Selengkapnya silakan file

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pemerintah Daerah mempunyai peran yang sangat krusial dalam
mendorong pembangunan daerah. Hal ini menuntut setiap daerah untuk
mengelola dan memanfaatkan semua potensi daerah serta mengembangkan
kreatifitas, inisiatif dan prakarsa dalam pembangunan daerah. Salah satu fungsi
dan tujuan pembangunan daerah adalah pemberian pelayanan yang terbaik
kepada masyarakat, sehingga masyarakat merasa terlindungi, terlayani dalam
mengakses atau berpartisipasi dalam proses pembangunan mulai dari
perencanaan,
pelaksanaan,
pengawasan
dan
evaluasi.
Kondisi
ini
dimungkinkan karena adanya regulasi dari pemerintah, seperti Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional dan Peraturan
Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Perencanaan Partisipatif.
Agar kerangka kegiatan pembangunan perekonomian yang berbasis
masyarakat Kabupaten Kulon Progo terarah, terpadu, menyeluruh dan
berlangsung secara berkesinambungan, maka disusunlah Rencana Strategis
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012
- 2016 sebagai bagian dari RPJMD yang filosofi dari kedua ketentuan tersebut
diatas, terutama keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan.
Rencana Strategis Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renstra SKPD)
merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk
mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan
pembangunan daerah dalam jangka 5 (lima) tahun kedepan pada masa
kepemimpinan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Secara umum Renstra SKPD diharapkan dapat menjawab dua hal
mendasar, yaitu :
1
a. Arah pelayanan yang akan dikembangkan dan hendak dicapai SKPD
dalam lima tahun kedepan.
b. Langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan agar tujuan yang
telah ditetapkan tercapai.
Demikian pula Renstra Badan Penanggulangan Bencana Daerah sebagai
bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Kulon Progo, merupakan Dokumen Perencanaan Jangka Menengah
yang menjadi dasar penyusunan Rencana Kerja Tahunan, Rencana Kerja
(Renja)
dan Anggaran (RKA). Selain itu Renstra Badan Penanggulangan
Bencana Daerah merupakan salah satu perangkat dasar pengukuran kinerja
atas pelayanan yang diberikan pada masyarakat dibidang Penanggulangan
bencana yang akan dievaluasi setiap akhir tahun dalam Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
1.2. Landasan hukum
Landasan
idiil Renstra
Badan Penanggulangan Bencana
Daerah
Kabupaten Kulon Progo adalah Pancasila dan landasan konstitusional UUD RI
1945. Sedangkan landasan operasionalnya meliputi ketentuan perundangundangan yang berkaitan langsung dengan pembangunan nasional dan daerah
sebagai berikut:
1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah
Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Jogjakarta
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1951
tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 Republik
Indonesia untuk Penggabungan Daerah Daerah Kabupaten Kulon Progo
dan Adikarta menjadi satu Kabupaten dengan nama Kulon Progo
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 101);
2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
2
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
4) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai
Berlakunya Undang-Undang 1950 Nomor 12, 13, 14, dan 15 dari Hal
Pembentukan Daerah Daerah Kabupaten di Djawa Timur/Tengah/Barat dan
Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950
Nomor 59);
5) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan
Daerah
Kabupaten/Kota
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
6) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
7) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4828);
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah;
8) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja ;
9) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 8 Tahun
2010 Tentang Penanggulangan Bencana
3
10) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 2 Tahun 2010 Tentang
Urusan Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2010 Nomor 1 Seri E);
11) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 11 Tahun 2010 Tentang
Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2010 Nomor 2 Seri D);
1.3. Maksud dan tujuan
Renstra Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Kulon
Progo disusun dimaksud untuk menyediakan acuan bagi dinas dan instansi
terkait serta masyarakat sebagai penjabaran Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah untuk jangka waktu lima tahun. Adapun maksud dari
penyusunan Rencana Strategis Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten
Kulon Progo ini adalah sebagai roadmap dalam mencapai tujuan pembangunan
Jangka Menengah Daerah 2011-2016 dari aspek penanggulangan bencana.
