BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kontribusi sektor

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kontribusi sektor industri pengolahan memberikan peranan besar
terhadap PDB selama tahun 1994 hingga tahun 2004. Berdasarkan data BPS,
pada tahun 1994 sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar
23,3% dan mengalami peningkatan sebesar 28,1% pada tahun 2004.
Peningkatan kontribusi ini tidak bertahan lama akibat adanya krisis ekonomi
dunia yang berdampak pada perekonomian Indonesia. Selama rentang waktu
2005-2009 terjadi penurunan kontribusi tersebut terhadap PDB, dimana pada
tahun 2007 memberikan kontribusi sebesar 27,1% dan mengalami penurunan
pada tahun 2009 menjadi 26,4%.
Krisis ekonomi dunia berdampak langsung bagi perekonomian
Indonesia, nilai tukar rupiah yang merosot tajam menyebabkan peningkatan
harga kebutuhan bahan baku industri pengolahan. Pada saat krisis ekonomi,
sektor industri pengolahan banyak mengalami penurunan dalam kinerjanya,
termasuk industri kerajinan perak di Kotagede. Kawasan Kotagede termasuk
salah satu industri sentra kerajinan yang telah berkembang pesat di
Yogyakarta dan telah menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun
mancanegara. Krisis ekonomi global yang terjadi di dunia menyebabkan
dampak bagi dinamika pasar kerajinan logam Kotagede.
Krisis ekonomi terjadi pada tahun 1997 menyebabkan harga bahan
baku yang relatif murah menyebabkan kerajinan perak Kotagede mampu
bersaingan dengan kerajinan perak dunia. Jumlah produksi kerajinan perak
dalam jumlah besar mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja. Pengusaha
perak menyampaikan bahwa hampir setiap warga Kotagede merupakan
pengrajin perak. Pemberian upah yang tinggi kepada pengrajin perak pada
masa lalu menyebabkan sebagian besar warga Kotagede menggantungkan
hidup sebagai pengrajin perak. Semakin banyak jumlah produk yang
dihasilkan semakin tinggi pula jumlah upah yang akan diterima oleh tenaga
kerja. Perkembangan industri mengalami tekanan krisis setelah tahun 1997,
dimana banyak terjadi penurunan kapasitas produksi dan pengurangan jumlah
perusahaan.
Pengrajin perak Kotagede pada pada periode ini mengalami berbagai
masalah yang dihadapi tidak hanya sebatas pada krisis ekonomi dunia, namun
diikuti dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), travel warning
atau larangan berkunjung ke Indonesia yang diberlakukan oleh pemerintah
Amerika Serikat, serta krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat. Nilai
tukar rupiah yang sempat menembus level Rp 10.000,-. Nilai tukar yang kian
melemah mempengaruhi neraca ekspor kerajinan perak ke seluruh dunia.
Dampak dari nilai tukar yaitu tingginya biaya produksi akibat kenaikan harga
secara keseluruhan. Kenaikan harga bahan baku perak tidak diimbangi dengan
kemampuan daya beli pengrajin, sehingga berakibat pada turunnya jumlah
produksi
kerajinan
perak
Kotagdede.
Lonjakan
harga
pasar
juga
mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat, akibatnya permintaan akan
kerajinan perak menurun dan menyebabkan para pengrajin mengurangi jumlah
produksinya. Pengurangan jumlah produksi ini akhirnya berdampak pada
pengurangan jumlah tenaga kerja. Situasi seperti ini diperparah dengan banyak
pengusaha perak yang menutup gerainya akibat tidak mampu bertahan di
tengah krisis ekonomi yang berakibat menurunnya jumlah produksi yang
dipasarkan.
Booming permintaan batu akik pada beberapa tahun terakhir yang
terjadi pada masyarakat dijadikan alternatif oleh industri kerajinan perak
Kotagede untuk meningkatkan produksinya. Perkembangan jaman menjadikan
cincin bermata batu akik yang sudah ada sejak dulu dan kini memasuki masa
keemasannya. Masa ini menjadikan cincin batu akik menjadi fenomena
tersendiri. Lantas fenomena itu tidak hanya digandrungi oleh kalangan usia tua
saja, tetapi juga merambah pada kalangan usia muda yang kini tidak malu atau
canggung memamerkan salah satu aksesoris jari tersebut. Beberapa tahun lalu
hanya segelintir orang atau beberapa kalangan saja yang gemar menggunakan
batu cincin. Kegemaran itu juga terkadang didasari oleh kelenik atau
kepercayaan terhadap kekuatan–kekuatan magis yang tidak masuk akal.
Seiring berjalannya waktu kepercayaan–kepercayaan tersebut mulai bergeser
dan mengarah ke arah fashion. Saat ini para pengguna batu cincin lebih
mementingkan penampilan mereka dibanding kepercayaan terhadap kelenik.
