Komponen Elektronika Beserta Fungsinya

advertisement
KOMPONEN ELEKTRONIKA
LAPORAN ELEKTRONIKA DASAR
Tugas ini diserahkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Elektronika Dasar
dosen pengampu: Yuyu Rachmat Tayubi
Della Apriyani Kusuma Putri
1300142
Desti Miftahus Solihah
1301335
Kartika Mega Lestari
1304640
Mutiara Syifa
1304590
Nuzulira Janeusse Fratiwi
1307354
DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
BANDUNG
2014
A. Tujuan
1. Mengetahui besar hambatan dengan menggunakan multitester analog dan
multitester digital.
2. Mengetahui tegangan (beda potensial) dari powesupply yang berarus AC
dan DC dengan menggunakan multitester analog dan multitester digital.
3. Membuktikan frekuensi yang dihasilkan oleh audio generator dengan
osiloskop.
B. Alat dan Bahan
1. Multitester Analog dan Multitester Digital
2. 5 buah hambatan dengan besar hambatan yang berbeda
3. Audio Generator
4. Power Supply
5. Osiloskop
6. Kabel Penghubung
C. Landasan Teori
Peralatan elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa
jenis komponen elektronika dan masing-masing komponen elektronika tersebut
memiliki fungsi-fungsinya tersendiri didalam sebuah rangkaian elektonika.
Seiring dengan perkembangan teknologi, komponen-komponen elektronika makin
bervariasi dan jenisnyapun bertambah banyak. Tetapi komponen-komponen dasar
pembentuk sebuah peralatan elektronika seperti resistor, osiloskop, multitester,
power suply, audio generator masih tetap digunakan hingga saat ini.
1.
Osiloskop
Osiloskop adalah alat ukur elektronika yang berfungsi memproyeksikan
bentuk sinyal listrik agar dapat dilihat dan dipelajari. Osiloskop dilengkapi
dengan tabung sinar katode. Peranti pemancar electron memproyeksikan
sorotan elektron ke layar tabung sinar katode. Sorotan elektron membekas
pada layar. Suatu rangkaian khusus dalam osiloskop menyebabkan sorotan
bergerak berulang-ulang dari kiri ke kanan. Pengulangan ini menyebabkan
bentuk sinyal kontinyu sehingga dapat dipelajari.
Osiloskop biasanya digunakan untuk mengamati bentuk gelombang yang
tepat dari sinyal listrik. Selain amplitudo sinyal, osiloskopdapat menunjukkan
distorsi, waktu antara dua peristiwa (seperti lebar pulsa, periode, atau waktu
naik) dan waktu relatif dari dua sinyal terkait.
Semua alat ukur elektronik bekerja berdasarkan sampel data, semakin
tinggi sampel data, semakin akurat peralatan elektronik tersebut. Osiloskop,
pada umumnya juga mempunyai sampel data yang sangat tinggi, oleh karena
itu osiloskop merupakan alat ukur elektronik yang mahal. Jika sebuah
osiloskop mempunyai sampel rate 10 Ks/s (10 kilo sample/second = 10.000
data per detik), maka alat ini akan melakukan pembacaan sebanyak 10.000
kali
dalam
sedetik.
Jika
yang
diukur
adalah
sebuah
gelombang
dengan frekuensi 2500Hz, maka setiap sampel akan memuat data 1/4 dari
sebuah gelombang penuh yang kemudian akan ditampilkan dalam layar
dengan grafik skala XY.
a.
Bagian-Bagian Osiloskop Beserta Fungsinya
a.1. Fungsi Masing-Masing Bagian Osiloskop
Fungsi masing-masing bagian yaitu:
No
Bagian-Bagian Osiloskop
Fungsi
Untuk
1.
Volt atau div
mengeluarkan
tegangan
AC,mengatur
berapa nilai tegangan yang diwakili oleh satu div
di layar
Untuk memasukkan sinyal atau gelombang yang
diukur atau pembacaan posisi horizontal. Terminal
masukan pada saat pengukuran pada CH 1 juga
2.
CH1 (Input X)
digunakan untuk kalibrasi.Jika signal yang diukur
menggunakan CH 1, maka posisi switch pada CH
1 dan berkas yang nampak pada layar hanya ada
satu.
Untuk memilih besaran yang diukur, mengatur
fungsi kapasitor kopling di terminal masukan
osiloskop. Jika tombol pada posisi AC maka pada
terminal
masukan
diberi
kapasitor
kopling
sehingga hanya melewatkan komponen AC dari
3.
AC-DC
sinyal masukan. Namun jika tombol diletakkan
pada posisi DC maka sinyal akan terukur dengan
komponen DC-nya dikutsertakan.Posisi AC =
Untuk megukur AC, objek ukur DC tidak bisa
diukur melalui posisi ini, karena signal DC akan
terblokir oleh kapasitor.Posisi DC = Untuk
mengukur tegangan DC dan masukan-masukan
yang lain.
4.
Ground
Untuk memilih besaran yang diukur.Digunakan
untuk melihat letak posisi ground di layar.
Untuk mengatur posisi garis atau tampilan dilayar
atas bawah.Untuk menyeimbangkan DC vertical
5.
Posisi Y
guna pemakaian channel 1 atau (Y).Penyetelan
dilakukan sampai posisi gambar diam pada saat
variabel diputar.
6.
Variabel
7.
Selektor pilih
8.
Layar
Untuk kalibrasi osiloskop.
Untuk memilih Chanel yang diperlukan untuk
pengukuran.
Menampilkan bentuk gelombang
Mengatur cerah atau tidaknya sinar pada layar
9.
Inten
Osiloskop. Diputar ke kiri untuk memperlemah
sinar dan diputar ke kanan untukmemperterang.
10.
Rotatin
Mengatur posisi garis pada layar,
Mengatur kemiringan garis sumbu Y=0 di layar
Menajamkan garis pada layer untuk mendapatkan
11.
Fokus
gambar yang lebih jelas, digunakan untuk
mengatur fokus
Mengatur posisi garis atau tampilan kiri dan kanan.
untuk mengatur posisi normal sumbu X (ketika
sinyal masukannya nol). Untuk menyetel kekiri
12.
Position X
dan
kekanan
berkas
gambar
(posisi
arah
horizontal) Switch pelipat sweep dengan menarik
knop, bentuk gelombang dilipatkan 5 kali lipat
kearah kiri dan kearah kanan usahakan cahaya
seruncing mungkin.
Digunakan untuk mengatur waktu periode (T) dan
Frekwensi (f), mengatur berapa nilai waktu yang
diwakili oleh satu div di layar
Sakelar putar untuk memilih besarnya tegangan
per cm (volt/div) pada layar CRT, ada II tingkat
besaran tegangan yang tersedia dari 0,01 v/div s.d
20V/div
13.
Sweep time/div
