LANDASAN PENELITIAN KUALITATIF DALAM PENDIDIKAN (Disarikan dari Bogdan, R.C. dan Biklen, S.K. 1998. Qualitatif Research for Education. Boston: Allyn and Bacon: hlm1—47) RINGKASAN Disusun untuk memenuhi tugas terstuktur matakuliah Desain Penelitian dan Analisis Data Pembina Prof. Dr. Dawud, M.Pd. Oleh Sony Sukmawan NIM 109656627696 UNIVERSITAS NEGERI MALANG PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA September 2009 LANDASAN PENELITIAN KUALITATIF DALAM BIDANG PENDIDIKAN PENDAHULUAN Penelitian kualitatif digunakan sebagai payung istilah yang memiliki ciriciri tertentu, yaitu data yang dikumpulkan disebut data lunak, permasalahan penelitian tidak disusun berdasarkan variabel operasional, dan penyelidikan yang bertujuan memahami tingkah laku dari sudut kerangka acuan subyek sendiri. Contoh konkret penelitian kualitatif dengan ciri-ciri sebagaimana tersebut di atas adalah observasi partisipan dan wawancara mendalam. Istilah yang digunakan untuk merujuk kepada penelitian kualitatif beragam. Penelitian lapangan digunakan dalam bidang antropologi dan sosial. Di bidang pendidikan diistilahkan ini disebut naturalistik. Digunakan pula istilah etnografi oleh kebanyakan antropolog. KARAKTERISTIK PENELITIAN KUALITATIF Penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagai berikut. 1. Bersifat natural Dalam penelitian kualitatif, sumber data diambil langsung dari latar alami dan peneliti merupakan istrumen kunci. Peneliti kualitatif merasa bahwa tindakan dapat dipahami dengan baik jika diamati pada latar lingkungan tempat terjadinya (konteks). Apakah data yang terkumpul melalui rekaman video, wawancara, atau observasi pelibatan, peneliti kualitatif menganggap bahwa tingkah laku dipengaruhi oleh latar kejadiannya. 2. Bersifat deskriptif Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berbentuk kata. Laporan hasil penelitian berisi kutipan-kutipan data sebagai ilustrasi dan keterangan pendukung atas apa yang disajikan. Dalam upaya memperoleh pemahaman, peneliti berusaha menganalisis data dengan segala kekayaan makna dan sedekat mungkin dengan wujud rekaman atau transkripnya. Ancangan penelitian kualitatif melihat bahwa tidak ada sesuatu yang sepele. Segala sesuatu bisa memberikan petunjuk untuk pemahaman yang lebih utuh tentang apa yang sedang diteliti. Deskripsi akan berhasil sebagai metode pengumpulan data jika rinciannya dapat memberikan penjelasan. 3. Di samping hasil, penelitian kualitatif memperhatikan proses Penekanan penelitian kualitatif pada proses sangat bermanfaat dalam penelitian pendidikan yang dimaksudkan untuk klarifikasi self-fulfilling prophecy, yaitu suatu paham bahwa unjuk kerja kognitif siswa dipengaruhi oleh ekspektasi guru terhadapnya (Rosenthal dan Jacobson, 1968). 4. Analisis data secara induktif Peneliti kualitatif tidak mencari data atau bukti untuk menerima atau menolak hipotesis yang dibuatnya sebelum memulai studi; alih-alih mereka membuat abstraksi ketika hal-hal khusus yang telah terkumpul dikelompokkan bersama-sama. Teori yang tersusun seperti ini, muncul dari bawah ke atas, disebut teori mendasar, grounded, (Glaser dan Strauss, 1967). Jika diilustrasikan, analisis data secara induktif tidak seperti menyusun sebuah mosaik yang gambarnya telah diketahui, tetapi menyusun sebuah gambar yang terjadi pada waktu kita menemukan dan mempelajari bagian-bagiannya. Peneliti tidak mempunyai anggapan bahwa ia telah mengetahui cukup banyak hal dan soal penting sebelum menjalankan riset. 