Renstra akan dijabarkan dalam Rencana Kerja SKPD yang disusun setiap tahun
sebagai bentuk operasioanalisasi strategi-strategi untuk mencapai visi organisasi
yang akan dipaparkan dalam rencana Stategis Ini
Adapun tujuan penyusunan Renstra Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Kulon Progo adalah :
1) Memenuhi ketentuan peraturan tentang perencanaan.
2) Menyediakan
dokumen
dan
acuan
resmi
bagi
Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo, Intansi
terkait dan masyarakat dalam rangka menentukan prioritas, program
dan kegiatan pada setiap tahunnya, yang akan dibiayai oleh APBD II,
APBD I dan sumber pembiayaan APBN , BUMN, maupun
masyarakat.
3) Menjabarkan tentang gambaran umum, program dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo dalam
masa sekarang dan yang ingin dicapai pada masa lima tahun ke
4
depan,
sekaligus
tujuan
yang
ingin
dicapai
dalam
rangka
mewujudkan tercapainya visi dan misi Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo.
4) Memudahkan seluruh jajaran aparatur Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo untuk memahami,
menyesuaikan, dan menilai arah kebijakan, program dan kegiatan
operasional tahunan dalam rentang waktu lima tahun.
Rencana Strategis Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten
Kulon Progo adalah Dokumen Perencanaan Pembangunan yang mengacu pada
Rencana
Pembangunan
Jangkah
Menengah
Daerah
(RPJMD),
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Nasional dan Provinsi, Visi dan Misi Bupati terpilih yang
disesuakan dengan potensi, kondisi dan aspirasi masyarakat.
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Kulon Progo merupakan dokumen induk arah dan kebijakan
pembangunan 5 tahun ke depan (2012-2016), juga disinkronkan dengan Rencana
Strategis
Badan
Nasional
Penanggulangan
Penanggulangan Bencana Daerah
Bencana
(BNPB),
BADAN
Propinsi DIY, dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012-2016,
dengan demikian Renstra Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten
Kulon Progo berupaya memadukan dan menselaraskan rencana pembangunan
Penanggulangan Bencana nasional, provinsi, dengan pertimbangan kondisi sosial,
ekonomi dan budaya masyarakat Kabupaten Kulon Progo.
Adapun skema hubungan Renstra SKPD Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Kulon Progo dengan dokumen perencanaan lainnya disajikan
pada gambar 1.
5
Gambar 1. Skema Hubungan Renstra Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Kulon Progo dengan Dokumen Perencanaan
Lainnya
RPJP
NASIONAL
NASIONAL
RENSTRA
BNPB
RPJPD
PROVINSI
RENSTRA
BADAN
PENANGGULANGAN
BENCANA DAERAH
provinsi DIY
RPJPD
KAB.KULON PROGO
RPJMD
KAB. KULON PROGO
RENSTRA
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA
DAERAH Kulon Progo
KAB. KULON PROGO (2011-2016)
2012
2013
2014
2015
Keterangan :
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
6
2016
1.5 Sistematika Penulisan
Renstra Strategis Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon
Progo ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Landasan Hukum
1.3
Maksud dan Tujuan
1.4 Hubungan Renstra Dinas Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
1.5
BAB II
BAB
Sistematika Penulisan
GAMBARAN PELAYANAN SKPD
2.1
Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD
2.2
Sumber Daya SKPD
2.3
Kinerja Pelayanan SKPD
2.4
Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD
III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1
Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi
Pelayanan SKPD
3.2
TelaahanVisi, Misi, dan Program Kepala daerah dan wakil kepala
daerah Terpilih
BAB IV
BAB
VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
4.1
Visi dan Misi SKPD
4.2
Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD
4.3
Strategi dan Kebijakan SKPD
V INDIKATOR KINERJA SKPDYANG MENGACU PADA TUJUAN DAN
SASARAN RPJMD
5.1
Tabel Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok
Sasaran, dan Pendanaan Indikatif SKPD
7
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN SKPD
2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur SKPD
2.1.1. Tugas
Tugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah tercantum dalam
peraturan daerah No 11 tahun 2010 tentang Pembentukan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo. Tugas
tersebut adalah:
a. menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana;
b. menetapkan
pedoman
dan
pengarahan
terhadap
usaha
penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana,
penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan
setara;
c. menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana;
d. melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana di Daerah;
e. menetapkan
standarisasi
penanggulangan
bencana
dan
kebutuhan
berdasarkan
penyelenggaraan
peraturan
perundang-
undangan;
f. melaksanakan, mengendalikan pengumpulan dan penyaluran bantuan
uang dan barang;
g. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara dan sumbangan pihak lain yang sah serta tidak
mengikat;
h. melaksanakan kewajiban lain sesuai ketentuan/ peraturan perundangundangan; dan
8
i.
melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada
Bupati setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam
kondisi darurat bencana.