Yaitu untuk memilih skala besaran waktu dari
suatu priode atau pun square trap Cm (div) sekitar
19 tingkat besaran yang tersedia terdiri dari 0,5 s/d
0,5 second.pengoperasian X-Y didapatkan dengan
memutar penuh kearah jarum jam. Perpindahan
Chop-ALT-TVV-TVH. secara otomatis dari sini.
Pembacaan kalibrasi sweep time/div juga dari sini
dengan cara variabel diputar penuh se arah jarum
jam.
14.
Mode
Untuk memilih mode yang ada
Untuk
kalibrasi
frekwensi.Untuk
waktu
mengontrol
periode
dan
sensitifitas
arah
vertical pada CH 1 (Y) padaputaran maksimal ke
arah
15.
Variabel
jarum
jam
(CAL)
gunanya
untuk
mengkalibrasi mengecek apakah Tegangan 1 volt
tepat 1 cm pada skala layar CRT.Digunakan untuk
menyetel
sweeptime
pada
posisi
putaran
maksimum arah jarum jam. (CAL) tiap tingkat
dari 19 posisi dalam keadaan terkalibrasi .
16.
Level
17.
Exi Trigger
Menghentikan gerak tampilan layar.
Untuk trigger dari luar.
18.
Power
19.
Cal 0,5 Vp-p
Untuk menghidupkan Osiloskop.
Kalibrasi awal sebelum Osiloskop digunakan.
Digunakan untuk melihat letak posisi ground di
20.
Ground
layer,
ground
Osiloskop
yang dihubungkan
dengan ground yang diukur.
Untuk memasukkan sinyal atau gelombang yang
diukur atau pembacaan Vertikal.Jika signal yang
21.
CH2 ( input Y )
diukur menggunakan CH 2, maka posisi switch
pada CH 2 dan berkas yang nampak pada layar
hanya satu.
a.2. Fungsi Osiloskop Secara Umum
Secara umum osiloskop berfungsi untuk menganalisa tingkah laku
besaran yang berubah-ubah terhadap waktu yang ditampilkan pada layar,
untuk melihat bentuk sinyal yang sedang diamati. Dengan Osiloskop maka
kita dapat mengetahui berapa frekuensi, periode dan tegangan dari sinyal.
Dengan sedikit penyetelan kita juga bisa mengetahui beda fasa antara
sinyal masukan dan sinyal keluaran. Ada beberapa kegunaan osiloskop
lainnya, yaitu:
a. Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu.
b. Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.
c. Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangakaian listrik.
d. Membedakan arus AC dengan arus DC.
e. Mengecek noise pada sebuah rangkaian listrik dan hubungannya
terhadap waktu.
Osiloskop terdiri dari dua bagian utama yaitu display dan panel kontrol.
Display menyerupai tampilan layar televisi hanya saja tidak berwarna
warni dan berfungsi sebagai tempat sinyal uji ditampilkan. Pada layar ini
terdapat garis-garis melintang secara vertikal dan horizontal yang
membentuk kotak-kotak dan disebut div. Arah horizontal mewakili sumbu
waktu dan garis vertikal mewakili sumbu tegangan. Panel kontrol berisi
tombol-tombol yang bisa digunakan untuk menyesuaikan tampilan di
layar.Pada umumnya osiloskop terdiri dari dua kanal yang bisa digunakan
untuk melihat dua sinyal yang berlainan, sebagai contoh kanal satu untuk
melihat sinyal masukan dan kanal dua untuk melihat sinyal keluaran.
Ada beberapa jenis tegangan gelombang yang akan diperlihatkan pada
layar monitor osiloskop, yaitu:
a.
Gelombang sinusoida
b.
Gelombang blok
c.
Gelombang gigi gergaji
d.
Gelombang segitiga
Untuk dapat menggunakan osiloskop, harus bisa memahami
tombol-tombol yang ada pada pesawat perangkat ini, seperti telah
diutarakan diatas.
Secara umum osiloskop hanya untuk circuit osilator (VCO)
disemua perangkat yg menggunakan rangkaian VCO. Walau sudah
berpengalaman dalam hal menggunakan osiloskop, kita harus mempelajari
tombol instruksi dari pabrik yg mengeluarkan alat itu. Cara menghitung
frequency tiap detik. Dengan rumus sbb ; F = 1/T, dimana F = freq dan T =
waktu. Untuk menggunakan osiloskop haruslah berhati-hati, bila terjadi
kesalahan sangat fatal akibatnya.
b.
Prinsip Kerja Osiloskop
Prinsip kerja osiloskop yaitu menggunakan layar katoda. Dalam
osiloskop terdapat tabung panjang yang disebut tabung sinar katode
atauCathode Ray Tube (CRT). Secara prinsip kerjanya ada dua tipe
osiloskop, yakni tipe analog (ART - analog real time oscilloscope) dan
tipe digital (DSO-digital storage osciloscope), masing-masing memiliki
kelebihan dan keterbatasan. Para insinyur, teknisi maupun praktisi yang
bekerja di laboratorium perlu mencermati karakter masing-masing agar
dapat memilih dengan tepat osiloskop mana yang sebaiknya digunakan
dalam kasus-kasus tertentu yang berkaitan dengan rangkaian elektronik
yang sedang diperiksa atau diuji kinerjanya.
b.1. Osiloskop Analog
Osiloskop analog menggunakan tegangan yang diukur untuk
menggerakkan berkas electron dalam tabung sesuai bentuk gambar
yang diukur. Pada layar osiloskop langsung ditampilkan bentuk
gelombang tersebut.
Osiloskop tipe waktu nyata analog (ART) menggambar
bentuk-bentuk gelombang listrik dengan melalui gerakan pancaran
elektron (electron beam) dalam sebuah tabung sinar katoda (CRT cathode ray tube) dari kiri ke kanan.
Osiloskop analog pada prinsipnya memiliki keunggulan
seperti; harganya relatif lebih murah daripada osiloskop digital,
sifatnya yang realtime dan pengaturannya yang mudah dilakukan
karena tidak ada tundaan antara gelombang yang sedang dilihat
dengan peragaan di layar, serta mampu meragakan bentuk yang lebih
baik seperti yang diharapkan untuk melihat gelombang-gelombang
yang kompleks, misalnya sinyal video di TV dan sinyal RF yang
dimodulasi
amplitudo.
Keterbatasanya
adalah
tidak
dapat
menangkap bagian gelombang sebelum terjadinya event picu serta
adanya kedipan (flicker) pada layar untuk gelombang yang
frekuensinya rendah (sekitar 10-20 Hz). Keterbatasan osiloskop
analog tersebut dapat diatasi oleh osiloskop digital. Sebagai contoh
keseluruhan bidang skala pada Gambar 3 dapat ditutup semua
menjadi daerah yang dapat dilihat oleh mata, misalnya dengan DSO
