IMAM NIKAH DAN IMAM PUTRI ?? Para romo, bruder dan frater : ada yang tertarik membaca Romo Katolik wanita pertama di USA, dan aktif married Briest?berikut ini laporannya dari Harvard Hall, room 104, April 23, 2008. Who will be the Pastor? Refleksi Kritis atas Krisis Imam di USA dan Dunia Yt. Para Bapa Uskup dan Para teman imam,, berikut ini saya sampaikan hasil diskusi saya dan teman-teman dalam sebuah free lecture di Harvard University Hall, kemarin sore, 23 April 2004.Diskusi ini dihadiri oleh para student dan orang-orang yang punya perhatian seputar kehidupan imam Katolik di Boston. Ada sekitar 30 peserta dan 4 nara sumber yaitu: Vacek SJ : seorang dosen moral dari Weston Jesuit School of Theology yang mengajar soal sexualitas dan medical ethic. Suster Schenk SCJ : seorang direktur eksekutif untuk Gereja Masa Depan di keuskupan Agung Boston. Dia berkerja dalam usaha kerja sama antar paroki, pemberdayaan lay minister dan katekis, serta mengembangkan peran wanita dalam Gereja. Joseph R. McCook Pr: Imam diosesan Roman Katolik yang menikah, dan menjadi seorang therapist. Dia menggerakkan sebuah kelompok imam menikah dan aktif dalam komunitas Katolik yang mendukung married priest. (NB: kelompok ini ada di luar Gereja Katolik resmi), meski dia mengatakan bahwa “saya masih anggota gereja Katolik”. Jean Marchant: imam wanita katolik pertama di USA, ditahbisakan tahun 2005. Sebelum ditahbiskan, dia bekerja sebagai pendamping rumah sakit di keuskupan Boston. Kini setiap minggu dia aktif memimpin misa dan bekerja mendampingi kelompok kaum tersingkir di Boston. A. Membaca Data Berikut ini data perkembangan imam dan umat Katolik di USA dan dunia 1985: 52 juta umat Katolik USA, 57.000 imam diosesan 1990: 57 juta , 53.000 imam diosesan 1995: 60 juta umat, 50.000 imam diosesan 2000: 62 juta umat, 46.000 imam 2003: 66 juta umat, 45.000 imam diosesan. 75% dari para imam diosesan USA adai di usia lebih dari 55 tahun. Diakon permanen: 1975: 2.686 orang, 2005: 33.300 orang Tahun 2007 : ada 18.000 paroki di USA, dan ada 3200 paroki tanpa imam yang tinggal di pasturan. Data dunia: Tahun 2002 ada 404.782 imam di dunia, 2005: 406.411 imam Katekis dan lay minister: 2002: 2.767.451, 2005: 3..722.894 orang. Tarekat religious suster dan bruder di dunia , sejak tahun 1990-2005: mengalami penurunan -30%. Data itu berbicara apa? Ada krisis yang significan sedang melanda panggilan kaum religious dan imam diosesan di USA, dan dunia umumnya. Apa sebabny? Hal ini masih menjadi kajian. Salah satunya adalah soal selibat imam. Baru-baru ini 68.000 imam diosesan di Brasil mengajukan proposal ke vatikan agar selibat bukan kewajiban, tapi pilihan! Mengingat begitu banyaknya kasus imam menikah, atau hidup double standard dalam imamatnya (menjalin relasi dgn wanita, tapi tetap menjadi imam). Di USA sendiri, baru diadakan polling terhadap para imam tentang diskusi selibat dan 67 % imam terbuka untuk diskusi bersama akan peninjauan ulang selibat. Data lain yang menarik adalah ada perkembangan significant akan peran awan dan diakon permanen dalam Gereja. Diprediksi tahun-tahun mendatang peran awam akan semakin besar, mengingat sedikitnya imam. Di USA, kaum awam yang terlibat di Gereja didominasi oleh kaum wanita (65%), so dalam tingkat grassroot Gereja di masa mendatang akan banyak 'dikendalikan" para ibu dan wanita. B. Krisis Iman : Persoalan utama Vacek SJ menegaskan bahwa krisis imam itu bermula dari krisis iman yang ada di USA. Konsumerisme dan individualism membuat orang hanya berhenti dan berfokus untuk mencari kenikmatan duniawi. Hampir semua keluarga ingin anaknya bahagia, dan memberi fasilitas untuk meraih kebahagiaan. Namun jarang sekali ada keluarga yang peduli soal iman anaknya. Bahkan tak menjadi soal bila anaknya tidak beragama. Dari sinilah krisis imam berasal. Vacek mempertanyakan, apakah dengan mengijinkan imam menikah akan membawa pada perubahan iman di USA? Karena yang lebih utama adalah persoalan iman, bukan imamnya! Paus Benedictus XVI mengatakan, “lebih baik punya sedkit imam yang baik, dari pada punya banyak imam tapi kurang berkualitas”. Kalau krisis iman ini disadari bersama dan kita mencari cara untuk mengembalikan iman umat, pastilah krisis imam akan juga teratasi, karena imam berasal dari keluarga, dan kini semua keluarga tak membuat iman menjadi prioritasnya, bahkan menyingkirkannya dari hidup anak-anak mereka. C. Iman wanita dan Married Priest : sebuah solusi? Joseph McCook, aktif