KOMPONEN ELEKTRONIKA LAPORAN ELEKTRONIKA DASAR Tugas ini diserahkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Elektronika Dasar dosen pengampu: Yuyu Rachmat Tayubi Della Apriyani Kusuma Putri 1300142 Desti Miftahus Solihah 1301335 Kartika Mega Lestari 1304640 Mutiara Syifa 1304590 Nuzulira Janeusse Fratiwi 1307354 DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM BANDUNG 2014 A. Tujuan 1. Mengetahui besar hambatan dengan menggunakan multitester analog dan multitester digital. 2. Mengetahui tegangan (beda potensial) dari powesupply yang berarus AC dan DC dengan menggunakan multitester analog dan multitester digital. 3. Membuktikan frekuensi yang dihasilkan oleh audio generator dengan osiloskop. B. Alat dan Bahan 1. Multitester Analog dan Multitester Digital 2. 5 buah hambatan dengan besar hambatan yang berbeda 3. Audio Generator 4. Power Supply 5. Osiloskop 6. Kabel Penghubung C. Landasan Teori Peralatan elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa jenis komponen elektronika dan masing-masing komponen elektronika tersebut memiliki fungsi-fungsinya tersendiri didalam sebuah rangkaian elektonika. Seiring dengan perkembangan teknologi, komponen-komponen elektronika makin bervariasi dan jenisnyapun bertambah banyak. Tetapi komponen-komponen dasar pembentuk sebuah peralatan elektronika seperti resistor, osiloskop, multitester, power suply, audio generator masih tetap digunakan hingga saat ini. 1. Osiloskop Osiloskop adalah alat ukur elektronika yang berfungsi memproyeksikan bentuk sinyal listrik agar dapat dilihat dan dipelajari. Osiloskop dilengkapi dengan tabung sinar katode. Peranti pemancar electron memproyeksikan sorotan elektron ke layar tabung sinar katode. Sorotan elektron membekas pada layar. Suatu rangkaian khusus dalam osiloskop menyebabkan sorotan bergerak berulang-ulang dari kiri ke kanan. Pengulangan ini menyebabkan bentuk sinyal kontinyu sehingga dapat dipelajari. Osiloskop biasanya digunakan untuk mengamati bentuk gelombang yang tepat dari sinyal listrik. Selain amplitudo sinyal, osiloskopdapat menunjukkan distorsi, waktu antara dua peristiwa (seperti lebar pulsa, periode, atau waktu naik) dan waktu relatif dari dua sinyal terkait. Semua alat ukur elektronik bekerja berdasarkan sampel data, semakin tinggi sampel data, semakin akurat peralatan elektronik tersebut. Osiloskop, pada umumnya juga mempunyai sampel data yang sangat tinggi, oleh karena itu osiloskop merupakan alat ukur elektronik yang mahal. Jika sebuah osiloskop mempunyai sampel rate 10 Ks/s (10 kilo sample/second = 10.000 data per detik), maka alat ini akan melakukan pembacaan sebanyak 10.000 kali dalam sedetik. Jika yang diukur adalah sebuah gelombang dengan frekuensi 2500Hz, maka setiap sampel akan memuat data 1/4 dari sebuah gelombang penuh yang kemudian akan ditampilkan dalam layar dengan grafik skala XY. a. Bagian-Bagian Osiloskop Beserta Fungsinya a.1. Fungsi Masing-Masing Bagian Osiloskop Fungsi masing-masing bagian yaitu: No Bagian-Bagian Osiloskop Fungsi Untuk 1. Volt atau div mengeluarkan tegangan AC,mengatur berapa nilai tegangan yang diwakili oleh satu div di layar Untuk memasukkan sinyal atau gelombang yang diukur atau pembacaan posisi horizontal. Terminal masukan pada saat pengukuran pada CH 1 juga 2. CH1 (Input X) digunakan untuk kalibrasi.Jika signal yang diukur menggunakan CH 1, maka posisi switch pada CH 1 dan berkas yang nampak pada layar hanya ada satu. Untuk memilih besaran yang diukur, mengatur fungsi kapasitor kopling di terminal masukan osiloskop. Jika tombol pada posisi AC maka pada terminal masukan diberi kapasitor kopling sehingga hanya melewatkan komponen AC dari 3. AC-DC sinyal masukan. Namun jika tombol diletakkan pada posisi DC maka sinyal akan terukur dengan komponen DC-nya dikutsertakan.Posisi AC = Untuk megukur AC, objek ukur DC tidak bisa diukur melalui posisi ini, karena signal DC akan terblokir oleh kapasitor.Posisi DC = Untuk mengukur tegangan DC dan masukan-masukan yang lain. 4. Ground Untuk memilih besaran yang diukur.Digunakan untuk melihat letak posisi ground di layar. Untuk mengatur posisi garis atau tampilan dilayar atas bawah.Untuk menyeimbangkan DC vertical 5. Posisi Y guna pemakaian channel 1 atau (Y).Penyetelan dilakukan sampai posisi gambar diam pada saat variabel diputar. 6. Variabel 7. Selektor pilih 8. Layar Untuk kalibrasi osiloskop. Untuk memilih Chanel yang diperlukan untuk pengukuran. Menampilkan bentuk gelombang Mengatur cerah atau tidaknya sinar pada layar 9. Inten Osiloskop. Diputar ke kiri untuk memperlemah sinar dan diputar ke kanan untukmemperterang. 10. Rotatin Mengatur posisi garis pada layar, Mengatur kemiringan garis sumbu Y=0 di layar Menajamkan garis pada layer untuk mendapatkan 11. Fokus gambar yang lebih jelas, digunakan untuk mengatur fokus Mengatur posisi garis atau tampilan kiri dan kanan. untuk mengatur posisi normal sumbu X (ketika sinyal masukannya nol). Untuk menyetel kekiri 12. Position X dan kekanan berkas gambar (posisi arah horizontal) Switch pelipat sweep dengan menarik knop, bentuk gelombang dilipatkan 5 kali lipat kearah kiri dan kearah kanan usahakan cahaya seruncing mungkin. Digunakan untuk mengatur waktu periode (T) dan Frekwensi (f), mengatur berapa nilai waktu yang diwakili oleh satu div di layar Sakelar putar untuk memilih besarnya tegangan per cm (volt/div) pada layar CRT, ada II tingkat besaran tegangan yang tersedia dari 0,01 v/div s.d 20V/div 13. Sweep time/div Yaitu untuk memilih skala besaran waktu dari suatu priode atau pun square trap Cm (div) sekitar 19 tingkat besaran yang tersedia terdiri dari 0,5 s/d 0,5 second.pengoperasian X-Y didapatkan dengan memutar penuh kearah jarum jam. Perpindahan Chop-ALT-TVV-TVH. secara otomatis dari sini. Pembacaan kalibrasi sweep time/div juga dari sini dengan cara variabel diputar penuh se arah jarum jam. 14. Mode Untuk memilih mode yang ada Untuk kalibrasi frekwensi.Untuk waktu mengontrol periode dan sensitifitas arah vertical pada CH 1 (Y) padaputaran maksimal ke arah 15. Variabel jarum jam (CAL) gunanya untuk mengkalibrasi mengecek apakah Tegangan 1 volt tepat 1 cm pada skala layar CRT.Digunakan untuk menyetel sweeptime pada posisi putaran maksimum arah jarum jam. (CAL) tiap tingkat dari 19 posisi dalam keadaan terkalibrasi . 