempuan penggemar batu akik, yaitu
796
ISBN: 978-602-61242-0-3
tema fantasi aksesoris alternatif, tema
fantasi
pengukuh
hubungan
persaudaraan serta tema fantasi
budaya dan kepercayaan.
2.
Budaya batu akik yang tampil
sebagai budaya populer membawa
kaum perempuan untuk ikut serta
melestarikan budaya yang sedang
populer ditengah-tengah masyarakat.
Selain itu batu akik juga memiliki
makna berbeda bagi kaum perempuan
yang tergabung dalam kelompok
dimana batu akik tidak hanya berfungsi
sebagai perhiasan semata akan tetapi
dapat menjadi batu terapi yang
bermanfaat bagi kesehatan tubuh serta
sebagai alat untuk mengkomunikasikan
budaya dari generasi ke generasi
selanjutnya.
3.
Dengan adanya tema fantasi dari
hasil komunikasi yang dilakukan oleh
kelompok perempuan penggemar batu
akik, tema-tema tersebut mampu
menciptakan komunikasi yang lebih
empatik
lebih
mengutamakan
kepentingan
kelompok
daripada
kepentingan pribadi anggota.
Referensi
Cutlip, Center dan Broom. 2009. Effective
Public Relations. Jakarta: Kencana
Media Group.
Kasali, Rhenals.2008. Management Public
Relations. Jakarta: Grafiti.
KNiST, 30 Maret 2017
Laksamana, Agung.2010. Internal Public
Relations.
Jakarta:
penerbit
Republika.
Maddy,
Khairul. 2009. Hakikat dan
Pengertian
Pelayanan
Prima.
Jakarta: Kata Buku
Mukarom, Zainal dan Muhibudin Wijaya
Laksana. 2015. Manajemen Public
Relations. Jakarta: Pusaka Setia.
Morissan.
2008.
Manajemen
Public
Relations: Strategi Menjadi Humas
Profesional. Jakarta: Kencana.
Ruslan, Rosady. 2007. Kiat dan Strategi
Kampanye
Public
Relations.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Saputra, Wahidin dan Rulli Nasrullah. 2011.
Public Relations 2.0: Teori dan
Praktik Public Relations di Era
Cyber. Depok: Gramata Publishing.
Setyobudi, Ismanto dan Daryanto. 2014.
Konsumen dan Pelayanan Prima.
Jakarta: Gava media.
Suhandang, Kustadi. 2012. Studi Dan
Penerapan
Public
Relations
Pedoman
Kerja
Perusahaan.
Bandung: Nuansa Cendikia.
797
Download