hernia - DoCuRi

advertisement
҉ AHMAD SAHRANI
҉ ISSA INA JARINI
҉ MUHAMMAD WILDANI
҉ SRIWATI
Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal
suatu defek pada fasia dan muskukaponeurotik dinding perut, baik
secara kongenital atau di dapat, yang memberi jalan keluar pada
setiap alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut.
(Arief Mansjor dkk, 2000)
Hernia adalah masuknya lapisan perut (kadang-kadang disertai
dengan isi perut, seperti usus) ke dalam kantong kemaluan atau lipat
paha. Hal tersebut karena ada gangguan dalam pembentukan alat
genetalia
eksterna.
Hernia pada umumnya berbentuk lonjong, tidak terbatas tegas,
kenyal-kenyal dan karena isinya lebih padat, maka tidak tembus bila
disorot sinar. Pada umumnya, hernia merupakan benjolan yang
hilang timbul.
Bagian hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia itu
sendiri. Isi hernia x’usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus
(omentum). Bila ada bagianlemah dari lapisan otot dinding perut,
maka usus det keluar ke tempat yang tidak seharusnya yakni bisa
diafragma, lipatan paha, atau di pusar. Umumnya hernia tidak
menyebabkan nyeri namun akan terasa bila hernia terjadi pada
cincin hernia.
Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga
lemah. Lemahnya dinding ini mungkin merupakan cacat
bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir, contoh
hernia bawaan adalah hermia omphalokel yang terjadi karena
waktu bayi lahir tali pusatnya tidak segera berobliterasi
(menutup) dan masih terbuka. Demikian pula hernia
diafragmatika. Hernia dapat diawasi pada anggota keluarga
misalnya bila ayah menderita hernia bawaan, sering terjadi
pula pada anaknya.
Pada manusia umur lanjut jaringan penyangga makin
melemah, manusia umur lanjut lebih cenderung menderita
hernia inguinal direkta. Pekerjaan angkat berat yang dilakukan
dalam jangka lama juga dapat melemahkan dinding perut
(Oswari. 2000 : 217).
Disebabkan
oleh
gangguan
pembentukan
diafragma. Diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu
membrane pleuroperitonei, septum transversum dan
pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot dinding
dada. Gangguan pembentukan itu dapat berupa
kegagalan pembentukan seperti diafragma, gangguan
fusi ketiga unsure dan gangguan pembentukan seperti
pembentukan otot. Pada gangguan pembentukan dan
fusi akan terjadi lubang hernia, sedangkan pada
gangguan pembentukan otot akan menyebabkan
diafragma tipis dan menimbulkan eventerasi.
Para ahli belum seluruhnya mengetahui faktor yang
berperan dari penyebab hernia diafragmatika, antara
faktor lingkungan dan gen yang diturunkan orang tua.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Menangis terus
Muntah
Distensi abdomen
Feces berdarah
Nyeri bila sudah ditemukan komplikasi
Benjolan yang hilang timbul di paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan
menghilang setelah berbaring
7. Gelisah, kadang-kadang perut kembung
8. Konstipasi
9. Tidak ada flatus
Jepitan hernia akan menyebabkan
gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaaan terjadi bendungan vena sehingga
terjadi odem organ atau struktur didalam hernia
dan transudasi kedalam kantong hernia.
Timbulnya odem menyebabkan jepitan pada
cincin hernia makin bertambah sehingga
akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi
hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia
berisi transudat berupa cairan serosanguinus.
Jika isi hernia terdiri dari usus, maka dapat
terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses local, fistel atau peritonitis
jika terjadi hubungan dengan rongga perut
(Schwarts, 2001).
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Foto ronsen spiral : memperlihatkan adanya perubahan degeneratif
pada tulang belakang / ruang mengesampingkan kecurigaan
patologis lain.
Elekromiografi : dapat melokalisasi lesi pada tingkat akar saraf spiral
utama yang terkena
Venogram epidural : dapat dilakukanm pada kasus dimana
keakuratan dan miogram terbatas
Pungsi lumbal : mengesampingkan kondisi yang berhubungan,
infeksi, adanya darah.
Tanda seqiu (test dengan mengangkat kaki lurus keatas) :
mendukung diagnosa awal dari herniasi diskusi invertebralis ketika
muncul nyeri pada kaki posterior.
Skan CT : dapat menunjukkan kanal spinal mengecil, adanya protrusi
diskus invertebralis.
MRI : pemeriksaan monivosit yang dapat menunjukkan adanya
perubahan tulang dan jaringan lunak dan dapat memperkuat bukti
adanya herniasi diskus.
Micologram : mungkin normal atau memperlihatkan “penyempitan”
dari ruang diskus, menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara
spesifik.
1. Pembedahan
Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk
mengurangi nyeri dan mengubah defisit neurologik.
Macam :
a. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi
atau yang keluar dari diskus intervertebral
b. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.
c. Disektomi dengan peleburan.
2. Meredakan Nyeri
Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksan
otot, obat anti inflamasi dan jika perlu kortikosteroid.
A.
pengkajian
•
•
•
•
•
•
Identitas Klien
Keluhan utama
Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan dahuli
Riwayat kesehatan keluarga
Pola-pola fungsi kesehatan
1.
2.
3.
4.
Nyeri berhubungan dengan Kompresi saraf, spasme otot
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri,
spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus
Ansietas berhubungan dengan tidak efektifnya koping
individual
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi mengenai kondisi, prognosis dan tindakan
pengobatan.
1.
Nyeri berhubungan dengan kompresi saraf, spasme otot

