PULAU-AMBON,-MALUKU

advertisement
KERAGAMAN DAN KEPADATAN EKINODERMATA DI PERAIRAN LIANG
DAN SULI, PULAU AMBON, MALUKU TENGAH, MALUKU
DIVERSITY AND ABUNDANCE OF ECHINODERMS AT LIANG AND SULI
WATERS, AMBON ISLAND, CENTRAL MALUKU, MALUKU
Abd. Wahab Radjab
Pusat Penelitian Laut Dalam - LIPI
email : [email protected]
ABSTRAK
Perairan Liang dan Suli terletak di Pulau Ambon, Maluku Tengah, Maluku. Perairan
tersebut cukup kaya dengan sumberdaya perikanan seperti ikan, teripang, bulubabi,
kepiting, udang dan alge. Penelitian tentang keragaman jenis dan kepadatan
ekinodermata di perairan Liang dan Suli, Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah,
Maluku perlu dilakukan mengingat masih kurangnya data dan informasi tentang biota
tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman dan kepadatan
ekinodermata di perairan Liang dan Suli, Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah,
Maluku. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - September 2015, pengambilan
sampel dilakukan dengan metoda transek dan koleksi bebas pada 2 lokasi yang terdapat
ekinodermata. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekinodermata yang dijumpai
berjumlah 19 jenis, dari 9 genus, 8 famili, 6 ordo dan 4 kelas. Sedangkan kepadatan
ekinodermata (ind/m2) berdasarkan kelompok kelas pada perairan Liang dan Suli, Pulau
Ambon, Maluku Tengah, Maluku tertinggi pada kelas Echinoidea sebesar 0,01 ind/m2
yang didominasi oleh habitat pasir yang ditumbuhi lamun di perairan Suli dan terendah
pada kelas Holothuroidea sebesar 0,00 ind/m2 yang didominasi oleh habitat pasir yang
ditumbuhi alga di perairan Liang.
Kata kunci: keragaman, kepadatan, ekinodermata, perairan Liang dan Suli, Maluku
Tengah, Maluku
ABSTRACT
Liang and Suli waters located at Ambon Island, Central Maluku, Maluku was rich in
fishes, sea cucumbers, crabs, shrimp and alge resources. Researc on diversity and
density of echinoderms at Liang and Suli Waters, Central Maluku, Maluku was limited
and therefore it was lack on data and information of the biota. The purpose of the study
was of determine the diversity and density of echinoderms at Liang and Suli waters,
Central Maluku, Maluku. This research was conducted in January-September 2015
including line transect and free collection of 2 location contained echinoderms. The
results showed that the over all echinoderms were found 19 species of 9 generas, 8
families, 6 orders, and 4 classes. Based on the classes, the highest density of
echinoderms was Echinoidea of 0.01 ind/m2 founding the seagrass sand habitat at Suli
waters. Mean while, the lowest density was Holothuroidea of 0.00 ind/m2 found in alge
sand habitats at Liang waters.
Keywords: diversity, density, echinoderms, Liang and Suli waters, Central Maluku,
Maluku
Catatan :Kelompok sesi III :Biodiversitas & Ekologi laut
0
Pendahuluan
Ekinodermata dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai, mulai dari
daerah pasang surut sampai perairan dalam dengan kedalaman antara 0,5 sampai 40
meter. Ekinodermata lebih menyukai perairan yang jernih dan relatif tenang. Pada
umumnya setiap jenis memiliki habitat yang spesifik, seperti misalnya Holothuria
scabra yang sering dijumpai di daerah berpasir atau pasir berlumpur yang banyak
ditumbuhi lamun. Padang lamun, pasir dan ekosistem terumbu karang merupakan
habitat tempat hidup berbagai jenis biota laut. Ekinodermata menempati berbagai zona
di daerah padang lamun, zona pertumbuhan alge, zona tubir dan lereng terumbu karang.