Hingga pertengahan tahun 2014 peminat pengguna batu cincin meningkat
tajam mulai dari kalangan dewasa sampai remaja berumur belasan tahun.
Fenomena ini secara kasat mata dapat dilihat dari maraknya produsen
cincin akik yang memajang dagangannya di pertokoan sepanjang jalan
Kotagede. Para pengusaha kerajinan perak kemudian menggunakan periode
ini untuk meningkatkan kegiatan produksinya. Kegiatan produksi yang
dilakukan oleh industri kerajinan perak Kotagede untuk pembuatan cicin akik
memerlukan beberapa faktor pendukung, seperti modal, bahan baku, upah dan
tenaga kerja.
Kebutuhan modal membawa peran penting dalam menjalankan
kegiatan produksi cincin akik. Modal membawa pengaruh positif terhadap
produksi yang dihasilkan, dimana setiap penambahan modal 1 rupiah mampu
meningkatkan jumlah produksi (Cahyadin, 2012). Modal yang dimiliki oleh
suatu industri pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah produk yang
dihasilkan. Adrianto (2013) memberikan pendapat yang berbeda dari teori
sebelumnya, yaitu modal tidak berpengaruh terhadap kegiatan produksi.
Bahan baku merupakan bahan dasar yang digunakan untuk
memproduksi suatu barang melalui proses transformasi dari bahan mentah
menjadi barang jadi. Bahan baku berpengaruh terhadap hasil produksi cincin
akik secara optimal, dengan bertambahnya penggunaan bahan baku maka akan
meningkatkan jumlah produk yang dihasilkan.
Upah merupakan pemberian kepada tenaga kerja dalam suatu kegiatan
produksi sebagai imbalan atau balas jasa dari para produsen kepada tenaga
kerja atas prestasinya dalam kegiatan produksi. Sistem pengupahan harus adil
dan
kompetitif
agar
pekerja
termotivasi
dan
dapat
meningkatkan
kesejahteraannya. Rinaldi (2007) menyebutkan bahwa semakin produktif
tenaga kerja, maka upah yang diterima tinggi. Kenaikan upah disebabkan
karena banyaknya hasil produksi yang dihasilkan oleh tenaga kerja dalam
kegiatan produksinya sehingga mampu menambah pendapatan suatu
perusahaan. Fadlillah (2012:9) justru memberikan tanggapan sebaliknya,
dimana kenaikan tingkat upah memberikan pengaruh negatif terhadap
kegiatan produksi. Peningkatan upah akan menambah biaya produksi yang
berakibat naiknya harga per unit barang yang diproduksi, akibatnya banyak
produksi barang yang tidak terjual dan produsen akan menurunkan jumlah
produksi. Penurunan jumlah produksi akan mengakibatkan pengurangan
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
Produksi tidak akan mampu berjalan dengan baik tanpa ada modal
manusia atau tenaga kerja dalam setiap kegiatannya (Ruch dkk, 1992). Tenaga
kerja akan memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan efisiensi
pengolahan dalam kegiatan industri. Pendapat yang berlawanan diungkapkan
oleh Cahyadin (2012), dimana tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap
kenaikan industri pakaian jadi karena dalam proses kegiatan produksinya telah
menggunakan teknologi modern yang menggantikan peran manusia.
Perusahaan lebih memilih menggunakan tenaga kerja freelance yang tidak
mempengaruhi pengeluaran biaya tenaga kerja dalam jangka panjang.
Pendapat tersebut sulit diaplikasikan bagi kerajinan perak Kotagede yang
masih menggunakan metode tradisional dalam kegiatan produksi. Tenaga
kerja manusia masih sangat dibutuhkan dalam kegiatan produksi, sehingga
dengan bertambahnya tenaga kerja mampu meningkatkan produk yang
dihasilkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh modal, bahan baku, upah dan tenaga kerja terhadap
hasil produksi cincin akik pada industri kerajinan perak di Kotagede?
2. Apakah variabel yang memberikan pengaruh dominan terhadap hasil
produksi cincin akik pada industri kerajinan perak di Kotagede?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan modal, bahan baku,
upah dan tenaga kerja terhadap hasil produksi cincin akik pada industri
kerajinan perak di Kotagede.
2. Untuk mengetahui variabel mana yangmemberikan pengaruh dominan
terhadap hasil produksi cincin akik pada industri kerajinan perak di
Kotagede.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Praktis :
a. Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi kegiatan produksi cincin akik pada industri
kerajinan perak di Kotagede sehingga mampu mengembangkan
usahanya dan meningkatkan hasil produksi untuk menyerap lebih
banyak tenaga kerja.
b. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah
Kota Yogyakarta dalam membuat regulasi dan kebijakan tentang
industri kecil dan menengah pada sektor industri kreatif pada
kerajinan perak di Kotagede agar dapat berkembang secara maksimal
dan mampu menciptakan lapangan kerja.
Download