Intervensi
a.
Kaji keluhan nyeri, lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus / yang
memperberat. Tetapkan skala 0 – 10
b.
Pertahankan tirah baring, posisi semi fowler dengan tulang spinal,
pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi telentang
c.
Gunakan logroll (papan) selama melakukan perubahan posisi
d.
Bantu pemasangan brace / korset
e.
Batasi aktifitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan
f.
Ajarkan teknik relaksasi
g.
Kolaborasi : analgetik, traksi, fisioterapi
2.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan degan nyeri, spasme
otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus
 intervensi
a. Berikan / bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak
pasif dan aktif
b. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif
c. Berikan perawatan kulit dengan baik, masase titik yang
tertekan setelah rehap perubahan posisi. Periksa keadaan
kulit dibawah brace dengan periode waktu tertentu.
d. Catat respon emosi / perilaku pada immobilisasi
e. Demonstrasikan penggunaan alat penolong seperti tongkat.
f.
Kolaborasi : analgetik
3. Ansietas berhubungan degan tidak efektifnya koping
individual

Intervensi
a. Kaji tingkat ansietas pasien
b. Berikan informasi yang akurat
c. Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan
masalah seperti kemungkinan paralisis, pengaruh terhadap
fungsi seksual, perubahan peran dan tanggung jawab.
d. Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi
keinginan untuk sembuh dan mungkin menghalangi proses
penyembuhannya.
e. Libatkan keluarga
4.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai kondisi, prognosis

Intervensi
a.
Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis dan pembatasan
kegiatan kepada keluarga
b.
Berikan informasi kepada keluarga mengenai mekanika tubuh sendiri
untuk berdiri, mengangkat dan menggunakan sepatu penyokong
c.
Diskusikan kepada keluarga mengenai pengobatan dan efek
sampingnya.
d.
Anjurkan kepada keluarga untuk menggunakan papan / matras yang
kuat, bantal kecil yang agak datar dibawah leher, tidur miring dengan
lutut difleksikan, hindari posisi telungkup.
e.
Hindari pemakaian pemanas dalam waktu yang lama
f.
Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda-tanda yang perlu
diperhatikan seperti nyeri tusuk, kehilangan sensasi / kemampuan
untuk berjalan.
1.
2.
3.
4.
Nyeri berkurang atau hilang
Klien mampu melakuka aktivitas secara mandiri
Ansietas yang dialami klien berkurang
Keluarga / klien mengetahui tentang penyakit dan
penanganannya.
Download