Korelasi Antara Nilai AgNOR dan MIB

advertisement
LAPORAN TEKNIS
KORELASI ANTARA NILAI AgNOR DAN MIB-1 DENGAN RESPON
RADIASI PADA KEMORADIOTERAPI KANKER SERVIKS
Iin Kurnia*., Budiningsih S**., Andri Anrijono***., Irwan Ramli****., Cholid Badri****.
* Bidang Biomedika PTKMR-BATAN
**Departemen Patologi Anatomi RSCM/FKUI
***Departemen Obstetrik Ginaekologi RSCM/FKUI
****Depertemen Radioterapi RSCM/FKUI
Abstract
KORELASI ANTARA NILAI AgNOR DAN MIB-1 DENGAN RESPON RADIASI
PADA KEMORADIOTERAPI KANKER SERVIKS . Nucleolar organizer regions
(NORs) merupakan “chromosomal loops” dari DNA yang berperan dalam sintesis ribosom
dan dapat dilihat dengan pewarnaan AgNOR. Ukuran dan jumlah NOR (dalam bentuk
AgNOR) mencerminkan akitivitas proliferasi pada sel kanker. Walaupun korelasi antara
AgNORs dan marker proliferasi lainnya (MIB-1,PCNA,p53) masih diperdebatkan namun
sebagian besar peneliti sepakat bahwa jumlah atau ukuran AgNOR berhubungan dengan
proliferasi sel. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
AgNOR dan MIB-1 pada sebelum dan setelah irradiasi 10 Gy dengan respon radiasi secara
histologis dan respon lengkap setelah pengobatan kanker serviks dengan kemoradioterapi.
Empat puluh enam biopsi dari 23 pasien kanker serviks jenis karsinoma serviks epitel
skuamosa dianalilis dengan pewarnaan AgNOR, MIB-1 sebelum dan setelah radiasi 10 Gy
dan dilakukan pengamatan respon awal radiasi (10 Gy) secara histologi, dan respon
komplet setelah kemoradioterapi. Diperoleh data korelasi positif antara AgNOR dan
MIB-1 pada biopsi sebelum kemoradioterapi seperti terlihat pada Gambar 1 (t test p =
0.0002), setelah radiasi 9Gy seperti terlihat pada Gambar 2 dan 3, AgNOR menurun dari
4.93 menjadi 3.39 (t test p = < 0.0001), MIB-1 meningkat dari 25.55 menjadi 39.05 (t test
= <0.0001). Tidak ditemukan korelasi positif antara AgNOR dan MIB-1 setalah radiasi 10
Gy dan juga tidak ditemukan korelasi positif antara AgNOR dan MIB-1 setelah radiasi 10
Gy dengan respon awal radiasi secara histologis. Tidak dicapai korelasi positif antara nilai
AgNOR ( p=0.145) dan MIB-1 (p =0.0075) sebelum kemoradioterapi dengan respon
komplet sel kanker setelah kemoradioterapi Dari data yang diperoleh dapat ditarik
kesimpulan, nilai AgNOR /MIB-1 yang tinggi sebelum kemoradioterapi cenderung akan
memberikan respon komplet lebih baik setelah selesai kemoradioterapi pada kanker serviks
dan sebaliknya.
Keyword: AgNOR,MIB-1, kanker serviks epitel skuamosa, kemoradioterapi.
PTKMR - BATAN
LATAR BELAKANG
Nucleolar organizer region (NORS) merupakan loop kromosom yang berperan
pada sintesis ribosom dalam proses sintesis protein [1]. Protein yang berhubungan dengan
NOR ini dapat diikat dengan pewarnaan AgNOR dalam bentuk bentruk dot hitam dalam
inti sel. [2,3].
Pewarnaan AgNOR ini dengan mudah dapat dilakukan pada jaringan yang difiksasi
dengan formalin dan disimpan dalam bentuk blok parafin serta dengan cepat digunakan
untuk mengevaluasi morfologi dan kinetika sel dalam biopsi dengan ukuran yang kecil.