2.1.2. Fungsi
Fungsi Badan Penanggulangan Bencana Daerah tercantum dalam
peraturan daerah No 11 tahun 2010 tentang Pembentukan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo.fungsi BPBD
adalah:
a. perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi secara cepat, tepat, efektif dan efisien; dan
b. pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana
secara terencana, terpadu dan menyeluruh.
2.1.3. Struktur
Struktur Organisasi BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
diatur dalam pasal 6 sd pasal 16 dalam peraturan daerah no 11 tahun
2010. Menurut pasal 6, struktur organisasi Badan Penanggulangan
Bencana Daerah terdiri dari: kepala Badan Penanggulangan Bencana
Daerah,
unsur
pengarah,
dan
unsur
pelaksana.
Kepala
Badan
Penanggulangan Bencana Daerah secara ex officio dijabat oleh
Sekretaris Daerah.
9
LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KULON PROGO
NOMOR 11 TAHUN 2010
TENTANGPEMBENTUKAN BPBD
KEPALA
UNSUR PENGARAH
UNSUR PELAKSANA
SEKRETARIAT
SEKSI
PENCEGAHAN DAN
KESIAPSIAGAAN
SEKSI
KEDARURATAN DAN
LOGISTIK
SEKSI
REHABILITASI DAN
REKONSTRUKSI
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL TERTENTU
2.2. Sumber Daya SKPD
1) Sumber Daya Manusia
Menurut analisa jabatan, idealnya Badan Penanggulangan Bencana
Daerah memiliki 37 pegawai untuk kegiatan pelaksana, namun Jumlah
pegawai di Badan Penanggulangan Bencana Daerah terdiri dari 22 orang
yang terdiri dari:
a) Kepala Pelaksana 1 orang;
10
b) Sekretariat pelaksana 1 orang dengan staff 5 orang;
c) Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan 1 orang dengan staff 1
orang;
d) Seksi Kedaruratan dan Logistik 1 orang dengan staff 1 orang;
e) Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi 1 orang dengan staf 1
orang;
f) Kelompok Jabatan Fungsional Tertentu yaitu Penolong Bahaya
Kebakaran 10 orang yang teriri dari 9 orang PNS dan 1 orang
tenaga honorer.
Rincian jenjang pendidikan pegawai BPBD adalah sebagai berikut:
NO JENJANG PENDIDIKAN
JUMLAH PEGAWAI
1.
2.
3.
Master ( S2)
Sarjana (S1)
SMA
2 orang
5 orang
4.
5.
SMP
SD
2) Sarana dan prasarana
Gedung kantor sementara Badan Penanggulangan Bencana
Daerah kabupaten Kulon progo menempati gedung eks Badan Pertanahan
Nasional dengan luas bangunan 938 m 2 yang beralamat di Jalan Sugiman,
Watulunyu, Wates. Gedung Badan Penanggulangan Bencana Daerah
memiliki beberapa ruangan yang masih dapat difungsikan seperti pada
tabel 1.
11
Tabel 1. Ruangan Kantor Sementara Badan Penangulangan Bencana
Daerah Kabupaten Kulon Progo
NO
JENIS RUANGAN
JUMLAH
SATUAN
KONDISI
1.
Kepala Badan
1
ruang
baik
2.
Sekertariat Badan
1
ruang
baik
3.
Kepala Seksi
1
ruang
baik
4.
Ruang PBK
1
ruang
baik
5.
Ruang Pertemuan
1
ruang
baik
6.
Ruang Gudang
2
ruang
baik
7.
Kamar Mandi/ WC
2
ruang
1 baik, 1 rusak
8.