dari Hewlett-Packard HP 54600. Pada gambar ditunjukkan diagram
blok sederhana suatu osiloskop analog.
b.2. Osiloskop Digital
Osiloskop digital mencuplik bentuk gelombang yang diukur
dan dengan menggunakan ADC (Analog to Digital Converter) untuk
mengubah besaran tegangan yang dicuplik menjadi besaran digital.
Dalam osiloskop digital, gelombang yang akan ditampilkan
lebih dulu disampling (dicuplik) dan didigitalisasikan. Osiloskop
kemudian menyimpan nilai-nilai tegangan ini bersama sama dengan
skala waktu gelombangnya di memori. Pada prinsipnya, osiloskop
digital hanya mencuplik dan menyimpan demikian banyak nilai dan
kemudian berhenti. Ia mengulang proses ini lagi dan lagi sampai
dihentikan. Beberapa DSO memungkinkan untuk memilih jumlah
cuplikan yang disimpan dalam memori per akuisisi (pengambilan)
gelombang yang akan diukur.
Osiloskop
digital
memberikan
kemampuan
ekstensif,
kemudahan tugas-tugas akuisisi gelombang dan pengukurannya.
Penyimpanan gelombang membantu para insinyur dan teknisi
dapat menangkap dan menganalisa aktivitas sinyal yang penting.
Jika kemampuan teknik pemicuannya tinggi secara efisien dapat
menemukan adanya keanehan atau kondisi-kondisi khusus dari
gelombang yang sedang diukur.
c.
Cara Penggunaan Osiloskop
Sebelum osiloskop bisa dipakai untuk melihat sinyal maka
osiloskop perlu disetel dulu agar tidak terjadi kesalahan fatal dalam
pengukuran. Langkah awal pemakaian yaitu pengkalibrasian. Yang
pertama kali harus muncul di layar adalah garis lurus mendatar jika tidak
ada sinyal masukan. Yang perlu disetel adalah fokus, intensitas,
kemiringan, x position, dan y position. Dengan menggunakan tegangan
referensi yang terdapat di osiloskop maka kita bisa melakukan
pengkalibrasian sederhana. Ada dua tegangan referensi yang bisa dijadikan
acuan yaitu tegangan persegi 2 Vpp dan 0.2 Vpp dengan frekuensi 1 KHz.
Setelah probe dikalibrasi maka dengan menempelkan probe pada terminal
tegangan acuan maka akan muncul tegangan persegi pada layar. Jika yang
dijadikan acuan adalah tegangan 2 Vpp maka pada posisi 1 volt/div (satu
kotak vertikal mewakili tegangan 1 volt) harus terdapat nilai tegangan dari
puncak ke puncak sebanyak dua kotak dan untuk time/div 1 ms/div (satu
kotak horizontal mewakili waktu 1 ms) harus terdapat satu gelombang
untuk satu kotak. Jika masih belum tepat maka perlu disetel dengan
potensio yang terdapat di tengah-tengah knob pengganti Volt/div dan
time/div. Atau kalau pada gambar osiloskop diatas berupa potensio dengan
label "var".
Pada saat menggunakan osiloskop juga perlu diperhatikan beberapa
hal sebagai berikut:
a.
Memastikan alat yang diukur dan osiloskop ditanahkan
(digroundkan), disamping untuk kemanan, hal ini juga untuk
mengurangi suara dari frekuensi radio atau jala-jala.
b.
Memastikan probe dalam keadaan baik.
c.
Kalibrasi tampilan bisa dilakukan dengan panel kontrol yang
ada di osiloskop.
d.
Tentukan skala sumbu Y (tegangan) dengan mengatur posisi
tombol Volt/Div pada posisi tertentu. Jika sinyal masukannya
diperkirakan cukup besar, gunakan skala Volt/Div yang besar.
Jika sulit memperkirakan besarnya tegangan masukan, gunakan
attenuator 10 x (peredam sinyal) pada probe atau skala Volt/Div
dipasang pada posisi paling besar.
e.
Tentukan skala Time/Div untuk mengatur tampilan frekuensi
sinyal masukan.
f.
Gunakan tombol Trigger atau hold-off untuk memperoleh sinyal
keluaran yang stabil.
g.
Gunakan tombol pengatur fokus jika gambarnya kurang fokus.
h.
Gunakan
tombol
pengatur
intensitas
jika
gambarnya
sangat/kurang terang.
d.
Pengukuran Dengan Menggunakan Osiloskop
Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan
sinyal listrik. Pada kebanyakan aplikasi, grafik yang ditampilkan
memperlihatkan bagaimana sinyal berubah terhadap waktu. Seperti yang
bisa anda lihat pada gambar di bawah ini ditunjukkan bahwa pada sumbu
vertical (Y) merepresentasikan tegangan V, pada sumbu horisontal(X)
menunjukkan besaran waktu t.
Layar osiloskop dibagi atas 8 kotak skala besar dalam arah vertikal
dan 10 kotak dalam arah horizontal. Tiap kotak dibuat skala yang lebih
kecil. Sejumlah tombol pada osiloskop digunakan untuk mengubah nilai
skala-skala tersebut.
Osiloskop 'Dual Trace' dapat memperagakan dua buah sinyal
sekaligus pada saat yang sama. Cara ini biasanya digunakan untuk melihat
bentuk sinyal pada dua tempat yang berbeda dalam suatu rangkaian
elektronik.Kadang-kadang sinyal osiloskop juga dinyatakan dengan 3
dimensi. Sumbu vertikal(Y) merepresentasikan tegangan V dan sumbu
horisontal(X) menunjukkan besaran waktu t. Tambahan sumbu Z
merepresentasikan intensitas tampilan osiloskop. Tetapi bagian ini
biasanya diabaikan karena tidak dibutuhkan dalam pengukuran.
Wujud/bangun dari osiloskop mirip-mirip sebuah pesawat televisi dengan
beberapa tombol pengatur. kecuali terdapat garis-garis(grid) pada layarnya.
2.
Multimeter
Multimeter atau multitester adalah alat pengukur listrik yang sering dikenal
sebagai VOM (Volt-Ohm meter) yang dapat mengukur tegangan (voltmeter),
hambatan (ohm-meter), maupun arus (amperemeter). Ada dua kategori
multimeter: multimeter digital atau DMM(digital multi-meter)(untuk yang baru
dan lebih akurat hasil pengukurannya), dan multimeter analog. Masing-masing
kategori dapat mengukur listrik AC, maupun listrik DC.
Sebuah multimeter merupakan perangkat genggam yang berguna untuk
menemukan kesalahan dan pekerjaan lapangan, maupun perangkat yang dapat
mengukur dengan derajat ketepatan yang sangat tinggi.
a. Fungsi Multitester
Adapun fungsi dari multitester adalah:

Mengukur tegangan DC

Mengukur tegangan AC

Mengukur kuat arus DC

Mengukur nilai hambatan sebuah resistor

Mengecek hubung-singkat / koneksi

Mengecek transistor

Mengecek kapasitor elektrolit

Mengecek dioda, led dan dioda zener

Mengecek induktor

Mengukur HFE transistor (type tertentu)

Mengukur suhu (type tertentu)
b. Prinsip Kerja Multitester
Di dalam multitester terdapat galvanometer yang menggunakan prinsip
hukum Lorentz, dimana interaksi antar medan magnet dan kuat arus akan
menimbulkan gaya magnetik. Gaya magnetik inilah yang menggerakkan jarum
penunjuk sehingga menyimpang saat dilewati oleh arus yang melewati kumparan.
c. Cara Penggunaan Multitester
Adapun cara menggunakan multitester ini ialah sebagai berikut:

Jika saklar menunjuk pada ohm meter dapat digunakan mengukur:
Transistor, Tahanan, Potensiometer, VR (Variabel Resistor), Kondensator,
LS, Kumparan, MF dan trafo, mengukur Kabel, dsb.


Jika saklar menunjuk pada DC Volt (dcv) dapat digunakan mengukur:
-
Arus dalam suatu rangkaian (arus dc)
-
Mengukur (menguji) accu atau batere
Jika saklar menunjuk pada AC Volt (acv) dapat dipakai untuk mengukur
kuat tegangan AC, ada dan tidaknya arus listrik.

Jika saklar menunjuk pada DC ampere dapat dipakai untuk mengukur
berapa banyak ampere pada accu maupun batere atau catu daya (adaptor).
d. Pengukuran Dengan Menggunakan Multitester
d.1. Mengukur tegangan DC

Mengutur selektor pada posisi DCV

Memiilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang
akan di cek, jika tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi
skala di batas ukur 50V.

Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur
batas ukur pada posisi tertinggi supaya multimeter tidak rusak.

Mengbungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan
yang akan dicek, probe warna merah pada posisi (+) dan
probe warna hitam pada titik (-) tidak boleh terbalik.

Membaca hasil ukur pada multimeter
d.2. Mengukur tegangan AC
 Atur Selektor pada posisi ACV.
 Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan
di cek, jika tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala
di batas ukur 50V.
 Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur
batas ukur pada posisi tertinggi supaya multimeter tidak rusak.
 Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang
akan dicek. Pemasangan probe multimeter boleh terbalik.
 Baca hasil ukur pada multimeter.
d.3. Mengukur kuat arus DC
 Atur Selektor pada posisi DCA.
 Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar arus yang akan di
cek, misal : arus yang di cek sekitar 100mA maka atur posisi skala di
batas ukur 250mA atau 500mA.
 Perhatikan dengan benar batas maksimal kuat arus yang mampu
diukur oleh multimeter karena jika melebihi batas maka fuse (sekring)
pada multimeter akan putus dan multimeter sementara tidak bisa
dipakai dan fuse (sekring) harus diganti dulu.
 Pemasangan probe multimeter tidak sama dengan saat pengukuran
tegangan DC dan AC, karena mengukur arus berarti kita memutus
salah satu hubungan catu daya ke beban yang akan dicek arusnya, lalu
menjadikan multimeter sebagai penghubung.
 Hubungkan probe multimeter merah pada output tegangan (+) catu
daya dan probe (-) pada input tegangan (+) dari beban/rangkaian yang
akan dicek pemakaian arusnya.
 Baca hasil ukur pada multimeter.
d.4. Mengukur nilai hambatan sebuah resistor tetap
 Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
 Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai resistor yang akan diukur.
 Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil
penunjukkan jarum nantinya dikalikan dengan angka pengali sesuai
batas ukur
 Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh
terbalik.
 Baca hasil ukur pada multimeter, pastikan nilai penunjukan
multimeter sama dengan nilai yang ditunjukkan oleh gelang warna
resistor.
d.5. Mengukur nilai hambatan sebuah resistor variabel (VR)
 Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
 Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai variabel resistor (VR)yang
akan diukur.
 Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil
penunjukkan jarum nantinya dikalikan dengan angka pengali sesuai
batas ukur.
 Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh
terbalik.
 Sambil membaca hasil ukur pada multimeter, putar/geser posisi
variabel resistor dan pastikan penunjukan jarum multimeter berubah
sesuai dengan putaran VR.
d.6. Mengecek hubung-singkat / koneksi
 Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
 Pilih skala batas ukur X 1 (kali satu).
 Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung kabel/terminal
yang akan dicek koneksinya.
 Baca hasil ukur pada multimeter, semakin kecil nilai hambatan yang
ditunjukkan maka semakin baik konektivitasnya.
 Jika
jarum
multimeter
tidak
menunjuk
kemungkinan
kabel
atau terminal tersebut putus.
d.7. Mengecek diode
 Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
 Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
 Hubungkan probe multimeter (-) pada anoda dan probe (+) pada
katoda.
 Jika diode yang dicek berupa led maka batas ukur pada X1 dan saat
dicek, led akan menyala.
 Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K)
berarti dioda baik, jika tidak menunjuk berarti dioda rusak putus.
 Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada
anoda dan probe (-) pada katoda.
 Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti dioda
baik, jika bergerak berarti dioda rusak bocor tembus katoda-anoda.
d.8. Mengecek transistor NPN
 Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
 Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
 Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada
kolektor .
 Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K)
berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak
putus B-C.
 Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada
basis dan probe (-) pada kolektor.
 Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti
transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus BC.
 Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada
emitor.
 Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K)
berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak
putus B-E.
 Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada
basis dan probe (-) pada emitor.
 Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti
transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus BE.
 Hubungkan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada
kolektor.
 Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti
transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus CE.
Note : pengecekan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+)
padakolektor tidak diperlukan.
d.9. Mengecek transistor PNP
 Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
 Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
 Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada
kolektor.
 Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K)
berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak
putus B-C.
 Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada
basis dan probe (+) pada kolektor.
 Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti
transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus BC.
 Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada
emitor.
 Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K)
berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak
putus B-E.
 Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada
basis dan probe (+) pada emitor.
 Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti
transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus BE.
 Hubungkan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) pada
kolektor.
 Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti
transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus CE.
Note : pengecekan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-)
pada kolektor tidak diperlukan.
d.10. Mengecek Kapasitor Elektrolit (Elko)
 Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
 Pilih skala batas ukur X 1 untuk nilai elko diatas 1000uF, X 10 untuk
untuk nilai elko diatas 100uF-1000uF, X 100 untuk nilai elko 10uF100uF dan X 1K untuk nilai elko dibawah 10uF.
 Hubungkan probe multimeter (-) pada kaki (+) elko dan probe (+)
pada kaki (-) elko.
 Pastikan jarum multimeter bergerak kekanan sampai nilai tertentu
(tergantung nilai elko) lalu kembali ke posisi semula.
 Jika jarum bergerak dan tidak kembali maka dipastikan elko bocor.
 Jika jarum tidak bergerak maka elko kering / tidak menghantar.
3.
Resistor
Resistor atau disebut juga dengan Hambatan adalah Komponen Elektronika
Pasif yang berfungsi untuk menghambat dan mengatur arus listrik dalam suatu
rangkaian Elektronika. Satuan Nilai Resistor atau Hambatan adalah Ohm (Ω).
Nilai Resistor biasanya diwakili dengan Kode angka ataupun Gelang Warna yang
terdapat di badan Resistor. Hambatan Resistor sering disebut juga dengan
Resistansi atau Resistance.
Jenis-jenis resistor diantaranya adalah :
 Resistor yang Nilainya Tetap
 Resistor yang Nilainya dapat diatur, Resistor Jenis ini sering disebut juga
dengan Variable Resistor ataupun Potensiometer.
 Resistor yang Nilainya dapat berubah sesuai dengan intensitas cahaya,
Resistor jenis ini disebut dengan LDR atau Light Dependent Resistor
 Resistor yang Nilainya dapat berubah sesuai dengan perubahan suhu,
Resistor jenis ini disebut dengan PTC (Positive Temperature Coefficient)
dan NTC (Negative Temperature Coefficient)
a. Fungsi Resistor
Fungsi resistor pada rangkaian listrik adalah:

