REPUBLIKA khazanah 20 Halaman >> Senin > 1 November 2010 IZZ AL-DIN AL-JILDAKI AHLI KIMIA DARI KAIRO Karya tersebut dinilai berhasil mendeskripsikan dengan akurat sumbangan peradaban Islam bagi ilmu kimia di seluruh dunia. Kitab itu mengupas sejumlah temuan kimia untuk keperluan praktis. Al-Jildaki mampu memaparkan bahan kimia yang tepat dalam proses pembuatan pedang. Ahli kimia yang terlahir di Khurasan, Persia itu mengungkap banyak informasi seputar tingkat kemampuan umat Muslim dalam pengolahan besi dan baja. Seorang ilmuwan bernama WD Wasin Aktar mengungkapkan dalam bukunya Contributions of Ancient Arabian and Egyptian Scientist on Chemistry, mengenai kegiatan ilmiah al-Jildaki. Menurut Aktar, studi yang dilakukan tokoh ini mencakup kerjakerja ilmiah di laboratorium dan penulisan risalah. Al-Jildaki menggambarkan cara memproduksi zat kimia tertentu. Demikian pula dengan rangkaian proses kimia. Metode kerjanya yang praktis dijadikan acuan. Penggunaan masker ● Laboratorium Kimia FOTO-FOTO MUSLIMHERITAGE.COM Oleh Yusuf Assidiq AL-JILDAKI MENULIS 20 KARYA YANG BERPENGARUH PADA KEMAJUAN ILMU KIMIA. K airo telah lama dikenal sebagai kota ilmu pengetahuan. Dari sana hadir sederet ilmuwan besar dengan karya intelektual yang berpengaruh besar. Salah satu sosok yang lahir dari wilayah Mesir itu adalah Izz al-Din alJildaki. Ia mendalami kimia, yang merupakan salah satu bidang yang pada masanya banyak digemari para ilmuwan Muslim. Al-Jidaki dan ilmuwan semasanya melakukan berbagai eksperimen kimia. Melalui kerja keras yang tak henti, ia mendulang sukses dengan menghasilkan beberapa temuan yang bermanfaat bagi umat manusia. Jejak keilmuan tokoh yang meninggal pada 1360 Masehi ini adalah dalam bentuk risalah. Ini menunjukkan, selain sebagai figur yang benar-benar menguasai ilmu yang menjadi spesialisasinya, alJildaki juga piawai menulis. Terbukti ia menyusun sekitar 20 buku. Karyanya yang paling terkenal adalah Kitab al-Burhan al-Taqrib fi Asrari yang terdiri dari 1.000 halaman. Lewat bukunya ini ia memberikan sumbangan berharga bagi ilmu pengetahuan. Al-Jildaki menyusun klasifikasi tumbuhan, hewan, dan bahan mineral. Lantas mengaitkannya dengan konsep keseimbangan. Ia mencoba menerapkan keseimbangan unsur-unsur kimia pada seluruh substansi alamiah. Ia menyusun sekitar 28 daftar komposisi kimiawi menggunakan sistem angka Arab. Terobosan yang dibuat alJildaki sangat berguna karena memu- dahkan upaya pemetaan struktur kimia yang proporsional. Khususnya, berkaitan dengan unsur panas, dingin, dan larutan. Dalam bukunya, ia sekaligus menegaskan pentingnya keseimbangan pada setiap proses kimiawi. Menurutnya, konsep itu melingkupi segenap substansi kehidupan. Tanpa keseimbangan, dikhawatirkan dapat menghambat pertumbuhan. Ia banyak mengadakan penelitian di laboratoriumnya. Sifat-sifat suatu benda tak luput dari analisisnya, juga menyangkut cara menghasilkan serta memurnikan persenyawaannya. Ia menjelaskan seluruh proses itu dalam satu teorinya yang cukup populer. Tiap bahan atau materi tidak akan bersenyawa dengan sempurna bila terdapat perbandingan bobot tertentu. Pandangan al-Jildaki melahirkan perspektif baru dalam ilmu kimia. Bahkan kemudian dirujuk oleh banyak ilmuwan. Empat abad berikutnya, Louis Proust (1757-1826) mengembangkan prinsip sifat benda tadi. Pandangan alJildaki ditelaah secara mendalam. Ahli kimia asal Prancis ini memopulerkan lagi melalui Hukum Proust. Diungkapkan bahwa tiap-tiap persenyawaan memiliki perbandingan berat terhadap unsur-unsur tertentu. Berdasarkan kenyataan ini, sulit dimungkiri bahwa kontribusi pemikiran maupun gagasan brilian dari alJaldaki ini penting dalam memajukan bidang kimia sebagai cabang ilmu. Pemahaman yang matang terhadap kimia ditopang pula dengan ketekunannya dalam mempelajari risalahrisalah kimia para ahli kimia Muslim terkemuka. Ia memahaminya berikut memberi komentar dan menyempurnakan konsep yang mereka tulis. Ia mengkritisi kitab Al-Ilm al-Muktasab dar Zira’at i Dhahab karya Abu alQasim al-Iraqi al-Simawi. Selain itu, al-Jildaki mengutip sekitar 42 hasil