Pengamatan sejumlah parameter AgNOR (jumlah, ukuran dan distibusi) dapat digunakan
dalam patologi sel kanker baik untuk kepentingan diagnostik maupun prognostik. Jumlah,
ukuran dan distribusi AgNOR dalam nukleus dapat digunakan untuk memdeteksi dan
prognosis sejumlah neoplasia, seperti kandung kemih, karsinoma pharink, dan lesi pada
kulit [4]. Sedangkan jumlah dan distribusi AgNNOR juga dapat untuk diagnosis yang
membedakan antara sel jinak (benign) dan ganas (malignant) [5,8]dan juga untuk
prognosis kanker [9-15]. Walaupun korelasi antara AgNOR dan marker proliferasi lainnya
(MIB-1/Ki-67,PCNS,p53) masih diperdebatkan namun sebagian besar peneliti sepakat
bahwa jumlah atau ukuran AgNOR berhubungan dengan aktivitas proliferasi sel [16-17].
Kinetika pembelahan sel kanker telah diketahui mempengaruhi keberhasilan
radioterapi [18,20] Fenomena yang terjadi pada sel kanker pada saat radioterapi meliputi
proses repair, reassorment, reoksigenasi dan repopulasi serta recruitment [21].
MIB-1 (Ki-67) merupakan marker proliferasi berupa antigen yang dapat diamati
selama siklus sel kecuali GO dan awal fase G1 dalam siklus sel. Antigen ini berhubungan
dengan antigen inti protein DNA replikase kompleks yang hampir sama dengan DNA
topoisomerase II [25]. MIB-1 terkait dengan persentase sel kanker yang mengalami
pembelahan(growth factor). Sel kanker yang persentase mengalami pembelahannya tinggi
akan memberikan respon baik terhadap radioterapi dibanding sel kanker yang persentase
pertumbuhannya rendah dan persentase pembelahan sel kanker yang tinggi pada radiasi
9Gy dapat digunakan untuk factor prediksi pada pasien kanker serviks yang ditangani
dengan radioterapi [26].
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui antara nilai AgNOR dan MIB-1
sebelum dan setelah radiasi 9Gy dan hubungannya dengan respon radiasi lengkap pada
PTKMR - BATAN
pasien kanker serviks epitel skuamosa yang ditangani dengan kemoradioterapi (concurrent
chemoradiotherapy).
METODOLOGI
Jumlah pasien yang dapat dijadikan obyek penilitian ini adalah 23 pasien kanker
serviks jenis epitel skuamosa yang menerima pengobatan kemoradioterapi di Rumah sakit
Ciptomangunkusumo dari tahun 2005 – 2006). Umur pasien berkisar 39 – 65 tahun dengan
rearata 48.7 tahun median 48 tahun, stadium klinik 1b sampai 4a
Tabel 1. Karektreristik Pasien yang terlibat dalam penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Idpasien
MR
MB
SA
HE
PA
RS
SW
JA
NM
UR
SN
DA
TM
MA
HBU
NY
IS
NA
EN
DM
SMT
STN
NW
Sta-klinik
4a
2a
3b
3b
3a
1b
3b
3b
2b
3b
2b
3b
2a
2b
3b
3b
3b
1b
2b
2b
3b
2b
2b
Usia
42
45
52
43
45
57
65
42
45
39
50
58
57
50
48
55
45
46
46
50
48
52
40
Jenis Histo Respon radiasi Buruk-baik AgNOR0Gy MIB-1 0Gy AgNOR 9Gy MIB-1 9Gy Respon Komplet
K
0
1
5
31,42
3,17
37,38
2
NK
1
1
4,71
17,75
3,57
30
1
K
1
1
5,47
34,77
4,26
41,37
2
K
2A
2
4,78
22,16
3,55
35,61
1
K
1
1
3,64
23,62
3,19
38,57
2
NK
0
1
5,3
34,2
4,03
43
2
K
1
1
4,9
16,24
4,09
37,79
1
NK
2B
2
5,1
16,61
2,33
32,4
2
NK
2B
2
5,4
25,7
3,71
39,47
1
NK
2B
2
5,14
23,01
3,23
54,8
2
NK
2B
2
4,39
27,38
2,8
41,07
1
NK
1
1
3,6
16,24
2,25
37,79
2
K
2A
2
5,09
17,57
2,09
39,7
2
K
2A
2
4,49
29,03
2,87
39,68
1
K
2A
2
3,26
17,13
2,93
34,14
2
K
0
1
5,4
30,58
4,1
39,81
2
NK
2A
2
7,26
32,73
5,19
35
2
K
0
1
4,23
19,78
3,34
38,58
1
NK
0
1
6,79
36,18
3,49
44,59
2
NK
2B
2
4,69
26,27
3,46
40
2
NK
1
1
3,14
15,23
2,78
31,39
1
K
0
1
5,21
33,33
4,23
35
2
NK
1
1
6,46
40,88
3,38
51,06
2
Protokol Kemoradioterapi.