5. Makna merupakan masalah esensial dalam ancangan penelitian kualitatif Perhatian peneliti kualitatif adalah apa yang disebut perspektif pelibatan (participant perspective), yaitu bagaimana orang-orang mengartikan atau memberi makna kepada hidupnya. Peneliti ingin memastikan bahwa ia menangkap perspektif secara cermat. Beberapa peneliti yang mempergunakan video dan menunjukkan rekamannya kepada orang lain untuk mengecek penafsiran orang tersebut dengan penafsiran informan. Cara demikian menunjukkan adanya perhatian bagaimana menangkap cara yang dipakai orang itu sendiri untuk menafsirkan arti penting sesuatu dengan cermat. TRADISI PENELITIAN KUALITATIF DALAM BIDANG BIDANG PENDIDIKAN Abad Ke-19 Beberapa karakteristik kehidupan di Amerika pada abad ke-19 menyebabkan timbulnya kebutuhan untuk melakukan penyelidikan kemasyarakatan. Urbanisasi dan dampak imigrasi besar-besaran menimbulkan masalah di kota-kota besar, seperti masalah sanitasi, kesehatan, kesejahteraan, dan pendidikan. Kondisi seperti ini dipublikasikan secara meluas di media massa sehingga permasalahan sosial seperti ini menghendaki beragam tanggapan khalayak. Salah satunya adalah gerakan survei sosial. Pada Abad ke-19 di Amerika, publisitas media yang mengangkat permasalahan sosial mendorong munculnya survei sosial. Artinya, media berpengaruh besar terhadap perkembangan penelitian survei. Lebih lanjut, survei sosial diselenggarakan untuk mendorong perubahan sosial melalui penelitian. Timbulnya Antropologi Sumbangan paling penting Boas terhadap perkembangan penelitian kualitatif bagi pendidikan adalah konsepnya tentang kebudayaan. Ia beranggapan bahwa setiap kebudayaan yang diteliti harus dirancang secara induktif. Antropolog hendaknya mempelajari kebudayaan dengan maksud mempelajari bagaimana kebudayaan tersebut dipahami oleh warganya, bukan bagaimana peneliti memahaminya. Malinowski juga berpendirian bahwa suatu teori pendidikan hendaknya berakar di dalam pengalaman manusia, didasarkan pada pengamatan, dan ditemukan secara induktif. Sosiologi Chicago Secara metodologi, sosiolog Chicago mengandalkan studi kasus tunggal. Ciri metodologis aliran Chicago antara lain mengandalkan pengumpulan data secara langsung (tangan pertama) dan menekankan penelitian pada kehidupan kota besar. Dalam penekanannya pada persilangan konteks sosial dan biografi terletak akar deskripsi penelitian kualitatif sebagai ”holistik”. Artinya bahwa tingkah laku seseorang dapat dipelajari dengan baik menurut situasi terjadinya tingkah laku itu. Sosiologi Pendidikan Sosiologi pendidikan secara keseluruhan (termasuk psikologi pendidikan) beralih dari paham Chicago ke pendekatan kuantitatif dan eksperimental. Bain (1929) dalam ”Validitas Riwayat Hidup dan Catatan Harian” menyatakan bahwa riwayat hidup dan catatan harian tidak cukup ilmiah untuk ilmu sosiologi karena tidak dapat diolah secara statistik dan tidak dapat distandardisasikan. Meskipun kuantifikasi menunjukkan dominasi aliran dalam sosiologi pendidikan, karyakarya Willard Waller berorientasi kepada sosiologi pendidikan yang antikuantitatif. Tahun 1930-an Hingga 1950-an Bogdan melihat metodologi kuantitatif berkembang lebih baik meskipun ancangan penelitian kualitatif bukan merupakan alat penelitian yang populer pada dasawarsa ini. Pengaruh Fakultas Sosiologi Universitas Chicago mengendur dalam tahun tiga puluhan karena sejumlah sebab antara lain tidak tersedianya sumber pendanaan penelitian, perbedaan-perbedaan politik, dan metodologi yang ada di antara pakar-pakar sosiologi Amerika, dan meninggal atau pensiunannya beberapa tokoh penting di Chicago. Perkembangan metodologi dan konseptual metode kualitatif atau metode penelitian lapangan terjadi pada tahun 50-an. Selama masa ”Sosiologi Chicago”, pengalaman penelitian individual jarang mendapat pemberitaan umum. Proses kerja lapangan menjadi pokok pembicaraan saat para peneliti kualitatif sadar diri dan bersifat intropektif mengenai metode. Perkembangan konseptual semakin maju saat Erving Goffman (1955) mempelajarai cara bagaimana orang mengelola