REPUBLIKA khazanah 20 Halaman >> Rabu > 18 Agustus 2010 GELIAT INDUSTRI KIMIA SEMUA BERAWAL DARI PENEMUAN DAN TEROBOSAN ILMUWAN MUSLIM DI BIDANG KIMIA. Yusuf Assidiq K WIKIM EDIA.C OM emajuan di bidang kimia tak terhenti pada konsep dan kajian. Namun, ilmuwan Muslim membuat terobosan penting hingga lahirlah industri. Berbagai produk yang bermula dari inovasi dalam ranah ini bertebaran di kota-kota Islam. Tak hanya memberi manfaat fungsional, tetapi juga mendorong kemajuan ekonomi. Sejak awal, ilmuwan Muslim berkomitmen mengembangkan kimia. Mereka melakukan kajian dan menuliskannya dalam serangkaian karya. Sejumlah risalah, misalnya yang ditulis oleh ahli kimia terkemuka, Jabir ibnu Hayyan, menggambarkan bagaimana menghasilkan zat kimia tertentu, yang menjadi bahan baku industri secara perinci. Jabir, ungkap Ehsan Masood melalui karya Ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern, berhasil menemukan proses kimiawi, seperti reduksi, sublimasi, dan penyulingan. Dia menciptakan bahan alembik, tabung penelitian sederhana untuk memanaskan cairan. Alembik bisa mengubah anggur menjadi alkohol. Namun, di tangan ilmuwan Muslim, alkohol tidak dialihkan sebagai bahan minuman keras. Sebaliknya, pembuatan bahan alkohol menjadi proses kunci untuk sejumlah industri kimia yang berkembang di peradaban Islam. Termasuk produksi parfum, tinta dan bahan celup, obat-obatan ataupun bahan kimia tertentu. Jabir juga menemukan jenis asam, antara lain asam sulfat, asam hidrokolat, dan asam nitrat, yang bisa melarutkan logam serta banyak dipakai di industri kerajinan logam dan lainnya. Berbagai penguasaan teknik kimiawi dari sarjana Muslim menumbuhkan semangat para industriawan. Peradaban Islam lantas memunculkan sederet industri penting, seperti industri farmasi, tekstil, perminyakan, kesehatan, makanan dan minuman, perhiasan, hingga militer. Selain itu, ada juga industri baja, pembuatan kertas, pembuatan keramik, kerajinan tanah liat, pembuatan gelas dan kaca, pertanian, ekstraksi mineral, industri logam, dan produk kimia lainnya. Umat Islam pun telah memiliki pabrik kaca skala besar di beberapa kota di Timur Tengah. Sentra-sentra industri kaca bermunculan di banyak tempat dan masing-masing punya ciri khas dalam hal bentuk dan desain. Menurut Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill dalam bukunya Islamic Technology: An Illustrated History, ● MUSLIMHERITAGE.COM dorong berkembangnya gaya hidup sehat dan bersih di kalangan masyarakat Muslim sejak abad ke-7. Bahan utama pembuatan sabun, ungkap al-Hassan, adalah minyak sayuran, misalnya minyak zaitun serta minyak aroma.Tokoh penting di balik penemuan formula pembuatan sabun adalah al-Razi, kimiawan asal Persia. Ketika itu, sabun yang diproduksi umat Muslim sudah berbentuk sabun cair dan padat serta menggunakan bahan pewangi dan pewarna. Dokter Muslim asal Andalusia, Abu al-Qasim al-Zahrawi (936-1013), juga menulis resep pembuatan sabun di dunia Islam. Selain itu, fondasi industri parfum ditopang oleh teknik dan rekayasa kimia. Pembuatan parfum HISTORYFORKIDS.COM produk umat Islam mencerminkan karakter unik dari masing-masing pusat pembuatannya. Sammara, Irak, pada abad ke-9 mejadi salah satu sentra industri produk tersebut. Selain itu, ada pula di Mosul, Najat, serta Baghdad. Sedangkan, di Suriah, Kota Damaskus merupakan sentra produksi yang terkenal meskipun di kota lainnya juga ada, seperti di Aleppo, Raqqa, Armanaz, Tyre, Sidon, Acre,dan Rasafa. Al Hassan mengungkapkan, produk yang dibuat di Suriah sangat populer sepanjang peradaban Islam hingga berkembangnya industri yang sama di Venesia, Italia, pada abad ke13. Orang-orang Barat mengetahui teknik pembuatan produk tersebut pada abad ke-13 hingga ke-17, lalu mereka mengembangkan industri di Eropa. Di Indishapur, penelitian kimia mengantarkan umat Muslim pada pencapaian teknologi pemurnian