KEMAJUAN TEKNOLOGI PERTANIAN

advertisement
REPUBLIKA
khazanah
20
Halaman >>
Senin > 6 September 2010
CUACA
DAN KEMAJUAN
PERTANIAN
Kitab al-Anwa yang
ditulis al-Dinawari
menjadi salah satu karya
penting di bidang
pertanian.
● Salah Satu Bentuk Kalender
Yusuf Assidiq
K
ondisi alam dan cuaca memiliki
pengaruh. Termasuk dalam bidang
pertanian. Ranah ini menjadi perhatian umat Islam. Silih berganti
ilmuwan Muslim mendedikasikan
dirinya dalam menyuguhkan
pemikirannya. Pada akhirnya, mereka mampu
menguasai ilmu yang terkait cuaca atau meteorologi ini.
Mereka menerapkannya dalam tataran praktis,
di antaranya dalam menentukan masa tanam dan
panen. Sejarah mencatat, melalui penguasaan ilmu
pertanian dan meteorologi, umat Islam mampu
menghadirkan revolusi pertanian. Produksi
pangan di berbagai wilayah seperti Baghdad,
Mesir, Damaskus hingga Andalusia berlimpah.
Persentuhan dengan studi meteorologi bermula
pada abad ke-9 Masehi. Dalam prosesnya,
ilmuwan Muslim mendapatkan pengaruh dari
pemikiran ilmuwan Yunani melalui karya mereka.
Aristoteles telah membuat risalah ilmiah tentang
ilmu ini pada 350 SM.
Sang filsuf yang dianggap sebagai peletak
tonggak meteorologi itu menjelaskan secara
perinci tentang siklus hidrologi dan cuaca.
Ilmuwan Yunani lain yakni Theophrastus, mengenalkan studi peramalan cuaca pada karya bertajuk
Kitab Tanda. Buku ini tetap mendominasi sebagai
rujukan ilmiah selama lebih dari 2.000 tahun.
Keberadaan warisan dari peradaban kuno itu
berhasil mencuri perhatian umat Islam dalam
bidang tersebut. Peran signifikan terwujud
melalui sosok ilmuwan bernama al-Kindi. Ia
menjadi seorang pelopor. Pemikiran itu ia
tuangkan dalam sebuah Risalah fi Failali illa alMadd wal Fazr (Risalah tentang Penyebab
Efisiensi Aliran).
Salah satu tema penting yang menjadi perhatian al-Kindi adalah mengenai angin. Ia berpendapat angin berasal dari pergerakan udara, terutama
menuju ke tempat lebih rendah. Selain angin, gejala alam lain tak luput dari perhatian dan pengkajian para ilmuwan Muslim.
Pada abad ke-9 Masehi, Ibnu Doraid al-Azdi
menulis sebuah buku yang dalam terjemahan
bahasa Inggris berjudul Description of Rain and
Clouds. Ia menguraikan argumen ilmiah tentang
hujan dan awan. Buku yang tersusun dalam 17 bab
ini pun membahas perkiraan cuaca, deskripsi,
gerakan, akumulasi, dan perubahan bentuk awan.
Tak sebatas itu, Ibnu Doraid menyempatkan
diri melakukan klasifikasi hujan, mulai dari jenis
hujan hingga dampaknya terhadap lahan dan
sumber air tanah. Pada periode yang sama, alDinawari (828-896) menulis Kitab al-Nabat (Book
of Plants). Untuk pertama kalinya, terdapat penjelasan kaitan astronomi dan meteorologi terhadap
bidang pertanian.
Pergerakan planet, bintang, matahari, dan
bulan untuk menentukan awal dan akhir tiap
musim kemarau atau penghujan tertulis dalam
buku al-Dinawari, termasuk fenomena alam,
seperti angin, guntur, petir, salju, banjir, lembah,
sungai, danau, sumur, serta sumber mata air
lainnya.
Buku berjudul Ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di
Bidang Sains Modern yang ditulis Ehsan Masood
menyebutkan, pada masa revolusi pertanian,
● Manuskrip Pertanian
memang ada kebutuhan yang besar untuk mendapatkan informasi dan data akurat untuk menentukan
kapan mulai menanam dan masa panen.
Ini sejalan dengan pemikiran al-Dinawari yang
menganggap perkiraan cuaca berdasarkan suhu
dan curah hujan penting bagi pertanian. Sejak
saat itu, studi meteorologi pertanian yang disebut
ilm al-anwa semakin berkembang pesat di dunia
Islam. Ini berimbas pada semakin banyaknya
karya dalam bidang tersebut.
“Salah satu buku penting dalam disiplin ilmu
ini adalah Kitab al-Anwa (Buku tentang Cuaca)
yang dihasilkan al-Dinawari,” ungkap Cyrill
Glasse dan Huston Smith melalui bukunya The
New Encyclopedia of Islam. Dengan prediksi cuaca
yang kian akurat, petani menjadi sangat terbantu.