married priest, lebih banyak sharing tentang hidup pribadinya sebagai seorang imam yang melayani umat di keuskupan boston. Pertama, dalam pengalamannya, tidak ada soal bagi imam untuk tetap melayani umat dan menikah. Nyatanya dia bisa melayani dengan baik dan berhasil membangun keluarga. Joseph punya 2 anak yang berhasil dan mereka tetap menjadi katolik yang taat. Kedua, kehidupan keluarga itu membuat Joseph lebih bisa melayani umat dengan baik, khususnya para keluarga yang bermasalah karena dia sendiri juga mengalami dan hidup dalam realitas itu. Jean, imam wanita Katolik USA, mengisahkan bagaimana perannya sebagai seorang imam wanita banyak membuat para ibu/wanita lebih bisa lepas dalam pengungkapkan perasaan dan problem mereka. Jean juga menerima pengakuan dosa dari beberapa orang dan membantu mereka untuk tetap beriman Katolik. Motivasinya menjadi imam muncul ketika ada pengalaman tidak baik dengan imam yang tidak datang saat ia kehilangan anaknya. Saat dia meminta imam datang untuk membaptis anaknya yang hampir mati, tak ada satupun imam datang. Dia merasakan bahwa AlLah memanggil dia sebagai imam untuk bisa melayani orang lain. Jean mendapatkan gelar Master of theology di Weston Jesuit School of Theology. (wah..saat itu saya terkejut..ternyata imam wanita ini alumni sekolah saya! Namun gelar ini didapatkan lama sebelum dia menjadi imam. Pikir saya, mungkin karena ini Weston dipandang agak “progresif’ dan dijauhi oleh diosesan karena ada masalah dgn alumninya yang menjadi imam wanita di USA). Tapi saya tidak mendukung gerakan dia lho ya! D. Refleksi Lanjutan saya: 1) Imam menikah atau imam wanita bukanlah solusi dari persoalan yang dihadapi USA dan dunia kita akan krisis imam. Persoalan utamanya adalah bahwa iman kita mulai tergerus oleh nilai-nilai yang mementingkan kesenangan dan meterialisme. 2) Gerekan imam menikah dan imam wanita di Gereja Katolik masih menjadi komunitas kecil di USA. Mereka ini diexcluded dari Gereja Katolik Roma. Meski Jean merasakan dalam imanya bahwa Allah memanggilnya sebagai imam, tapi refleksi iman Katolik selalu berdasar KS dan tradisi. Iman kita bukan pertama-tama iman pribadi, tapi Gereja yang beriman kepada Allah. So, menurut tradisi yang dipegang Gereja, tindakan Jean ini tidak bisa dibenarkan! 3) Kalau nanti para imam menikah, berapa uang yang akan dikeluarkan umat untuk menghidupi imam, istri dan anak2 mereka? Ini juga akan menjadi persoalan pelik seandainya di masa depan, married priest terjadi. 4) Para romo, ada yang tertarik berkomentar? silahkan Galih Arga,Weston Jesuit School of Theology Boston, USA Bapak uskup, dan para romo baik saya sampaikan tambahan informasi tentang imam wanita sebelum bapak uskup memberikan informasi saya pada temu uskup itu. Gerakan imam Katolik wanita dimulai di Jerman tahun 2002 dengan mentahbiskan 5 orang wanita.lalu gerakan ini direspond oleh beberapa wanita dari Canada dan USA.Kelompok ini menyebut diri masih anggota gereja katolik,meski jelas-jelas tindakan itu membuat mereka ada DILUAR gereja katolik Roma.Bahkan, dalam diskusi kemarin mereka mengundang semua peserta diskusi untuk sekali waktu ikut misa mereka,termasuk menghadiri tahbisan 3 imam Katolik wanita di Boston, July 21, 2008.Ada yang berminat datang? Kelompok married priest juga sama halnya. Mereka masih menyebut diri anggota gereja Katolik keuskupan Agung Boston, meski uskup setempat tidak pernah mengakui keberadaan mereka. Mereka tetap berkarya dan mengadakan misa, serta menjaring anggota. dalam diskusi dengan teman saya, kami menilai mengapa kelompok ini terus ada? 2 kelompok ini ingin membangun opini publik bahwa imam wanita dan married priest bukan masalah bagi Gereja. selama ini salah satu alasan gereja Katolik mempertahankan selibat adalah tradisi yang dipegang sejak abad 4 M.Nah, mereka berusaha mengcounter tradisi Gereja dan mencipta sebuah tradisi baru, memulai gerakan dan menggalang opini massa untuk menggiring umat agar nantinya berpendapat, "it is ok, no problem!" jangka panjangnya, kalau nanti orang banyak makin tahu dan menerima, maka akan ada gerakan kuat untuk menerima tradisi baru ini di kalangan umat. Meski kita tidak tahu kapan akan terjadi, tapi yang pasti bahwa gerakan ini sudah berjalan! sekarang ini sekali misa, mereka memiliki anggota sekitar 25 orang, dan saat tahbisan imam wanita 2005 lalu dihadiri sekitar 700 orang, namun tidak terinci berapa yang katolik dan non katolik. demikian tambahan info.Galih Arga