penelitian kimia yang dilakukan Jabir bin Hayyan. Begitu pula pendapat dari al-Razi dan beberapa ahli kimia lainnya. Karya dia yang berupa komentar dan rangkuman pemikiran para ilmuwan legendaris mendapat pujian luas. Bila Jabir bin Hayyan menciptakan tabung atau bejana yang digunakan selama bekerja di laboratorium, prestasi tak kalah hebat ditorehkan alJildaki. Aktar mengungkapkan, alJildaki menemukan unsur gas berbahaya yang keluar dari sebuah reaksi kimia. Gas itu membahayakan kesehatan jika terhirup secara langsung. Oleh karena itu, al-Jildaki menekankan pentingnya penggunaan masker supaya terhindar dari gas berbahaya itu. Di sisi lain, ia memaparkan pentingnya penggunaan pakaian yang dapat melindungi diri dari zat berupa soda dalam sabun. Hal ini dijelaskan Ismail dan Lois Lamya al-Faruqi dalam Atlas Budaya, Menjelajah Khazanah Peradaban Gemilang. Kedua sejarawan sains ini mengatakan, percobaan yang ditempuh alJildaki membuktikan cara terbaik melindungi pakaian. Yakni, dengan mencampurkan zat adiktif ke dalam soda sebelum digunakan untuk pembuatan sabun. Begitu pula, ia menyingkap cara penyucian air tercemar dengan penguapan dan pengembunan. Terkait hal itu, al-Jildaki mengambil metode berbeda dari sebelumnya, yakni yang hanya sekadar lewat penyaringan. Sebab, menurutnya proses penyaringan hanya menghilangkan kotoran besar yang terlihat sehingga masih menyisakan kotoran berukuran lebih kecil. Termasuk penemuan cukup berharga pada aspek pemisahan perak dari unsur emas. Dikatakan, perak dapat dipisahkan secara kimiawi dari emas dengan melarutkannya dalam asam nitrat. Ismail dan Lois Lamya menguraikan, proses yang dirintis al Jildaki mencapai keberhasilan dengan tidak memengaruhi kualitas emas. Keduanya menyimpulkan, al-Jildaki telah banyak memberi insipirasi. n ed: ferry kisihandi ● Karya-karya al-Jildaki BERKELANA MENIMBA ILMU Oleh Yusuf Assidiq ejak masa remaja, al-Jildaki telah tertarik menjadi ahli kimia. Harapan itu ia tuliskan dalam salah satu karyanya. Tak heran jika ia menghabiskan waktunya untuk mendalami ilmu kimia. Termasuk, membaca manuskrip ilmiah dari para sarjana kimia terkemuka. Ia pun memutuskan berkelana ke berbagai wilayah untuk menimba ilmu. S Ia menyusuri Irak, Mesir, Yaman, Hijaz, Anatolia, dan Suriah. Tujuan utamanya adalah memuaskan dahaga terhadap ilmu. Ia menyerap ilmu dari para ahli kimia ternama pada masanya. Eric John Holmyard dalam buku Islamic Alchemy mengatakan, al-Jildaki menghabiskan waktu selama 17 tahun untuk mendalami kimia. “Dia selalu berdoa agar diberikan kemudahan serta sabar dalam menjalani aktivitas intelektualnya,” papar Holymard. Al-Jildaki tertarik dengan elemen dan unsur yang terdapat di muka bumi. Ia terdorong melakukan penelitian kimia agar mengetahui lebih jauh karunia Allah SWT. Ia ingin menyingkap manfaat alam untuk manusia. Ia menghabiskan waktunya selama delapan tahun untuk melakukan penelitian di laboratorium. Waktunya tak sia-sia. Ia menuai hasil berupa serangkaian penemuan luar biasa yang memengaruhi perkembangan bidang kimia pada abadabad berikutnya. E Wiedeman, ahli kimia asal Jerman, mengatakan, sebagian aktivitas ataupun teks ilmiahnya yang berjudul Zur Alchemie bei den Arabern merujuk pada deskripsi temuan al-Jildaki. Beberapa karya al Jildaki kini masih tersimpan di perpustakaan Mumbai, India, serta Kairo, Mesir. Meski terkenal sebagai saintis Kairo, sejatinya al-Jildaki terlahir di Desa Jaldak, wilayah Khurasan, Persia. Tidak diketahui pasti tahun kelahirannya. Dia lantas menetap dan berkarya di Kairo. Pada saat bersamaan, wilayah tempat tinggalnya dihancurkan kaum Mongol. Di samping Kitab al-Burhan, karya lainnya adalah al-Misbah fi Ilm al-Miftah. Pada 1954, ilmuwan bernama M Taslimi mengkaji secara perinci beberapa risalah al-Jildaki. Taslimi menyebutkan, salah satu keistimewaan al-Jildaki adalah banyaknya kutipan dan komentar dari para ahli kimia Muslim pada abad pertengahan. Menurut Taslimi, kenyataan itu membuktikan bahwa al-Jildaki mempunyai pengetahuan luas mengenai perkembangan ilmu kimia di dunia Islam. n ed: ferry kisihandi