Pasien ditangani dengan cara kombinasi radioterapi eksternal beam (EBRT) dengan
LINAC 4 – 10 MV atau Cobatl-60 dan kombinasi high-dose intracaviatay brachiterapy
(HDR-ICBT). Dosis 50 Gy diberikan dalam 25 fraksi (1 fraksi 2 Gy) pada daerah
PTKMR - BATAN
isosenter. Kemudian diikuti dengan brakiterapi Microsellektron Ir 192 dan diikuti dengan
eksternal beam Radioterapi dalam 2 fraksi 850 cGy pada poin A.
Cisplatin diberikan dalam dosi 40 mg/m2/hari pada hari ke 1,8, 15,22, dan 29 yang
diberikan secara concurrent dengan radioterapi pemberian kemotererapi pada kondisi
pasien (kreatinin < 140 µ/L) granulosit > 1.5x109/L dan platelet di atas 100 x 109/L dan
pasien diberikan trasnfusi darah untuk untuk memeliharan kadar hemoglobin 110 gr/L
[27,28].
Pewarnaan AgNOR.
Pewarnaan AgNOR dilakukan sesuai dengan Ploton [29]. Jaringan dipotong dengan
ketebalan 4 μm, diikuti dengan deparafinasi, rehidrasi dengan alkohol konsentrasi menurun
dan diikuti dengan air deionisasi selama 8 – 10 menit. Larutan AgNOR disiapkan dengan
melarutkan gelatin 2% dalam air deioninsasi pada temperatur 60 – 700C, ditambahkan
asam formiat hingga konsentrasi 1%. Larutan ini dicampur volume 1 : 2 dengan 50%
larutan perak nitrat dan disaring dengan millipore 0.22 μ, diteteskan pada slide dan
dibiarkan selama 40 – 45 menit di ruang gelap suhu ruang. Stelah dibilas dengan air
deiionisasi diinkubasi dalam thiosupfat 5% selama 10 menit, dehidrasi alkohol konsentrasi
menaik, penjernihan dengan xilol dan mounting (slide ditutup dengan cover glass).
Pewarnaan MIB-1.
Jaringan dipotong dengan ketebalan 4μm, deparafinasi, rehidrasi, air deionisasi dan
PBS 15 menit (3 x 5 menit), kemudian jaringan diinkubasi dalam DAKO Retrieval Buffer
pH 6 dalam microwave 4 0C selama 20 menit dan diikuti pendinginan suhu ruang 20 menit
dan dicuci dengan PBS 15 menit (3 x 5 menit), block peroxidase 10 menit, PBS 10 menit
dan inkubasi dengan MIB-1 (over night 4 0C), Labellled Polimer HRP 60 pada suhu ruang,
counter stain, dengan Hematoxilin Meyer, dehidrasi, penjernihan dan mounting (slide
ditutup dengan cover glass).
Penghitungan AgNOR dan MIB-1. AgNOR dihitung pada 100 nucleus dengan
mikroskop cahaya perbesaran 400X dengan minyak immersi menurut metoda Crocker.
Index MIB-1 dihitung berupa persentase MIB-1 pada sel kanker secara blind manner.
Minimum jumlah sel yang dihitung sekitar 1000 sel melalui foto mikroskop.
PTKMR - BATAN
Pengamatan Efek Radiasi Secara Histopatologi. Efek radiasi secara histopatologi
ditentukan pada jaringan yang diambil dari biopsi setelah radiasi 9 Gy yang diwarnai
dengan pewarnaan Hematoksilin dengan menggunakan Sistem Grading Obushi Shimosato
[30] seperti yang tertera pada tabel 1.
Table 2. Efek radiasi jaringan kanker setelah radiasi
Grade
Efek pada jaringan kanker
0
Tidak ada efek pada sel kanker
I
Perubahan pada sel kanker tapi struktur jaringan kanker tidak terganggu
II
Perubahan pada struktur jaringan kanker namun sel kanker yang hidup masih
dapat diamati.
A. Kerusakan sel kanker ringan, sel kanker hidup banyak terlihat.
B. Kerusakan sel kanker lebih berat, sel kanker yang hidup terlihgat lebih
sedikit.
