pseudo shariah economy and muslims` civilization debt (tono saksono)

advertisement
RESENSI BUKU:
PSEUDO SHARIAH ECONOMY AND MUSLIMS’ CIVILIZATION DEBT (TONO SAKSONO)
OLEH PRIYONGGO SUSENO1
MOMENT UNTUK KRITIK TERHADAP EKONOMI SYARIAH

Sejarah lahirnya ekonomi syariah, terutama sejak tahun 1960-an, diyakini oleh banyak
ulamaIslam sangatlah mulia. Tujuan pengembangan ekonomi syariah bukan sekedar
mengambil potensi pasar bagi umat Islam, namun untuk tujuan yang lebih besar termasuk
tujuan membangun sistem ekonomi, budaya dan politik. Namun, dalam kenyataanya tujuan
ideal ini terjabak kepada hal-hal yang praktis. Kritik mulai diungkapkan, misalnya focus pada
pengembangan perbankan keuangan syariah yang bebas bunga dan penerapan sistem
redistribusi berbasis zakat. Lahirnya lembaga keuangan syariah ini ternyata tidak mampu
merevolusi kehidupan ekonomi Muslim, melainkan hanya melahirkan sub-ekonomi Islam
(Kuran, 1995). Sub-ekonomi Islam inipun berkembang pesat dengan semakin meningkatnya
kepercayaan public dan peluang yang menjanjikan.

Sejalan dengan semakin majunya ekonomi syariah (baca: keuangan syariah), kritikpun semakin
tajam. Ekonomi syariah dinilai masih semu, karena hanya berhenti di permukaan (form) dan
mengabaikan substansi. Kritik terbanyak terhadap ekonomi syariah saat ini terfokus pada kritik
terhadap pengembangan keuangan syariah (baca: sub ekonomi Islam) yang cenderung dinilai
sebagai edisi ‘revisi’ terhadap keuangan konvensional. Revisi ini dilakukan dengan cara
berbagai unsur yang yang melanggar prinsip syariah dalam muamalah. Prinsip “Hindari Hal
yang Terlarang” menjadi hal yang sangat popular dalam pembahasan ekonomi Islam, yaitu
upaya untuk membersihkan sistem keuangan dari praktik Riba, Maysir dan Gharar. Kritik ini
ada pada level mikro ataupun level makro.

Pada level mikro, sistem keuangan syariah menuai kritik karena sistem ini dinilai belum
berhasil membersihkan dari Jusperi (judi, spekulasi dan riba) dalam proses bisnis melainkan
sebatas formalitas (form bukan substansi). Misalkan akad murabahah yang sebatas transaksi di
atas kertas, akad mudharabah yang tidak pernah berbagi rugi, atau pasar modal syariah yang
masih sarat dengan spekulasi. Pada level ini juga dikritik akar kinerja keuangan syariah diukur
dengan prinsip syariah, bukan lagi dengan indicator konvensional. Misalnya adanya penerapan
KPI berbasis maqasid syariah.

Pada level makro, sistem keuangan Islam juga dinilai cacat karena tetap berpotensi sebagai
mesin cetak uang, karena sistem keuangan syariah ini masih mengacu pada prinsip fractional
banking, dan fiat money. Bank syariah ini akan tetap menjadi potensi kendaraan neokapitalisme kecuali fiat money dan fractional banking diubah (Amin 2009 dan Meera, 2012).
Tawaran untuk menghindarkan diri dari bayang-bayang ekonomi konvensional juga
ditawarkan melalui perombakan sistem keuangan syariah yang ada. Sistem keuangan berbasis
dinar-dirham dan tanpa perbankan ditawarkan akan lebih memurnikan ekonomi Islam.
(Vadillo)
1
Penulis adalah dosen Ilmu Ekonomi Universitas Islam Indonesia dan saat ini sekretaris Maryarakat Ekonomi
Syariah Yogyakarta dan Pengasuh Pesantren Ekonomi Islam (Mahasiswi) Darul Falah Yogyakarta.Terimakasih
disampaikan kepada Dr. Tono Saksono atas kesediaan berdiskusi buku ini.
1

Ada satu hal yang luput dari perhatian akademisi keuangan Islam, yaitu dampak pemilihan
kalender Islami (kalender bulan). Hal ini dipandang sepele dan kalender Islam masih dipandang
hanya dibutuhkan untuk urusan ibadah mahdhoh saja. Hal inipun, umat Islam masih terjebak
pada sengketa perbedaan antar ulama dalam menerapkan kalender Hijriah ini, misalkan dalam
hal penetapan awal bulan Ramadhan, Syawwal dan Dhulhijjah. Buku yang berjudul Pseudo
Shariah Economy and Muslims’ Civilization Debt yang ditulis oleh Tono Laksono telah membuka
pandangan setidaknya dua hal, yaitu (1) mengungkap betapa pentingnya peran penerapan
kalender Hijriah pada aspek muamalah ditinjau dari sisi hukum Islam, (2) Mengungkap
signifikannya dampak ekonomi, yaitu kerugian financial, akibat adanya penerapan kalender
masehi pada sistem ekonomi Islam.
URGENSI KALENDER HIJRIAH BAGI PEREKONOMIAN
 Buku ini telah membuka perhatian dan lingkup baru untuk penelitian di bidang keuangan dan
ekonomi syariah yang selama ini didominasi oleh isu-isu klasik riba, maysir (judi), gharar
(ketidakjelasan), dan nisab. Perhatian dalam perhitungan zakat yang tidak menggunakan
kalender Islam menjadikan sistem keuangan Islam menjadi cacat, mulai dari aspek akuntansi
hingga implikasinya bagi pembangunan ekonomi

