METODOLOGI PENGAJARAN BIPA Santi Prahmanati Mardikarno Metodologi pengajaran bahasa asing (Harmer 2007: 78) • Ancangan (Approach) • Metode (Method) • Prosedur (Procedure) • Teknik (Technique) • Model (Model) • Gaya dan Strategi (Style and Strategy) Ancangan (Approach) • Ancangan mengacu pada teori tentang sifat bahasa dan pembelajaran bahasa yang menjadi sumber konsep/prinsip dan praktik pengajaran bahasa (Richard and Rodgers 1986: 16). • Ancangan mendeskripsikan penggunaan bahasa dan bagaimana setiap bagian konstituennya saling berkaitan. • Dengan kata lain, ancangan memberikan pemetaan tentang kompetensi bahasa. • Ancangan menjelaskan bagaimana orang memperoleh pengetahuan tentang bahasa serta memberikan penjelasan pendukung tentang pembelajaran bahasa Metode (Method) • Metode adalah realisasi atau penerapan praktis dari ancangan • Para penggangas metode menyatakan bahwa metode merupakan keputusan yang berkenaan dengan - Jenis aktivitas - Peran pengajar atau instruktur dan pembelajar - Bahan ajar atau materi ajar - Model silabus - Prosedur - Teknik Prosedur (Procedure) • Prosedur mengacu pada urutan/rangkaian teratur dari teknik yang dipilih • Misalnya, - Segmen 1 - Segmen 2 - Dan seterusnya Teknik (Technique) • Teknik mengacu pada pemanfaatan media/sarana sebagai alat bantu pembelajaran • Apa pun dapat dijadikan sarana pembelajaran - Papan tulis - LCD projector - Gambar - Jari - Boneka - Video - Dan lain-lain Teknik (Technique) (sambungan) • Teknik juga mengacu pada kreativitas dalam aktivitas mengajar - Diskusi - Bermain peran - Wawancara - Dan lain-lain Ancangan (approach) 1. Grammar Translation Approach 2. Audio-lingualism Approach 3. The Communicative Approach 4. The Lexical Approach 5. The Humanistic Approach Ancangan (Approach) 1. Grammar-Translation Approach • Dikategorikan juga sebagai metode • Merupakan metode pengajaran bahasa asing klasik atau tradisional, yakni pengajaan bahasa Latin sebagai bahasa asing • Berkembang pada awal 1500-an untuk kebutuhan penerjemahan • Tidak berbasis pada teori tertentu Ancangan (Approach) 2. Audio-lingualism Approach • Berbasis model pembelajaran Behavourism (aliran perilaku) • Memanfaatkan model stimulus—response— reinforment • Ancangan ini mengandalkan/menitikberatkan pada drill ‘tubian’ untuk membangun kebiasaan Ancangan (Approach) Audio-lingualism Approach (sambungan) • Substitusi dilakukan pada tubian • Akibatnya, bahasa seperti dilepaskan dari konteks dan hampir tidak mengindahkan aspek fungsi komunikatif • Pemelajar hanya bersinggungan dengan kalimat yang benar, padahal banyak ahli percaya bahwa pemelajar perlu belajar dari kesalahan. Ancangan (Approach) 3. The Communicative Approach (Communicative Language Teaching) • Ancangan ini bertumpu pada pentingnya fungsi bahasa daripada hanya sekedar gramatika dan kosakata. • Pada ancangan ini, pembelajar dilatih menggunakan bentuk2 bahasa yang sesuai/tepat untuk berbagai konteks dan tujuan. • Ide ancangan ini adalah pemelajaran bahasa akan mengurus dirinya sendiri atau pemelajaran bahasa akan terjadi dengan sendirinya. Artinya, pembiasaan melatih penggunaan bahasa sesuai konteks dan tujuan membuat pemelajar mahir dengan sendirinya Ancangan (Approach) The Communicative Approach (sambungan) • Untuk membangun pengetahuan dan kemahiran/keterampilan berbahasa, pemelajar dicemplungkan pada bermacam exposure dan kesempatan berbahasa. • Pada ancangan ini, pemelajar dilibatkan dalam komunikasi nyata dengan tidak terlalu memberi penekanan pada ketepatan berbahasa, namun bertumpu pada pencapaian komunikasi yang direncanakan, misalnya, - Bermain peran - Menonton televisi bersama - Bermain puzzle - Menulis cerita bersama - Menulis puisi Ancangan (Approach) 4. The Lexical Approach • Ancangan ini berasaskan keyakinan bahwa bahasa bukan terbangun dari seperangkat gramatika/tata bahasa dan kosakata, tetapi terbangun dari konstruksi seperangkat kata (pertama kali dicetuskan oleh Dave Willis/1990 dan dipopulerkan oleh Michael Lewis/1993,1997). • Konstruksi itu bisa berupa kolokasi atau sanding kata, idiom, frasa tetap dan frasa semitetap yang, menurut pencetusnya, merupakan bagian penting dari bahasa. • Lewis menyatakan bahwa kemahiran/kefasihan berbahasa merupakan hasil dari pemerolehan sebongkah besar konstruksi bahasa. Ancangan (Approach) The Lexical Approach (sambungan) • Ancangan ini mengarahkan kita untuk tidak terlalu memberi perhatian pada tata kalimat/tata bahasa. Tata kalimat lebih banyak menempatkan kata pada konteks tata bahasa. Oleh karena itu, pengajaran diarahkan pada frasa yang menampilkan kombinasi kata. • Pelaksanaan pembelajaran difokuskan pada latihan word-order ‘urutan kata’. • Lewis mengusulkan bahwa dalam pemerolehan bahasa, peningkatan kemampuan leksikon diperoleh melalui masukan yang cukup, bukan diajarkan. Ancangan (Approach) 5. The Humanistic Approach • Ancangan ini berkembang pada 1970-an dan 1980-an dan menurunkan empat metode pengajaran bahasa. Ancangan ini bertujuan mengurangi kendala dan beban psikologis dalam pembelajaran bahasa. • Empat metode yang diturunkan ancangan ini ialah a. Community Language Learning (CLL) b. The Silent Way c. Suggestopaedia d. Total Physical Response (TPR) Audio-lingualism Ancangan ini kemudian menurunkan prosedur pembelajaran bahasa, yakni a. Presentation, practice and production (PPP) Pada prosedur ini ditempuh langkah sebagai berikut. – – – – Instruktur memperlihatkan situasi, misalnya gambar situasi di kolam renang. Instruktur kemudian memberi contoh (mempresentasikan) kata, frasa dan kalimat yang benar dan tepat. Pembelajar diminta mengulang presentasi guru secara bersama. Pembelajar yang ditunjuk mengulang bagian yang sudah dipresentasikan guru atau sudah diulang bersama. Prosedur PPP banyak menerima kritik karena pembelajaran berpusat kepada guru/instruktur. Kemudian, muncul beberapa model b. Authentic use, Restricted use and Clarification and focus (ARC) (Jim Schrivener 1994) c. Observe, Hypothesise, and Experiment (OHE) (McCarthy and Carter 1995) d. Engage, Study and Activate (ESA) The Communicative Approach ‘Acangan Komunikatif’ • Ancangan ini melahirkan ide Task-based Learning (TBL) yang mungkin bisa dikategorikan sebagai metode pengajaran bahasa. Pada TBL • Struktur bahasa/gramatika bukan hal penting. • Pemelajar diberi tugas yang harus dilakukan atau masalah yang harus dipecahkan. Misalnya, mereka diberi tugas mencari jadwal KA. Maka, mereka akan melakukan dialog tanya jawab sampai menemukan semua jadwal keberangkatan KA. • Setelah tugas tuntas, guru/fasilitator mendiskusikan, memberi koreksi, dan menyelaraskan yang. • TBL pada dasarnya tidak mudah untuk diterapkan The Humanistic Approach Ancangan ini menurunkan empat metode, yakni a. Community Language Learning (CLL) • Metode ini dilakukan dengan cara sebagai berikut. • Pemelajar duduk dalam sebuah lingkaran mendiskusikan topik yang akan dibahas dalam bahasa sasaran (diskusi dilakukan dalam bahasa yang dikuasai pemelajar. • Fasilitator atau konselor berada di luar lingkaran. • Seorang pemelajar mengucapkan kalimat yang ingin diucapkannya dalam bahasa yang dikuasainya; fasilator menerjemahkannya ke dalam bahasa sasaran. Pemelajar kemudian mengulang kalimat tersebut dalam bahasa