Kehadiran dan peranan ekinodermata pada ekosistem pasir, lamun dan terumbu karang
telah dilaporkan oleh Clark dan Rowe (1971). Faktor fisik-kimia laut meliputi salinitas,
pH, arus, suhu, dan kecerahan yang selalu berubah-ubah sangat berpengaruh terhadap
kehidupan organisme di daerah pasang surut. Faktor penting lain yang mempengaruhi
sebaran ekinodermata adalah topografi rataan suatu pulau di samping pakan dan cara
makan (Rowe & Doty, 1971). Selanjutnya dikatakan bahwa densitas hewan laut
bergantung pada
temperatur, salinitas, arus, kondisi substrat dan habitat sangat
menentukan sebaran ekinodermata.
Perairan Liang dan Suli terletak di Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah,
Maluku. Perairan tersebut cukup kaya dengan sumberdaya perikanan seperti ikan,
teripang, kepiting, udang dan alge. Perairan ini masih memilki ekosistem lamun yang
cukup luas, bila dibandingkan dengan ekosistem alge maupun ekosistem karang.
Perairan pantai Liang dan Suli didominasi oleh pasir, pasir halus yang banyak
ditumbuhi lamun dan alge yang dapat menunjang kehidupan ekinodermata. Informasi
mengenai keberadaan ekinodermata cukup penting untuk diketahui karena tidak sedikit
jumlah jenis biota yang termasuk dalam kelompok ini mempunyai nilai ekonomi yang
cukup tinggi di pasaran nasional maupun internasional. Untuk itu kegiatan seperti
inventarisasi sumberdaya ekinodermata yang ada pada suatu perairan dan perhitungan
potensi merupakan langkah awal yang perlu dilakukan. Distribusi lokal dan
perkembangan biota ekinodermata sangat tergantung pada faktor substrat, jumlah dan
jenis makanan yang tersedia di daerah perairan dimana biota tersebut berada (de Beer,
1990).
1
Di perairan Liang dan Suli, Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku
terdapat substrat yang ideal untuk perkembangan ekinodermata karena didukung oleh
pantainya yang relatif landai dan mempunyai habitat yang terdiri dari pasir yang
ditumbuhi lamun serta daerah karang dengan kondisi perairan yang relatif jernih.
Mengingat penelitian dan informasi tentang ekinodermata masih jarang dan relatif
sedikit yang dilakukan di perairan Indonesia, maka penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui keberadaan dan potensi ekinodermata tersebut. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui keragaman dan kepadatan ekinodermata di perairan Liang dan
Suli, Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.
Metode Penelitian
Waktu dan lokasi
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - September 2015 di perairan
Liang dan Suli, Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku pada daerah
berpasir, padang lamun, daerah yang ditumbuhi makroalge dan rataan terumbu karang
pada 2 lokasi pengamatan (Gambar 1, Tabel 1).
1
2
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
2
Tabel 1. Rincian kegiatan penelitian.
No.
Stasiun Penelitian
Aktifitas
Lokasi
1.
A
Transek + Koleksi bebas
Liang
2.
B
Transek + Koleksi bebas
Suli
Alat dan Bahan
Pada kegiatan penelitian ini digunakan peralatan untuk keperluan penelitian di
lapangan dan laboratorium antara lain meteran rol, tali nilon, sekop, ayakan sedimen,
frame (kuadrat), masker-snorkel, fin, kamera bawah air, papan pencatat bawah air,
kantong plastik, karet gelang, spidol permanen, pensil, buku data dan formalin 10 %
(Tabel 2).
Tabel 2. Alat dan bahan yang digunakan selama pengambilan dan analisa sampel.