16. Level 17. Exi Trigger Menghentikan gerak tampilan layar. Untuk trigger dari luar. 18. Power 19. Cal 0,5 Vp-p Untuk menghidupkan Osiloskop. Kalibrasi awal sebelum Osiloskop digunakan. Digunakan untuk melihat letak posisi ground di 20. Ground layer, ground Osiloskop yang dihubungkan dengan ground yang diukur. Untuk memasukkan sinyal atau gelombang yang diukur atau pembacaan Vertikal.Jika signal yang 21. CH2 ( input Y ) diukur menggunakan CH 2, maka posisi switch pada CH 2 dan berkas yang nampak pada layar hanya satu. a.2. Fungsi Osiloskop Secara Umum Secara umum osiloskop berfungsi untuk menganalisa tingkah laku besaran yang berubah-ubah terhadap waktu yang ditampilkan pada layar, untuk melihat bentuk sinyal yang sedang diamati. Dengan Osiloskop maka kita dapat mengetahui berapa frekuensi, periode dan tegangan dari sinyal. Dengan sedikit penyetelan kita juga bisa mengetahui beda fasa antara sinyal masukan dan sinyal keluaran. Ada beberapa kegunaan osiloskop lainnya, yaitu: a. Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu. b. Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi. c. Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangakaian listrik. d. Membedakan arus AC dengan arus DC. e. Mengecek noise pada sebuah rangkaian listrik dan hubungannya terhadap waktu. Osiloskop terdiri dari dua bagian utama yaitu display dan panel kontrol. Display menyerupai tampilan layar televisi hanya saja tidak berwarna warni dan berfungsi sebagai tempat sinyal uji ditampilkan. Pada layar ini terdapat garis-garis melintang secara vertikal dan horizontal yang membentuk kotak-kotak dan disebut div. Arah horizontal mewakili sumbu waktu dan garis vertikal mewakili sumbu tegangan. Panel kontrol berisi tombol-tombol yang bisa digunakan untuk menyesuaikan tampilan di layar.Pada umumnya osiloskop terdiri dari dua kanal yang bisa digunakan untuk melihat dua sinyal yang berlainan, sebagai contoh kanal satu untuk melihat sinyal masukan dan kanal dua untuk melihat sinyal keluaran. Ada beberapa jenis tegangan gelombang yang akan diperlihatkan pada layar monitor osiloskop, yaitu: a. Gelombang sinusoida b. Gelombang blok c. Gelombang gigi gergaji d. Gelombang segitiga Untuk dapat menggunakan osiloskop, harus bisa memahami tombol-tombol yang ada pada pesawat perangkat ini, seperti telah diutarakan diatas. Secara umum osiloskop hanya untuk circuit osilator (VCO) disemua perangkat yg menggunakan rangkaian VCO. Walau sudah berpengalaman dalam hal menggunakan osiloskop, kita harus mempelajari tombol instruksi dari pabrik yg mengeluarkan alat itu. Cara menghitung frequency tiap detik. Dengan rumus sbb ; F = 1/T, dimana F = freq dan T = waktu. Untuk menggunakan osiloskop haruslah berhati-hati, bila terjadi kesalahan sangat fatal akibatnya. b. Prinsip Kerja Osiloskop Prinsip kerja osiloskop yaitu menggunakan layar katoda. Dalam osiloskop terdapat tabung panjang yang disebut tabung sinar katode atauCathode Ray Tube (CRT). Secara prinsip kerjanya ada dua tipe osiloskop, yakni tipe analog (ART - analog real time oscilloscope) dan tipe digital (DSO-digital storage osciloscope), masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan. Para insinyur, teknisi maupun praktisi yang bekerja di laboratorium perlu mencermati karakter masing-masing agar dapat memilih dengan tepat osiloskop mana yang sebaiknya digunakan dalam kasus-kasus tertentu yang berkaitan dengan rangkaian elektronik yang sedang diperiksa atau diuji kinerjanya. b.1. Osiloskop Analog Osiloskop analog menggunakan tegangan yang diukur untuk menggerakkan berkas electron dalam tabung sesuai bentuk gambar yang diukur. Pada layar osiloskop langsung ditampilkan bentuk gelombang tersebut. Osiloskop tipe waktu nyata analog (ART) menggambar bentuk-bentuk gelombang listrik dengan melalui gerakan pancaran elektron (electron beam) dalam sebuah tabung sinar katoda (CRT cathode ray tube) dari kiri ke kanan. Osiloskop analog pada prinsipnya memiliki keunggulan seperti; harganya relatif lebih murah daripada osiloskop digital, sifatnya yang realtime dan pengaturannya yang mudah dilakukan karena tidak ada tundaan antara gelombang yang sedang dilihat dengan peragaan di layar, serta mampu meragakan bentuk yang lebih baik seperti yang diharapkan untuk melihat gelombang-gelombang yang kompleks, misalnya sinyal video di TV dan sinyal RF yang dimodulasi amplitudo. Keterbatasanya adalah tidak dapat menangkap bagian gelombang sebelum terjadinya event picu serta adanya kedipan (flicker) pada layar untuk gelombang yang frekuensinya rendah (sekitar 10-20 Hz). Keterbatasan osiloskop analog tersebut dapat diatasi oleh osiloskop digital. Sebagai contoh keseluruhan bidang skala pada Gambar 3 dapat ditutup semua menjadi daerah yang dapat dilihat oleh mata, misalnya dengan DSO dari Hewlett-Packard