gula. Selanjutnya, inovasi teknik ini dipergunakan pada industri gula di Khuzistan. Lalu, menyebar ke seluruh negeri Islam hingga Spanyol. Penemuan penting lain pada era keemasan adalah sabun. Sentra industri sabun berada di Kufah, Basrah, dan Nablus di Palestina. Kemajuan industri ini dicatat ahli geografi, al-Maqdisi. Dalam risalahnya Ahsan al-Taqasim fi Ma`rifat al-Aqalim, ia menyatakan bahwa Kota Nablus sudah terkenal sebagai sentra produksi sabun pada abad ke-10 dan sebagian hasilnya diekspor ke negara-negara Islam. Hadirnya produk sabun turut men- Dua ahli kimia, yakni Jabir ibnu Hayyan dan al Kindi, melalui berbagai penemuan dalam proses kimia sanggup menghasilkan formula luar biasa yang bermanfaat bagi pembuatan parfum dengan aneka jenisnya. Sejumlah ahli lainnya juga menaruh perhatian besar terhadap teknik pembuatan parfum. Tak kurang dari sembilan risalah teknis bagi produksi parfum sudah dihasilkan, seperti disampaikan alIshbilli, kimiawan Muslim berpengaruh pada abad ke-12. Namun, harus diakui, pengembangan industri parfum di dunia Islam mencapai tahapan mengagumkan berkat kontribusi Ibnu Hayyan. Dia dijuluki Bapak Kimia Modern. Tak tanggung-tanggung, tokoh ini melahirkan beberapa metode penting, seperti penyulingan, penguapan, dan penyaringan, yang sangat efektif untuk mengambil aroma wewangian dari tumbuhan dan bunga dalam bentuk minyak. Intinya, umat Islam menorehkan prestasi tinggi. Terutama, dengan dikembangkannya teknik dan proses ekstraksi wewangian melalui teknologi distilasi uap. Pencapaian ini sangat berpengaruh pada kemajuan industri parfum masa berikutnya. Bahan ramuan parfum temuan ahli kimia Muslim banyak diikuti oleh kalangan industri parfum di dunia Barat. Demikian halnya industri mesiu mengalami pencapaian signifikan sejak abad ke-7. Seorang ahli kimia bernama Khalid bin Yazid memperkenalkan bahan potasium nitrat yang menjadi bahan utama pembuatan mesiu. Karya Ibnu Hayyan dan alRazi juga menyinggung soal potasium nitrat. ■ ed: ferry kisihandi Jabir ibnu Hayyan DARI KIMIA MENUJU INDUSTRI FARMASI Yusuf Assidiq epakaran Jabir ibnu Hayyan di bidang kimia tertoreh dengan tinta emas sejarah gemilang peradaban Islam. Ia seorang ilmuwan yang berpengaruh melalui karyakarya intelektualnya. Jejaknya diikuti oleh sarjana-sarjana Muslim berikutnya. Salah satu nama penting yang mengikuti jejaknya adalah al-Razi. Dia dikenal sebagai seorang dokter terkemuka. Tidak bisa dimungkiri, seperti mengutip buku Ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern tulisan Ehsan Masood, keberhasilannya dalam ilmu medis mulai melanjutkan apa yang K dicapai Ibnu Hayyan. Beragam formulasi kimia hasil temuan Ibnu Hayyan menjadi dasar analisisnya selama berkutat dalam kerja penelitian di laboratorium. Al-Razi dianggap menyempurnakan klasifikasi karya Ibnu Hayyan dan membedakan antara zat yang ada secara alami dan yang diciptakan lewat riset. Di samping itu, al-Razi juga menekankan pentingnya pembuktian dengan melakukan eksperimen. Ia memperbaiki proses penyulingan, penguapan, dan penyaringan yang masih mentah. Tak hanya sampai di situ, ia memberikan kontribusi dalam farmakologi. Dengan hati-hati, ia meramu bahan-bahan kimia secara teliti. Lalu, bahan-bahan tersebut diracik untuk membuat obat-obatan. Sejumlah ilmuwan lain, seperti al-Biruni, alZahrawi, ataupun Abu al-Mansur Muwaffaq, mengembangkan metode ini pula. Berbagai karya dan literatur ilmiah mereka tentang farmasi dan teknik racikan memberikan pengaruh besar di Eropa pada akhir abad pertengahan. Industri farmasi tumbuh pesat di dunia Islam. Pada zamannya, banyak bermunculan toko-toko obat di Baghdad ataupun kota-kota besar Islam lain. Tak jarang, para dokter dan ahli farmasi mendirikan apotek sendiri. Hal ini diikuti oleh Barat dengan mengembangkan industri serupa. ■ ed: ferry kisihandi ● Manuskrip Kimia MUSLIMHERITAGE.COM