Alat/bahan
Meteran rol
Tali nilon
Sekop
Ayakan sedimen
Frame (kuadrat) 1 x 1 m
Masker
Snorkel
Fin
Kamera bawah air
Kantong plastik
Karet gelang
Spidol permanen
Pensil
Buku data
Formalin 10 %
Fungsi
Alat bantu pengukuran transek
Alat bantu transek
Alat bantu pengambilan sampel
Alat penyeleksi sampel
Alat penentu pengambilan sampel
Alat bantu renang
Alat bantu renang
Alat bantu renang
Alat pendokumentasian sampel
Bahan mengisi sampel
Bahan pengikat kantong plastik
Bahan memberi kode sampel
Bahan mencatat data
Bahan mencatat data
Bahan mengawetkan sampel
Metode Pengambilan Sampel dan Analisa Data
Penelitian ini menggunakan metoda transek kuadrat. Tali transek ditarik tegak
lurus pantai ke arah laut sepanjang 100 meter pada saat air laut surut atau menjelang
surut terendah, mulai dari titik nol dan frame 1 x 1 m diletakan pada setiap jarak 10 m
sepanjang tali transek yang dianggap dapat mewakili lokasi yang terdapat ekinodermata
(Khouw, 2008). Ekinodermata yang terdapat di sepanjang tali transek, di dalam kuadrat
diamati secara visual komposisi jenis dan dihitung jumlah individu dari masing-masing
3
jenis dan diamati tipe substratnya. Untuk mendapatkan ekinodermata yang
membenamkan diri dalam pasir dan memperoleh data yang optimum, maka pencarian
ekinodermata dilakukan dengan cara menggali atau menyekop substrat yang berada di
dalam frame untuk kemudian diayak dan disaring. Untuk lokasi-lokasi yang biotanya
jarang, maka dilakukan koleksi bebas dengan cara berenang “snorkeling” menyusuri
perairan pantai. Sampel yang diperoleh langsung diidentifikasi di lapangan, sedangkan
sampel yang belum teridentifikasi dimasukan ke dalam kantong plastik dan diawetkan
dengan alkohol untuk dilakukan identifikasi di laboratorium. Identifikasi dilakukan
menurut literatur yang dikembangkan oleh Clark & Rowe (1971). Analisa data terhadap
beberapa parameter menurut literatur yang dikembangkan adalah :
a. Frekuensi Kehadiran (Fi)
b. Frekuensi Kehadiran Relatif (RFi).
c. Kepadatan Populasi (Di).
d. Kepadatan Relatif (RDi).
e. Indeks Keanekaragaman (H’).
f. Indeks Dominansi (D).
g. Indeks Kemerataan (E).
h. Indeks Pola Sebaran Jenis (Id).
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian yang telah dilakukan di perairan Liang dan Suli, Pulau Ambon,
Maluku Tengah, Maluku. Secara keseluruhan diperoleh :2367 individuyang terdiri dari
19 jenis, 9 genus, 8 famili, 6 ordo, 4 kelas yang tergolong filum ekhinodermata,
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3, 4, dan 5, dengan rincian sebagai berikut :
perairan Liang dijumpai 19 jenis, 10 famili, 6 ordo dan 4 kelas dengan total individu
yang diperoleh 873 individu, dan perairan Suli dijumpai 18 jenis, 10 famili, 6 ordo dan
4 kelas dengan total individu 1594 individu. Total individu ekinodermata hasil koleksi
bebas di perairan Liang dan Suli, Pulau Ambon, Maluku Tengah, Maluku dapat dilihat
pada Tabel 3.
4
Tabel 3. Total individu ekinodermata hasil transek dan koleksi bebas di perairan Liang
dan Suli, Pulau Ambon, Maluku Tengah, Maluku.