Secara garis besar buku terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama, mengungkap sejarah dan
pandangan Islam terhadap kalender Islam. Berbagai ayat Quran dan hadits dikupas untuk
mempertegas ‘wajib’nya menggunakan kalender Hijriah untuk keperluan ibadah maupun
muamalah. Misalkan QS Yunus:5, Al-Isra:12; At-Taubah:36, Al-Baqarah:185 dan beberapa
hadits diungkap mengenai pentingnya perhitungan astronomi ini bagi Muslim. Bagian Kedua,
buku ini membahas tentang analisis astronomi dalam pembangunan kalender Islam. Beliau
menggali secara mendalam kedua persoalan tersebut, dan menyakinkan, bahwa Ekonomi Islam
tidak melulu bergulat pada persoalan riba, maysir dan gharar. Meskipun teknologi astronomi
telah berkembang pesat untuk perhitungan terkait masalah geografis (seperti sistem pemetaan,
navigasi orbit dan ruang), namun jika dikaitkan dengan pengembangan kalender Islam maka
para ilmuwan Muslim masih terkendala dalam aspek syariah. Mayoritas ilmuwan Muslim tidak
mendukung penggunaan teknik astronomi untuk penentuan awal bulan Islam. Oleh karena itu,
kalender Islam tidak digunakan untuk tujuan perhitungan bisnis, dan dasar sistem akuntansi
Islam benar-benar diabaikan. Penggunaan kalender Masehi (Gregorian) yang menggantikan
kalender Islam sebenarnya telah secara tidak sadar menggelapkan zakat (sedekah wajib),
karena kalender Gregorian ini 11,5 hari lebih lama dari kalender Islam. Implikasinya,
penggunaan kalender Gregorian sebagai dasar sistem akuntansi menimbulkan penurunan
pembayaran zakat sekitar 0,3%-1,7% (atas dasar perhitungan lima asset pasar modal selama
20 tahun). Hal ini membawa implikasi kepada membengkaknya utang zakat, atau disebutnya
utang bagi peradaban Islam. Jika sistem kalender Islam ini diterapkan dalam kehidupan bisnis
Muslim, maka semua laporan keuangan Bisnis Muslim (termasuk bank syariah) akan sesuai
syariah. Zakat dibayarkan harus dihitung ulang sesuai dengan prinsip syariah, dan aset mereka
akan lebih bersih secara rohani. Bagian ketiga adalah penerapan metode estimasi yang tepat
dalam keuangan Islam. Bagian ini digunakan untuk menghitung secara presisi tetang potensi
kerugian ekonomi Islam yang diakibatkan penerapan kalender Gregorian, yaitu nilai kerugian
zakat yang belum dibayar. Bagian ketiga ini secara umum terdiri dari dua bagian. Bagian awal
(bab 4) mengupas mengupas kelemahan metode estimasi berbasis regresi least square yang
sarat dengan asumsi yang harus dipenuhi. Metode ini disamping ketat asumsinya, metode ini
juga tidak akan tepat (bias) jika terjadi kesalahan pengukuran variabel (systemic error)
sehingga rendahnya varian tidak selalu mencerminkan validitas suatu data. Dalam menjelaskan
kelemahan metode ekonometrika ini, ia mengungkapkan dengan bahasa sederhana, misalkan
bagaiman ia menggambarkan ‘pentingya’ memperhatikan kesalahan pengukuran. “Jika Faruq
2

mengukur panjang meja adalah 2,132m sedangkan Fatimah mengukur meja tersebut didapatinya
2,032 meter. Maka perbedaan ukuran 0,102 bukanlah problem serius jika kita ingin membawa
meja tersebut dalam ruang yang luas. Namun jika ruang yang tersedia hanya sepanjang 2 m lebih
sedikit, maka perbedaan ukuran ini mejadi problem serius”. Buku ini akhirnya menawarkan
metode estimasi berbasis pendekatan geometrika algoritma untuk memprediksi potensi
kerugian zakat. Dengan metode ini dapat diperkirakan tingkat kerugian zakat selama 10 tahun
terhadap lima asset (GE, Emas, Perak, Minyak, Tembaga) di pasar modal mencapai US$ 9,11 juta
hingga US$ 9,26 juta.
Pada akhirnya buku ini memberikan rekomendasi agar kalender Islam diterapkan pada
perusahaan Muslim, setidaknya untuk tujuan kepatuhan prinsip syariah. Metode yang
ditawarkan juga tidak memerlukan perombakan sistem keuangan. Beberapa area penting yang
perlu diperhatikan oleh umat Islam adalah:
(1) Muslim hendaknya mencari cara untuk menghentikan penggunaan kalender Gregorian dan
mengaplikasikan kalender Islam untuk bisnis mereka dan seluruh aspek kehidupan mereka
(2) Muslim seharusnya menerima perhitungan astronomi berbasis kalender Islam murni,
karena tanpanya maka kalender Islam tidak akan eksis
(3) Perhitungan kerugian zakat akibat pemakaian kalender Gregorian harus diestimasi dan
dibayarkan sehingga tidak terjebak pada arus keuangan syariah semata. Dengan demikian
umat Muslim tidak akan terjebak pada utang perababan tanpa disadari.
MEMBANGUN SISTEM EKONOMI SYARIAH