Menahan arus listrik

Membagi kuat arus listrik

Membagi tegangan listrik : Penggunaan resistor dapat membagi tegangan
listrik pada sebuah sumber listrik misalnya genset. Asalkan pembagian
tegangan listrik ini dayanya sama dengan tegangan dari sumbernya.

Mengubah-ubah besarnya kuat arus listrik

Memperkecil tegangan listrik (potensial) : Pemasangan sebuah resistor
dapat mempengaruhi penurunan penggunaan tegangan listrik.

Pembangkit frekuensi tegangan tinggi dan juga rendah dengan bantuan
transistor dan kapasitor
b. Cara Membaca Nilai Resistor
Cara membaca nilai resistor tetap :
Nilai resistansi resistor tetap dibaca dengan menggunakan kode warna.
Pita/cincin A:angka I, pita/cincin B:angka II,pita/cincin C:Pengali, dan
pita/cincin D:toleransi(emas:5%,perak:10%).
Nilai dari warna yang terdapat pada pita A,B,C dan D tersebut disajikan pada
tabel kode warna berikut ini.
Kode tersebut dibaca dengan cara:
Pita A : cokelat, berarti angka I = 1
Pita B : hitam, berarti angka II = 0
Pita C : merah, berarti pengali = x100
Pita D : emas, berarti toleransi = 5%
4. Power Supply
Sebuah catu daya adalah perangkat elektronik yang memasok energi
listrik ke beban
listrik . Fungsi
utama
dari
power
supply adalah
untuk
mengkonversi salah satu bentuk energi listrik yang lain dan, sebagai hasilnya,
pasokan listrik kadang-kadang disebut sebagai konverter daya listrik . Beberapa
pasokan listrik diskrit, perangkat yang berdiri sendiri, sedangkan yang lain
dibangun ke dalam perangkat yang lebih besar bersama dengan beban
mereka. Contoh yang terakhir termasuk pasokan listrik yang ditemukan
di komputer desktop dan elektronik konsumen perangkat.
Setiap power supply harus mendapatkan energi yang memasok ke beban,
serta setiap energi yang mengkonsumsi sambil melakukan tugas itu, dari sumber
energi. Tergantung pada desain, power supply dapat memperoleh energi dari
berbagai
jenis
sumber
energi,
termasuk
sistem
transmisi
energi
listrik, penyimpanan energi perangkat seperti baterai dan sel bahan bakar , sistem
elektromekanis
seperti generator danalternator , tenaga
surya konverter,
atau
kekuatan lain pasokan.
Semua pasokan listrik memiliki daya masukan, yang menerima energi dari
sumber energi, dan output daya yang memberikan energi ke beban. Dalam
kebanyakan pasokan listrik input daya dan output terdiri dari konektor listrik atau
koneksi
sirkuit
tertanam,
meskipun
beberapa
pasokan
listrik
menggunakan perpindahan energi nirkabel sebagai pengganti koneksi galvanik
untuk input daya atau output. Beberapa pasokan listrik memiliki jenis lain dari
input dan output juga, untuk fungsi-fungsi seperti pengawasan eksternal dan
kontrol.
a. Fungsi
Pasokan daya dikategorikan dalam berbagai cara, termasuk dengan fitur
fungsional. Misalnya, power supply yang diatur adalah salah satu yang
mempertahankan tegangan output konstan atau arus meskipun variasi dalam
arus beban atau tegangan input. Sebaliknya, output dari power supply yang
tidak diatur dapat berubah secara signifikan ketika tegangan input atau
perubahan beban saat ini. Pasokan listrikAdjustable memungkinkan tegangan
output atau arus yang akan diprogram oleh kontrol mekanik (misalnya,
tombol-tombol pada power supply panel depan), atau dengan berarti dari input
kontrol, atau keduanya. Sebuah diatur power supply disesuaikan adalah salah
satu yang baik disesuaikan dan diatur. Power supply yang terisolasi memiliki
output daya yang elektrik independen dari masukan kekuatannya; ini berbeda
dengan power supplies yang berbagi koneksi umum antara input dan output
daya.
b. Pasokan DC, AC, AC ke DC
Sebuah catu daya DC adalah salah satu yang memasok tegangan polaritas
tetap (baik positif atau negatif) ke beban. Tergantung pada desain, catu daya
DC dapat didukung dari sumber DC atau dari AC source seperti daya listrik.
Catu daya AC biasanya mengambil tegangan dari stopkontak ( suplai ) dan
menurunkan ke tegangan yang diinginkan. Beberapa penyaringan dapat terjadi
juga.
Beberapa pasokan listrik DC menggunakan AC listrik utama sebagai
sumber
energi. Pasokan
listrik
tersebut
kadang-kadang
akan
menggunakan transformator untuk mengubah tegangan input ke tegangan AC
yang lebih tinggi atau lebih rendah. Sebuah penyearahdigunakan untuk
mengubah tegangan output trafo ke tegangan DC yang bervariasi, yang pada
gilirannya
dilewatkan
melalui saringan
elektronik untuk
mengubahnya
menjadi tegangan DC yang tidak diatur. Filter menghilangkan sebagian besar,
tapi tidak semua variasi tegangan AC; variasi tegangan sisa dikenal
sebagai riak.
Toleransi beban listrik murah dari riak menentukan jumlah minimum
penyaringan yang harus disediakan oleh power supply. Dalam beberapa
aplikasi, riak tinggi ditoleransi dan karena itu tidak ada penyaringan
diperlukan. Misalnya, dalam beberapa aplikasi pengisian baterai adalah
mungkin untuk menerapkan DC power supply bertenaga listrik-dengan tidak
lebih dari sebuah transformator dan penyearah dioda tunggal, dengan sebuah
resistor secara seri dengan output untuk membatasi arus pengisian.
5. Audio Generator