Kelas
Ordo
Famili
Spesies
Asteroidea
Vavlatida
Arhasteridae
Ophidiasteridae
Oreasteridae
Echinoidea
Diadematoida
Diadematidae
Camarodonta
Toxopneustidae
Echinometridae
Holothuroidea
Aspidochirotida
Holothuriidae
Ophiuroidea
Apodida
Synaptidae
Ophiocomidae
Archaster typicus
Linckia laevigata
Protoreaster nodosus
Culcita novaeguineae
Diadema setosum
Diadema savignyi
Tripneustes gratilla
Echinothrix calamaris
Echinothrix diadema
Echinometra mathaei
Holothuria atra
Holothuria leucospilota
Holothuria edulis
Bohadschia argus
Synapta maculata
Ophiocoma brevipes
Ophiocoma erinaceus
Ophiomastix annulosa
Macrophiothrix longipeda
Ophiurida
Total
Ophiotrichidae
Lokasi Penelitian
Liang
Suli
23
48
37
52
21
45
4
2
92
218
12
14
237
213
26
32
28
18
13
7
4
520
37
6
79
2
3
79
1
45
88
67
59
88
74
52
31
873
1494
Total
Individu
71
89
66
6
310
26
292
58
46
20
757
4
116
9
3
123
126
162
83
2367
1. Frekuensi Kehadiran Relatif (%).
Hasil penelitian yang diperoleh pada setiap stasiun penelitian menunjukan bahwa,
pada stasiun 1 (Liang) frekuensi kehadiran relatif tertinggi pada kelas Ophiuroidea
sebesar 35,00 % dan frekuensi kehadiran relatif terendah pada kelas Echinoidea sebesar
13,00 % (Tabel 4) dan secara grafik dapat dilihat pada Gambar 2 .
Tabel 4. Frekuensi kehadiran ekinodermata berdasarkan kelompok kelas pada
stasiun penelitian perairan Liang dan Suli, Pulau Ambon, Maluku Tengah,
Maluku.
No.
1
2
3
4
Kelas
Asteroidea
Echinoidea
Holothuroidea
Ophiuroidea
Total
Stasiun penelitian
Liang (%)
Suli (%)
27.00
22.00
13.00
33.00
25.00
20.00
35.00
25.00
100
100
Rata-rata
(%)
24.50
23.00
22.50
30.00
100
5
Frekuensi kehadiran ekinodermata
40
35
30
25
20
35
33
27
25
22
15
25
20
13
10
5
0
0
0
Asteroidea
0
0
0
0
0
0
Echinoidea Holothuroidea Ophiuroidea
Liang
Suli
Gambar 2. Frekuensi kehadiran ekinodermata pada setiap stasiun penelitian
di perairan Liang dan Suli,Pulau Ambon, Maluku Tengah, Maluku.
Pada perairan Liang diperoleh frekuensi kehadiran relatif tinggi pada kelas
Ophiuroidea sebesar 35,00 % dan terendah ada pada kelas Echinoidea sebesar 13,00
%. Pada perairan Suli diperoleh frekuensi kehadiran relatif tinggi pada kelas
Echinoidea sebesar 33,00 % dan terendah adalah kelas Holothuroidea sebesar 20,00
%. Frekuensi kehadiran berperan penting dalam mengetahui tingkat kehadiran setiap
jenis pada tiap kuadran dalam suatu transek. Melihat nilai-nilai tersebut di atas terlihat
bahwa di perairan Liang dan Suli, Pulau Ambon, Maluku Tengah, Maluku
mengindikasikan bahwa sumberdaya ekinodermata masih lebih baik jika dibandingkan
dengan daerah yang pernah diamati di perairan Tual, Maluku Tenggara dimana
diperoleh nilai frekuensi kehadiran tertinggi yaitu dari kelas Holothuroidea hanya
sebesar 20,00 % (Radjab, 1996).
2. Kepadatan Populasi (ind/m2) dan Kepadatan Relatif (%).
Kepadatan ekinodermata (ind/m2) berdasarkan kelompok kelas pada perairan
Liang dan Suli, Pulau Ambon, Maluku Tengah, Maluku. Kepadatan tertinggi dijumpai
di perairan Laiang pada kelas Ophiuroidea sebesar 0,005 ind/m2 dan terendah di
perairan Suli pada kelas Echinoidea sebesar 0,001 ind/m2. Secara keseluruhan
kepadatan rata-rata (ind/m2) berdasarkan kelompok kelas pada setiap stasiun penelitian
perairan Liang dan Suli, Maluku Tengah dapat dilihat pada Tabel 5.
6
Tabel 5. Kepadatan individu (ind/m2) dan persentase (%) pada setiap stasiun penelitian
di perairan Liang dan Suli, Pulau Ambon, Maluku Tengah, Maluku.
