Presentasi Kasus Bedah Digestif Hernia Skrotalis Dekstra Ireponibel

advertisement
Presentasi Kasus Bedah Digestif
Hernia Skrotalis Dekstra Ireponibel
MODUL PRAKTIK KLINIK ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
RUMAH SAKIT DR CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA 2013
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien













Nama
Usia
Tempat Tanggal Lahir
Agama
Suku
Pekerjaan
Pendidikan
Status Pernikahan
Tempat Tinggal
Tanggal berkunjung
No.Rek Medis
Pembiayaan
Tanggal masuk RS
: Tn. MHS
: 75 tahun
: 4 April 1938
: Islam
: Sunda
: Pensiun
: SMA
: Menikah
: Tangerang
: 31 Oktober 2013
: 2967501
: Jamkesmas
: 31 Oktober 2013
Keluhan Utama
 Pasien mengeluh nyeri pada pangkal paha kanan yang
memberat sejak 1 bulan SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
5 bulan SMRS
• Nyeri dirasakan seperti ditekan
• skala nyeri 5 dari 10
• Nyeri timbul terutama bila pasien sedang beraktivitas berat seperti olahraga dan bercocok tanam
• nyeri biasanya muncul berbarengan dengan adanya benjolan pada kantong kemaluan sisi kanan
• menghilang bila pasien istirahat.
• Pasien lebih nyaman pada posisi jongkok bila nyeri sedang berlangsung
• nyeri semakin sering
• tidak membaik dengan jongkok
1 bulan SMRS
3 tahun
SMRS
• benjolan kecil yang dapat keluar dan masuk sendiri dari kantong
kemaluan.
• terlihat setelah pasien beraktivitas berat dan bercocok tanam
terutama aktivitas yang mengedan.
• benjolan dapat dimasukkan kembali dengan cara pasien jongkok dan
memasukkannya menggunakan tangan.
• tidak disertai nyeri
5 bulan
SMRS
• benjolan semakin besar,
• tidak dapat dimasukkan kembali.
• benjolan bewarna merah, mengkilat, tetapi tidak panas dan tidak
ada nyeri pada benjolan
 Pasien mengeluhkan BAB sering keras dan harus mengedan




bila ingin BAB.
BAK lancar, tidak ada keluhan
Keluhan demam, mual, muntah, tidak ada
Riwayat batuk lama disangkal.
Pasien merupakan penderita hipertensi sejak 13 tahun yang
lalu dan rutin kontrol di PJT. Pasien rutin meminum obat
namun tidak ingat obat yang diminum.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit.
Tidak terdapat riwayat kencing manis, sakit jantung, sakit
ginjal, sakit paru, stroke, asma, sakit kuning, dan alergi.
Riwayat Penyakit Keluarga
 Ayah dan adik pasien menderita keluhan yang sama.
 Ayah dan adik pasien juga menderita hipertensi.
 Riwayat kencing manis, asma, sakit ginjal, sakit paru, stroke,
sakit kuning, dan alergi disangkal
Riwayat Sosial
 Pasien sudah menikah.
 Saat ini pasien beraktivitas sebagai instruktur olahraga
 Hobi pasien bercocok tanam seperti mencangkul.
 Pasien jarang mengkonsumsi sayur.
 Riwayat merokok dan alkohol disangkal.
 Pembiayaan pasien menggunakan Jamkesmas.