Generator Frekuensi Audio Adalah alat tes elektronik yang berfungsi
sebagai pembangkit sinyal atau gelombang listrik. Bentuk gelombang pada
umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu sinusoida, persegi, dan segitiga. Pada
gambar dapat dilihat salah satu jenis generator Frekuensi Audio. Dengan
generator frekuensi audio ini seorang teknisi dapat melakukan pengetesan
suatu alat yang akan dites (devices under test). Dari analisis terhadap hasil
berbagai bentuk gelombang respons alat tersebut, akan dapat diketahui
ketepatan karakteristik sesuai dengan ketentuan yang dikehendaki.
a. Kegunaan Generator Frekuensi Audio
 Sebagai pembangkit gelombang listrik sinusoidal, segitiga, dan
kotak.
 Untuk memahami bentuk dan pola gelombang listrik.
 Sebagai acuan untuk menyelidiki rangkaian yang kurang baik dari
suatu rangkaian/sirkuit listrik atau elektronika
 Dapat digunakan sebagai sumber tegangan/arus AC untuk percobaan
rangkaian penguatan transistor.
Selain kegunaan di atas, Generator Frekuensi Audio juga dapat
digunakan sebagai media pembelajaran, yakni. sebagai alat yang
pendukung pada kegiatan percobaan siswa dalam hal:
 mengenali bentuk gelombang sinus dan kotak;
 mempelajari cara mengukur periode dan frekuensi gelombang;
 sebagai sumber bunyi;
 memperkenalkan perpaduan gelombang bunyi;
b. Konstruksi dan Cara Kerja
Generator Frekuensi audio mempunyai rangkaian jembatan wein sebagai
rangkaiannya.
Jembatan Wien terdiri dari 2 pembagi tegangan, yaitu: Rangkaian Wien
(R1, C1, R3, C3) dan sebuah rangkaian resistor murni R2 dan R4. Dalam
penggunaan normal kesetimbangan jembatan DV’ = Vo – Vo’ = DV’ = 0,
yaitu bila Vo = Vo’ se-fase dan se-magnetudo. Kedua kondisi tersebut harus
dipenuhi secara serentak dengan menyetimbangkan jembatan AC. Untuk
mendapatkan kondisi setimbang, pertama tegangan keluaran Vo’ dari
pembagi potensial bersifat resistif selalu sefasa dengan tegangan masukan
Vi’. Kondisi sefasa ini dicapai jika w = wo’ (fasa setimbang). Nilai
wo dinyatakan dengan oleh persamaan.
Dalam sebuah jembatan praktis, kapasitor Cl dan C3 adalah kapasitor tetap
dan resistor R1 dan R3 adalah resistor variabel yang dikontrol oleh sebuah
poros bersama.
Dengan menetapkan R2 = 2R4, maka jembatan dapat
digunakan sebagai alat pengukur frekuensi yang disetimbangkan oleh suatu
pengontrol tunggal. Pengontrol ini dapat dikalibrasi langsung dalam
frekuensi.
Sinyal masukan (Vi) dari sumber yang dipilih dengan frekuensi (f)
tertentu dilewatkan pada jembatan dan arus akan terbagi pada masingmasing lengan. Dengan memilih nilai-nilai resistor dan kapasitor tertentu
sehingga R1 = R2 = R dan C1 = C2 = C sehingga diperoleh frekuensi sebesar:
f = 1/2RC
Dari frekuensi inilah dihasilkan gelombang sinusoidal. Akan tetapi,
dewasa ini telah dilakukan penyesuaian sehingga generator bisa
menghasilkan tak hanya gelombang sinus, tapi juga gelombang segitiga, dan
kotak.
Blok diagram generator audio dapat dilihat pada gambar 2. Pada umumnya
frekuensi yang dibangkitkan dapat divariasi dengan mengatur kapasitor
dalam rangkaian LC atau RC. Dalam instrumen ini frekuensi dikendalikan
oleh variasi arus yang mengemudikan integrator. Generator audio
memberikan keluaran berbentuk gelombang sinus, segitiga dan kotak
dengan jangkauan frekuensi dari 20 Hertz sampai 20 kilo Hertz. Frekuensi
terkendali tegangan (frequency controlled voltage) mengatur dua sumber
arus Upper dan Lower
Constant
Current Source. Upper
Constant
Current Source mensuplai arus tetap ke integrator yang menghasilkan
tegangan output naik secara linier terhadap waktu, menurut persamaan
berikut :
Voutput = -1/C ∫ idt
Kenaikan dan penurunan arus akan mengakibatkan naik atau
turunnya slope tegangan output, yang akan mengatur besarnya frekuensi.
Tegangan komparator akan mengubah keadaan ke level maksimum
tegangan output integrator yang telah ditetapkan. Perubahan ini akan
memutus sumber arus konstan Upper beralih ke Lower constant current
source
Sumber arus konstan Lower akan mencatu arus balik ke integrator,
sehingga tegangan output turun secara linier terhadap waktu. Bila output
mencapai batas minimum yang ditetapkan, maka tegangan komparator
akan berubah keadaan dan menyambung ke Upper constant current
source, demikian seterusnya kembali seperti semula. Dengan demikian
terjadilah siklus yang terus menerus.Tegangan output integrator adalah
bentuk gelombang segitiga yang besar frekuensinya tergantung pada besar
kecil arus yang dicatu oleh kedua sumber arus konstan Upper dan Lower.
Keluaran
komparator
memberikan
tegangan
gelombang
kotak
(SQUARE) dengan duty cycle 50%. Rangkaian diode resistance mengatur
slope dari gelombang segitiga (TRIANGLE) sehingga amplitudonya
berubah menghasilkan gelombang SINUS dengan distorsi kurang dari 1
%.
Jenis konektor yang dipakai tergantung frekuensi kerjanya. Kebanyakan
generator audio generasi terbaru frekuensi kerjanya sampai 20MHz
memakai konektor jenis-BNC, dengan terminasi 50 ~ 75Ω.
Generator frekuensi audio seperti lazimnya kebanyakan generator