Mushola
1
ruang
baik
2.3. Kinerja Pelayanan SKPD
Pelayanan tahun 2011 lebih bersifat parsial dan belum terencana
dengan baik. Hal tersebut disebabkan oleh Anggaran dan tujuan BPBD
ditetapkan sebelum lahirnya Peraturan daerah nomor 11 tahun 2010 tentang
Pembentukan
Badan
Penanggulangan
Bencana
Daerah
yang
mengakibatkan tidak didukungnya tujuan organisasi dengan anggaran biaya
yang sudah ditetapkan, sehingga, kinerja pelayanan 2011 masih jauh
panggang dari api karena proses penganggaran yang mendahului perda
menyebabkan anggaran tidak mengakomodir sebagaian amanat perda.
Kabupaten Kulon Progo memiliki 8 ancaman bencana berupa:
longsor; banjir; angin Puting beliung; kekeringan; gempa bumi; ancaman
Tsunami; kebakaran; dan Banjir Lahar dingin. Walaupun Kulon Progo adalah
daerah yang rawan bencana, sulit untuk mengukur kinerja pelayanan BPBD
dalam penaggulangan bencana. Karakteristik satu jenis bencana yang
berbeda dengan bencana yang lain sehingga penangannya berbeda. Selait
12
itu bencana merupakan hal yang rumit dan tidak dapat di prediksi dengan
pasti.
Salah satu kinerja yang dapat diukur pada
tahun 2011 adalah
Penanggulangan Kebakaran karena tugasnya ikut dilimpahkan ke BPBD.
Sejauh ini BPBD mampu memenuhi SPM dalam penanggulangan kebakaran
walaupun banyak terjadi kasus kebakaran yang tidak tertangani di luar
Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) akibat keadaan geografis dan
keterbatasan peralatan. Untuk saat ini di kabupaten kulon progo hanya
memiliki 1 wilayah manajemen kebakaran saja.
2.4. Tantangan dan peluang Pengembangan Pelayanan SKPD
2.4.1. Tantangan
Semakin disadari dampak dari kejadian bencana serta meningkatnya
kuantitas kejadian bencana dari tahun-ke tahun di kabupaten Kulon Progo
membuat
penaggulangan
bencana
menjadi
perhatian
dalam
Rencana
Pembangunan. Oleh sebab tersebut pemerintah kabupaten kulon progo
membentuk Badan Penanggulangan Bencana yang diharapkan menjadi SKPD
sentral dalam upaya penanggulangan bencana.
Selain meningkatnya kuantitas jumlah kejadian bencana, kabupaten
kulon progo ke depan memiliki kompleksitas permasalahan yang meningkat
akibat pembangunan, oleh sebab itu upaya penanggulangan bencana juga
harus ditingkatkan dengan upaya pendekatan yang strategis.
Meskipun ada beberapa rencana kerja tahun 2011 yang sudah
terlaksana, secara umum pelaksanaan penanggulangan bencana 2011 bisa
dikatakan masih jauh panggang dari api. Masalah di tahun 2011 masih berkutat
pada hal-hal terkait kelembagaan.Secara umum, Badan Penanggulangan
Bencana Daerah dengan segala keterbatasan yang ada (sampai saat ini) sudah
bekerja secara maksimal dalam upaya penanggulangan bencana. Ada
13
beberapa mimpi dari upaya penanggulangan bencana di kabupaten kulon progo
ke depan.
1) Pengurangan resiko bencana menjadi salah satu acuan penting
perencanaan pembangunan.
2) Ada upaya yang terintegrasi dalam pra, saat, dan pasca bencana antara
pemerintah, masyarakat dan swasta.
3) Merubah pendekatan responsive menjadi perubahan preventif untuk
mengurangi korban, dan kerugian akibat bencana.
2.4.2. Peluang
Peluang
badan
penanggulangan
bencana
daerah
dalam
penanggulangan Bencana Di Kabupaten Kulon Progo masih terbuka sangat
lebar, banyaknya kejadian bencana sedikit banyak membuat Penanggulangan
Bencana menjadi bagian tidak terpisahkan dalam pembangunan. Perubahan
paradigma penanggulangan bencana dari responsive kepada pendekatan
preventif
yang
membuat
penanggulangan
bencana
bisa
diupayakan/direncanakan, tidak gobyakan setelah terjadi bencana baru
bertindak.Karena
hal
demikianlah
penanggulangan
bencana
berjalan
komprehennsif, simultan, dan handal karena banyak aspek yang bersinggungan
langsung dengan bencana.