HP 54600. Pada gambar ditunjukkan diagram blok sederhana suatu osiloskop analog. b.2. Osiloskop Digital Osiloskop digital mencuplik bentuk gelombang yang diukur dan dengan menggunakan ADC (Analog to Digital Converter) untuk mengubah besaran tegangan yang dicuplik menjadi besaran digital. Dalam osiloskop digital, gelombang yang akan ditampilkan lebih dulu disampling (dicuplik) dan didigitalisasikan. Osiloskop kemudian menyimpan nilai-nilai tegangan ini bersama sama dengan skala waktu gelombangnya di memori. Pada prinsipnya, osiloskop digital hanya mencuplik dan menyimpan demikian banyak nilai dan kemudian berhenti. Ia mengulang proses ini lagi dan lagi sampai dihentikan. Beberapa DSO memungkinkan untuk memilih jumlah cuplikan yang disimpan dalam memori per akuisisi (pengambilan) gelombang yang akan diukur. Osiloskop digital memberikan kemampuan ekstensif, kemudahan tugas-tugas akuisisi gelombang dan pengukurannya. Penyimpanan gelombang membantu para insinyur dan teknisi dapat menangkap dan menganalisa aktivitas sinyal yang penting. Jika kemampuan teknik pemicuannya tinggi secara efisien dapat menemukan adanya keanehan atau kondisi-kondisi khusus dari gelombang yang sedang diukur. c. Cara Penggunaan Osiloskop Sebelum osiloskop bisa dipakai untuk melihat sinyal maka osiloskop perlu disetel dulu agar tidak terjadi kesalahan fatal dalam pengukuran. Langkah awal pemakaian yaitu pengkalibrasian. Yang pertama kali harus muncul di layar adalah garis lurus mendatar jika tidak ada sinyal masukan. Yang perlu disetel adalah fokus, intensitas, kemiringan, x position, dan y position. Dengan menggunakan tegangan referensi yang terdapat di osiloskop maka kita bisa melakukan pengkalibrasian sederhana. Ada dua tegangan referensi yang bisa dijadikan acuan yaitu tegangan persegi 2 Vpp dan 0.2 Vpp dengan frekuensi 1 KHz. Setelah probe dikalibrasi maka dengan menempelkan probe pada terminal tegangan acuan maka akan muncul tegangan persegi pada layar. Jika yang dijadikan acuan adalah tegangan 2 Vpp maka pada posisi 1 volt/div (satu kotak vertikal mewakili tegangan 1 volt) harus terdapat nilai tegangan dari puncak ke puncak sebanyak dua kotak dan untuk time/div 1 ms/div (satu kotak horizontal mewakili waktu 1 ms) harus terdapat satu gelombang untuk satu kotak. Jika masih belum tepat maka perlu disetel dengan potensio yang terdapat di tengah-tengah knob pengganti Volt/div dan time/div. Atau kalau pada gambar osiloskop diatas berupa potensio dengan label "var". Pada saat menggunakan osiloskop juga perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut: a. Memastikan alat yang diukur dan osiloskop ditanahkan (digroundkan), disamping untuk kemanan, hal ini juga untuk mengurangi suara dari frekuensi radio atau jala-jala. b. Memastikan probe dalam keadaan baik. c. Kalibrasi tampilan bisa dilakukan dengan panel kontrol yang ada di osiloskop. d. Tentukan skala sumbu Y (tegangan) dengan mengatur posisi tombol Volt/Div pada posisi tertentu. Jika sinyal masukannya diperkirakan cukup besar, gunakan skala Volt/Div yang besar. Jika sulit memperkirakan besarnya tegangan masukan, gunakan attenuator 10 x (peredam sinyal) pada probe atau skala Volt/Div dipasang pada posisi paling besar. e. Tentukan skala Time/Div untuk mengatur tampilan frekuensi sinyal masukan. f. Gunakan tombol Trigger atau hold-off untuk memperoleh sinyal keluaran yang stabil. g. Gunakan tombol pengatur fokus jika gambarnya kurang fokus. h. Gunakan tombol pengatur intensitas jika gambarnya sangat/kurang terang. d. Pengukuran Dengan Menggunakan Osiloskop Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik. Pada kebanyakan aplikasi, grafik yang ditampilkan memperlihatkan bagaimana sinyal berubah terhadap waktu. Seperti yang bisa anda lihat pada gambar di bawah ini ditunjukkan bahwa pada sumbu vertical (Y) merepresentasikan tegangan V, pada sumbu horisontal(X) menunjukkan besaran waktu t. Layar osiloskop dibagi atas 8 kotak skala besar dalam arah vertikal dan 10 kotak dalam arah horizontal. Tiap kotak dibuat skala yang lebih kecil. Sejumlah tombol pada osiloskop digunakan untuk mengubah nilai skala-skala tersebut. Osiloskop 'Dual Trace' dapat memperagakan dua buah sinyal sekaligus pada saat yang sama. Cara ini biasanya digunakan untuk melihat bentuk sinyal pada dua tempat yang berbeda dalam suatu rangkaian elektronik.Kadang-kadang sinyal osiloskop juga dinyatakan dengan 3 dimensi. Sumbu vertikal(Y) merepresentasikan tegangan V dan sumbu horisontal(X) menunjukkan besaran waktu t. Tambahan sumbu Z merepresentasikan intensitas tampilan osiloskop. Tetapi bagian ini biasanya diabaikan karena tidak dibutuhkan dalam pengukuran. Wujud/bangun dari osiloskop mirip-mirip sebuah pesawat televisi dengan beberapa tombol pengatur. kecuali terdapat garis-garis(grid) pada layarnya. 