sinyal, terdapat juga bagianattenuator, beberapa jenis gelombang modulasi
output, dan memiliki fasilitas frekuensi gelombang sapuan yang memberi
kemampuan untuk pengetesan respons frekuensi dari rangkaian elektronik
yang diberikan. Beberapa generator audio dilengkapi kemampuan
membangkitkan sinyal derau putih (pink noise).
 Instrumen ini menghasilkan gelombang-gelombang : sinus, segitiga, dan
persegi dengan rangkuman frekuensi dari 0,5 Hz sampai 11 KHz.
 Jaringan pengontrol frekuensi diatur oleh cakera frekuensi pada panel depan
instrumen atau oleh sebuah tegangan pengontrol yang dimasukkan dari
luar. Tegangan pengontrol frekuensi mengatur dua sumber arus.
 Sumber arus atas mensuplai arus yang konstan ke integrator segitiga yang
tegangan keluarannya bertambah secara linier terhadap waktu. Tegangan
keluaran diberikan oleh hubungan :
eout = - 1/C ∫ i dt …………………… ( * )
 Suatu pertambahan atau penurunan arus yang disuplai dari sumber arus atas
akan
memperbesar
atau
memperkecil
kemiringan
tegangan
keluaran. Multivibrator tegangan berubah keadaan pada suatu level yang
telah ditentu-kan sebelumnya pada kemiringan tegangan keluaran integrator
yang positif. Perubahan keadaan ini akan menghentikan penyaluran arus atas
menuju integrator dan menghubungkan suplai arus bawah.
 Sumber arus bawah mensuplai suatu arus balik menuju integrator, sehingga
keluarannya berkurang secara linier terhadap waktu. Jika tegangan keluaran
mencapai suatu level yang telah ditentukan lebih dahulu dengan kemiringan
bentuk gelombang keluaran yang negatif, pembanding tegangan sekali lagi
c. Spesifikasi Alat
Spesifiikasi alat pada generator frekuensi audio lazimnya adalah sebagai
berikut.
 Bentuk gelombang keluaran; sinus, segitiga, dan kotak;
 Mempunyai impedansi keluaran dua buah: 8 Ohm, dan 600 Ohm;
 Jangkauan frekuensi keluaran dapat disetel: 1 Hz s.d 11000Hz;
 Daya keluaran : 8 Watt pada beban 8 Ohm;
 Voltage keluaran dapat disetel : 20mV s.d. 200 mV pick-to-pick
 Tegangan daya masukan utama : 220 Volt.
d. Bagian- bagian Generator Frekuensi Audio
 Tombol On-Off/Power
Berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan sambungan listrik ke
dalam rangkaian generator. Atau berfungsi untuk menyalakan generator.
 Pengatur Amplitudo (level)
Berfungsi untuk mengatur amplitudo output gelombang yang dihasilkan
oleh generator.
 Pemilih bentuk sinyal / gelombang
Untuk memilih bentuk sinyal. Terdiri dari sinyal/gelombang sinus, persegi,
gerigi, dan segitiga
 Pengatur Frekuensi
Mengatur frekuensi keluaran Generator Frekuensi Audio
 Pengatur jangkauan Frekuensi (Freq Range)
Untuk mengatur Frekuensi Frekuensi keluaran. Hubungannya dengan
pengatur frekuensi adalah bahwa keduanya adalah kontrol dari frekuensi
keluaran generator. Sebagai contoh ketika kita meninginkan frekuensi
output
sebesar 150 Hz, maka yang harus kita lakukan adalah
memindahkan Frreq Range pada 100 dan kontrol frekuensi pada 1,5 Hz.
 Terminal Keluaran 8 ohm
Merupakan bagian yang digunakan untuk menghubungkan Generator
Frekuensi Audio pada alat lain untuk mengetahui keluaran generator
audio. Kabel yang digunakan adalah kabel daya biasa. Dengan tahanan
sebesar 8 ohm.
 Terminal Keluaran 600 ohm
Bagian yang digunakan untuk menghubungkan audio generator dengan
alat lain dengan menggunakan kabel BNC-BNC (misalnya). Dengan
Tahanan sebsear 600 ohm.
e. Prosedur Penggunaan
Dalam uraian tentang prosedur pengoperasian generator audio akan
dijelaskan cara menghubungkan Generator dengan Osiloskop, antara lain :
 Siapkan signal audio generaror di atas meja yang dekat dengan stop kontak
jaringan PLN.
 Pasangkan Audio Generator pada stop kontak tersebut.
 Nyalakan signal dengan menghidupkan tombol power.
 Setelah itu siapkan osiloskope.
 Hubungkan keluaran signal dengan osiloskope pada bagian keluaran beban
600 Ohm. Atau bisa juga dengan menggunakan kabel daya biasa, dengan
cara menghubungkan kabel daya yang telah terhubung pada terminal
keluaran utama generator tersebut dengan penjepit buaya pada osiloskop
yang telah terhubung pada input osiloskop. Nyalakan osiloskope dan
tunggu sampai keluar bentuk pola gelombang keluarannya.
 Atur bentuk tayangan gelombang dengan mengeset osiloskope pada posisi
yang mudah diamati.
 Putar pengatur frekuensi signal sambil memperhatikan bentuk gelombang.
Apakah terjadi perubahan. Jika ya berarti signal sudah dapat bekerja
dengan baik.
f. Prosedur
1. Percobaan Pertama (Menghitung besar hambatan)
a. Menyiapkan lima buah hambatan dengan besar hambatan yang
berbeda.
b. Membaca besar hambatan dengan kode warna yang terdapat pada
hambatan
c. Menyiapkan dan mengkalibrasi multitester
d. Menempatkan ujung-ujung kabel penguji (multitester) pada hambatan
e. Melihat penyimpangan jarum penunjuk
f. Mencatat hasil pengamatan terhadap simpangan jarum penunjuk
g. Membandingkan hasil pengamatan dengan mulitester dengan hasil
pembacaan kode warna pada hambatan.
2. Percobaan Kedua (Mengetahui tegangan dari power supply)
a. Menyiapkan multitetester dan Power Supply
b. Mengatur besar tegangan yang hendak dihasilkan dan mengatur jenis
