BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu menghadapi banyak permasalahan. Permasalahan-permasalahan itu tentu saja tidak semuanya merupakan permasalahan matematis, namun matematika memiliki peranan yang sangat sentral dalam menjawab permasalahan keseharian itu1. Dalam Surani, adanya perubahan cepat dan pesat yang terjadi dalam berbagai bidang seperti politik/ketatanegaraan, ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi akan membawa dampak dalam proses pembelajaran. Seiring dengan adanya perubahan yang pesat ini, lembaga pendidikan memiliki peran sentral dalam membantu peserta didik baik secara individual maupun kolektif agar mampu hidup secara produktif ditengah masyarakat dengan berbagai permasalahan atau problema yang dihadapinya. Karena dengan adanya perubahan tadi maka secara otomatis permasalahan atau problema yang ditemui dalam kehidupan juga semakin komplek.2 Pendidikan kita selama ini berjalan dengan verbalistik dan berorientasi semata-mata kepada penguasaan mata pelajaran. Pengamatan terhadap praktek 1 Herman Suherman, et.all., Strategi Pembelajaran matematika Kontemporer .(Bandung:UPI,2003), hal 65 2 Surani, Efektifitas model Pembelajaran Berbasis masalah Terhadap Kecakapan Matematika Pada Pokok Bahasan Segiempat Sebagai Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 21 Semarang Tahun Pelajaran 2006/200.(Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Negeri Semarang: Skripsi tidak diterbitkan,2007). hal 1. 1 2 pendidikan sehari-hari menunjukkan bahwa pendidikan difokuskan agar siswa menguasai informasi yang terkandung dalam materi pelajaran dan kemudian dievaluasi dari seberapa jauh penguasaan itu dicapai oleh siswa. Seakan-akan pendidikan bertujuan untuk menguasai matapelajaran. Bagaimana keterkaitan materi ajar dengan kehidupan sehari-hari dan bagaimana materi tersebut dapat digunakan untuk memecahkan problema kehidupan, kurang mendapat perhatian. Pendidikan seakan terlepas dari kehidupan keseharian, seakan-akan pendidikan untuk pendidikan atau pendidikan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu siswa tidak mengetahui manfaat apa yang dipelajari dan sampai lulus seringkali tidak tahu bagaimana menggunakan apa yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi. Bertolak dari masalah tersebut, kiranya perlu dilakukan langkah-langkah agar pendidikan dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup, yaitu kemampuan dan keberanian menghadapi problema kehidupan, kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya. Pendidikan yang dapat mensinergikan berbagai mata pelajaran menjadi kecakapan hidup yang diperlukan seseorang, di manapun ia berada, bekerja atau tidak bekerja, apapun profesinya. Dengan bekal kecakapan hidup yang baik, diharapkan para lulusan akan mampu memecahkan problema kehidupan yang dihadapi, termasuk mencari atau menciptakan pekerjaan bagi mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya.3 3 Dalam http://bbawor.blogspot.com/2009/02/peran-guru-dalam-membangun-life-skill.html, diakses 23 Desember 2009. 3 Memasuki era globalisasi di abad XXI diperlukan suatu paradigma baru dalam sistem Pendidikan dunia, dalam rangka mencerdaskan umat manusia dan memelihara persaudaraan. Pemikiran tersebut telah disadari oleh UNESCO yang mengintegrasikan empat pilar pembelajaran,4 yaitu program pembelajaran yang diberikan hendaknya mampu memberikan kesadaran kepada masyarakat sehingga mau dan mampu belajar (learning know or learning to learn). Bahan belajar yang dipilih hendaknya mampu memberikan suatu pekerjaan alternatif kepada peserta didiknya (learning to do), dan mampu memberikan motivasi untuk hidup dalam era sekarang dan memiliki orientasi hidup ke masa depan (learning to be). Pembelajaran tidak cukup hanya diberikan dalam bentuk keterampilan untuk dirinya sendiri, tetapi juga keterampilan untuk hidup bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan hidup dalam pergaulan antar bangsa-bangsa dengan semangat kesamaan dan kesejajaran (learing to live together).5 Pendidikan yang menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, mencakup komponen pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kemandirian, kreatifitas, kesehatan, akhlak, ketakwaan, dan kewarganegaraan. Sedangkan implikasi penerapan pendidikan adalah perlunya pengembangan silabus dan sistem penilaian yang menjadikan peserta didik mampu 4 Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup(Life Skills Education). (Bandung: Alfabeta,2004), hal.5 5 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan Inovasi.( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2006),hal. 5 4 mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar yang ditetapkan dengan mengintegrasikan life skill.6 Berkaitan dengan hal tersebut, maka proses pembelajaran menuntut adanya pengalaman belajar yang berupa kecakapan hidup (life skill). Kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang dalam menghadapi problema kehidupan dengan tanpa merasa tertekan dan secara aktif dan kreatif mencari solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Kecakapan hidup secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu kecakapan hidup yang bersifat umum (general life skill / GLS) dan kecakapan hidup yang bersifat spesifik (spesific life skill / SLS). GLS merupakan kecakapan yang diperlukan oleh siapapun, sedangkan SLS merupakan kecakapan yang diperlukan seseorang untuk menghadapi problema pada bidang khusus. SLS ini sering juga disebut sebagai kompetensi teknis. Dalam kehidupan nyata antara GLS dan SLS tidak berungsi secara terpisah, namun melebur menjadi satu tindakan individu yang melibatkan aspek fisik, mental, emosional dan intelektual.7 Departemen Pendidikan Nasional (2002) mengemukakan life skill yang dimaksud meliputi general skills dan specific skill. General skill terdiri dari 1) self awareness (kesadaran diri) yang terdiri dari: a) penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga Negara, dan b) menyadari 6 Departemen Pendidikan Nasional.2003.Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Kurikulum 2004. 7 Senam, et.all,.Efektifitas Pembelajaran Kimia untuk Siswa SMA Kelas XI dengan Menggunakan LKS Kimia Berbasis Life Skill.(Jurnal Pendidikan pengembangan Kurikulum dan Teknologi Pembelajaran.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman Samarinda Kalimantam Timur. Didaktika,Volume 9 Nomor 3 Tidak diterbitkan,2008).hal 282 5 dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. 2) thinking skill (keterampilan berfikir), yang meliputi: a) kecakapan menggali dan menemukan informasi, b) kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan, dan c) kecakapan memecahkan masalah. 3) social skills (keterampilan sosial), meliputi: a) kecakapan berkomunikasi dengan empati, dan b) kecakapan bekerjasama. Sedangkan spesific skills terdiri dari: 1) academic skills (keterampilan akademik), meliputi: a) kecakapan mengidentifikasi variabel dan menjelaskan hubungan antar variabel tersebut, b) kecakapan merumuskan hipotesis, dan c) kecakapan merancang dan melaksanakan penelitian. 2) vocational skill (keterampilan kejuruan) merupakan kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu.8 Tekanan jenis-jenis life skill ini berbeda pada jenjang yang berbeda. Untuk SD dan SMP life skill yang dikembangkan lebih menekankan pada general skill sedangkan pada SMA tekanannya pada academic skills .9 Life skills atau kecakapan hidup ini harus dimunculkan dalam setiap kegiatan di sekolah. Adapun tujuan dari pengembangan kecakapan hidup siswa ini adalah sebagai berikut: 1) mengaktualisasi potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi. 2) memberikan wawasan yang luas dalam mengembangkan karier memberikan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. 3) memberikan kesempatan kepada 8 Irma Yulia Basri. Peningkatan Keaktifan, Kreativitas, dan Kompetensi Mahasiswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Life Skill.(Jurnal Kajian Teori dan Praktik Pendidikan.Universitas Negeri Padang Sumatera Barat. Jurnal Tahun ke-34 Nomor 2 Tidak Diterbitkan, 2007).hal 153 9 Depdiknas.2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Kurikulum 2004. 