2. Multimeter Multimeter atau multitester adalah alat pengukur listrik yang sering dikenal sebagai VOM (Volt-Ohm meter) yang dapat mengukur tegangan (voltmeter), hambatan (ohm-meter), maupun arus (amperemeter). Ada dua kategori multimeter: multimeter digital atau DMM(digital multi-meter)(untuk yang baru dan lebih akurat hasil pengukurannya), dan multimeter analog. Masing-masing kategori dapat mengukur listrik AC, maupun listrik DC. Sebuah multimeter merupakan perangkat genggam yang berguna untuk menemukan kesalahan dan pekerjaan lapangan, maupun perangkat yang dapat mengukur dengan derajat ketepatan yang sangat tinggi. a. Fungsi Multitester Adapun fungsi dari multitester adalah: Mengukur tegangan DC Mengukur tegangan AC Mengukur kuat arus DC Mengukur nilai hambatan sebuah resistor Mengecek hubung-singkat / koneksi Mengecek transistor Mengecek kapasitor elektrolit Mengecek dioda, led dan dioda zener Mengecek induktor Mengukur HFE transistor (type tertentu) Mengukur suhu (type tertentu) b. Prinsip Kerja Multitester Di dalam multitester terdapat galvanometer yang menggunakan prinsip hukum Lorentz, dimana interaksi antar medan magnet dan kuat arus akan menimbulkan gaya magnetik. Gaya magnetik inilah yang menggerakkan jarum penunjuk sehingga menyimpang saat dilewati oleh arus yang melewati kumparan. c. Cara Penggunaan Multitester Adapun cara menggunakan multitester ini ialah sebagai berikut: Jika saklar menunjuk pada ohm meter dapat digunakan mengukur: Transistor, Tahanan, Potensiometer, VR (Variabel Resistor), Kondensator, LS, Kumparan, MF dan trafo, mengukur Kabel, dsb. Jika saklar menunjuk pada DC Volt (dcv) dapat digunakan mengukur: - Arus dalam suatu rangkaian (arus dc) - Mengukur (menguji) accu atau batere Jika saklar menunjuk pada AC Volt (acv) dapat dipakai untuk mengukur kuat tegangan AC, ada dan tidaknya arus listrik. Jika saklar menunjuk pada DC ampere dapat dipakai untuk mengukur berapa banyak ampere pada accu maupun batere atau catu daya (adaptor). d. Pengukuran Dengan Menggunakan Multitester d.1. Mengukur tegangan DC Mengutur selektor pada posisi DCV Memiilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V. Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada posisi tertinggi supaya multimeter tidak rusak. Mengbungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek, probe warna merah pada posisi (+) dan probe warna hitam pada titik (-) tidak boleh terbalik. Membaca hasil ukur pada multimeter d.2. Mengukur tegangan AC Atur Selektor pada posisi ACV. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V. Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada posisi tertinggi supaya multimeter tidak rusak. Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek. Pemasangan probe multimeter boleh terbalik. Baca hasil ukur pada multimeter. d.3. Mengukur kuat arus DC Atur Selektor pada posisi DCA. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar arus yang akan di cek, misal : arus yang di cek sekitar 100mA maka atur posisi skala di batas ukur 250mA atau 500mA. Perhatikan dengan benar batas maksimal kuat arus yang mampu diukur oleh multimeter karena jika melebihi batas maka fuse (sekring) pada multimeter akan putus dan multimeter sementara tidak bisa dipakai dan fuse (sekring) harus diganti dulu. Pemasangan probe multimeter tidak sama dengan saat pengukuran tegangan DC dan AC, karena mengukur arus berarti kita memutus salah satu hubungan catu daya ke beban yang akan dicek arusnya, lalu menjadikan multimeter sebagai penghubung. Hubungkan probe multimeter merah pada output tegangan (+) catu daya dan probe (-) pada input tegangan (+) dari beban/rangkaian yang akan dicek pemakaian arusnya. Baca hasil ukur pada multimeter. d.4. Mengukur nilai hambatan sebuah resistor tetap Atur Selektor pada posisi Ohmmeter. Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai resistor yang akan diukur. Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum nantinya dikalikan dengan angka pengali sesuai batas ukur Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik. Baca hasil ukur pada multimeter, pastikan nilai penunjukan multimeter sama dengan nilai yang ditunjukkan oleh gelang warna resistor. d.5. Mengukur nilai hambatan sebuah resistor variabel (VR) Atur Selektor pada posisi Ohmmeter. Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai variabel resistor (VR)yang akan diukur. Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum nantinya dikalikan dengan angka pengali sesuai batas ukur. Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik. Sambil membaca hasil ukur pada multimeter, putar/geser posisi variabel resistor dan pastikan penunjukan jarum multimeter berubah sesuai dengan putaran VR. d.6. Mengecek hubung-singkat / koneksi Atur Selektor pada posisi Ohmmeter. Pilih skala batas ukur X 1 (kali satu). Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung kabel/terminal yang akan dicek koneksinya. Baca hasil ukur pada multimeter, semakin kecil nilai hambatan yang ditunjukkan maka semakin baik konektivitasnya. Jika jarum multimeter tidak menunjuk kemungkinan kabel atau terminal tersebut putus. d.7. Mengecek diode Atur Selektor pada posisi Ohmmeter. Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000). Hubungkan probe multimeter (-) pada anoda dan probe (+) pada katoda. Jika diode yang dicek berupa led maka batas ukur pada X1 dan saat dicek, led akan menyala. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti dioda baik, jika tidak menunjuk berarti dioda rusak putus. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada anoda dan probe (-) pada katoda. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti dioda baik, jika bergerak berarti dioda rusak bocor tembus katoda-anoda. d.8. Mengecek transistor NPN Atur Selektor pada posisi Ohmmeter. Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000). Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor . Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada kolektor. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus BC. Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus BE. Hubungkan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus CE. Note : pengecekan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) padakolektor tidak diperlukan. d.9. Mengecek transistor PNP Atur Selektor pada posisi Ohmmeter. Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000). Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada kolektor. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus BC. Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus BE. Hubungkan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) pada kolektor. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus CE. Note : pengecekan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor tidak diperlukan. d.10. Mengecek Kapasitor Elektrolit (Elko) Atur Selektor pada posisi Ohmmeter. Pilih skala batas ukur X 1 untuk nilai elko diatas 1000uF, X 10 untuk untuk nilai elko diatas 100uF-1000uF, X 100 untuk nilai elko 10uF100uF dan X 1K untuk nilai elko dibawah 10uF. Hubungkan probe multimeter (-) pada kaki (+) elko dan probe (+) pada kaki (-) elko. Pastikan jarum multimeter bergerak kekanan sampai nilai tertentu (tergantung nilai elko) lalu kembali ke posisi semula. Jika jarum bergerak dan tidak kembali maka dipastikan elko bocor. Jika jarum tidak bergerak maka elko kering / tidak menghantar. 3. Resistor Resistor atau disebut juga dengan Hambatan adalah Komponen Elektronika Pasif yang berfungsi untuk menghambat dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika. Satuan Nilai Resistor atau Hambatan adalah Ohm (Ω). Nilai Resistor biasanya diwakili dengan Kode angka ataupun Gelang Warna yang terdapat di badan Resistor. Hambatan Resistor sering disebut juga dengan Resistansi atau Resistance. Jenis-jenis resistor diantaranya adalah : Resistor yang Nilainya Tetap Resistor yang Nilainya dapat diatur, Resistor Jenis ini sering disebut juga dengan Variable Resistor ataupun Potensiometer. Resistor yang Nilainya dapat berubah sesuai dengan intensitas cahaya, Resistor jenis ini disebut dengan LDR atau Light Dependent Resistor Resistor yang Nilainya dapat berubah sesuai dengan perubahan suhu, Resistor jenis ini disebut dengan PTC (Positive Temperature Coefficient) dan NTC (Negative Temperature Coefficient) a. Fungsi Resistor Fungsi resistor pada rangkaian listrik adalah: Menahan arus listrik Membagi kuat arus listrik Membagi tegangan listrik : Penggunaan resistor dapat membagi tegangan listrik pada sebuah sumber listrik misalnya genset. Asalkan pembagian tegangan listrik ini dayanya sama dengan tegangan dari sumbernya. Mengubah-ubah besarnya kuat arus listrik Memperkecil tegangan listrik (potensial) : Pemasangan sebuah resistor dapat mempengaruhi penurunan penggunaan tegangan listrik. Pembangkit frekuensi tegangan tinggi dan juga rendah dengan bantuan transistor dan kapasitor b. Cara Membaca Nilai Resistor Cara membaca nilai resistor tetap : Nilai resistansi resistor tetap dibaca dengan menggunakan kode warna. Pita/cincin A:angka I, pita/cincin B:angka II,pita/cincin C:Pengali, dan pita/cincin D:toleransi(emas:5%,perak:10%). Nilai dari warna yang terdapat pada pita A,B,C dan D tersebut disajikan pada tabel kode warna berikut ini. Kode tersebut dibaca dengan cara: Pita A : cokelat, berarti angka I = 1 Pita B : hitam, berarti angka II = 0 Pita C : merah, berarti pengali = x100 Pita D : emas, berarti toleransi = 5% 4. Power Supply Sebuah catu daya adalah perangkat elektronik yang memasok energi listrik ke beban listrik . Fungsi utama dari power supply adalah untuk mengkonversi salah satu bentuk energi listrik yang lain dan, sebagai hasilnya, pasokan listrik kadang-kadang disebut sebagai konverter daya listrik . Beberapa pasokan listrik diskrit, perangkat yang berdiri sendiri, sedangkan yang lain dibangun ke dalam perangkat yang lebih besar bersama dengan beban mereka. Contoh yang terakhir termasuk pasokan listrik yang ditemukan di komputer desktop dan elektronik konsumen perangkat. Setiap power supply harus mendapatkan energi yang memasok ke beban, serta setiap energi yang mengkonsumsi sambil melakukan tugas itu, dari sumber energi. Tergantung pada desain, power supply dapat memperoleh energi dari berbagai jenis sumber energi, termasuk sistem transmisi energi listrik, penyimpanan energi perangkat seperti baterai dan sel bahan bakar , sistem elektromekanis seperti generator danalternator , tenaga surya konverter, atau kekuatan lain pasokan. Semua pasokan listrik memiliki daya masukan, yang menerima energi dari sumber energi, dan output daya yang memberikan energi ke beban. Dalam kebanyakan pasokan listrik input daya dan output terdiri dari konektor listrik atau koneksi sirkuit tertanam, meskipun beberapa pasokan listrik menggunakan perpindahan energi nirkabel sebagai pengganti koneksi galvanik untuk input daya atau output. Beberapa pasokan listrik memiliki jenis lain dari input dan output juga, untuk fungsi-fungsi seperti pengawasan eksternal dan kontrol. a. Fungsi Pasokan daya dikategorikan dalam berbagai cara, termasuk dengan fitur fungsional. Misalnya, power supply yang diatur adalah salah satu yang mempertahankan tegangan output konstan atau arus meskipun variasi dalam arus beban atau tegangan input. Sebaliknya, output dari power supply yang tidak diatur dapat berubah secara signifikan ketika tegangan input atau perubahan beban saat ini. Pasokan listrikAdjustable memungkinkan tegangan output atau arus yang akan diprogram oleh kontrol mekanik (misalnya, tombol-tombol pada power supply panel depan), atau dengan berarti dari input kontrol, atau keduanya. Sebuah diatur power supply disesuaikan adalah salah satu yang baik disesuaikan dan diatur. Power supply yang terisolasi memiliki output daya yang elektrik independen dari masukan