Dampak
dari
perubahan
paradigma
tersebut
membuat
penanggulangan bencana direncanakan secara baik dari tahap Pra Bencana,
Pada saat Terjadi Bencana, dan Pasca Bencana. Dalam Tahap Pra Bencana,
berupa Program dan kegiatan-kegiatan yang bersifat mitigasi dan pengurangan
resiko bencana, mengingat bencana tidak dapat kita hindarkan. Pada saat
Terjadi Bencana, Penanggulangan Bencana harus memiliki kapasitas dan sitem
yang sudah handal. Kegiatan-kegiatan pada saat Terjadi Bencana berupa
kegiatan yang bersifat respon kedaruratan untuk penyelamatan korban, harta
benda, dan pemenuhan dasar korban bencana. Setelah semua teratasi,
dimulailah Tahap rehabilitasi dan rekonstruksi untuk pemulihan penghidupan
14
dan kehidupan masyarakat. Hal tersebut sebelumnya belum dilakukan oleh
pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Peluang yang bisa dimanfaatkan untuk
menciptakan program penanggulangan bencana yang handal adalah:
1) Program pencegahan dini bersifat lintas SKPD dimana semua SKPD
diharapkan bisa melaksanakan program tersebut sesuai amanat UndangUndang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
2) Program tanggap darurat meliputi kedaruratan dan manajemen logistik;
3) Program rehabilitasi dan rekonstruksi berupa fasilitasi rehabilitasi dan
rekonstruksi dan pelaksanaaan rehabilitasi dan rekonstruksi yang lebih baik
sekaligus dalam upaya melakukan mitigasi bencana.
15
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS
BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan
dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi entitas
(daerah/masyarakat) dimasa datang. Suatu kondisi/kejadian yang menjadi isu strategis
adalah keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih
besar atau sebaliknya, dalam hal tidak dimanfaatkan, akan menghilangkan peluang
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.
3.1. Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi SKPD
Badan Penanggulangan Bencana Daerah merupakan sebuah SKPD baru,
belum genap setahun menjalankan fungsi penanggulangan bencana.Bisa
dikatakan bahwa Badan Penanggulangan Bencana Daerah memulai tugas
penanggulangan bencana bukan saja dari 0 (nol) tetapi beranjak dari –
(minus).Berbagai macam kejadian dan dampak bencana sebelum lahirnya
Badan
Penanggulangan
Bencana
Daerah
dibebankan
kepada
Badan
Penanggulangan Bencana Daerah.Belum lagi kejadian bencana pasca lahirnya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah juga sudah sangat menguras
berbagai sumber daya di Badan Penanggulangan Bencana Daerah.Sebagai
SKPD baru dengan tugas yang demikian berat.Semuanya dijalani dengan trial
dan
error.
Berbagai
permaslahan
yang
masih
dihadapi
oleh
Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo adalah:
a. Di aspek kebijakan Penanggulangan Bencana:
i. Belum adanya landasan hukum berkait penanggulangan bencana
yang komprehensif di kabupaten kulon progo.
ii. Sulitnya merubah pendekatan penanggulangan bencana dari
pendekatan responsif ke pendekatan preventif.
16
iii. Pengurangan resiko bencana belum menjadi landasan dasar
pembangunan padahal hampir semua daerah di kabupaten Kulon
progo rentan bencana.
iv. Penanggulangan Bencana masih bersifat sektoral dan kondisional,
perlu sinkronisasi program dan kegiatan berkait pengurangan
resiko bencana.
b. Dalam aspek Kelembagaan
i. Belum lengkapnya unsure kelembagaan yaitu unsur pengarah.
ii. Badan Penanggulangan Bencana Daerah relatif baru berdiri,
sehingga
masih
banyak
belajar
untuk
melaksanakan
penanggulangan bencana secara ideal.
iii. Belum adanya aspek-aspek penunjang kelembagaan seperti :
PUSDALOPS, TRC, dll
iv. Masih adanya program kebencanaan di SKPD lain (overlapping)
dan tidak sinkron.
v. Fungsi Penanggulangan Bencana yang berpindah dari SATLAK PB
kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah kabupaten Kulon
Progo.
c. Dalam aspek Ketugasan:
i. Upaya Penanggulangan Bencana masih disikapi dengan cara yang
sama dengan ketugasan lain, tidak ada perkecualian.
ii. Bencana yang datang tidak terduga, sehingga harus melaksanakan
fungsi kesiap-siagaan dan respon tanggap darurat yang mumpuni.
iii. Paradigma penanganan bencana yang masih cenderung bersifat
responsive sehingga menimbulkan dampak yang besar.
iv. Masih minimnya relawan siaga bencana.
v. Rehabilitasi dan rekonstruksi yang sekiranya akan membutuhan
biaya yang cukup besar.