III
Perubahan jaringan kanker lebih nyata, sel kanker yang sudah mati terkumpul,
dan sedikit sel kanker yang hidup masih terlihat
IV
Tidak ditemukan seln tumor (local cure)
Note 0-1 respon radiasi buruk, IIa-IIb respon radiasi baik
Respon lengkap
Setelah selesai kemoradioterapi dilakukan pengamamatan pada morfologis serviks
(pelvic control) berupa respon parsial atau respon komplet
Analisis Statistik
Korelasi antara AgNOR dan MIB-1 ditentukan dengan Wilxoxon Test, perbedaan
AgNOR dan MIB-1 sebelum dan setalah radiasi 9 Gy dengan Student t -test, sedangkaan
respon radiasi secara histologik dan respon komplet setelah selasai kemoradioterapi dengan
Fisher test.
PTKMR - BATAN
HASIL DAN DISKUSI
Sebelum Kemoradioterapi.
Gambar 1. Ekspresi AgNOR (a) dan MIB-1 (b) sebelum kemoradioterapi mempunyai
korelasi positif pada preparat biopsi kanker serviks
AgNOR dan MIB-1. Ekspresi AgNOR dan MIB-1 pada sel kanker seperti terlihat
pada Gambar 1 di atas. AgNOR berupa dot hitam dalam nukleus (a) dan sel kanker yang
menunjukkan ekspresi positif MIB-1 (b). Korelasi positif p=0.0002 r=0.7016 dapat dilihat
pada Gambar 2. Ekspresi AgNOR dapat diamati pada sel kanker dari fase S sampai G2
sedangkan MIB-1 dapat diamati pada seluruh bagian siklus sel kecuali G0. Korelasi positif
ini sama dengan hasil yang ditemukan oleh Kidogawa et al dan Charpin et. al., (31,32)
yang menemukan korelasi positif antara AgNOR dan MIB-1 pada sel kanker payudara dan
Dong et. al., (33) yang menemukan korelasi positif pada cell line epidermoid carcinoma
pada serviks manusia.
T h e C o r r e la t io n m A g N O R 1 a n d M I B - 1 ( 1 )
4 5
M IB -1 0 G y
4 0
3 5
3 0
2 5
2 0
1 5
3
4
5
6
7
8
A g NO R 0 G y
Gambar 2. Korelasi positif antara AgNOR dan MIB-1 sebelum kemoradioterapi kanker
serviks
PTKMR - BATAN
Setelah radiasi 9 Gy
Gambar 3. Ekspresi AgNOR sebelum (a) setelah Irradiasi 10Gy jumlahnya (b) pada
preparat biopsi kanker serviks
M IB - 1 b e f o r e a n d a f te r 9 G y Ir r a d ia tio n
55
50
A g N O R b e fo re a n d a fte r 9 G y
8
7
45
6
40
5
35
30
4
25
3
20
2
15
M IB _ 1 _ 1 _
M IB _ 1 _ 2 _
m AgNO R1
AgNO R 0G y
m AgNO R2
AgNO R 9G y
Gambar 4. Penurunan rerata AgNOR (a)dan peningkatan indeks MIB-1 (b) setelah radiasi
10 Gy pada kanker serviks
Gambar 5. Ekspresi MIB-1 sebelum (a) dan meningkat setelah Irradiasi 10 Gy (b) pada
preparat biopsi kanker serviks
Setelah radiasi 9 Gy rerata AgNOR menurun student t test p < 0.0001 dari 4.93
menjadi 3.39 dan indeks MIB-1 meningkat dari 25.55 menjadi 39.05 t test p < 0.0001.