kekuatannya; ini berbeda dengan power supplies yang berbagi koneksi umum antara input dan output daya. b. Pasokan DC, AC, AC ke DC Sebuah catu daya DC adalah salah satu yang memasok tegangan polaritas tetap (baik positif atau negatif) ke beban. Tergantung pada desain, catu daya DC dapat didukung dari sumber DC atau dari AC source seperti daya listrik. Catu daya AC biasanya mengambil tegangan dari stopkontak ( suplai ) dan menurunkan ke tegangan yang diinginkan. Beberapa penyaringan dapat terjadi juga. Beberapa pasokan listrik DC menggunakan AC listrik utama sebagai sumber energi. Pasokan listrik tersebut kadang-kadang akan menggunakan transformator untuk mengubah tegangan input ke tegangan AC yang lebih tinggi atau lebih rendah. Sebuah penyearahdigunakan untuk mengubah tegangan output trafo ke tegangan DC yang bervariasi, yang pada gilirannya dilewatkan melalui saringan elektronik untuk mengubahnya menjadi tegangan DC yang tidak diatur. Filter menghilangkan sebagian besar, tapi tidak semua variasi tegangan AC; variasi tegangan sisa dikenal sebagai riak. Toleransi beban listrik murah dari riak menentukan jumlah minimum penyaringan yang harus disediakan oleh power supply. Dalam beberapa aplikasi, riak tinggi ditoleransi dan karena itu tidak ada penyaringan diperlukan. Misalnya, dalam beberapa aplikasi pengisian baterai adalah mungkin untuk menerapkan DC power supply bertenaga listrik-dengan tidak lebih dari sebuah transformator dan penyearah dioda tunggal, dengan sebuah resistor secara seri dengan output untuk membatasi arus pengisian. 5. Audio Generator Generator Frekuensi Audio Adalah alat tes elektronik yang berfungsi sebagai pembangkit sinyal atau gelombang listrik. Bentuk gelombang pada umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu sinusoida, persegi, dan segitiga. Pada gambar dapat dilihat salah satu jenis generator Frekuensi Audio. Dengan generator frekuensi audio ini seorang teknisi dapat melakukan pengetesan suatu alat yang akan dites (devices under test). Dari analisis terhadap hasil berbagai bentuk gelombang respons alat tersebut, akan dapat diketahui ketepatan karakteristik sesuai dengan ketentuan yang dikehendaki. a. Kegunaan Generator Frekuensi Audio Sebagai pembangkit gelombang listrik sinusoidal, segitiga, dan kotak. Untuk memahami bentuk dan pola gelombang listrik. Sebagai acuan untuk menyelidiki rangkaian yang kurang baik dari suatu rangkaian/sirkuit listrik atau elektronika Dapat digunakan sebagai sumber tegangan/arus AC untuk percobaan rangkaian penguatan transistor. Selain kegunaan di atas, Generator Frekuensi Audio juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran, yakni. sebagai alat yang pendukung pada kegiatan percobaan siswa dalam hal: mengenali bentuk gelombang sinus dan kotak; mempelajari cara mengukur periode dan frekuensi gelombang; sebagai sumber bunyi; memperkenalkan perpaduan gelombang bunyi; b. Konstruksi dan Cara Kerja Generator Frekuensi audio mempunyai rangkaian jembatan wein sebagai rangkaiannya. Jembatan Wien terdiri dari 2 pembagi tegangan, yaitu: Rangkaian Wien (R1, C1, R3, C3) dan sebuah rangkaian resistor murni R2 dan R4. Dalam penggunaan normal kesetimbangan jembatan DV’ = Vo – Vo’ = DV’ = 0, yaitu bila Vo = Vo’ se-fase dan se-magnetudo. Kedua kondisi tersebut harus dipenuhi secara serentak dengan menyetimbangkan jembatan AC. Untuk mendapatkan kondisi setimbang, pertama tegangan keluaran Vo’ dari pembagi potensial bersifat resistif selalu sefasa dengan tegangan masukan Vi’. Kondisi sefasa ini dicapai jika w = wo’ (fasa setimbang). Nilai wo dinyatakan dengan oleh persamaan. Dalam sebuah jembatan praktis, kapasitor Cl dan C3 adalah kapasitor tetap dan resistor R1 dan R3 adalah resistor variabel yang dikontrol oleh sebuah poros bersama. Dengan menetapkan R2 = 2R4, maka jembatan dapat digunakan sebagai alat pengukur frekuensi yang disetimbangkan oleh suatu pengontrol tunggal. Pengontrol ini dapat dikalibrasi langsung dalam frekuensi. Sinyal masukan (Vi) dari sumber yang dipilih dengan frekuensi (f) tertentu dilewatkan pada jembatan dan arus akan terbagi pada masingmasing lengan. Dengan memilih nilai-nilai resistor dan kapasitor tertentu sehingga R1 = R2 = R dan C1 = C2 = C sehingga diperoleh frekuensi sebesar: f = 1/2RC Dari frekuensi inilah dihasilkan gelombang sinusoidal. Akan tetapi, dewasa ini telah dilakukan penyesuaian sehingga generator bisa menghasilkan tak hanya gelombang sinus, tapi juga gelombang segitiga, dan kotak. Blok diagram generator audio dapat dilihat pada gambar 2. Pada umumnya frekuensi yang dibangkitkan dapat divariasi dengan mengatur kapasitor dalam rangkaian LC atau RC. Dalam instrumen ini frekuensi dikendalikan oleh variasi arus yang mengemudikan integrator. Generator audio memberikan keluaran berbentuk gelombang sinus, segitiga dan kotak dengan jangkauan frekuensi dari 20 Hertz sampai 20 kilo Hertz. Frekuensi terkendali tegangan (frequency controlled voltage) mengatur dua sumber arus Upper dan Lower Constant Current Source. Upper Constant Current Source mensuplai arus tetap ke integrator yang menghasilkan tegangan output naik secara linier terhadap waktu, menurut persamaan berikut : Voutput = -1/C ∫ idt Kenaikan dan penurunan arus akan mengakibatkan naik atau turunnya slope tegangan output, yang akan mengatur besarnya frekuensi. Tegangan komparator akan mengubah keadaan ke level maksimum tegangan output integrator yang telah ditetapkan. Perubahan ini akan memutus sumber arus konstan Upper beralih ke Lower constant current source Sumber arus konstan