Pemeriksaan Fisik
(2 November 2013 )
Status Generalis
 Keadaan umum
 Kesadaran
 Tekanan darah
 Frekuensi Nadi
 Frekuensi Nafas
 Suhu
 Keadaan gizi
 Tinggi badan
 Berat badan
 IMT
: Sakit sedang
: Kompos Mentis
: 160/100 mmHg
: 78x/menit, reguler, isi cukup
: 16x/menit, teratur, torakoabdominal
: 36,5OC
: cukup
: 160 cm
: 58 kg
: 22,7 kg/m2
 Kepala






: normosefal, tidak didapatkan deformitas
ataupun nyeri tekan
Rambut
: hitam dengan rambut putih diataranya,
distrbusi merata dan tidak mudah dicabut
Kulit
: warna kulit sawo matang dan turgor kulit baik
Mata
: konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak ikterik
THT
: tidak didapatkan deformitas, faring tidak
hiperemis, tonsil T1/T1
Oral
: tidak didapatkan caries dentis, oral hygiene baik
Leher
: JVP 5-2 cm H2O, tidak teraba pembesaran
kelenjar getah bening
 Jantung
 Inspeksi
: Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi
: Iktus kordis teraba pada linea midklavikula sela iga
5, tidak ada tapping, thrilling, heaving, maupun lifting
 Perkusi
: batas jantung kanan, kiri, pinggang jantung dalam
batas normal
 Auskultasi : Bunyi Jantung 1 dan bunyi jantung 2 normal, tidak
ada gallop dan murmur
 Paru
 Inspeksi
: Simetris saat stasis dan dinamis, tidak didapatkan
napas cupis hidung, bantuan otot bantu napas ataupun retraksi
sela iga
 Palpasi
: Ekspansi dada kanan dan kiri simetris, fremitus
kanan sama dengan fremitus kiri
 Perkusi
: Sonor pada kedua paru, batas paru kanan dan hati
normal, batas paru kiri dan lambung normal
 Auskultasi : Vesikular pada kedua lapang paru, tidak didapatkan
ronkhi ataupun wheezing
 Abdomen
 Inspeksi
: supel, datar, tidak ada venektasi ataupun massa
 Palpasi
: tidak didapatkan nyeri tekan, hepar dan limpa tidak
teraba
 Perkusi
: seluruh lapang abdomen timpani, shifting dullness
tidak ada
 Auskultasi : Bising usus positif 10x/menit
 Ekstremitas : Akral hangat, CRT< 2”, tidak ada deformitas,
tidak ada edema pada kedua tungkai.
Status Lokalis
 Skrotum dekstra :
 Inspeksi : Terdapat massa dengan
bentuk lonjong dengan ukuran sebesar
telapak tangan orang dewasa, bewarna
seperti kulit disekitarnya, tidak
terdapat tanda radang
 Palpasi : teraba massa dengan ukuran
20x10x10 cm, permukaan rata, tidak
nyeri, teraba lunak, fkultuasi (-), testis
kanan sulit dinilai, transluminasi (-).
 Auskultasi : bising usus (+)
 Skrotum sinistra : dalam batas normal.
Resume
 Pasien laki-laki, 75 tahun, mengeluh nyeri pada pangkal paha kanan yang






dirasakan sejak 5 bulan SMRS dan memberat sejak 1 bulan SMRS.
Nyeri dirasakan seperti ditekan, hilang saat istirahat dan dalam posisi
jongkok dan timbul saat beraktivitas berat, dengan skala nyeri 5 dari 10.
Pasien juga mengeluh benjolan yang muncul sejak 3 tahun SMRS, dapat
keluar dan masuk sendiri dari kantong kemaluan, terlihat setelah pasien
beraktivitas berat dan bercocok tanam, dan saat mengedan, serta tidak
nyeri.
Sejak muncul rasa nyeri 5 bulan SMRS, benjolan tersebut semakin besar,
tidak dapat dimasukkan lagi, bewarna kemerahan, mengkilat, tetapi tidak
panas.
Pasien juga mengeluhkan BAB sering keras dan harus mengedan bila
ingin BAB.
Mual, muntah, demam, keluhan BAK tidak ada.
Riwayat batuk lama disangkal.
 pasien juga menderita hipertensi sejak 13 tahun yang lalu yang
tidak terkontrol.
 Terdapat faktor risiko aktivitas berat seperti olahraga, bercocok
tanam (mencangkul), sering mengedan saat BAB, jarang
mengonsumsi sayur dan buah-buahan, serta adanya riwayat hernia
pada keluarga.
 Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 160/100 mmHg,
status generalis dalam batas normal
 pada skrotum dekstra terdapat massa dengan bentuk lonjong
dengan ukuran ukuran 20x10x10 cm, bewarna seperti kulit
disekitarnya, tidak terdapat tanda radang, permukaan rata, tidak
nyeri, teraba lunak, fluktuasi (-), testis kanan sulit dinilai,
transluminasi (-), serta bising usus (+).