(Gambar 4 a dan 4b) Setelah radiasi 9Gy granule/dot AgNOR akan lebih besar (3a dan 3b)
PTKMR - BATAN
sehingga reratanya menurun. Pada MIB-1 setelah radiasi 9Gy akan lebih banyak sel yang
akan positif MIB-1 dibanding sebelum kemoradioterapi. Penurunan rerata AgNOR setelah
radiasi 1 minggu karena sel cenderung pada posisi G2 akhir, blok G2 dan sebelum G1,
karena morfologis AgNOR cenderung mengumpul maka AgNOR akan lebih besar dan
reratanya akan berkurang dibanding AgNOR sebelum menerima radiasi. Hasil yang sama
dengan ditemukan Ielmini et al. (34) yang mengamati pada jaringan dari biopsi ekor tikus
setelah menerima radiasi dosis tunggal dimana rerata AgNOR menurun namun volumenya
meningkat sampai 5 hari setelah radiasi. Peningkatan indeks MIB-1 setelah radiasi 9 Gy
berarti jumlah sel yang memasuki (recruitment) fase G1dan S meningkat. Hasil ini sama
dengan hasil yang diperoleh Nakano et. al., (21) yang mengamati indeks MIB-1 pada
kanker serviks yang ditangani dengan radioterapi dan Kurnia et. al., (35) pada kanker
serviks yang ditangani dengan radioterapi dan kemoradioterapi.
AgNOR, MIB-1 dan Respon Histologi Kanker Serviks
Nilai AgNOR , MIB-1 dan respon radiasi sel kanker setelah radiasi 10Gy dapat
dilihat pada Tabel 3 berikut.
Table 3. Rerata AgNOR dan index MIB-1 dan respon radiasi secara histopathologik pada
kanker serviks epitel skuamosa setelah radiasi 10 Gy
Respon radiasi
AgNOR/MIB-1
P value
AgNOR
Respon buruk
Respon baik
3.5292
3.2160
0.319 ns
MIB-1
Respon buruk
Respon baik
38.9485
39.1870
0.923 ns
Tidak ditemukan perbedaan secara statistik antara nilai rerata AgNOR maupun
index MIB-1 pada respon histopatologik radiasi yang berbeda. Respon radiasi secara
histopatologis dan AgNOR/MIB-1 merupakan pengamatan yang berbeda,. Respons radiasi
secara histopatologi mengamati perubahan morfologis akibat efek radiasi meliputi sel
hidup atau tidak, nucleolus dan susunan jaringan, sedangkan disisi lain AgNOR/MIB-1
lebih fokus pada sel hidup.
PTKMR - BATAN
Setelah selesai kemoradioterapi
Nilai AgNOR , index MIB-1, dan respon radiasi lengkap Adanya kecendrungan
korelasi positif antara index MIB-1 (p= 0.0075) dan rerata AgNOR (p=0.145) sebelum
radiasi dengan respon radiasi lengkap pada kanker serviks yang menerima
kemoradioterapi, seperti yang terlihat pada tabel 4 berikut.
Tabel 4. Rerata AgNOR,MIB-1 sebelum kemoradioterapi dan respon komplet setelah
kemoradioterapi
Rerata AgNOR/MIB-1
Respon Parsial
Respon Komplet
P value
AgNOR
4.5050
5.1607
0.145 ns
MIB-1
21.6588
27.6360
0.0775 ns
RINGKASAN DAN KESIMPULAN
Dari data dapat diringkaskan bahwa nilai AgNOR mempunyai korelasi positif
dengan indeks MIB-1, setelah radiasi 9Gy nilai rerata AgNOR turun dan indeks MIB-1
meningkat. Tidak ditemukan korelasi antara nilai AgNOR dan MIB-1 dengan respon
radiasi secara histologis setelah radiasi 10 Gy.
Nilai AgNOR /MIB-1 yang tinggi sebelum kemoradioterapi cenderung akan
memberikan respon komplet lebih baik setelah selesai kemoradioterapi pada kanker serviks
dan sebaliknya. Selanjutnya dapat ditarik kesimpulan bahwa seperti MIB-1, marker
proliferasi AgNOR dapat digunakan untuk memprediksi respon komplet sel kanker serviks
setelah menerima radioterapi/kemoradioterapi.
REFERENSI
1. GALL JG, PARDUE ML. Molecular hybridization of radioactive DNA to the DNA
of cytological preparation. Proc. Natl Acad. Sci. 1969;64:600-604.
2. DERENZINI M, PLOTON D. Interphase nucleolar organizer regions in cancer cell.
Int. Rev. Exp. Pathol.1991;32:150-192
3. DERENZINI M, PESSION A, TRERE D. The quantity of nucleolar silver-stained
protein is related to proliferating activity in cancer cell. Lab Invest.
1990;63:137-140.