sasaran. The Humanistic Approach Community Language Learning (CCL) (sambungan) • Kegiatan berlangsung sampai semua pemelajar memperoleh pengetahuan dan mampu mengucapkan kalimat yang akan diucapkannya dalam bahasa sasaran. • Kegiatan dilanjutkan dengan menempatkan pemelajar berpasangan dan bertanya jawab dalam bahasa sasaran. • Percakapan ini kemudian direkam untuk dianalisis ketepatannya Metode CLL ini lebih tepat disebut sebagai metode memfasilitasi daripada metode mengajar. The Humanistic Approach b. The Silent Way (Caleb Cattegno) • Penggagas metode ini yakin bahwa hal terbaik dalam pemelajaran bahasa adalah pemelajar menemukan dan menciptakan sendiri unsur bahasa yang dipelajari, bukan hanya menghafal dan mengulang. • Aktivitas kelas dilakukan dengan permainan memanfaatkan batang-batang kayu kecil berbagai ukuran. Setiap ukuran berbeda warna. • Batang tertentu bisa dilambangkan sebagai pena, telepon, kucing dan sebagainya. • Pemelajar menyebut batang tertentu yang ditunjukkan guru/instruktur. Pemelajar juga dapat menyebut suatu rangkaian kata (kalimat) ketika instruktur menunjukkan beberapa batang. • Aktivitas ini membutuhkan kemampuan imajinasi tinggi. The Humanistic Approach c. Suggestopaedia (Georgi Lozanov) • Metode ini sangat mementingkan ruang dengan lingkungan tenang dan kondisi relaks pemelajar. • Metode ini berusaha menempatkan pemelajar pada kondisi tanpa beban, sehingga mudah belajar • Instruktur harus memperlakukan pemelajar dengan penuh simpati dan memperlakukan pemelajar seperti mengasuh (orang tua terhadap anak). The Humanistic Approach Suggestopaedia (sambungan) • Dalam aktivitas kelas, nama-nama pemelajar diganti dengan nama baru agar mereka melepaskan diri dari beban keseharian dan menjalankan peran sebagai individu lain • Aktivitas kelas terdiri dari tiga bagian penting, yakni - Latihan oral untuk diskusi - Diskusi dan presentasi - Pemutaran musik periode Baroque (lebih baik yang 60 ketukan per menit) sambil instruktur membacakan materi percakapan baru. Pembacaan harus diselaraskan dengan music. - Selama beberapa menit, pemelajar dibiarkan dalam keadaan tenang, kemudian dipersilakan meninggalkan kelas dengan tenang The Humanistic Approach d. Total Physical Response (TPR) (James Asher) • TPR berangkat dari pendapat bahwa pemelajaran bahasa kedua orang dewasa memiliki kemiripan pola perkembangan dengan pemerolehan bahasa anakanak. • Metode ini berpendapat bahwa sebagian besar bahasa yang dikuasai anak diperoleh dari ujaran yang ditujukan langsung kepada mereka dalam bentuk instruksi yang harus dilakukan. • Hal seperti tersebut di atas diyakini juga berhasil apabila diterapkan kepada orang dewasa. The Humanistic Approach Total Physical Response (TPR) (sambungan) • Menurut TPR, aktivitas dilakukan dengan instruktur memberi instruksi pemelajar untuk memberikan respons secara fisik pada ujaran yang mereka dengar. Proses berbahasa akan berproses seperti aksi/gerak fisik. • Kelemahan TPR, metode ini hanya dapat diterapkan pada kelas pemula yang biasanya dikaitkan dengan kegiatan sehari-hari di dunia nyata. • Untuk kelas-kelas yang lebih tinggi, dibutuhkan ancangan atau metode lain. • Namun, TPR cukup berpengaruh dan banyak digunakan untuk menangani kelas pemula dan kelas anak-anak. Catatan penutup • Acangan atau metode apa yang terbaik? • Setiap ancangan dan metode mempunyai kelebihan dan kekurangan • Instruktur harus mengenali kondisi kelas • Instruktur perlu mengenali pemelajar secara individual dan harapan mereka dalam belajar • Instruktur perlu mendefinisikan capaian belajar yang diharapkan pemelajar atau peminta jasa