Daftar Masalah
 Hernia skrotalis dekstra ireponibel
 Hipertensi grade II tidak terkontrol
Tatalaksana
 Pro hernioplasti + MESH 15 x 7,5 cm
 Persiapan operasi (menilai toleransi operasi)
 Antibiotik profilaksis cefazolin 1x1 g inj
 Valsartan 1x8 mg tab
 Amlodipin 1x5 mg tab
 Diet biasa 1600 kalori
 Cek DPL, profil lipid, EKG, Foto Thorax
 Edukasi mengonsumsi serat dan buah-buahan
 Edukasi untuk mengurangi aktivitas berat
Prognosis
 Ad vitam: bonam
 Ad functionam: dubia ad bonam
 Ad sanactionam: dubia ad bonam
Hernia
 latin  “rupture” 
penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga
bersangkutan  benjolan
pada permukaan kulit.
 sering terjadi pada dinding
perut, yaitu jika aponeurosis
dan fasia tidak tertutupi oleh
otot, seperti pada daerah
inguinal, femoral, umbilikal,
dan sebagainya
Beauchamp, Evers, Mattox. Biliary system in: Sabiston textbook of surgery [ebook]. 18th ed. USA: Elsevier Saunders; 2005.
Tortora GJ dan Derrickson B.Principle of anatomy and physiology [ebook]. 12ed. USA:John Wiley&Sons;2009.
Bagian-Bagian Hernia
 Cincin
 kantong yang merupakan
dinding dalam hernia yang
dilapisi peritoneum
 isi hernia
Yamada T, et al. Textbook of gastroenterology. 5th ed. Vol. 1. UK:Blackwell Publishing;2009. p.2484-9.
Jenis-Jenis Hernia
Grace PA, Bolley NR. Surgery at a glance [ebook]. 2nd ed. UK: Blackwell Science; 2002.
Epidemiologi
 5% dari populasi manusia
 pria : wanita = 7:1
 Pria  hernia inguinal indirek :
direk = 2:1
 hernia meningkat seiring dengan
bertambahnya usia
 Perbandingan Hernia femoralis,
umbilikalis, dan insisional lebih
banyak dialami oleh wanita
 hernia lebih sering terjadi pada
sisi kanan.  keterlambatan
atrofi dari prosesus vaginalis
setelah proses normal turunnya
testis kanan ke dalam skrotum
selama perkembangan fetus
Beauchamp, Evers, Mattox. Biliary system in: Sabiston textbook of surgery [ebook]. 18th ed. USA: Elsevier Saunders; 2005.
Yamada T, et al. Textbook of gastroenterology. 5th ed. Vol. 1. UK:Blackwell Publishing;2009. p.2484-9.
Etiologi dan Faktor Risiko
 Defek pada dinding abdomen
 Peningkatan tekanan intraabdomen
 gangguan pada mekanisme berikut
 Kanalis inguinalis yang berjalan
miring
 Struktur otot oblikus internus
abdominis yang menutup annulus
inguinalis ketika berkontraksi
 Fasia transversa kuat yang
menutupi trigonum Hesselbach
yang umumnya hampit tidak
berotot
 gangguan pada pembentukan dan
pemecahan kolagen
Beauchamp, Evers, Mattox. Biliary system in: Sabiston textbook of surgery [ebook]. 18th ed. USA: Elsevier Saunders; 2005.
Yamada T, et al. Textbook of gastroenterology. 5th ed. Vol. 1. UK:Blackwell Publishing;2009. p.2484-9.
Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar, TR, Dunn DL. Schwartz principles of surgery. [ebook]. 9th ed. USA:McGraw-Hills;2010.
Hernia Inguinalis
Anatomi
 inguinalis
 superior  aponeurosis
m.transversus abdominis
 inferolateral  ramus atas
dari pubis dan otot psoas
 Kanalis inguinalis
 sepanjang 4 cm
 di atas ligamen inguinal
 di antara annulus inguinalis
interna dan annulus
inguinalis eksterna
Beauchamp, Evers, Mattox. Biliary system in: Sabiston textbook of surgery [ebook]. 18th ed. USA: Elsevier Saunders; 2005.
