Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008 AgNOR SEBAGAI MARKER PROLIFERASI DALAM PENILAIAN RESPON AWAL RADIASI PADA KEMORADIOTERAPI KANKER SERVIKS Iin Kurnia*, Budiningsih S**,Andrijono***, Irwan Ramli****, Cholid Badri**** *Bidang Biomedika PTKMRBatan-Jakarta **Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM-Jakarta ***Departemen Obstetrik Ginekologi/FKUI/RSCM-Jakarta ****Departemen Radioterapi FKUI/RSCM-Jakarta ABSTRAK AgNOR SEBAGAI MARKER PROLIFERASI DALAM PENILAIAN RESPON AWAL RADIASI PADA KEMORADIOTERAPI KANKER SERVIKS. Radiosensitivitas sel terhadap radiasi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tingkat responsife sel kanker terhadap radioterapi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari AgNOR sebagai marker proliferasi dalam penilaian respon awal radiasi pada kemoradioterapi kanker serviks. Penelitian ini dilakukan dengan cara pewarnaan AgNOR terhadap empat puluh enam sediaan mikroskopik histologi KSS (karsinoma sel skuamosa serviks) yang berasal dari dua puluh tiga biopsi sebelum dan setelah 1 minggu radiasi. Sebelum radiasi dilakukan pengelompokkan sediaan mikroskopik berdasarkan derajat diferensiasi baik (G1), sedang(G2) dan buruk (G3) dan subtipe histologik KSS berkeratin dan tidak berkeratin. Tidak ditemukan perbedaan secara statistik nilai AgNOR antara G3,G2 dan G1 maupun sub tipe keratin dan non keratin. Terjadi penurunan nilai AgNOR dari sebelum radioterapi dan setelah satu minggu kemoradioterapi dan secara statistik korelasi positif antara nilai rerata AgNOR sebelum dan penurunannya setelah 1 minggu radiasi (p = 0,0002, r =0.71). Dari data di atas disimpulkan bahwa lebih besar nilaiAgNOR sebelum kemoradioterapi diharapkan lebih radioresponsive dibanding sel kanker yang nilai AgNOR nya lebih rendah. Nilai AgNOR dapat digunakan untuk memprediksi respon radiasi sel kanker serviks setelah satu minggu kemoradioterapi. Kata Kunci proliferasi : AgNOR, karsinoma sel skuamosa serviks, kemoradioterapi, marker ABSTRACT AgNOR AS SENSITIVITY EARLY RESPONSE RADIATION PROLIFERATION MARKER IN CERVICAL CANCER CHEMORADIOTHERAPY. Cell radiosensitivity is one of the most important factor influencing level of tumor cell responsiveness to radiotherapy. Purpose to study AgNOR as sensitivity early response radiation proliferation marker in cervical cancer chemoradiotherapy.The research on AgNOR staining was conducted in twenty-three microscopik specimens obtained from cervical squamosa cell carcinoma (SCC) before and after one week treated with chemoradiotherapy. The specimen was grouped, to histologically keratinizing squamous cell carcinoma and non keratinizing squamous cell carcinoma sub types and to grade of differentiation (G1,G2, G3). No statistical significance was found value of AgNOR both in between G1,G2, G3 and in subtype keratinized and sub type non keratinized. After one week chemoradiotherapy the AgNOR value decreased and we found the positive correlation between AgNOR value and decreasing after one week chemoradiotherapy (p=0,0002, r= 0,71). From the result we conclude that higher the value of AgNOR before Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi(PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia 81 Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008 treated by chemoradiotherapy will be hoped more radioresponsive than the cancer cell with