4. PICH A., CHIUSA L, MARGARIA E. Role of the argyrophilic nucleolar organizer
regions in tumor detection and prognosis.Cancer Detect. Prev.1995; 19: 282–291
PTKMR - BATAN
5. DERENZINI M, ROMAGNOLI T, MINGAZZINI P, MARIZONNI V. Interphasic
nucleolar organizer region distribution as a diagnostic parameter to differentiate
benign from malignant epithelial tumors of human intestine. Virchows Arch [B]
1988;54:334–340.
6. DERENZINI M, NARDI F, FARABEGOLI F, OTTINETTI A, RONCAROLI F,
BUSSOLATI G. Distribution of silver-stained interphase nucleolar organizer
regions as a parameter to distinguish neoplastic from non neoplasticreactive cells in
human effusions. Acta Cytol 1989;33:491–498.
7. DERENZINI M, TRERE` D, MAMBELLI V, MILLIS R, EUSEBI V,
CANCELLIERI A. Diagnostic value of silver-stained interphasic nucleolar
organizer regions in breast tumors. Ultrastruct Pathol 1990;14:233–245
8. FONSECA I, SOARES J. Adenoid cystic carcinoma: a study of nucleolar organizer
regions (AgNORs) counts and their relation to prognosis. J Pathol
1993;169:255.258.
9. GIMENEZ-MAS J, GALLEGO-CALVO P, SANZ-MONCASI P, RIOSMITCHELL J, VALERO I, SANZ-ANQUELA M, BURRIEL J, BAVAI A.
AgNOR evaluation by image processing methods. Staining modifications and
results in 126 invasive ductal breast carcinomas. Anal Quant Cytol Histol 1995;18:
9–18.
10. OFNER D, TO¨TSCH M, SANDBICHLER P, MARGREITER R, MIKUZ G,
SCHMID KW. Silver stained nucleolar organizer regions (Ag-NORs) as a predictor
of prognosis in colonic cancer. J Pathol 1990;162:43–49.
11. OFNER D, SCHMID KW. Clinical significance of nucleolar organizer region
associated proteins in tumour pathology (Meeting report). Virchow Arch
1995;427:340.
12. OFNER D, BIER B, HEINRICHS S, BERGHORN M, DU¨NSER M,
HAGEMANN HA,LANGER D, BOCKER W, SCHMID KW. Demonstration of
silver-stained nucleolar organizer region associated proteins (AgNORs) after wet
autoclave pretreatment in breast carcinoma: correlation to tumour stage and longterm survival. Breast Cancer Res Treat 1996;39:165–176.
13. PIFFKO J, BANKFALVI A, O¨ FNER D, BRYNE M, RASCH D, JOOS U,
BOCKER W,SCHMID KW. Prognostic value of histobiological factors
(malignancy grading and AgNOR content) assessed at the invasive tumour front of
oral squamous cell carcinomas. Br J Cancer 1997;75:1543–1546.
14. PIFFKO J, BANKFALVI A, OFNER D, RASH D, JOOS U, SCHMID KW.
Standardized demonstration of silver-stained nucleolar organizer regions:
associated proteins in archival oral squamous cell carcinomas and adjacent nonneoplastic mucosa. Mod Pathol 1997;10:98 –104
15. SUTO T, SUGAI T, NAKAMURA S, FUNATO O, NITTA H, SASAKI R,
KANNO S, SAITO K. Assessment of the expression of p53, MIB-1 (Ki-67
antigen), and argyrophilic nucleolar organizer regions in carcinoma of the
extrahepatic bile duct. Cancer 1998;82:86 –95.
16. TRERE` D, PESSION A, DERENZINI M. The silver stained proteins of
interphasic nucleolar organizer regions as a parameter of cell duplication rate. Exp
Cell Res 1989;184:131–137.
PTKMR - BATAN
17. TRERE` D, FARABEGOLI F, CANCELLIERI A, CECCARELLI C, EUSEBI V,
DERENZINI M. AgNOR area in interphase nuclei of human tumours correlates
with the proliferative activity evaluated by bromodeoxyuridine labelling and KI-67
immunostaining. J Pathol 1991;165:53–59.
18. WEST CML, DAVIDSON SE, HENDRY JH, HUNTER RD. Prediction of cervical
carcinoma response to radiotherapy. Lancet 1991;338:818.
19. BEGG AG, HOFLAND I, VAN GLABEKKE M, BARTLELINK H, HORIOT JC.
Predictive value of potential doubling time for radiotherapy of head and neck tumor
patients: results from the EORTC Cooperative Trial 22851. Semin Radiat Oncol
1992; 2:22–5.