pandangan orang lain terhadapnya dan bagaimana hal ini mempengaruhi kenyataan sosial (Dramaturgis). Perkembangan metodologi yang penting lainnya adalah tumbuhnya wawancara sebagai strategi pokok penelitian kualitatif. Tahun 1960-an: Masa Perubahan Sosial Beberapa penyebab perkembangan penelitian kualitatif pada era ini adalah (1) pergolakan sosial yang menunjukkan kurangnya perhatian masyarakat terhadap siswa dan permasalahan dalam pendidikannya; (2) adanya pengakuan terhadap pandangan mereka yang terpinggirkan oleh kekuasaan. Metode kualitatif mewakili bangkitnya gerakan demokrasi selama dasawarsa enampuluhan. Pada era ini dikenal etnometodologi setelah selama dasawarsa enampuluhan bidang sosiologi dikuasai oleh pemikiran fungsionalis struktural. Dasawarsa 1970-An: Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan, Keragaman yang Luas Perdebatan antara para peneliti kuantitatif dengan kualitatif terus berlangsung. Perdebatan tentang data keras dengan data lunak, jurnalisme dengan riset, ancangan ’ilmiah’ dengan ancangan ’intuitif’, masing-masing mempunyai pengikut. Gaya pelaksanaan dan penyajian penelitian kualitatif menunjukkan keragaman pada masa itu. Misalnya gaya ancangan kooperatif yang penuh keterbukaan dan gaya konfliktual yang terselubung. Sikap peneliti terhadap informan (subjek yang diteliti) juga menunjukkan keragaman serupa. Ada yang berpandangan empatik yang humanis dan ada pula paham yang menempatkan perasaan orang sebagai sampingan (etnometodologi). Etnometodologi yang berakar kepada filsafat fenomenologi ini merupakan orientasi penelitian kualitatif yang relatif baru. DASAR TEORI Ancangan Fenomenologi Ancangan fenomenologi menghendaki adanya sejumlah asumsi yang berlainan dengan cara yang digunakan untuk mengancang perilaku orang dengan maksud menemukan fakta dan penyebabnya. Peneliti aliran fenomenologi berusaha memahami apa makna kejadian dan interaksi bagi orang biasa pada situasi tertentu. Yang ditekankan kaum fenomenolog adalah segi subyektif tingkah laku orang. Fenomenolog berusaha untuk masuk dalam dunia konseptual subyek penyelidikannya agar dapat memahami bagaimana dan apa makna yang disusun subyek tersebut di sekitar kejadian-kejadian dalam kehidupan sehari-hari (memahami subyek dari sudut pandang subyek sendiri). Fenomenolog percaya bahwa ada banyak cara untuk menginterpretasi perilaku seseorang. Interaksi Simbolik Terdapat asumsi bahwa pengalaman manusia itu diperoleh dengan perantaraan interpretasi. Benda (obyek), manusia, situasi, dan kejadian itu tidak memiliki maknanya sendiri. Makna yang diberikan seseorang kepada pengalamannya dan proses menginterpretasinya merupakan hal yang esensial dan konstitutif, bukan hal yang kebetulan atau bersifat sekunder terhadap pengalaman itu. Untuk bisa memahami tingkah laku orang, kita harus memahami definisi dan proses terbentuknya. Bagian lain yang penting dari teori interaksi simbolis adalah konstruk tentang ’diri pribadi’ (self). Diri tidak dipandang terletak dalam individu seperti ego atau kebutuhan. Diri adalah definisi yang diciptakan orang (melalui interaksinya dengan orng-orang lain) mengenai siapa dia. Pendek kata, kita memandang diri kita sendiri sebagaimana orang lain memandang kita. Dengan demikian, diri merupakan konstruk sosial. Kebudayaan Kebudayaan adalah pengetahuan perolehan yang digunakan manusia untuk menafsirkan pengalaman dan membuahkan tingkah laku (Sardley, 1980:6). Dalam pengertian ini, kebudayaan merangkum apa yang dilakukan orang, apa yang diketahui orang, dan barang-barang yang dibuat dan dipergunakan orang. Dalam perspektif lainnya, Geertz (1973:14) memaknai kebudayaan sebagai sistem yang rumit tentang tanda-tanda yang dapat diterangkan artinya. Kebudayaan bukanlah kekuasaan, sesuatu yang