Lower akan mencatu arus balik ke integrator, sehingga tegangan output turun secara linier terhadap waktu. Bila output mencapai batas minimum yang ditetapkan, maka tegangan komparator akan berubah keadaan dan menyambung ke Upper constant current source, demikian seterusnya kembali seperti semula. Dengan demikian terjadilah siklus yang terus menerus.Tegangan output integrator adalah bentuk gelombang segitiga yang besar frekuensinya tergantung pada besar kecil arus yang dicatu oleh kedua sumber arus konstan Upper dan Lower. Keluaran komparator memberikan tegangan gelombang kotak (SQUARE) dengan duty cycle 50%. Rangkaian diode resistance mengatur slope dari gelombang segitiga (TRIANGLE) sehingga amplitudonya berubah menghasilkan gelombang SINUS dengan distorsi kurang dari 1 %. Jenis konektor yang dipakai tergantung frekuensi kerjanya. Kebanyakan generator audio generasi terbaru frekuensi kerjanya sampai 20MHz memakai konektor jenis-BNC, dengan terminasi 50 ~ 75Ω. Generator frekuensi audio seperti lazimnya kebanyakan generator sinyal, terdapat juga bagianattenuator, beberapa jenis gelombang modulasi output, dan memiliki fasilitas frekuensi gelombang sapuan yang memberi kemampuan untuk pengetesan respons frekuensi dari rangkaian elektronik yang diberikan. Beberapa generator audio dilengkapi kemampuan membangkitkan sinyal derau putih (pink noise). Instrumen ini menghasilkan gelombang-gelombang : sinus, segitiga, dan persegi dengan rangkuman frekuensi dari 0,5 Hz sampai 11 KHz. Jaringan pengontrol frekuensi diatur oleh cakera frekuensi pada panel depan instrumen atau oleh sebuah tegangan pengontrol yang dimasukkan dari luar. Tegangan pengontrol frekuensi mengatur dua sumber arus. Sumber arus atas mensuplai arus yang konstan ke integrator segitiga yang tegangan keluarannya bertambah secara linier terhadap waktu. Tegangan keluaran diberikan oleh hubungan : eout = - 1/C ∫ i dt …………………… ( * ) Suatu pertambahan atau penurunan arus yang disuplai dari sumber arus atas akan memperbesar atau memperkecil kemiringan tegangan keluaran. Multivibrator tegangan berubah keadaan pada suatu level yang telah ditentu-kan sebelumnya pada kemiringan tegangan keluaran integrator yang positif. Perubahan keadaan ini akan menghentikan penyaluran arus atas menuju integrator dan menghubungkan suplai arus bawah. Sumber arus bawah mensuplai suatu arus balik menuju integrator, sehingga keluarannya berkurang secara linier terhadap waktu. Jika tegangan keluaran mencapai suatu level yang telah ditentukan lebih dahulu dengan kemiringan bentuk gelombang keluaran yang negatif, pembanding tegangan sekali lagi c. Spesifikasi Alat Spesifiikasi alat pada generator frekuensi audio lazimnya adalah sebagai berikut. Bentuk gelombang keluaran; sinus, segitiga, dan kotak; Mempunyai impedansi keluaran dua buah: 8 Ohm, dan 600 Ohm; Jangkauan frekuensi keluaran dapat disetel: 1 Hz s.d 11000Hz; Daya keluaran : 8 Watt pada beban 8 Ohm; Voltage keluaran dapat disetel : 20mV s.d. 200 mV pick-to-pick Tegangan daya masukan utama : 220 Volt. d. Bagian- bagian Generator Frekuensi Audio Tombol On-Off/Power Berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan sambungan listrik ke dalam rangkaian generator. Atau berfungsi untuk menyalakan generator. Pengatur Amplitudo (level) Berfungsi untuk mengatur amplitudo output gelombang yang dihasilkan oleh generator. Pemilih bentuk sinyal / gelombang Untuk memilih bentuk sinyal. Terdiri dari sinyal/gelombang sinus, persegi, gerigi, dan segitiga Pengatur Frekuensi Mengatur frekuensi keluaran Generator Frekuensi Audio Pengatur jangkauan Frekuensi (Freq Range) Untuk mengatur Frekuensi Frekuensi keluaran. Hubungannya dengan pengatur frekuensi adalah bahwa keduanya adalah kontrol dari frekuensi keluaran generator. Sebagai contoh ketika kita meninginkan frekuensi output sebesar 150 Hz, maka yang harus kita lakukan adalah memindahkan Frreq Range pada 100 dan kontrol frekuensi pada 1,5 Hz. Terminal Keluaran 8 ohm Merupakan bagian yang digunakan untuk menghubungkan Generator Frekuensi Audio pada alat lain untuk mengetahui keluaran generator audio. Kabel yang digunakan adalah kabel daya biasa. Dengan tahanan sebesar 8 ohm. Terminal Keluaran 600 ohm Bagian yang digunakan untuk menghubungkan audio generator dengan alat lain dengan menggunakan kabel BNC-BNC (misalnya). Dengan Tahanan sebsear 600 ohm. e. Prosedur Penggunaan Dalam uraian tentang prosedur pengoperasian generator audio akan dijelaskan cara menghubungkan Generator dengan Osiloskop, antara lain : Siapkan signal audio generaror di atas meja yang dekat dengan stop kontak jaringan PLN. Pasangkan Audio Generator pada stop kontak tersebut. Nyalakan signal dengan menghidupkan tombol power. Setelah itu siapkan osiloskope. Hubungkan keluaran signal dengan osiloskope pada bagian keluaran beban 600 Ohm. Atau bisa juga dengan menggunakan kabel daya biasa, dengan cara menghubungkan kabel daya yang telah terhubung pada terminal keluaran utama generator tersebut dengan penjepit buaya pada osiloskop yang telah terhubung pada input osiloskop. Nyalakan osiloskope dan tunggu sampai keluar bentuk pola gelombang keluarannya. Atur bentuk tayangan gelombang dengan mengeset osiloskope pada posisi yang mudah diamati. Putar pengatur frekuensi signal sambil memperhatikan bentuk gelombang. Apakah terjadi perubahan. Jika ya berarti signal sudah dapat bekerja dengan baik. f. Prosedur 1. Percobaan Pertama (Menghitung besar hambatan) a. Menyiapkan lima buah hambatan dengan besar hambatan yang berbeda. b. Membaca besar hambatan dengan kode warna yang terdapat pada hambatan c. Menyiapkan dan mengkalibrasi multitester d. Menempatkan ujung-ujung kabel penguji (multitester) pada hambatan e. Melihat penyimpangan jarum penunjuk f. Mencatat hasil pengamatan terhadap simpangan jarum penunjuk g. Membandingkan hasil pengamatan dengan mulitester dengan hasil pembacaan kode warna pada hambatan. 