Bantuan kalender
Di samping itu, ketepatan masa tanam dan
panen juga diperoleh berdasarkan perhitungan
kalender matahari yang di dalamnya terdapat pula
beragam informasi tentang cuaca, suhu udara,
tanah, dan tumbuh-tumbuhan. Hal ini diungkapkan sejarawan Zohor Idrisi melalui The Stellar and
Lunar Keys to Medieval Muslim Agriculture.
Ia memaparkan, sebenarnya kalender yang
sejenis dengan al-anwa sudah ada sejak masa praIslam. Kalender ini terutama dipakai oleh suku
pengelana Bedouin serta bangsa Persia. Para
ilmuwan Muslim kemudian memberikan sentuhan
ilmiah terhadap kalender kuno tersebut.
Kemajuan ilmu astronomi menyajikan peng-
FOTO-FOTO MUSLIMHERITAGE.COM
ukuran yang lebih tepat terhadap pergerakan
matahari, planet-planet, dan kaitannya dengan
ilmu-ilmu lain, misalnya botani dan agronomi.
Dari sini diketahui, perubahan karekteristik bulan
bukan hanya memengaruhi pasang dan surut,
angin, hujan, tetapi juga kesuburan tanah.
Keistimewaan kalender ini yakni memiliki
ketepatan perhitungan untuk masa tanam, pemeliharaan, hingga panen. Merujuk kalender yang
sudah disempurnakan, para petani hanya tinggal
mengafalkan periode pergerakan benda-benda
langit untuk memprediksi cuaca sebelum memulai
musim tanam.
Ketepatan perhitungan ini sangat berpengaruh
pada keberhasilan panen. Menurut Idrisi, kalender
ini selanjutnya menjadi sebuah karya fenomenal.
Pada 961 Masehi, kalender yang pada masa itu
sudah digunakan secara luas di Kordoba diperkenalkan oleh Khalifah al-Hakam II kepada tiga
penguasa Eropa.
Mereka adalah Raja Romawi, Otto I, pemimpin
gereja ortodoks di Konstantinopel, dan pemimpin
Nasrani di Yerusalem. Setelah mengetahui
manfaat praktisnya untuk pertanian masyarakat,
mereka merasa kagum. Selanjutnya, kalender hasil
inovasi ilmiah umat Muslim tersebar luas.
Para sarjana Barat menerjemahkannya ke
dalam bahasa Latin dengan judul Liber Anoe,
sebelum diadposi secara luas di ladang-ladang
pertanian di Eropa. Itulah salah satu torehan
berharga sekaligus warisan gemilang peradaban
Islam pada bidang pertanian. n ed: ferry kisihandi
KEMAJUAN TEKNOLOGI
PERTANIAN
Yusuf Assidiq
ektor pertanian yang
berkembang pada masa
kekuasaan Islam tak
sekadar mengolah lahan.
Para petani dan ilmuwan Muslim
berhasil menghadirkan berbagai
inovasi yang bertujuan
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman pa-ngan.
Kemajuan sains terbukti sangat
mendukung bidang pertanian di
negara-negara Islam.
Para ilmuwan Muslim mengenalkan sistem pengolahan lahan
yang lebih modern. Beberapa di
antaranya adalah penggunaan saluran irigasi, kincir air, ataupun
cara tanam. Terdapat beberapa disiplin ilmu yang memberikan kontribusi, antara lain astronomi, botani, agronomi, klimatologi, hidrologi, ekologi, ataupun ekonomi.
S
Singkat kata, hampir tidak ada
satu aspek pun dalam pertanian
yang tidak dirambah oleh ilmu
pengetahuan. Praktik pertanian
pun menjadi industri besar serta
menopang kemakmuran. Masa itu
lantas dikenal sebagai periode
revolusi hijau atau revolusi pertanian.
Umat Muslim mewujudkannya
dengan mengembangkan metode
pertanian yang paling maju pada
zamannya. Dengan pengetahuan
pra dan pascatanam yang dimilikinya, para petani Muslim berkemampuan baik dalam membuka
lahan dan membudidayakan tanaman buah dan sayuran.
Begitu pula teknik membasmi
serangga, pemilihan jenis tanaman, dan penggunaan pupuk dengan takaran yang tepat sampai
cara memanen. Ihwal rotasi tanaman dipahami dengan baik pula.
Bila sebelumnya para petani
hanya mengalami satu kali masa
panen setiap tahun, de-ngan
teknik ini mereka bisa memanen
beberapa kali dalam setahun.
Lewat inovasi, papar Philip K
Hitti dalam History of the Arabs,
lahan-lahan pertanian yang telantar dapat difungsikan kembali.
Mereka membuka saluran irigasi
lama atau membuat yang baru.
Maka itu, lahan yang tadinya kering sanggup diubah menjadi lahan
pertanian subur, misalnya sejumlah daerah di Asia Tengah.
Teknik pencangkokan tanaman
untuk menghasilkan varietas baru
menjadi keunggulan tersendiri dari
para sarjana pertanian Muslim.
Dari sini, muncul sejumlah varietas tanaman baru berkualitas
baik sehingga menambah keragaman tanaman yang sudah ada.
n ed: ferry kisihandi
● Penjelasan Pergerakan Bulan
ISLAMICSTUDY.ORG
Download