20. WITHERS WR. Biologic basis of radiation therapy. In: Perez CA, Brady LW,
editors. Principles and practice of radiation oncology. New York, NY: JB
Lippincott, 1987:67–98.
21. NAKANO T, OKA K. Transition of Ki-67 index of uterine cervical tumors during
radiation therapy. Cancer 1991;68:517–23.
22. NAKANO T, OKA K. Differential values of Ki-67 index and mitotic index of
proliferating cell population: an assessment of cell cycle and prognosis in radiation
therapy for cervical cancer. Cancer 1993;72:2401–8.
23. OKA K, NAKANO T, HOSHI T. Transient increases of growth fraction during
fractionated radiotherapy for cervical carcinoma: Ki-67 and PC10 immunostaining.
Cancer 1993;72: 2621–7.
24. OKA K, NAKANO T, HOSHI T. Analysis of response to radiation therapy of
patients with cervical adenocarcinoma compared with squamous cell carcinoma.
Cancer 1996;77:2280–5.
25. GERDES J, SCHWAB U, LEMKE H, STEIN H. Production of a mouse
monoclonal antibody reactive with a human nuclear antigen associated with cell
proliferation. Int J Cancer 1983; 31:13–20.
26. OKA K, SUZUKI Y, NAKANO T, High Growth Fraction at 9 Grays of
radiotherapy isassociated with a good prognosis for patients with cervical
squamous cell carcinoma.Cancer 2000;89:1526–31.
27. R. Pearcey, M. Brundage, P. Drouin, J. Jeffrey, D. Johnston, H. Lukka, G.
MacLean, L. Souhami, G. Stuart, D. Tu.Phase III Trial Comparing Radical
Radiotherapy With and Without Cisplatin Chemotherapy in Patients With
Advanced Squamous Cell Cancer of the Cervix. Journal of Clinical Oncology, Vol
20, Issue 4 (February), 2002: 966-972.
28. Annonimous. Standard Prosedur, Pelayanan radioterapi dan pesawat radiasi
instalasi-KMSF radioterapi. Instalasi-KSMF Radioterapi RSUPN DR.
Ciptomagkunkusumo, Jakarta
29. PLOTON D, MENAGER M, JEANNESSON P, HIMBER G, PIGEON F,
ADNETT JJ. Improvement in the staining and in the visualization of the
argyrophilic proteins of the nucleolar organizer region at the optical level.
Histochem J 1986; 18 :5–14
30. SHIMOSATO Y, OBOSHI S, BABA K. Histological evaluation of effect of
radiotherapy and chemotherapy for carcinoma. Jap J Clin Oncol 1971;1:19-35.
PTKMR - BATAN
31. KIDOGAWA, H, NANASHIMA A,.YANO, H,MATSUMOTO, M. YASUTAKE,
T. NAGAYASU T. ClinicalSignificance, doublestaning MIB-1 and AgNORs in
primary breast carcinoma. Anticancer Res.2005 Nov-Dec;25 (6B):3957-62.
32. CHARPIN C, BONNIER P, PIANNA L. Correlation of nucleolar organizer regions
and nuclear morphometry assessed with automatic image analysis in breast cancer
with aneuploidy,Ki- 67 immunostaining, histologic grade and lymph node
involvement. Pathol Res Pract 1992 ; 188: 1009-1017.
33. DONG. AT, SHUQING L, DAN H. MOORE II, AND SUSAN M.
EDGERTON.Comparison of Mitotic Index, In Vitro Bromodeoxyuridine Labeling,
and MIB-1 Assays to Quantitate Proliferation in Breast Cancer, J. Clin. Oncol., Feb
1999; 17: 470.
34. IELMINI, MV, HEBER E, SCHWINT, EA, CABRINI RL, AND ITOIZ ME,
AgNOR are sensitive markers of radiation lesions in squamous epithelia.J. Dent.
Res., Mar 2000; 79: 850.
35. KURNIA I, OHNO T, KATO S, EZAWA H, NOGUCHI J, HIROHIKO T,
Histopathological Radiation Effect and MIB-1 Expression in Cervical
Cancer:Comparison of Early Response by Radiotherapy With or Without Cisplatin.
Austral - Asian Journal of Cancer 2005 Vol. 4; No.4:201-204.
PTKMR - BATAN
Download