No
1
2
3
4
Kelas
Asteroidea
Echinoidea
Holothuroidea
Ophiuroidea
Total
Stasiun Penelitian
Liang
Suli
0,004 (33,33 %)
0,004 (23,53 %)
0,003 (25,00 %)
0,006 (35,29 %)
0,002 (16,67 %)
0,004 (23,53 %)
0,003 (25,00 %)
0,003 (17,65 %)
100 %
100 %
Rata-rata
0,004 (28,57 %)
0,004 (28,57 %)
0,003 (21,43 %)
0,003 (21,43 %)
100 %
Dari hasil analisa data diiperoleh kepadatan ekinodermata (ind/m2) pada kedua
stasiun penelitian menunjukan bahwa kepadatan tertinggi pada perairan Suli adalah
kelas Echinoidea sebesar 0,006 ind/m2 (35,29 %) dan terendah dijumpai pada pada
perairan Liang pada kelas Holothuroidea adalah sebesar 0,002 ind/m2 (16,67 %).
Secara keseluruhan kepadatan (ind/m2) berdasarkan kelompok kelas pada kedua
stasiun penelitian dan rata-rata kepadatan (%) di perairan Liang dan Suli, Pulau
Ambon, Maluku Tengah, Maluku, secara berturut-turut adalah sebagai berikut : di
perairan Suli dari kelas Echinoidea 0,006 ind/m2 (35,29 %), kemudian diikuti perairan
Liang dari kelas Asteroidea : 0,004 ind/m2 (33,33 %), perairan Liang masing-masing
dari kelas Echinoidea dan Ophiuroidea 0,003 ind/m2 (25,00 %), perairan Liang dari
kelas Holothuroidea 0,002 ind/m2 (16,67 %) sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.
Kepadatan ekinodermata berbeda-beda menurut kelas dan kebiasaan hidupnya, ada
yang berkelompok dan ada yang soliter. Kepadatan menurut jenis tersebut dapat
disebabkan oleh kemampuan masing-masing jenis menempati habitat yang dalam hal
ini berhubungan dengan perkembang biakan. Kecil atau rendahnya nilai kepadatan
Holothuroidea mungkin disebabkan oleh kurangnya kemampuan bersaing dalam
menempati
habitat.
Sedangkan
besarnya
nilai
kemungkinan disebabkan oleh sifat adaptasi dan
kepadatan
jenis
Ophiuroidea
kemampuan yang besar untuk
menempati habitat.
3. Keanekaragaman, Dominansi, Kemerataan, dan Pola Sebaran Jenis.
Hasil analisis beberapa indeks ekologi ekinodermata di perairan Liang dan Suli,
Pulau Ambon, Maluku Tengah, Maluku. Nilai indeks keanekaragaman, dominansi,
kemerataan dan sebaran ekinodermata di perairan Liang dan Suli, Maluku Tengah dapat
dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 3.
7
Tabel 6. Indeks ekologi ekinodermata pada stasiun penelitian di perairan Liang dan
Suli,Pulau Ambon, Maluku Tengah, Maluku.
No
1
2
3
4
Kelas
Stasiun Penelitian
Liang
Suli
1.6583
1.4245
0.4485
0.4592
0.8522
0.8851
0.2188
0.2415
Keanekaragaman (H)
Dominansi (D)
Kemerataan ( E )
Sebaran (Id)
Rata-rata
1.5414
0.4538
0.8686
0.2301
Indeks ekologi
1.4245
0.8851
Series2
Series1
1.6583
0.4592
0.2415
0.8522
0.4485
0
KEANEKARAGAMAN (H)
0.2188
0
DOMINANSI (D)
0
KEMERATAAN ( E )
SEBARAN (ID)
Gambar 3. Indeks ekologi ekinodermata setiap stasiun penelitian di perairan Liang dan
Suli,Pulau Ambon, Maluku Tengah, Maluku.
a. Keanekaragaman.