smaller value of AgNOR. The AgNOR value can be used to predict radioresponsive cervical cancer cell after one week chemoradiotherapy. Ke words : AgNOR, squamous proliferation marker cell PENDAHULUAN Karsinoma sel skuamosa serviks (kanker servik) merupakan salah satu tumor ganas yang sering ditemukan di negara berkembang dengan tingkat sosioekonomi rendah. Penderita biasanya datang dalam stadium lanjut sehingga diperlukan pengobatan menggunakan radiasi radioterapi eksterna satu faktor penting dalam menentukan tingkat responsif sel kanker terhadap radioterapi. Pada dasarnya radiosensitivitas sel merupakan suatu konsep yang didasarkan pada derajat respon sel dibedakan terhadap menjadi radiasi, dan 2 jenis yakni, radiosensitivitas essensial dan radiosensitivitas kondisional. Radiosensitivitas essensial berdasarkan kepada kondisi inheren yakni kondisi yang dipengaruhi oleh faktor internal sel itu sendiri, sedangkan radisensitivitas kondisional didasarkan adanya pada faktor eksternal misalnya dosis radiasi, status oksigen2. chemoradiotherapy, variasi yang besar dalam radiosensitivitas tumor, baik pada kasus dengan tipe histologik yang sama apalagi pada sub tipe histologik berbeda. Tumor dengan prosentase sel yang berproliferasi tinggi, merupakan tumor yang paling radiosensitif3. AgNOR merupakan salah satu cara Radiosensitivitas sel merupakan carcinoma, Dari penelitian klinis ditemukan atau intrakaviter1. salah cervical penilaian proliferasi dengan menghitung “nucleolar organizer region” (NOR) yaitu merupakan lengkung DNA ribosom yang ditranskripsikan menjadi RNA ribosomal dengan bantuan RNA polymerase. NOR terletak pada lengan pendek kromosom akrosentrik (nomor 13,14,15,21,22) pada manusia dan terlihat secara ultrastruktural berasosiasi dengan komponen fibril pada fase interfase. NOR mengandung gen yang membentuk ribosomal 18s dan 28s RNA, yang sangat vital untuk sintesis protein3,4. Baru-baru ini dilaporkan bahwa jumlah dan distribusi AgNOR dapat mencerminkan indeks prognosis yang baik untuk kanker usus besar, kanker Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi(PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia 82 Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008 payudara, dan kanker kandung kemih dan menunjukkan kemungkinan derajat antara praradioterapi dan setelah fraksi keganasan dan proliferasi pada karsinoma pertama radioterapi yang menunjukkan sel skuamosa pada karsinoma lidah, korelasi positif dengan rongga mulut dan kolon . Penelitian kami kanker dalam satu sebelumnya radioterapi. mencerminkan 5 menunjukkan kecendrungan tipe rerata AgNOR kekambuhan tahun setelah histologik Sejauh ini belum ada publikasi berkeratin menunjukkan rerata AgNOR yang menyatakan hubungan antara nilai lebih tinggi sub adanya selisih dibanding yang tak AgNOR, sub tipe histologik dan derajat berkeratin. Aktivitas metabolisme sel diferensiasi sel kanker serviks sebelum berupa sintesis protein diduga berkaitan radioterapi dengan respon awal radiasi dengan munculnya fase-fase pembelahan yang diamati dengan nilai AgNOR pada sel yang lebih sensitif terhadap radio- pasien kanker serviks di Indonesia. terapi. Dari hasil penelitian ini kami mengusulkan penelitian penelitian ini adalah lanjut untuk mengetahui hubungan antara nilai untuk mengetahui fungsi AgNOR, dan AgNOR sebagai biomarker sensitifitas respon radioterapi tumor baik