Yamada T, et al. Textbook of gastroenterology. 5th ed. Vol. 1. UK:Blackwell Publishing;2009. p.2484-9.
Tempat Predileksi Hernia
 segitiga Hesselbach
 inferior  ligamentum
inguinal
 Lateral  arteri
epigastrika inferior
 medial  lateral m.rektus
abdominis
 kanalis inguinalis
 Femoralis  di bawah
ligamentum inguinalis
Yamada T, et al. Textbook of gastroenterology. 5th ed. Vol. 1. UK:Blackwell Publishing;2009. p.2484-9.
2 Tipe Hernia Inguinalis
 Hernia inguinalis
indirek/lateralis
 lateral arteri epigastrika
inferior atau lateral segitiga
Hesselbach
 hernia skrotalis
 3% kasus mengalami
komplikasi strangulata 
cincin yang sempit
 Hernia inguinalis
direk/medialis
 Medial arteri epigastrika
inferior
 tidak disertai strangulasi
Beauchamp, Evers, Mattox. Biliary system in: Sabiston textbook of surgery [ebook]. 18th ed. USA: Elsevier Saunders; 2005.
Yamada T, et al. Textbook of gastroenterology. 5th ed. Vol. 1. UK:Blackwell Publishing;2009. p.2484-9.
Syamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Buku Ajar Ilmu Bedah.3 th ed Jakarta: EGC;2010.
Grace PA, Bolley NR. Surgery at a glance [ebook]. 2nd ed. UK: Blackwell Science; 2002.
Diagnosis : Manifestasi Klinis
 benjolan di lipat paha
 muncul waktu berdiri, batuk, bersin, mengangkat benda berat
atau mengedan
 menghilang saat berbaring.
 Bisa disertai rasa nyeri di daerah epigastrium atau
paraumbilikal
 nyeri viseral  regangan pada mesenterium sewaktu satu
segmen usus halus masuk ke dalam kantong.
 Nyeri yang disertai mual dan muntah
 inkarserata karena ileus
 strangulasi karena nekrosis
Syamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Buku Ajar Ilmu Bedah.3 th ed Jakarta: EGC;2010.
Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ke-.3. Jakarta : Media Aesculapius FKUI; 2000.
She Warts dan Seymour I. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Laniyati Celal, alih bahasa. Linda Chandranata, editor.Jakarta:EGC; 2000. hal
509-515.
Jenis
Reponibel Nyeri Obstruksi Tampak
Toksik
sakit
Repobibel/bebas
+
-
-
-
-
Ireponibel
-
-
-
-
-
Inkarserata
-
+
+
+
-
Strangulata
-
++
+
++
++
Syamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Buku Ajar Ilmu Bedah.3 th ed Jakarta: EGC;2010.
Diagnosis : Pemeriksaan Fisik
inspeksi
• mengedan dalam posisi berdiri  penonjolan di regio inguinalis yang
berjalan dari lateral atas ke medial bawah  hernia inguinalis lateralis
• asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi
berdiri dan berbaring.
Palpasi
• diraba konsistensinya
• Jika dapat direposisi,  mengedan
• kalau ujung jari menyentuh hernia  hernia inguinalis lateral
• bagian sisi jari  hernia inguinalis medialis.
• Kantong hernia yang kosong  tanda sarung tangan sutera.
• Kalau kantong hernia berisi organ,  usus, omentum (seperti karet)
atau ovarium
Syamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Buku Ajar Ilmu Bedah.3 th ed Jakarta: EGC;2010.
Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ke-.3. Jakarta : Media Aesculapius FKUI; 2000.
Inguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearinghouse. Last Updated December 2008. (Available from http:// digestive.
niddk.nih. gov/ddiseases/ pubs/inguinalhernia. cited on November 6th 2013).
Tatalaksana
 Konservatif
 Reposisi secara bimanual
 pemakaian penyangga atau
penunjang.
 faktor-faktor yang
meningkatkan tekanan
intra abdomen juga harus
dicari dan diperbaiki.