arus yang hendak dihasilkan (AC/DC)
c. Mengukur tegangan dari power suplly dengan menggunakan
multitester analog dan multitester digital
d. Membandingkan hasil pengukuran dengan menggunakan multitester
analog dan multitester digital.
3. Percobaan 3 (Membuktikan frekuensi dari audiogenerator )
a. Menyiapkan audiogenerator, osiloskop dan multitester
b. Memahami panel kontrol yang terdapat pada osiloskop, pada
percobaan ini hanya digunakan satu channel.
c. Menghubungkan osiloskop dengan audio generator menggunakan
kabel penghubung
d. Mengatur frekuensi yang akan dihasilkan oleh audio generator dan
mengatur amplitudo pada audio generator
e. Mengatur osiloskop, mengatur volts dan sweep time pada panel
kontrol osiloskop agar mudah dalam pembacaan.
f. Menghitung frekuensi yang ditampilkan oleh osiloskop dan
membandingkannya dengan pengaturan frekuensi pada audio generator.
Untuk pembacaan frekuensi pada osiloskop, hal yang dapat dilakukan
adalah :
a. Menghitung jumlah kotak pada display osiloskop yang mewakili satu
gelombang (misal : n)
b. Melihat skala yang pada panel sweep ( misal : s )
1
c. Menghitung frekuensi dengan persamaan 𝑛.𝑠
g. Data dan Pengolahan Data
Percobaan Pertama
No. Hasil Pembacaan Kode
Multitester Digital
Warna
Multitester
Analog
1.
56 ± 5%
55,6Ω
55Ω
2.
5,6 ± 5%
5,5Ω
6Ω
3
15000 ± 5%
15000Ω
15000Ω
4.
180 ± 5%
177,9Ω
180Ω
5.
680 ± 5%
666Ω
675Ω
Percobaan Kedua
No. Jenis
Power
Multitester
Multitester
Arus
Supply
Digital
Analog
1.
AC
3V
3,4 V
3,6 V
2.
AC
4V
4,14 V
4,2 V
3.
DC
3V
3,311 V
3,6 V
4.
DC
4V
4,31 V
4,4 v
Percobaan Ketiga
No.
Audio Generator (Hz)
Osiloskop (Hz)
1.
10 kHz
1
= 10000 𝐻𝑧
2. (50 × 10−6 )
2.
20 kHz
1
= 20000 𝐻𝑧
1. (50 × 10−6 )
3.
1 mHz
1
= 1000000 𝐻𝑧
2. (0,5 × 10−6 )
h. Analisis
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapat hasil pengolahan seperti diatas.
Pada percobaan pertama dengan membaca warna langsung pada resistor,
menggunakan multitester digital dan multitester analog, didapatkan hasil yang
sedikit berbeda. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mungkin
terjadi ketika pengukuran. Warna yang tertera pada resistor memiliki ukuran yang
kecil sehingga terkadang saat melakukan pembacaan hambatan yang ada dalam
resistor mengalami kekeliruan karena warna yang hamper sama dan dibeberapa
resistor warnanya sudah mulai memudar, sehingga terkadang pembacaan secara
langsung lebih besar kemungkinan salah. Pada pembacaan menggunakan
multitester digital dan multitester analog didapatkan hasil yang lebih akurat, tetapi
pada multitester analog terkadang saat pembacaannya mengalami kesalahan
paralaks. Pada keadaan lainnya untuk multitester digital dan multitester analog
nilai yang ditunjukan tidak stabil akibat adanya fruktuasi-fruktuasi udara pada
ujung tester.
Pada percobaan kedua didapat nilai yang cukup berbeda anatara power supply,
multitester analog dan multitester digital meskipun nilai yang ditunjukan
perbedaannya tidak terlalu signifikan. Hal ini menunjukan bahwa potensial pada
power supply baik AC maupun DC tidak menunjukan nilai yang sebenarnya.
Terbukti bahwa ketika diukur menggunakan multitester baik analog maupun
digital menunjukan angka yang hampir sama namun berbeda dengan yang
ditunjukan dengan power supply. Ketika melakukan penyetelan voltase di power
supply tidak pas karena jarum dipower supply yang kurang stabil atau kesalahan
paralaks yang dilakukan saat melihat voltase yang ditunjukan. Adapun kesalahan
yang terjadi pada multitester analaog dan multitester digital yaitu nilai yang
ditunjukan kurang stabil akibat adanya fruktuasi-fruktuasi udara yang melewati
ujung tester.
Pada percobaan ketiga yang menggunakan osiloskop, hasil yang ditunjukkan
oleh pembacaan frekuensi pada osiloskop sesuai dengan frekuensi yang diberikan
oleh audio generator. Namun pada saat pembacaan dengan osiloskop, kesulitan
yang terjadi adalah hasil pembacaan tidak langsung menunjukkan hasil, namun
harus menggunakan skala yang digunakan pada beberapa komponen. Dalam hal
ini, kita harus menentukan jumlah kolom pada display osiloskop yang mewakili
satu gelombang dan mengalikannya dengan skala pada sweep. Sehingga mungkin
saja terjadi kesalahan pada saat penghitungan kolom untuk satu gelombang.
i. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa hambatan
pada resistor dapat dihitung dengan membaca warna yang terdapat pada resistor
dan dapat pula diukur menggunakan multitester dengan hasil yang tidak terlalu
berbeda. Pada percobaan kedua dapat disimpulkan bahwa voltase yang ditunjukan
pada power supply tidak menunjukan angka yang sebenarnya, terbukti dengan
yang ditunjukan pada multitester. Pada percobaan yang ketiga dapat disimpulkan
bahwa frekuensi dari pembacaan pada osiloskop sama dengan frekuensi dari
audiogenerator.
j. Daftar Pustaka

lecturer.polindra.ac.id

blogging.co.id/fungsi-resistor

www.pengertianahli.com/2014/01/pengertian-jenis-fungsi-resistor.html

gloryardiansyah205.blogspot.com/2013/08/pengertianprinsip-kerjadanjenis-jenis.html

Wikipedia.org
k. Lampiran
Download