melalui sel tumor terhadap radiasi sebelum respon sementara atau setelah radioterapi menjalani kemoradioterapi dengan, sub untuk lebih memahami fungsi AgNOR tipe histologik (keratin dan non keratin) sebagai ataupun dan derajat diferensiasi sel pada penderita sebagai petanda aktivitas metabolisme karsinoma sel squamosa serviks dengan sel6. respon radiasi awal (setelah 1 minggu petanda Dari lebih Tujuan proliferasi Kurnia7, penelitian radiasi). karsinoma sel skuamosa serviks dengan Diharapkan dari penelitian ini nilai rerata AgNOR yang lebih tinggi pra- dapat ditemukan hubungan nilai AgNOR radioterapi radiosensitif dengan sub tipe histologi keratin dan non dibandingkan dengan nilai rerata AgNOR keratin serta derajat diferensiasi kanker yang lebih rendah pasca radiasi komplet squamosa serviks di Indonesia sebelum dengan mengelompokan derajat respon menerima kemoradioterapi dengan nilai radiasinya secara histopatologik menurut AgNOR setelah menerima radiasi selama metoda Shimosato-Obushi. 1 minggu yang akan dilakukan lebih oleh Penelitian Heber dkk8 Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi(PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia 83 Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008 Dilakukan TATA KERJA Sediaan mikroskopik yang rehidrasi dengan alkohol 100 %, 90 %, 80 % dan terakhir digunakan pada penelitian ini berasal dari dengan 22 sampel biopsi penderita karsinoma sel dideionisasi, masing-masing selama 5 squamosa serviks (KSS) stadium lanjut menit, kemudian lokal yang datang ke RSCM tahun 2005- pewarnaan 2006 yang secara klinis terdiri dari membuat larutan perak koloidal, yang stadium klinik IIB (sel tumor menyebar dibuat dari 2% bubuk gelatin dalam air sampai parametrium) dan IIIB (sel tumor deionisasi pada ”waterbath” suhu 60 – telah dinding 70oC. Kemudian ditambah asam formiat gangguan murni 1%. Larutan ini dicampur dengan fungsi ginjal) sebelum dan setelah radiasi 50% perak nitrat dalam air deionisasi mencapai panggul/hidroneprosis 1 9 minggu . atau Gambaran histologik air. Selanjutnya sediaan diwarnai dengan AgNOR dengan cara dengan perbandingan 1:2, dan segera menurut sub tipe dipakai. Selanjutnya sediaan (berkeratin dan non dengan larutan perak nitrat koloidal yang keratin) dan diferensiasi dikelompokkan disaring dengan filter 0,22 µm milipore berdasarkan derajat diferensiasi baik bila dan didiamkan selama 15 menit dan hanya diinkubasi dalam larutan tiosulfat 5% dikelompokkan histologiknya ¼ bagian berdiferensiasi sel (G1) yang bila tidak ditemukan selama 2 menit. Preparat didehidrasi jumlah sel yang berdiferensiasi dan tidak dengan berdiferensiasi seimbang, sedang (G2) konsentrasi 70 %, 80%, 90% dan 100 %, bila tidak kemudian dilakukan penjernihan dengan bila xilol sebanyak 2x, setelah preparat kering ditemukan berdiferensiasi ¾ sel yang bagian (G3) ditemukan sel anaplastik 50-70%10. alkohol ditetesi bertingkat dengan ditutup dengan gelas penutup dan siap untuk dilakukan penghitungan AgNOR. Sebagai kontrol positif digunakan sediaan Pewarnaan AgNOR Sampel biopsi diproses menjadi blok paraffin yang dipotong menjadi kanker payudara dan kontrol negatif berupa sel darah putih11. sediaan mikroskopik dengan ketebalan 4 µm. Sediaan diletakkan pada objek glass untuk dideparafinisasi sebanyak 2 x. dengan xilol Penghitungan Nilai AgNOR. Penghitungan butir AgNOR dilakukan di bawah