 Operatif
 Indikasi :
 sejak diagnosa ditegakkan
 untuk mencegah
kekambuhan
 hernia dengan komplikasi
 hernia bilateral
 hernia dengan gejala
obstruksi sebelumnya
 pada pasien yang ingin
kembali aktif beraktivitas
Yamada T, et al. Textbook of gastroenterology. 5th ed. Vol. 1. UK:Blackwell Publishing;2009. p.2484-9.
Syamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Buku Ajar Ilmu Bedah.3 th ed Jakarta: EGC;2010.
Grace PA, Bolley NR. Surgery at a glance [ebook]. 2nd ed. UK: Blackwell Science; 2002.
Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ke-.3. Jakarta : Media Aesculapius FKUI; 2000.
Prinsip Dasar Operatif
 Herniotomi
 membebaskan kantong hernia sampai
ke lehernya
 Hernioplasti
 memperkecil annulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding
posterior kanalis inguinalis
 Bassini  m. oblikus internus
abdominis dan m. transverses internus
abdominis (conjoint tendon) ke
ligamentum inguinale poupart
menurut
 McVay  fasia transversa, m.
transverses abdominis, m. oblikus
internus abdominis ke ligamentum
cooper
 prosthesis mesh untuk memperkuat
fasia transversalis yang menjadi dasar
kanalis inguinalis
Syamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Buku Ajar Ilmu Bedah.3 th ed Jakarta: EGC;2010.
Diskusi
Nyeri pada pangkal paha
• muskuloskeletal, genitalia, skrotalis
benjolan di kantung kemaluan kanan
• hilang timbul dengan adanya peningkatan tekanan intraabdomen  hernia
• 3 tahun SMRS  dapat direposisi  reponibel
• 5 bulan SMRS  benjolan semakin besar, tidak dapat dimasukkan kembali,
tidak terasa nyeri, tidak ada gangguan BAB, mual, muntah, perut kembung 
ireponibel
• benjolan dari inguinal kanan ke skrotum, berbentuk lonjong, kenyal, dan pada
finger test teraba benjolan di ujung jari  hernia inguinalis lateralis
 tatalaksana  hernioplasti dengan MESH sebagai terapi
definitif
 persiapan operasi  pemeriksaan hematologi rutin,
hemostasis darah, fungsi ginjal, fungsi hati, fungsi jantung
dilakukan EKG dan foto thoraks, serta diberikan antibiotik.
 pasien juga diedukasi untuk rutin mengonsumsi sayur sebagai
pencegahan terjadinya konstipasi sehingga pasien tidak lagi
mengedan saat BAB dan mengurangi kebiasaan mencangkul
saat bercocok tanam.
 Prognosis
 ad vitam : bonam  tidak mengancam nyawa.
 ad functionam : dubia ad bonam  faktor usia dan defek secara
anatomis
 ad sanactionam : dubia ad bonam
 aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan intraabdomen
 hernia juga dapat terjadi kembali setelah dilakukan tindakan operasi
dengan persentase sebesar 5%
Daftar Pustaka









Beauchamp, Evers, Mattox. Biliary system in: Sabiston textbook of surgery [ebook]. 18th ed. USA:
Elsevier Saunders; 2005.
Tortora GJ dan Derrickson B.Principle of anatomy and physiology [ebook]. 12ed. USA:John
Wiley&Sons;2009.
Yamada T, et al. Textbook of gastroenterology. 5th ed. Vol. 1. UK:Blackwell Publishing;2009.
p.2484-9.
Syamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Buku Ajar Ilmu Bedah.3th ed
Jakarta: EGC;2010.
Grace PA, Bolley NR. Surgery at a glance [ebook]. 2nd ed. UK: Blackwell Science; 2002.
Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar, TR, Dunn DL. Schwartz principles of surgery. [ebook]. 9th ed.
USA:McGraw-Hills;2010.
Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ke-.3. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI; 2000.
She Warts dan Seymour I. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Laniyati Celal, alih bahasa. Linda
Chandranata, editor.Jakarta:EGC; 2000. hal 509-515.
Inguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearinghouse. Last Updated December
2008. (Available from http:// digestive. niddk.nih. gov/ddiseases/ pubs/inguinalhernia. cited on
November 6th 2013).
Download