menjadi penyebab kejadian sosial, tingkah laku, lembaga, atau proses; kebudayaan adalah konteks yang di dalamnya dapat dijelaskan semua hal tadi dengan jelas. Dalam pengertian ini, ada interaksi antara kebudayaan dengan makna yang dilekatkan orang kepada peristiwa. Orientasi fenomenologis dari defnisi ini jelas. Etnometodologi Pekerjaan etnometodolog adalah melakukan studi tentang bagaimana orang-orang, sebagai pendukung dari tatanan yang lazim, menggunakan sifat-sifat tatanan itu untuk membuat agar bagi para warga bisa terjadi ciri-ciri yang terorganisasi yang kelihatannya nyata. Para ahli etnometodologi berupaya memahami bagaimana cara orang memandang, menjelaskan, dan memerikan tatanan dunia tempat mereka hidup. Teori Mutakhir :Feminisme dan Kajian Budaya Teori feminis berusaha mengeksplorasi makna konsep-konsep gender. Teori ini bermula dari asumsi bahwa gender merupakan kategori yang digunakan untuk memahami pengalaman manusia. Gender merupakan konstruksi sosial yang telah didominasi oleh laki-laki yang mengakibatkan penindasan terhadap kaum perempuan. Ilmuwan feminis umumnya memusatkan perhatian kepada pengalaman perempuan sebagai sesuatu yang utama. Feminisme bukanlah suatu teori atau sistem pemikiran tunggal melainkan suatu gerakan Kata ’budaya’ memiliki dua makna. Makna pertama adalah sebagai ’ ideide bersama yang dijadikan sandaran bagi suatu masyarakat. Makna kedua adalah praktik atau keseluruhan cara kehidupan suatu masyarakat. Kajian budaya menyelidiki cara-cara dihasilkannya budaya melalui perjuangan di antara ideologi-ideologi. Tradisi kajian ini berorientasi reformis. Minat utama kajian ini adalah memperkenalkan cara-cara baru dimana kelas dominan memiliki moral tertentu dalam menginterpretasikan teks-teks dan memahami penolakan interpretasi tersebut oleh kelompok marginal sehingga kelompok marginal tersebut dapat diberdayakan. SEPULUH PERTANYAAN UMUM TENTANG PENELITIAN KUALITATIF 1. Apakah temuan-temuan penelitian kualitatif dapat digeneralisasikan? Apakah temuan penelitian kualitatif berlaku hingga keluar batas subyek dan latar lingkungan penelitian tertentu? Terdapat asumsi bahwa perilaku manusia bersifat acak atau idiosinkratis. Maka dari itu yang diperhatikan para peneliti kualitatif bukan pertanyaan apakah temuan mereka dapat digeneralisasikan melainkan di lingkungan dan subyek mana penelitian itu dapat digeneralisasikan. 2. Bagaimanakah dengan pendapat, prasangka, dan sifat-sifat memihak (bias) lain dari peneliti dan pengaruhnya terhadap data? Yang dilakukan oleh peneliti kualitatif adalah meneliti secara obyektif keadaan subyektif subyek penelitiannya. Studi kualitatif bukanlah esai impresionistis yang dibuat setelah melakukan kunjungan singkat ke tempat penelitian atau setelah melakukan pembicaraan dengan subyek. Tambah lagi, tujuan utama peneliti adalah menambah pengetahuan, bukan memberikan pertimbangan tentang lingkungan penelitian. Catatan lapangan secara rinci termasuk renungan mengenai subyektivitas peneliti sendiri dapat membatasi pandangan berat sebelah (bukan menghilangkan). 3. Apakah hadirnya peneliti tidak akan mengubah perilaku orang-orang yang ditelitinya? Perubahan perilaku akibat hadirnya peneliti disebut ’efek pengamat’. Hal ini menjadi suatu keniscayaan. Namun demikian, peneliti kualitatif berusaha berinteraksi dengan subyek penelitiannya secara wajar, tanpa paksaan dengan harapan mendapatkan perilaku subyek secara relatif wajar pula. Selain itu, peneliti dapat memahami pengaruh dirinya terhadap subyek dengan cara mengetahui secara dekat latar itu dan menggunakan pemahaman ini untuk memperoleh pemahaman lain yang mendalam tentang hakikat kehidupan masyarakat. 