17
vi. Belum ada dukungan sumber daya yang memadai, jumlah
anggaran, prosedur, peralatan, sarana dan prasarana1, personil.
vii. Laporan kejadian bencana yang masih belum mutakhir , sehingga
menyulitkan
proses
tanggap
darurat
dan
rehabilitasi
dan
rekonstruksi pasca bencana.
3.2. Telaah visi, misi, dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih
Visi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kulon Progo
tahun 2011-2016 yang hendak dicapai dalam tahapan kedua Pembangunan
Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kulon Progo adalah “Terwujudnya
Kabupaten Kulon Progo yang sehat, mandiri, berprestasi, adil, aman dan
sejahtera berdasarkan iman dan taqwa” Visi Kabupaten Kulon Progo
merupakan kondisi yang diharapkan dapat memotivasi seluruh elemen
masyarakat dalam melakukan aktivitasnya. Untuk Untuk mencapai visi
Kabupaten Kulon Progo tahun 2016, maka dirumuskan 6 misi pembangunan
sebagai berikut:
1. Mewujudkan sumberdaya manusia berkualitas tinggi dan berakhlak
mulia melalui peningkatan kemandirian, kompetensi, ketrampilan,
etos kerja, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan kualitas
keagamaan.
2. Mewujudkan peningkatan kapasitas kelembagaan dan aparatur
pemerintahan
yang
berorientasi
pada
prinsip-prinsip
clean
government dan good governance.
3. Mewujudkan kemandirian ekonomi daerah yang berbasis pada
pertanian dalam arti luas, industri dan pariwisata yang berdaya
saing
dan
berkelanjutan
bertumpu
pada
pemberdayaan
masyarakat
4. Meningkatkan pelayanan infrastruktur wilayah
1
Melengkapi berbagai sarana kebutuhan operasional kantor untuk menunjang penyelesaian ketugasan
Penanggulangan Bencana
18
5. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara
optimal dan berkelanjutan.
6. Mewujudkan
ketentraman
dan
ketertiban
melalui
kepastian,
perlindungan dan penegakan hukum
Oproperasionalisasi
tugas
dan
fungsi
BPBD
dalam
mendukung
pencapaian visi pembangunan Kulon Progo 2016 selaras dengan misi ke-2, 5,
dan 6.
3.3. Isu strategis
Isu-isu strategis penanggulangan bencana:
1. Perubahan paradigma penanggulangan bencana dari responsive ke
preventiv, dimana penanggulangan bencana lebih bertitik berat di dalam
perencanaan. Penanggulangan bencana lebih bertitik berat pada upayaupaya pengurangan resiko bencana, daripada merespon bencana yang
terjadi.
2. Penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara sinergis, dan
komperhensif,
dilakukan
baik
oleh
pemerintah,
swasta,
maupun
masyarakat. Penanggulangan bencana adalah tanggung jawab dan
kewajiban semua pihak. Tidak semata menjadi tanggung jawab
pemerintah / Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Penanggulangan
bencana harus dilaksanakan secara sinergis dan terkoordinasi, sehingga
upaya penanggulangan bencana tidak dilakukan secara parsial dan
terpotong-potong. Oleh sebab tersebut sangat mendesak untuk diterbitkan
payung hukum penanggulangan bencana di kabupaten kulon progo.
3. Perlunya
system
penanggulangan
bencana
yang
handal.
Upaya
Penanggulangan bencana harus didukung dengan system yang mampu
mengakomodir mulai dari pra bencana, tanggap darurat bencana, sampai
tahap rehabilitasi dan rekontruksi bencana.