mikroskop secara Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi(PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia 84 Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008 acak dari 100 sel menggunakan pembesaran 100x. Nilai AgNOR yang Nilai AgNOR berdasarkan derajat diferensiasi sel kanker serviks sebelum menerima radiasi dihitung adalah mAgNOR yakni rerata AgNOR dalam satu inti sel. perhitungan diuji secara statistik dengan Student t- test, Dari Tabel 1 di bawah Hasil Uji Anova Satu Arah dengan tingkat kepercayaan 5 % (uji t p = 0,05) dan Korelasi Spearman Test12. nilai AgNOR diferensiasi sel terlihat kanker yang lebih besar menengah dibanding nilai AgNOR sel kanker yang derajat diferensiasi baik, namun nilai AgNOR pada sel kanker yang derajat diferensiasi buruk lebih rendah dari nilai HASIL DAN PEMBAHASAN diferensiasi menengah dan baik. Tabel 1. Nilai AgNOR karsinoma sel skuamosa serviks berdasarkan derajat diferensiasi sebelum menerima kemoradioterapi No Derajat Diferensiasi Nilai AgNOR Jumlah Pasien 1 Baik 4,77ns (3,14-6,79) 10 2 Menengah 5.19ns (4.23-7.26) 11 3 Buruk 4,35ns (3,60-5,10) 2 Catatan ns :Tidak berbeda nyata Uji Anova Satu Arah p =0,05 : phitung : 0,46, N = 23 Gambar 1a dan 1b, AgNOR derajat kanker yang derajat diferensiasi baik. lebih Pada penelitian kami sebelumnya6 , dibanding AgNOR yang ditemukan nilai AgNOR sel kanker karsinoma serviks skuamosa diferensiasi baik cenderung terkumpul karsinoma diferensiasi menengah dibanding sel serviks skuamosa derajat serviks skuamous derajat diferensiasi diferensiasi menengah yang cenderung menengah lebih kecil dan lebih menyebar pada dibanding sel kanker serviks skuamous sitoplasma. derajat diferensiasi baik. Kemungkinan lebih me- (sedang) lebih tinggi nyebarnya AgNOR pada sel kanker yang derajat diferensiasinya sedang terkait dengan lebih bervariasinya arah pembelahan sel kanker pada derajat Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi(PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia 85 Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 200 (a). Derajat diferensiasi baik (b). Derajat diferensiasi sedang Gambar 1. Nilai AgNOR sel kanker serviks derajat diferensiasi baik dan sedang. Nilai rerata AgNOR pada lapisan buruk cenderung irregular dan lebih basal dari epitel ektoserviks normal tersebar pada sitoplasma. adalah 1 dalam 1 nukleus. Sedangkan belum diketahui faktor yang menyebab- pada kan perbedaan bentuk AgNOR pada sel penelitian yang dilakukan Xie- 13 Xie , menyatakan bahwa nilai mAgNOR kanker menunjukkan perbedaan yang bermakna berbeda tersebut. dengan derajat Sejauh ini diferensiasi antara epitel normal dan displasia serta Derajat diferensiasi secara umum antara displasia dan karsinoma squamosa berhubungan dengan tingkat keganasan pada rongga mulut. Nilai AgNOR tiga dan proliferasi sel, sehingga tumor yang kasus displasia yang berkembang men- derajat jadi ganas di atas rerata, nilai AgNOR mempunyai tingkat proliferasi yang lebih dari displasia yang tidak berkembang tinggi yang tercermin dari nilai AgNOR menjadi ganas. Pada penderita yang lebih tinggi, sehingga akan bersifat kanker yang mempunyai nilai AgNOR lebih rendah mempunyai masa diferensiasinya buruk akan lebih radiosensitif. bebas karsinoma lebih lama dibanding pasien yang mempunyai nilai AgNORnya lebih Nilai AgNOR karsinoma sel skuamosa serviks berdasarkan sub tipe histologi Keratin dan non Keratin Seperti terlihat pada Tabel 2, tinggi setelah menerima pengobatan14,15. Pengamatan yang dilakukan oleh tidak ditemukan perbedaan secara Manu dkk15 bahwa AgNOR pada sel statistik antara nilai rerata AgNOR pada skuamosa pada bagian atas bahwa pada sub tipe histologik KSS berkeratin dan sel yang derajat diferensiasi sedang dan non keratin. Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia 86 Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 200 Tabel 2. Nilai AgNOR berdasarkan sub tipe histologi sebelum menerima kemoradioterapi No Sub tipe histologi Nilai rerata AgNOR Jumlah pasien 1 Berkeratin 4,68±0,71 ns (3,26-5,47) ns 11 2 Non Keratin 5,17±1,22ns (3.14- 7.26) ns 12 Catatan ns: tidak berbeda nyata student t p value p=0,05 phitung=0,26 N=23 Pada publikasi sebelumya rerata ribosom (Nucleolin dan B23). Nucleolin nilai AgNOR KSS berkeratin lebih tinggi dan B23 ini berperan dalam reaksi dalam 6 dari KSS non keratin . Kemungkinan fase interfase siklus sel16,17. ribosom Kecepatan nilai rerata AgNOR yang lebih tinggi biosintesis menampilkan sintesis protein yang terkait berhubungan dengan proliferasi sel, bukan yang terkait polimerase 1 yang juga merupakan salah dengan sintesis protein yang terkait satu komponen protein AgNOR18,19. Pada dengan keratinisasi pada epitel sel kanker penelitian sebelumnya6, ada kecende- serviks. Nucleolar Organizer Region rungan nilai AgNOR KSS berkeratin yang diamati dengan AgNOR merupakan lebih tinggi dibanding KSS non keratin. dengan secara langsung aktivitas RNA 2 protein yang berperan biogenesis Korelasi antara AgNOR sebelum radiasi dan penurunannya setelah 1 minggu radiasi Penurunan AgNOR Setelah 1 minggu radiasi 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 3 4 5 6 7 8 AgNOR Sebelum Radiasi Gambar 2. Korelasi antara nilai AgNOR sel kanker serviks sebelum dan setelah radiasi 1 minggu Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia 87 Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 200 Korelasi antara antara nilai AgNOR sebelum dan penurunannya setelah 1 minggu radiasi radiasi 1 minggu (r =0,71 p=0,0002), makin tinggi nilai AgNOR sebelum menerima kemoradioterapi maka makin Dari Gambar 2 ditemukan korelasi positif besar pengurangan nilai AgNOR setelah antara menerima 1 minggu kemoradioterapi. nilai penurunannya AgNOR nilai sebelum AgNOR dan setelah (a). Sebelum radiasi (b). Sesudah radiasi Gambar 3. AgNOR sel kanker serviks sebelum dan setelah 1 minggu menerima radiasi Kinoshita20, Pada Gambar 3a (sel kanker mengemukakan sebelum radiasi) terlihat nilai AgNOR jumlah AgNOR mereflesikan aktivitas sel yang lebih besar dibanding dengan nilai kanker dan sejumlah peneliti lainnya AgNOR sel kanker serviks setelah 1 setuju bahwa fase proliferasi sel kanker minggu radiasi (Gambar 3b). Hal ini merupakan bagian yang sensitif terhadap terkait dengan fungsi AgNOR sebagai radiasi dan obat anti kanker lainnya. marker proliferasi sel. Dengan makin Sebelumnya juga dikemukakan bahwa tinggi nilai AgNOR maka makin tinggi penurunan nilai AgNOR merupakan efek proliferasi sel kanker serviks sehingga biologis dari radiasi yang diamati secara akan lebih radiosensitif terhadap radiasi eksperimental pada sel-sel epitel 21 dibanding dengan sel kanker yang nilai skuamosa hewan coba . Efek biologis proliferasinya lebih rendah. Makin tinggi ini proliferasi sel