4. Apakah dua orang periset yang sendiri-sendiri mempelajari latar atau subyek yang sama akan menghasilkan temuan yang sama? Peneliti kualitatif tidak mempunyai harapan yang sama persis dengan harapan yang dilakukan oleh peneliti lainnya, pertama-tama karena peneliti-peneliti tersebut memiliki latar belakang pendidikan dan minat yang berbeda-beda. Dalam studi kualitatif, para peneliti sangat memperhatikan kecermatan dan kelengkapan data. Mereka cenderung memandang reliabilitas sebagai kecocokan antara apa yang mereka rekam sebagai data dengan apa yang benar terjadi dalam latar yang diteliti, bukannya keajegan secara harafiah di antara berbagai observasi. Dua peneliti yang sedang mempelajari satu latar bisa menghasilkan data yang berbeda dan membuahkan temuan yang berbeda. Dua studi tersebut bisa saja sama-sama reliabelnya. Reliabilitas antara salah satu atau kedua studi tersebut dipersoalkan hanya jika studi- studi tersebut membuahkan hasil yang bertentangan atau tidak. 5. Apakah perbedaan penelitian kualitatif dibandingkan dengan apa yang dikerjakan oleh guru, wartawan, atau seniman? Berbeda dengan guru, wartawan, dan seniman, peneliti telah memperoleh pendidikan dalam penggunaan seperangkat prosedur dan teknik yang dikembangkan selama bertahun-tahun untuk mengumpulkan dan menganalisis data. Peneliti juga memiliki penguasaan yang kuat di bidang teori dan temuan penelitian. Namun demikian, para peneliti akan lebih baik mencoba memahami apa yang dilakukan dan dipelajari guru, wartawan, dan seniman untk menyempurnakan penelitiannya. 6. Dapatkah ancangan-ancangan kuantitatif dan kualitatif digunakan secara berbarengan? Pada penelitian yang mendalam, penggunaan ancangan kualitatif dan kualitatif secara bersama-sama akan menyulitkan karena dua ancangan tersebut memiliki dasar asumsi yang tidak sama. 7. Benar-benar ilmiahkah penelitian kualitatif itu? Penelitian ilmiah mencakup penyelidikan empiris yang ketat dan sistematis, dalam arti terdapat landasan datanya. Penelitian kualitatif memenuhi persyaratan ini. Ahli fisika pemenang nobel P.W. Bridgeman berpendapat bahwa ciri yang paling penting dari kerja seorang saintis semata-mata adalah bekerja sebaik-baiknya dengan pikiran, tidak ada yang menjadi penghalang. 8. Apakah Tujuan penelitian kualitatif? Semua penelitian kualitatif tujuannya tidak sama.beberapa berusaha untuk mengembangkan teori mendasar (grounded teori). Yang lain berusaha untuk merumuskan konsep. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk mempelajari tingkah laku dan pengalaman manusia secara lebih baik. 9. Apakah perbedaan penelitian kualitatif dan kualitatif? CIRI-CIRI PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF KUALITATIF KUANTITATIF Frase yang berkaitan dengan Ancangan Etnografis Deskriptif Kerja penelitian Pengamatan pelibatan Lapangan Fenomenologis Data lunak Aliran Chicago Interaksi simbolis Dokumenter Perspektif dalam Riwayat hidup Naturalistik Studi kasus Etnometodologis ekologis Frase yang berkaitan dengan Ancangan Eksperimen Data keras Konsep penting yang berkaitan dengan ancangan Makna Pemahaman Akal sehat Proses Pemahaman Tatanan negosiasi bracketing Untuk maksud praktis Definisi situasi Konstruksi sosial Konsep penting yang berkaitan dengan ancangan Variabel replikasi Mengoperasionalkan Reliabilitas Hipotesa Perpektif luar Empiris Positifis Fakta sosial statistik Validitas Kehidupan sehari-hari Signifan secara statistik Nama yang berkaitan dengan Ancangan Max Weber W.I Thomas Everelt Hughes Nama yang berkaitan dengan Ancangan Emile Durkheim Donald Chambell Fred Kerlinger Ervng Golfman Herbert Blumer Edward Thorndike Robert Bales Charles Horton Cooley Harold Garfinkel Margaret Mead Afiliasi Teoritis Interaksi simbolis Kebudayaan Etnometodologi Idealisme Fenomenologi Sosiologi Sejarah Afiliasi Akademis antropologi Tujuan Mengembangkan konsep penpensitif