4. Perlunya kapasitas penanggulangan bencana yang mumpuni. Bencana
berdampak besar di lintas sektor dan semua bidang, mengganggu
19
kehidupan dan penghidupan masyrakat. Oleh sebab itu semua lembaga,
pihak, dan elemen yang berkait dengan upaya penanggulangan perlu
meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dalam menghadapi bencana yang
akan terjadi.
5. Terakhir dan terpenting, Penanggulangan bencana hendaknya dijadikan
sebuah dasar dalam pembangunan kabupaten kulon progo. Bila melihat
rencana pembangunan ke depan, bahwa pusat-pusat pembangunan
berada di daerah yang berpotensi terjadi bencana. Hal yang perlu
dipertimbangkan adalah perencanaan pembangunan yang mengurangi
kerentanan terhadap ancaman bencana. Jangan sampai pembangunanpembangunan
yang
dilaksanakan
meningkatkan
kerentanan
akan
bencana yang pada akhirnya ketika terjadi bencana terjadi keunduran
pembangunan.
20
BAB IV
VISI MISI TUJUAN, SASARAN,
STRATEGI DAN KEBIJAKAN
4.1. Visi dan misi SKPD
4.1.1. Visi
Mewujudkan
Ketangguhan
dan Kesiapsiagaan
Kulon Progo Dalam
Menghadapi Bencana
4.1.2. Misi
1. Melindungi masyarakat dari Ancaman Bencana melalui Pengurangan
Resiko Bencana di segala aspek.
2. Membangun Sistem dan penguatan kapasitas Penanggulangan
Bencana yang handal.
3. Menyelenggarakan Penanggulangan Bencana secara terencana,
terpadu dan menyeluruh
4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD
Tujuan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Kulon Progo
adalah mewujudkan ketangguhan Kabupaten kulon Progo dalam menghadapai
bencana. Tangguh, dimaknai sebagai kemampuan kabupaten kulon progo
untuk
mampu
melenting
dari
keterpurukan
akibat
bencana
ke
arah
pembangunan yang lebih baik. Tujuan tersebut bermuara kepada upaya
melindungi
masyarakat
dari
ancaman
bencana
melalui
peningkatan
pengetahuan, kesadaran, dan perilaku saar bencana. Serta peningkatan
kapasitas dalam rangka menciptakan sisitem penanggulangan bencana yang
handal.
21
Sasaran dari tujuan Badan Penanggulangan Bencana Daerah adalah:
1. terwujudnya kesadaran, kesiapan, dan kemampuan pemerintah,
swasta, masyarakat dalam upaya penanggulangan bencana.
2. Terwujudnya
sistem
penanganan
darurat
bencana
melalui
koordinasi, peningkatan sumber daya pendukung, dan manajemen
logistic yang efektif dan efisien.
3. Terwujudnya upaya rehabilitasi dan rekonstruksi yang lebih baik.
4.3. Strategi dan Kebijakan SKPD
Untukmelindungi masyarakat dari ancaman bencana, setidaknya diperlukan
3 strategi yang didukung formulasi kebijakan yang membuat masyarakat
tangguh dan mampu menghadapi bencana.
Strategi tersebut adalah:
1) Melindungi masyarakat dari Ancaman Bencana melalui Pengurangan
Resiko Bencana di segala aspek. Upaya tersebut harus didukung
dengan kebijakan
a. Mewujudkan
pemerintah,
kesiapsiagaan
lembaga
seluruh
swasta,
menghadapi ancaman
dan
kemungkinan
komponen
masyarakat
terjadinya
baik
dalam
bencana
secara terencana, terpadu, dan berkelanjutan.
b. Melibatkan masyarakat sebagai subyek dan obyek dalam
upaya penanggulangan bencana
2) Membangun Sistem dan penguatan kapasitas Penanggulangan
Bencana yang handal dengan kebijakan:
a. Mewujudkan
masyarakat
kepekaan,
secara
ketangguhan,
melembaga
dalam
dan
partisipasi
penanggulangan
bencana.
b. Membangun Jejaring dengan lembaga yang terkait dan
kompeten dalam penanggulangan Bencana, baik dari Instansi
22
Pemerintah, swasta, akademisi, TNI/POLRI, maupun NGO
nasional maupun internasional
3) Menyelenggarakan Penanggulangan Bencana secara terencana,
terpadu dan menyeluruh dengan kebijakan:
a. Melaksanakan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana
dalam
upaya
pemulihan
kehidupan
dan
penghidupan
masyarakat.
b. Membangun Jejaring dengan lembaga yang terkait dan
kompeten dalam rehabilitasi dan rekonstruksi Bencana.