maka akan makin lebih jumlah mitosis dari sel setelah melewati besar dijumpai fase S (sintesis DNA) fase G2 atau terjadinya G2M block sel yang merupakan fase yang paling sensitif akibat terhadap radiasi2,3. menyebabkan terjadinya penurunan nilai diperkirakan radiasi, berupa kondisi peningkatan seperti Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia ini 88 Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 200 AgNOR pada sel kanker serviks setelah lebih lanjut untuk mengetahui hubungan dkk22 antara fungsi AgNOR dan faktor terkait menyatakan nilai AgNOR yang tinggi proliferasi sel lainnya dalam rangka dijumpai pada fase S dari siklus sel dan memahami penurunan AgNOR sebagai kemudian respon menerima radiasi. menurun Sirri pada saat sel memasuki mitosis melalui fase G2. sel kanker setelah 1 minggu kemoradioterapi. Sebelumnya Babu23 melaporkan adanya penurunan nilai AgNOR pada kanker UCAPAN TERIMA KASIH : Penelitian ini dibiayai oleh Dana oesopagus yang menerima radioterapi sebelum operasi, sedangkan pada kanker endometrium dilaporkan adanya penurunan nilai AgNOR pada radioterapi yang dilakukan pada kanker Heber8, disetujui oleh Komite Etik Fakultas Kedokteran derajat penurunan nilai AgNOR setelah satu fraksi radiasi dapat dijadikan sebagai cara untuk memprediksi efek radioterapi. Universitas Harjolukito, Departemen Dari hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, setelah 1 minggu kemoradiasi terjadi penurunan nilai rerata AgNOR, dan ditemukan korelasi positif antara nilai AgNOR sebelum kemoradioterapi dengan nilai kemoradioterapi. 1 Ketua Anatomi FKUI/RSCM, dr. Endi Mukhni, SpOG Ketua Departemen Obstetrik Ginekologi FKUI/RSCM, Prof. Dr. dr Soehartati Ketua Departemen Radioterapi FKUI/RSCM, Heri Basuki KESIMPULAN DAN SARAN setelah SpPA, Patologi Gondhowiardjo AgNOR Indonesia. Ucapan terima kasih kepada : dr. Endang SR endometrium yang rekuren24. Selanjutnya Penelitian PTKMR-BATAN dan telah minggu Makin tinggi nilai AgNOR sebelum radiasi makin lebih besar penurunannya setelah 1 mingggu kemoradioterapi dan makin responsife terhadap radiasi. Diperlukan penelitian atas bantuan pemrosesan laboratorium tekniknya sediaan dalam mikroskopik Histokimia di Departemen Patologi Anatomi FKUI/RSCM, Jakarta, Arena Said Penanggung Jawab Ruang Penyinaran Cobalt-60 Departemen Radioterapi FKUI/RSCM dan Bidan Azis Yusnelly dan kawan kawan di Poliklinik Kebidanan Departemen Ginekologi FKUI/RSCM Obstetrik yang telah membantu proses biopsi pasien kanker setelah 1 minggu radiasi. Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia 89 Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 200 DAFTAR PUSTAKA. 1. MARCIAL VA, MARCIAL, LV. Radiation Therapy of Cervical. Cancer Supplement, Feb, 1993. 2. CASARET TGW. Radiation Histopathology, Vol 1, CRP. Press, Florida; 1980:30 -31. 3. TUBIANA M, JEAN D, ANDRE W. Introduction to Radiobiology, Taylor Francis, : 385 – 395. 1990 4. SORENTINO V, IN LEWIS. Cell proliferation in cancer regulatory mechanism of neoplastic cell growth. Oxford University Press, Oxford, 1996. 5. CHEN M, LEE JG, LO S, SHEN J. Argyrophilic nuclear Organizer regions in naso pharyngeal carcinoma and paraneoplastic epithelial. Head and neck, 2003; 25 (5): 395-399. 6. YANTI L, , NURHAYATI S, KURNIA I, BUDININGSIH S. Penggunaan AgNOR sebagai Biomarker Sensitivitas Radiasi pada Kanker Serviks, Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan II, PTKMR Badan Tenaga Nuklir Nasional, Jakarta, 2006. 