memerikan kenyataan yang banyak seginya Teori mendasar (grounded theory) Mengembangkan pemahaman Afiliasi akademis Psikologis Sosiologi Ilmu ekonomi Ilmu politik Tujuan Menguji teori Membentuk fakta Perian statistik, prediksi Menunjukkan hubungan antar variabel Rancangan memberikan firasat untuk melangkah Rancangan Terstruktur Formal Ditentukan terlebih Spesifik dahulu Rancangan merupakan rencana kerja yang rinci Usulan penelitian Singkat, spekulatif Menunjukkan bidang yang relevan untuk diteliti Sering ditulis setelah ada data terkumpul Tinjauan pustaka yang substantif tidak panjang lebar Ancangan disebut secara umum Usulan penelitian Panjang lebar Fokus dan prosedurnya rinci dan spesifik Melalui tinjauan pustaka yang substantif Ditulis sebelum ada datanya Hipotesa disebutkan Berkembang Lentur Rancangan Rampat (umum) Afiliasi Teoritis Fungsionalisme Empirisme struktural logis Realisme, Teori sistem positivisme Behaviorisme Data Foto Kata-kata (ucapan) orang sendiri Catatan lapangan Dokumen resmi dan barang buatan orang (artefak) Deskriptif Dokumen pribadi Kecil Sampel Sampel teoritis Tidak mewakili Data Kuantitatif statistik Sandi yang dapat Ukuran dikuantifikasi Bilangan Variabel operasional Sampel Besar, Berstrata Kelompok kendali Dipilih acak Tepat, cermat Kendali kontrol untuk variabel luar Taktik atau Metode Pengamatan Wawancara terbuka (observasi) Tinjauan atas Pengamatan berbagai pelibatan(participant dokumen dan observasion) barang artifak Taktik atau Metode Eksperimen, sigi Kuasi (survei) eksperimen Wawancara Pengamatan terstuktur terstruktur Himpunan data Hubungan dengan subyek Empati Persamaan Menekankan Hubungan rapat kepercayaan Subyek sebagai sahabat Hubungan dengan subyek Ada pembatasan Ada jarak Jangka pendek Subyek-peneliti Instrumen dan alat Tape recorder Alat penyalin tulisan Peneliti sering merupakan satu-satunya instrumen Instrumen dan alat Inventori, kuesioner, Komputer, skala indeks Skor tes Analisa data Berkelanjutan, Induksi analisis model, tema, Metode komparatif konsep, induktif konstan Masalah dalam penggunaan ancangan Memakan waktu sulit Prosedur tidak baku Reduksi data reliabilitas Sulit meneliti populasi besar Tidak tinggal bersama Deduktif statistik Analisa data Dikerjakan selesai pengumpulan data Masalah dalam penggunaan ancangan Reifikasi validitas Sulit memaksakan Mengendalikan variabel-variabel lain 10. Manakah yang lebih baik, penelitian kualitatif atau kuantitatif? Secara umum tidak ada metode yang terbaik. Semuannya bergantung kepada apa yang kita pelajari dan apa yang akan kita cari. Ada beberapa permasalahan dan topik yang tidak dapat dipecahkan oleh penelitian kualitatif. Sebaliknya, ada topik dan permasalahan yang tidak bisa diselesaikan melalui penelitian kuantitatif. ETIKA Ada dua persoalan yang belakangan ini mendominasi pembicaraan tentang pedoman etik dalam melakukan penelitian yang menggunakan subyek manusia yaitu izin terbuka dari subyek dan perlindungan subyek dari hal-hal yang merugikan dirinya. Pedoman ini mengupayakan jaminan bahwa (1) subyek mengikuti proyek penelitian dengan suka rela, memahami sifat studi itu, dan bahayanya serta kewajiban yang ada di dalamnya ; (2) subyek tidak dihadapkan kepada risiko yang lebih besar daripada keuntungan yang didapatnya. Beberapa asas umum yang berlaku bagi seorang peneliti sebagai berikut. 1. Identitas subyek hendaknya dilindungi sehingga informasi yang terkumpul tidak membingungkan atau kalau tidak merugikan. 2. Subyek hendaknya diperlakukan dengan hormat. 3. Peneliti hendaknya bersifat terbuka terhadap subyek. 4. periset hendaknya berhati-hati, realistis, dan mematuhi kontrak kesepakatan dalam negosiasi untuk memperoleh izin studi. 5. Peneliti harus jujur pada waktu menulis atau melaporkan temuan.