6 sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas. 4) pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah. 5) mengembangkan potensi manusiawi peserta didik menghadapi perannya dimasa mendatang.10 Secara umum manfaat pendidikan berorientasi pada kecakapan hidup bagi peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat, maupun sebagai warga negara. Jika hal itu dapat dicapai, maka faktor ketergantungan terhadap lapangan pekerjaan yang sudah ada dapat diturunkan, yang berarti produktivitas nasional akan meningkat secara bertahap.11 Pembelajaran matematika oleh sekolah di Indonesia sejauh ini masih didominasi oleh pembelajaran konvensional dengan paradigma mengajarnya. Siswa diposisikan sebagai obyek, siswa dianggap tidak tahu atau belum tahu apaapa, sementara guru memposisikan diri sebagai sumber yang mempunyai pengetahuan. Guru ceramah dan menggurui, otoritas tertinggi adalah guru. Penekanan yang berlebihan pada isi dan materi diajarkan secara terpisah-pisah. Materi pembelajaran matematika diberikan dalam bentuk jadi. Dan, semua itu terbukti tidak berhasil membuat siswa memahami dengan baik apa yang mereka 10 Malik Fajar, Pendidikan Life Skill. Dalam http://ahmadasen.wordpress.com/2002/01/26/pendidikan-life-skill/. Diakses 27 Oktober 2009 11 Dalam http://bbawor.blogspot.com/2009/02/peran-guru-dalam-membangun-life-skill.html, diakses 23 Desember 2009. 7 pelajari. Penguasaan dan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika lemah karena tidak mendalam. Hal ini berakibat, prestasi belajar matematika siswa rendah. Hampir setiap tahun matematika dianggap sebagai batu sandungan bagi kelulusan sebagian besar siswa. Selain itu, pengetahuan yang diterima siswa secara pasif menjadikan matematika tidak bermakna bagi siswa.12 “Toho Cholik Mutahir menyatakan bahwa saat ini pola pengajaran terlalu banyak didominasi oleh guru, khususnya dalam transformasi pengetahuan kepada anak didik”. Paradigma mengajar seperti di atas tidak dapat lagi dipertahankan dalam pembelajaran matematika di sekolah. Sudah saatnya paradigma mengajar diganti dengan paradigma belajar. Paradigma belajar ini sejalan dengan teori konstruktivisme. Untuk itu guru haruslah aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa dapat menguasai materi dengan baik dan mendalam. Kreatif maksudnya adalah guru mampu memilih dan menggunakan berbagai metode dalam penyampaian materi pelajaran matematika. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan adalah lembar kerja siswa (LKS). LKS merupakan sumber belajar penunjang yang dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi matematika. LKS matematika mengandung ringkasan materi, petunjuk eksperimen, dan latihan soal. Dengan bantuan LKS itu, siswa dapat belajar secara mandiri mengenai materi matematika yang harus mereka kuasai. Proses belajar dengan LKS dapat dilakukan baik disekolah maupun dirumah.13 12 13 Surani. Efektifitas model Pembelajaran Berbasis masalah …..hal 2. Senam,. Jurnal Pendidikan …………… .Hal 281. 8 Penggunaan LKS dalam proses pembelajaran dapat mengubah pola pembelajaran yaitu dari pola pengajaran dari teacher centered menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Pola pengajaran berpusat pada guru terjadi interaksi satu arah, sehingga guru menerangkan, mendikte, sedangkan siswa mendengarkan, mencatat, dan mematuhi semua perintah guru. Sebaliknya pola pembelajaran yang berpusat pada siswa akan terjadi interaksi antara siswa dengan guru, dan antar siswa. Selain itu penggunaan LKS memudahkan dalam mengarahkan siswa untuk menemukan konsep sendiri, serta dapat digunakan untuk mengembangkan ketrampilan proses. Dengan ketrampilan proses, pembelajar akan terbiasa menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.14 Model pembelajaran berbasis life skill ini diharapkan akan membantu atau mempermudah guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika, disamping itu diharapkan juga mampu meningkatkan prestasi siswa dan juga mampu meningkatkan kecakapan-kecakapan matematika seperti yang diharapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika.15 Rendahnya kemampuan matematika siswa disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami masalah secara komprehensif atau secara parsial dalam matematika. Selain itu, 14 Ibid.Hal 282. Sudharta, IGP. 2004. Realistic Mathematics: Apa dan Bagaimana? http://www.depdiknas.co.id/editorial:jurnal_pendidikan_indonesia. Diakses Februari 2007 15 9 belajar matematika siswa belum bermakna. Kenyataan ini masih belum sesuai dengan apa yang diinginkan dalam Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yaitu agar siswa memiliki kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh dimana dengan kecakapan tersebut diharapkan siswa terbiasa bekerjasama dengan orang lain, mendengarkan dengan aktif, berani bertanya, menjawab pertanyaan atau menyampaikan pendapat dan kreatif dalam memecahkan masalah. Dan yang tidak kalah penting guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning), dan memotivasi siswa.16 Dengan pembelajaran berbasis life skill diharapkan akan membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, serta membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri. Materi segitiga adalah termasuk materi yang dianggap sulit oleh siswa kelas VII MTs PSM Tanen Rejotangan Tulungagung, itu terbukti dengan rata-rata hasil belajar untuk tahun-tahun sebelumnya belum menunjukan ketuntasan. Sehingga penelitian yang akan dilakukan diberi judul: : “Efektifitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII Pokok Bahasan Segitiga dengan Menggunakan LKS Matematika Berbasis Life Skill” B. Permasalahan Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan penelitian terdiri dari: 16 Depdiknas.2003. Pedoman Khusus ……….. Hal 4 10 a. Identifikasi Masalah Untuk memudahkan pemahaman skripsi yang berjudul “Efektifitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII Pokok Bahasan Segitiga dengan Menggunakan LKS Matematika Berbasis Life Skill” maka kami uraikan identifikasi masalah sebagai berikut: Efektifitas Pembelajaran Matematika dengan menggunakan LKS matematika berbasis life skill. a. Proses belajar b. Pembelajaran matematika c. Pembelajaran matematika dengan LKS d. Pembelajaran matematika dengan LKS berbasis life skill e. Pembelajaran matematika dengan LKS berbasis life skill. f. Materi segitiga b. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah diatas maka penulis memberikan pembatasan masalah sebagai berikut: Efektifitas Pembelajaran Matematika siswa kelas VII Pokok Bahasan Segitiga dengan menggunakan LKS matematika berbasis life skill. c. Rumusan Masalah Rumusan penelitian adalah sebagai berikut: 11 Apakah Pembelajaran Matematika siswa kelas VII Pokok Bahasan Segitiga dengan menggunakan LKS matematika berbasis life skill lebih efektif daripada Pembelajaran Matematika yang Konvensional? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: Mengetahui keefektifan Pembelajaran Matematika siswa kelas VII Pokok Bahasan Segitiga dengan menggunakan LKS matematika berbasis life skill dibandingkan yang konvensional. D. Kegunaan Hasil Penelitian Dalam penelitian ini penulis memiliki harapan besar terhadap hasil penelitian sehingga hasil penelitian ini memiliki kegunaan bagi diri pribadi penulis dan orang lain, yaitu: 1. Kepentingan teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah, memperkuat dan melengkapi teori-teori pembelajaran matematika, atau dapat sebagai acuan dalam pengembangan teori-teori penelitian selanjutnya. 2. Kepentingan praktis 3. Bagi sekolah Secara tidak langsung akan membantu memperlancar proses belajar mengajar 12 2. Bagi guru a. Dapat membantu tugas guru dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa selama proses pembelajaran di kelas secara efektif dan efisien. b. Dapat memberikan masukan bagi guru, yaitu cara untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. c. Mempermudah guru melaksanakan pembelajaran. 3. Bagi siswa a. Dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika yang dipelajari. b. Siswa dapat membangun kemampuannya sendiri. c. Pelaksanaan pembelajaran dengan LKS berbasis life skill diharapkan meningkatkan motivasi dan daya tarik siswa terhadap mata pelajaran matematika. 4. Bagi peneliti a. Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti tentang pelaksanaan pembelajaran dengan LKS berbasis life skill. b. Peneliti mampu mengidentifikasi kelemahan penyebab terhambatnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. c. Peneliti mampu mengetahui dan memahami bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa ketika diterapkan pembelajaran dengan LKS berbasis life skill 13 E. Penegasan Istilah Untuk menghindari adanya penafsiran yang berbeda serta mewujudkan pandangan dan pengertian yang berhubungan dengan judul skripsi yang penulis ajukan, maka perlu ditegaskan istilah-istilah sebagai berikut: 1. Penegasan konseptual 1. Keefektifan Menurut Poerwadarminta, efektif artinya pengaruh/akibat.17 Jadi keefektifan adalah suatu usaha/tindakan yang membawa keberhasilan.18 Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan tentang usaha/tindakan menerapkan Pembelajaran Matematika dengan LKS berbasis life skill apakah lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada hasil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII MTs PSM Tanen Rejotangan Tulungagung. 2. Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.19 3. LKS LKS adalah lembar kerja siswa yang digunakan sebagai media untuk mempermudah dan meningkatkan pemahaman dalam materi matematika. 17 Poerwadarminto,WJS.1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia .Jakarta:Pusat Bahasa. Hal 285 Departemen Pendidikan Nasional.2002.Kamus Besar bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:Balai Pustaka.Hal 284. 19 Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar. Bandung: Cittra Umbara. Hal 5. 18 14 4. Life Skill Team Broad Base Education depdiknas mendefinisikan bahwa life skill adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang agar berani dan mau menghadapi segala permasalahan kehidupan dengan aktif dan proaktif sehingga dapat menyelesaikannya. Kecakapan hidup (life skill) merupakan kecakapan untuk menyelesaikan masalah secara inovatif dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur yang telah dipelajari.20 2. Penegasan operasional Efektifitas pembelajaran matematika dengan menggunakan LKS matematika berbasis life skill yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan siswa dalam penguasaan ketrampilan atau pengetahuan setelah mengikuti pembelajaran matematika yang diajarkan guru dengan menggunakan LKS yang dikuantitatifkan kedalam skor yang diperoleh, dengan criteria semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat intensitas keefektifitasan media pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika siswa. Dalam penelitian ini ada variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah Pembelajaran Matematika dengan menggunakan media lembar kerja siswa (LKS) matematika berbasis life skill. Variabel terikatnya adalah prestasi belajar matematika siswa. Prestasi belajar di ukur dengan tes setelah pembelajaran 20 Judin Azhari, 2006. Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi. STAI Diponegoro Tulungagung. Makalah: tidak diterbitkan. Hal 12. 15 F. Sistematika Skripsi Pengorganisasian skripsi ini dikemukakan dalam tiga bagian yang penting yaitu, bagian preliminer, bagian isi dan bagian penutup. Bagian preliminer memuat hal-hal yang bersifat formal meliputi halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, persembahan, motto, abstrak, kata pengantar dan daftar isi. Bagian isi memuat lima bab yang berkaitan antar bab satu dengan bab lainnya. Bab I Pendahuluan memuat pembahasan latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, penegasan istilah, dan sistematika skripsi. Bab II Landasan Teori memuat pembahasan tentang hakikat matematika, pengertian belajar, pengertian pembelajaran, pembelajaran matematika dengan LKS, life skill, materi segitiga, hipotesis, dan kerangka berfikir. Bab III Metodologi Penelitian memuat tentang pendekatan dan jenis penelitian, metode penentuan obyek, variabel penelitian, rancangan penelitian, metode pengumpulan data, instrument penelitian, dan metode analisis data. Bab IV Laporan Hasil Penelitian, memuat pembahasan tentang deskripsi singkat latar belakang obyek, penyajian data penelitian, pengolahan dan analisis data. 16 Bab V Penutup meliputi kesimpulan dan saran Bagian akhir skripsi ini memuat hal-hal yang bersifat pelengkap untuk meningkatkan kualitas dan validitas isi skripsi memuat tentang daftar rujukan dan lampiran penelitian.