Secara umum stategi BPBD dalam mencapai visi dan misi dapat
dijabarkan dalam program dan kegiatan sebagai berikut:
1. Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan
a. Kegiatan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran.
b. Kegiatan peningkatan kapasitas penanggulangan Bahaya Kebakaran.
2. Program Pencegahan Dini (Program lintas SKPD)
a.
Kegiatan pengembangan system kesiapsiagaan bencana
b.
Kegiatan pengembangan integrasi /sinkronisasi penanggulangan
bencana dalam pembangunan
c.
Program pengembangan system pengurangan resiko bencana
d.
Kegiatan penguatan / pengembangan kapasitas kelembagaan
Penanggulangan Bencana
e.
Kegiatan Pengurangan resiko bencana berbasis masyarakat
f.
Kegiatan sosialisasi dan pemantauan potensi bencana
g.
Kegiatan gladi lapang / simulasi penanggulangan bencana
h.
Kegiatan pengumpulan dan pengolahan data informasi untuk
pengurangan resiko bencana
i.
Pemberdayaan PUSDATIN / PUSDALOPS
23
j.
3.
Fasilitasi dan koordinasi pengurangan resiko bencana
Program Tanggap Darurat
a.
Kegiatan pelayanan pertolongan korban bencana
b.
Pemberdayaan Relawan dalam tanggap darurat
c.
Kegiatan pengembangan pemenuhan kebutuhan dasar tanggap
darurat
4.
d.
Kegiatan pelayanan kelompok rentan
e.
Kegiatan penilaian kerusakan, kerugian akibat bencana
f.
Kegiatan manajemen distribusi logistic dan prasarana
g.
Fasilitasi dan koordinasi pengelolaan tanggap darurat bencana
Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi
a.
Fasilitasi dan koordinasi rehabilitasi dan rekonstruksi bencana
b.
Kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi korban bencana di bidang fisik
c.
Kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi korban bencana di bidang non
fisik
d.
Pemberdayaan masyarakat dalam rehabilitasi dan rekonstruksi akibat
bencana
e.
Kegiatan pengembangan mutu rehabilitasi dan rekonstruksi pasca
bencana
f.
Kegiatan penguatan kearifan local dalam rehabilitasi dan rekonstruksi
24
BAB V
INDIKATOR KINERJA SKPD
YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN
SASARAN RPJMD
Rencana
Strategis
SKPD
menjadi
sangat
penting
artinya
dalam
mengaplikasikan berbagai persoalan pembangunan sebagai wujud nyata dari tanggung
jawab
pemerintah
mengedepankan
Development
dalam
menghadapi
perencanaan
(CBD)
dengan
berbagai
berbasis
pada
keterlibatan
kebutuhan
masyarakat
yang
masyarakat,
Community
Base
lebih
banyak
para
pelaku-pelaku
pembangunan (stake holders) dalam menciptakan Good Governament sesuai dengan
ketentuan paradigma baru, yang pada gilirannya akan mampu menciptakan
kebijaksanaan yang dampaknya merembes ke bawah (trickle down effect) sehingga
keberpihakan pada masyarakat kecil benar-benar dikedepankan.
Rencana Strategis nantinya akan dipakai pedoman Rencana Kerja (Renja)
SKPD dan mengacu pada RKPD, memuat kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan baik yang dilaksanakan lagnsung oleh Pemerintah Daerah, maupun
yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Rencana Strategis SKPD
ditetapkan dengan Peraturan Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah setelah
disesuaikan dengan RPJM Daerah.Naskah rancangan Renstra SKPD ini selanjutnya
disampaikan kepala SKPD kepada Bappeda untuk di verifikasi.
25
Tabel 6.1 Indikator Kinerja SKPD yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD
Kondisi
Kondisi
Kinerja pada
NO
Indikator
Kinerja
Target Capaian Setiap Tahun
awal periode
pada akhir
RPJMD
Tahun 0
(1)
(2)
(3)
periode
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
1
2
3
4
5
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
26
RPJMD
(9)
Download