LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RUANG KENANGA RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO DISUSUN OLEH : NAMA : WAHYU DIANTO NIM : 113 115 021 STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIKES) AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP 20015/2016 A. PENGERTIAN Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang keluar dari rongga peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis, dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus, apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum dan terjadi perlengketan (Sjamsuhidajat, 1997). Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus atau lateralis menyelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga perut melalui anulus inguinalis externa atau medialisis (Arif Mansjoer dkk, 2001). B. KLASIFIKASI Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia menurut letaknya dan hernia menurut sifat atau tingkatanya. 1. Adapun hernia menurut letaknya adaalah : a. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek) Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior,menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih tinggi pada bayi & anak kecil b. Hernia Inguinalis Medialis (direk) Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach. c. Hernia femoralis Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita dibanding pria. Hernia ini mulai sebagai penyumbat dikanalis femoralis yang membesar secara bertahap menarik peritonium dan akibatnya kandung kemih masuk ke dalam kantung. d. Hernia umbilikalis Batang usus melewati cincin umbilical. sebagian besar merupakan kelainan yang didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada wanita dan pada pasien yang memliki keadaan peningkatan tekanan intra abdomen, seperti kehamilan, obesitas, asites, atau distensi abdomen. Tipe hernia ini terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca operasi seperti infeksi dan nutrisi yang tidak adekuat. e. Hernia skrotalis Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum. 2. Menurut sifat atau tingkatannya : a. Hernia reponibel. Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk. Pada hernia reponibel ini penderita tidak mengeluh nyeri dan tidak ada gejala obstruksi usus. b. Hernia ireponibel. Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia tidak masuk kembali ) biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada peritoneum. c. Hernia inkaserata. Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia tidak dapat kembali disertai dengan gangguan aliran khusus. Gambaran klinis obstruksi usus dengan gambaran keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Keadaan ini hernia bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut, akibatnya terjadi gangguan passase dan hernia ini lebih dimaksudkan hernia irreponibel d. Hernia strangulata Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk ke dalam kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan system perdarahannya sehingga mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak dapat dimasukan kembali di sertai adanya nyeri tekan. C. ETIOLOGI 1. Faktor congenital Pada pria terdapat suatu processus yang berasal dari peritoneum parietalis, yang dalam masa intra uterin merupakan guide yang diperlukan dalam desenskus testikulorm, processus ini seharusnya menutup. Bila testis tidak sampai ke skrotum, processus ini tetap akan terbuka, atau bila penurunan baru terjadi 1 – 2 hari sebelum kelahiran, processus ini belum sempat menutup dan pada waktu lahir masih tetap terbuka. 2. Faktor utama Terjadi setelah operasi sebagai akibat gangguan penyembuhan luka. 3. Faktor umur dan jenis kelamin Orang tua lebih sering daripada anak muda, pria lebih banyak dari pada wanita. 4. Faktor adipositas Pada orang gemuk jaringan lemaknya tebal tetapi dinding ototnya tipis sehingga mudah terjadi hernia. 5. Faktor kelemahan muskulo aponeurosis Biasanya ditemukan pada orang kurus. 6. Faktor tekanan intra abdominal Ditemukan pada orang-orang dengan batuk yang kronis, juga pada penderita dengan kesulitan miksi seperti hypertrofi prostat, gangguan defekasi, serta pada orang yang sering mengangkat berat. D. PATOFISIOLOGI Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah factor congenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis faktor yang kedua adalah faktor yang dapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan factor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari annulus ingunalis ekstermus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi talis perma pada laki-laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala illeus yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltikusus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung, muntahdan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolanmenjadi merah. E. MANIFESTAFI KLINIK 1. Pada orang dewasa a. Laki-laki 1) Benjolan di daerah inguinal dapat mencapai skrotum. 2) Benjolan timbul bila berdiri atau mengejan dan bila berdiri lama/mengejan kuat maka benjolan makin membesar. 3) Terasa nyeri bila terjadi incarserata dan terasa kram apabila benjolannya besar. b. Wanita Benjolan dapat mencapai labium majus. 2. Pada anak-anak Bila menangis, timbul benjolan pada abdomen bagian bawah, dapat mencapai skrotum atau labium majus, bila berbaring benjolan akan hilang karena isi kantong hernis masuk ke dalam kavum abdomen. F. KOMPLIKASI Komplikasi yang muncul antara lain: 1. Perlekatan / hernia akreta. 2. Hernia irreponibel. 3. Jepitan → vaskularisasi terganggu → iskhemi → gangrene → nekrosis. 4. Infeksi. 5. Obstipasi → obstruksi / konstipasi. 6. Hernia incarserata → Illeus. G. PATHWAYS H. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang yang mendukung penykit hernia inguinalis lateralis adalah: 1. Laboratorium. 2. Rontsgen. 3. EKG. 4. USG. I. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu konservatif dan pembedahan. 1. Konservatif Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis pamakaian korset tidak dianjurkan karena alat ini dapat melemahkan otot dinding perut. Pada terapi konservatif dapat pula di berikan obat anti analgetik yaitu mengurangi nyeri. 2. Pembedahan Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong hernia ) dan menjepit kantung hernia ( herniorafi ). Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pasien yang telah dilakukan tindakan pembedahan disarankan untuk tidak boleh mengendarai kendaran, aktifitas dibatasi, seperti tidak boleh mengangkat benda berat, mendorong atau menarik benda paling sedikit 6 minggu. J. FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Nyeri Akut berhubungan agen injury fisik Kriteria hasil : Klien mengatakan nyeri hilang atau berkurang. Tanda – tanda vital dalam batas normal. Wajah klien rileks. Rencana Tindakan : Observasi tanda – tanda vital. Kaji skala nyeri, lokasi, lamanya faktor yang memperberat karaktersitik. Ajarkan tehnik relaksasi napas dalam, dan distraksi pengalihan seperti mengobrol, mendengarkan musik dan membaca buku. Berikan posisi yang nyaman (semifowler). Kolaborsi pemberian obat analgetik. 2. Resiko Infeksi Kriteria Hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus. luka bersih tidak lembab dan kotor. Tanda-tanda vital normal. Rencana Tindakan : Pantau tanda-tanda vital. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik. 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum. Kriteria Hasil : perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri. pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu. Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak. Rencana Tindakan : Rencanakan periode istirahat yang cukup. Berikan latihan aktivitas secara bertahap. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien. DAFTAR PUSTAKA Mansjoer, A, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, Media Aesculapius, Jakarta. Setiawan, 2012. Hernia Inguinalis. (online), (http://setiawanaj.blogspot.com/ diakses tanggal 20 Nopember 2012). Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi, penerbit EGC, Jakarta. Doenges Marylinn E, 2000. Moorhouse Mary Frances, geissler Alice. Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi 3), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.