2. Percobaan Kedua (Mengetahui tegangan dari power supply) a. Menyiapkan multitetester dan Power Supply b. Mengatur besar tegangan yang hendak dihasilkan dan mengatur jenis arus yang hendak dihasilkan (AC/DC) c. Mengukur tegangan dari power suplly dengan menggunakan multitester analog dan multitester digital d. Membandingkan hasil pengukuran dengan menggunakan multitester analog dan multitester digital. 3. Percobaan 3 (Membuktikan frekuensi dari audiogenerator ) a. Menyiapkan audiogenerator, osiloskop dan multitester b. Memahami panel kontrol yang terdapat pada osiloskop, pada percobaan ini hanya digunakan satu channel. c. Menghubungkan osiloskop dengan audio generator menggunakan kabel penghubung d. Mengatur frekuensi yang akan dihasilkan oleh audio generator dan mengatur amplitudo pada audio generator e. Mengatur osiloskop, mengatur volts dan sweep time pada panel kontrol osiloskop agar mudah dalam pembacaan. f. Menghitung frekuensi yang ditampilkan oleh osiloskop dan membandingkannya dengan pengaturan frekuensi pada audio generator. Untuk pembacaan frekuensi pada osiloskop, hal yang dapat dilakukan adalah : a. Menghitung jumlah kotak pada display osiloskop yang mewakili satu gelombang (misal : n) b. Melihat skala yang pada panel sweep ( misal : s ) 1 c. Menghitung frekuensi dengan persamaan 𝑛.𝑠 g. Data dan Pengolahan Data Percobaan Pertama No. Hasil Pembacaan Kode Multitester Digital Warna Multitester Analog 1. 56 ± 5% 55,6Ω 55Ω 2. 5,6 ± 5% 5,5Ω 6Ω 3 15000 ± 5% 15000Ω 15000Ω 4. 180 ± 5% 177,9Ω 180Ω 5. 680 ± 5% 666Ω 675Ω Percobaan Kedua No. Jenis Power Multitester Multitester Arus Supply Digital Analog 1. AC 3V 3,4 V 3,6 V 2. AC 4V 4,14 V 4,2 V 3. DC 3V 3,311 V 3,6 V 4. DC 4V 4,31 V 4,4 v Percobaan Ketiga No. Audio Generator (Hz) Osiloskop (Hz) 1. 10 kHz 1 = 10000 𝐻𝑧 2. (50 × 10−6 ) 2. 20 kHz 1 = 20000 𝐻𝑧 1. (50 × 10−6 ) 3. 1 mHz 1 = 1000000 𝐻𝑧 2. (0,5 × 10−6 ) h. Analisis Dari percobaan yang telah dilakukan, didapat hasil pengolahan seperti diatas. Pada percobaan pertama dengan membaca warna langsung pada resistor, menggunakan multitester digital dan multitester analog, didapatkan hasil yang sedikit berbeda. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mungkin terjadi ketika pengukuran. Warna yang tertera pada resistor memiliki ukuran yang kecil sehingga terkadang saat melakukan pembacaan hambatan yang ada dalam resistor mengalami kekeliruan karena warna yang hamper sama dan dibeberapa resistor warnanya sudah mulai memudar, sehingga terkadang pembacaan secara langsung lebih besar kemungkinan salah. Pada pembacaan menggunakan multitester digital dan multitester analog didapatkan hasil yang lebih akurat, tetapi pada multitester analog terkadang saat pembacaannya mengalami kesalahan paralaks. Pada keadaan lainnya untuk multitester digital dan multitester analog nilai yang ditunjukan tidak stabil akibat adanya fruktuasi-fruktuasi udara pada ujung tester. Pada percobaan kedua didapat nilai yang cukup berbeda anatara power supply, multitester analog dan multitester digital meskipun nilai yang ditunjukan perbedaannya tidak terlalu signifikan. Hal ini menunjukan bahwa potensial pada power supply baik AC maupun DC tidak menunjukan nilai yang sebenarnya. Terbukti bahwa ketika diukur menggunakan multitester baik analog maupun digital menunjukan angka yang hampir sama namun berbeda dengan yang ditunjukan dengan power supply. Ketika melakukan penyetelan voltase di power supply tidak pas karena jarum dipower supply yang kurang stabil atau kesalahan paralaks yang dilakukan saat melihat voltase yang ditunjukan. Adapun kesalahan yang terjadi pada multitester analaog dan multitester digital yaitu nilai yang ditunjukan kurang stabil akibat adanya fruktuasi-fruktuasi udara yang melewati ujung tester. Pada percobaan ketiga yang menggunakan osiloskop, hasil yang ditunjukkan oleh pembacaan frekuensi pada osiloskop sesuai dengan frekuensi yang diberikan oleh audio generator. Namun pada saat pembacaan dengan osiloskop, kesulitan yang terjadi adalah hasil pembacaan tidak langsung menunjukkan hasil, namun harus menggunakan skala yang digunakan pada beberapa komponen. Dalam hal ini, kita harus menentukan jumlah kolom pada display osiloskop yang mewakili satu gelombang dan mengalikannya dengan skala pada sweep. Sehingga mungkin saja terjadi kesalahan pada saat penghitungan kolom untuk satu gelombang. i. Kesimpulan Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa hambatan pada resistor dapat dihitung dengan membaca warna yang terdapat pada resistor dan dapat pula diukur menggunakan multitester dengan hasil yang tidak terlalu berbeda. Pada percobaan kedua dapat disimpulkan bahwa voltase yang ditunjukan pada power supply tidak menunjukan angka yang sebenarnya, terbukti dengan yang ditunjukan pada multitester. Pada percobaan yang ketiga dapat disimpulkan bahwa frekuensi dari pembacaan pada osiloskop sama dengan frekuensi dari audiogenerator. j. Daftar Pustaka lecturer.polindra.ac.id blogging.co.id/fungsi-resistor www.pengertianahli.com/2014/01/pengertian-jenis-fungsi-resistor.html gloryardiansyah205.blogspot.com/2013/08/pengertianprinsip-kerjadanjenis-jenis.html Wikipedia.org k. Lampiran