Upaya untuk membangun sistem ekonomi syariah sebenarnya terus dikembangkan oleh
para sarjana Muslim, namun arus perkembangannya tertutupi oleh kecepatan
perkembangan keuangan syariah. Upaya untuk membangun sector non keuangan, seperti
sector publik seperti zakat dan wakaf juga telah mendapatkan perhatian cukup serius.
Demikian pula upaya untuk meredesain konsep pembangunan, misalnya pengentasan
kemiskinan, juga telah banyak diupayakan agar sesuai prinsip-prinsip syariah.

Buku Pseudo Shariah Economy… memberikan kontribusi cukup penting, khususnya dalam
pengembangan sistem akuntansi syariah, baik terkait dalam hal pengakuan, pencatatan,
pelaporan hingga audit. Perbedaan rentang waktu (kalender) membawa implikasi sangat
signifikan meskipun sederhana.

Untuk menghindarkan dari terbentunya sub-economy, maka pendekatan dalam
mengembalikan ekonomi islam semu menjadi ekonomi islam yang sesungguhnya, maka
metode penurunannya juga harus mengikuti prinsip syariah. Metode estimasi berbasis
statistic dan ekonometrika, yang menonjolkan pada upaya untuk meminimalkan nilai
kesalahan (error) tidak serta merta dapat diklaim sebagai metode yang tidak Islami. Hal ini
benar selama dalam implementasinya tidak lagi bertentangan dengan nilai-nilai yang ada
pada Quran dan Hadits. Penerapan model time-series misalnya, saat ini dipandang sebagai
alat yang tepat dan akurat dalam memprediksi nilai variabel di masa mendatang, terutama
untuk ketersediaan data tinggi. Bahkan, para ahli keuangan memandang tidak perlunya
teori untuk memprediksi kondisi keuangan yang masa mendatang, karena data keuangan
diyakini tidaklah mati. Data keuangan memiliki perilaku tersendiri dan peran kita adalah
menebak perilaku tersebut. Permasalahannya adalah apakah hal ini tepat dan sesuai
dengan kebutuhan umat Islam saat ini?
3

Permasalah utama dalam membangun sistem ekonomi Islam saat ini bukanlah pada upaya
untuk melakukan prediksi. Berapa kali upaya untuk memprediksi kemajuan pasar modal,
potensi perkembangan zakat dan seterusnya. Namun, meskipun tepat hasil prediksinya, toh
belum ada negara yang sukses mencapai tujuan yang ditargetkan. Hal ini mencerminkan
bahwa sebenarnya umat Islam masih gagal membangun model structural sistem ekonomi
syariah. Sebagai misal konsep sistem ekonomi tiga sector harus dikembangkan:

Dalam konsep ekonomi tiga sector (Misanam dkk, 2008), sector public dan sector
masyarakat harusnys mampu saling menggantikan peran. Misalkan kegagal sistem pajak
dalam mengentaskan kemiskinan dapat diatasi melalui penguatan sector Ziswaf. Integrasi
sector Ziswaf kedalam sistem keuangan nasional akan meningkatkan efisiensi kebijakan
ekonomi.
PENUTUP
 Alhamdulillah Bapak Tono Saksono telah membantu menyadarkan umat Islam akan
perlunya perhatian umat Islam untuk membersihkan harta dari zakat secara murni.
Perhatian yang selama ini lepas dari umat Islam, perlu mendapatkan perhatian bersama,
mulai dari ulama, ahli ekonomi keuangan, pengambil kebijakan hingga praktisi bisnis.
Semoga ini merupakan amal sholih yang diterimaNya dan melahirlah para pejuang baru
yang ingin terbebas dari Shariah semu.
 Buku ini sekaligus membuka wacana memungkinkannya penerapan metode kuantitatif
tingkat tinggi (algoritma) dalam pengembangan ekonomi syariah. Meskipun metode ini
masih pro kontra, namun buku ini mampu menggabungkan metodologi ilmiah Islam dan
konvensional. Metode deduktif yang bersumberkan dari wahyu mampu dikombinasikan
dengan metode empiris sehingga buku ini dapat dibaca dengan mudah sesuai jaman ini.
4
Download