MEMPERTANGGUNGJAWABUKAN IMAN KATOLIK

advertisement
MEMPERTANGGUNGJAWABKAN IMAN KATOLIK
- APOLOGETIKA -
PENDASARANNYA:
• 1 Ptr 3:15-16, “Siapsedialah
pada segala waktu untuk
memberi pertanggunganjawab
(Yunani: apologia) kepada tiaptiap orang yang meminta
pertanggunganjawab dari kamu
tentang pengharapan yang ada
padamu …”
• Paulus juga membela diri dan
ajarannya (2 Tim 4:16; Kis 22:1)
• Pendasaran teologis: iman
bukanlah sesuatu yang harus
diterima secara membabi-buta.
Manusia yang berakal-budi
boleh mencoba memahami iman
kepercayaan dengan bantuan
akal-budi.
• Banyak orang mempersoalkan
iman katolik, maka kita perlu
membekali umat dengan
penjelasan. Tujuannya bukan
untuk bertengkar tetapi untuk
mempertanggungjawabkan
iman sendiri.
• Banyak orang meninggalkan
Gereja Katolik, antara lain
karena tidak memahami ajaran
katolik dengan benar.
• Kritikan terhadap ajaran katolik
disebabkan oleh macam-macam
hal:
1) Karena menurut iman katolik,
sumber ajaran kita tidak hanya
kitab suci tetapi juga Tradisi,
yakni Sabda Allah sejauh sudah
ada sebelum dituliskan dalam
bahasa manusia dan yang
dihayati dalam kehidupan
Gereja.
2) Karena perbedaan jumlah kitab
suci. Gereja Katolik mengakui
Deuterokanonika sebagai Sabda
Allah. Di situ ada ajaran
mengenai berdoa untuk orang
yang mati (2 Mak 12)
3) Karena perbedaan tafsiran
atas ayat-ayat yang sama.
Contoh: pengangkatan Simon
Petrus menjadi dasar Gereja
dalam
• Mat 16:18, “Engkau adalah Petrus
[=batu karang] dan di atas batu
karang ini Aku akan mendirikan
jemaat-Ku…” Menurut Gereja nonkatolik, batu karang yang di atasnya
Yesus mendirikan Gereja bukan
Simon Petrus tetapi pengakuan
imannya.
4) Alasan lain: karena kesalahpahaman. Misalnya: mengenai infallibilitas
paus (=paus tak dapat sesat). Sering
orang mengira,
• semua yang diajarkan paus
tidak bisa sesat.
• Padahal yang dimaksud oleh
Gereja Katolik hanyalah ajaran
resmi paus menyangkut iman
dan kesusilaan. Hal itu diajarkan setelah melihat ajaran
Kitab Suci, Tradisi dan setelah
mendengarkan pendapat seluruh Gereja. NB: kuasa itu baru
digunakan satu kali saja
• sejak infallibilitas paus dijadi-kan
dogma katolik pada 1870; kuasa itu
dipakai paus Pius XII ketika
mengumumkan dogma Maria
diangkat ke surga dengan jiwa dan
badan (1954).
5) kesalahan tafsiran atas ayat kitab
suci. Misalnya, ada yang berpendapat doa novena, doa rosario dll.
tidak boleh sebab bukankah dalam
Mat 6:7a Yesus bersabda, “Lagi pula
dalam doamu,
• Janganlah mengulang-ulang doa
seperti kebiasaan orang yang
tidak mengenal Allah.” Padahal
kata Yunani yang dipakai di situ
adalah battalogein yang tidak
perlu diterjemahkan dengan
“mengulang-ulang” tetapi lebih
cocok diterjemahkan dengan
“bertele-tele” atau “berceloteh”
atau yang semacam itu. Lagi
pula, ayat Mat 6:7a
• harus dibaca bersama dengan
kalimat berikutnya (ayat 7b):
“Mereka menyangka bahwa karena
banyaknya kata-kata doanya akan
dikabulkan.” Inilah alasan yang
sesungguhnya dari ayat 7a. Yesus
menolak paham kafir bhw dewa bisa
dipaksa mengabulkan doa yg
diulang-ulang (=mantera). NB: dalam
Alkitab ada banyak doa yang
diulang-ulang.
Download