7. KURNIA, I. Hubungan Nilai AgNOR Derajat Respon Radiasi Secara Histopatologik Karsinoma Serviks Uteri Stadium Lanjut Lokal, Tesis Magister Program Studi Biomedik, Kekhususan Patobiologi, Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2002 8. HEBER E, AMANDA ES, BEATRZ S, SUSANA N, OSVALDO S, MIGUEL B,MARIA EI. AgNORs as an early marker of sensitivity to radiotherapy in gynecologic cancer. Acta Cytol;2002; 46(2):311-316 9. BENEDET, JL.DKK Carcinoma cervix uteri. Journal of Epidemiology and Biostatistic,6(1)7-9:2001 10. BRODERS AC. Squamous-cell epithelioma of the skin study of 256 cases. Ann Surg; 1921;Vol LXXIII:141-160 11. CROCKER J, BOLDY AR, EGAN MJ; How should we count AgNORs Proposals for standardized approach. J Pathol; 1989; 158:185-188. 12. WAYNE WD. Biostatistics: A Foundation for analysis in the health sciences, Wiley Series in Probability and Matahematical StatisticsApplied;1991:191-227 13. XIE X, Clausen OP, Sudbo J, Boysen M. Diagnostic and prognostic Value of Nucleolar Organizer Regions in Normal Epithelium, Dysplasia, and Squamous Cell Carcinoma of the Oral Cavity.Cancer ; American 11 Vol 79, 1,1997:2200-2207. 14. MARBAIX, E, DEMANDELEER S, HABBA CL, LIEGEOIS PH. WILLEMS T. RAHIER,J. AND DONNEZ,J. Nucleolar Organizer Regions in the Normal and Carcinomatous Epithelium of the Uterine Cervix. International J Gynecol Pathol: 1989:237- 245. 15. MANU SCV, RAJARAM BT, RAI RG. Value of silver binding Nucleolar Organizer Regions (AgNOR) in squamous cell carcinomas of upper aero-digestive tract, MJAF;:2006;62:123-128. 16. TUTEJA R, TUTEJA. Nucleolin a multifunctional mayor nucleolar phosphoprotein. Crit Rev Biochem Mol Biol; 1998; 33:407-436. 17. ROUSSEL P, HERNANDES V. Identification of AgNORs protein, marker of proliferation related to gene activity. Exp Cell Res; 1994; 214:465-472. 18. DERENZINI M, TRERE D, PESSION A, MONTANARO L,SIRRI V.CHIECO P. Nucleolar size indicate the rapidity of cell proliferation in cancer tissue.J Pathol ; 2000;191: 181-186. Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia 90 Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 200 19. ALBERT. B, BRAD D, LEWIS J, RAFF M, WATSON JD, Molecular Biology of the Cell. Gardland New York, 379-383, 1995 20. KINOSHITA, Y, DOHI M, MIZUTANI N, IKEDA A. Effects of preoparative radiation and chemotherapy on AgNOR counts in oral squamous sell carcinoma, J Oral Maxillofac Surg 1996;54: 304 – 307. 21. SCHWINT AE, GOMEZ E, ITOIZ ME, CABRINI RL. Nucleoral Organizer Region as marker of incipient cellular alteration in squamous epithelium, J Dent Res 1993; 72:1233-1236. 22. Sirri V, Pascal R, Marie C G, and Hernandez VD. Amount of the Two Major Ag-NOR Proteins, Nucleolin, and Protein B23 Is Cell-Cycle Dependent. Cytometry 1997 ; 28:147– 156 23. BABU M, MATHUR M GUPTA SD, CAHTTOPADHYAY T, Prognostic significance of argyrophililic nucleolar organizer regions (AgNOR) in oesophageal cancer. Trop Gastroenterol 1996; 17:57 – 60. 24. MILLER B, MORRIS M, SILVA E. Nucleolar Organizer Region: A potential prognostic factor in adenicarcinoma of endometrium. Gynecol Oncol 1994; 54:137-141. Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia 91 Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 200 Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi – BATAN 92