Indeks keanekaragaman jenis ekinodermata pada daerah pasang surut di
perairan Liang dan Suli, Pulau Ambon, Maluku Tengah, Maluku secara keseluruhan
sebesar 1,5414 dengan demikian menunjukan bahwa, secara umum keanekaragaman
tiap stasiun penelitian adalah sedang. Indeks dominansi ekinodermata pada daerah
pasang surut secara keseluruhan sebesar 0,4538 dengan demikian menunjukan
bahwa, tiap stasiun penelitian tidak terdapat dominansi spesies tertentu. Indeks
kemerataan ekinodermata pada daerah pasang surut secara keseluruhan sebesar
0,8686 dengan demikian menunjukan bahwa, kemerataan spesies pada setiap stasiun
penelitian menyebar secara merata. Indeks pola sebaran jenis ekinodermata pada
daerah pasang surut secara keseluruhan sebesar 0,2301 dengan demikian
menunjukan bahwa, pola sebaran jenis tiap stasiun penelitian adalah beragam.
8
Secara umum nilai indeks keanekaragaman 1,5414 sebagaimana dapat dilihat
pada Tabel 6, dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat keragaman
ekinodermata pada setiap stasiun penelitian dapat dikatagorikan keanekaragaman
sedang. Suatu komunitas memiliki tingkat keragaman yang tinggi apabila nilai indeks
Shannon 4,00, sedangkan tingkat keragaman sedang indeks Shannon adalah antara
1,00-3,00 dan tingkat keragaman rendah jika indeks Shannon adalah 0,00 (Odum,
1971). Selanjutnya dikatakan bahwa apabila nilai indeks keragaman mendekati nilai 4
maka dikatakan beragam (Odum, 1971). Nilai keanekaragaman sedang yang dijumpai
pada lokasi penelitian berkaitan erat dengan keadaan lokasi yang agak menjorok ke
dalam menyerupai teluk, yang mana sebagian besar arealnya masih terendam air
pada waktu surut, serta pertukaran massa air yang terus berlangsung akibat dari
aktifitas arus pasang surut yang cukup dominan pada lokasi ini. Dengan demikian
biota yang ada pada lokasi tersebut dapat mengambil makanan dan oksigen dengan
baik dan kurang mendapat tekanan fisik berupa gempuran ombak. Chelazzi & Vannini
(1980) mempelajari zonasi biota di perairan pantai selatan Somalia mendapatkan
bahwa kekayaan jenis meningkat di daerah rataan terumbu yang selalu terendam air
dan mempunyai dasar yang kompleks. Selanjutnya dikatakan bahwa kekayaan jenis di
rataan terumbu pada umumnya tinggi disebabkan oleh kecepatan pertukaran massa
air, oksigen yang tinggi dan tekanan panas matahari yang rendah (Taylor, 1971).
Apabila indeks keanekaragaman Shannon suatu komunitas kurang dari 3,00
berarti komunitas tersebut kurang beragam. Hal ini dijelaskan juga bahwa tinggi
rendahnya keanekaragaman dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah
jumlah dan jenis kualitas lingkungan. Semakin banyak jumlah spesies dengan proporsi
yang seimbang menunjukkan keanekaragaman semakin tinggi (Leksono, 2007).
Indeks keanekaragaman ekinodermata pada setiap stasiun penelitian dikatagorikan
keanekaragaman sedang, hal ini diakibatkan oleh: 1) jumlah jenis dan kualitas
perairan, serta 2) penangkapan ekinodermata yang dilakukan secara terus menerus
untuk kepentingan komersial, tanpa memperhatikan ukuran jenis spesies dan aspek
sirkulasi reproduksi.
b. Dominasi.
Secara umum nilai indeks dominasi tiap stasiun penelitian 0,4538 sebagaimana
dapat dilihat pada Tabel 6. Dalam tabel tersebut yang mempunyai nilai dominasi
tertinggi dalah perairan Suli yaitu sebesar 0.4592 dan terendah adalah perairan Liang
yaitu
0.4485, hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat dominasi spesies tertentu.
9
Tidak adanya dominasi spesies tertentu ini kemungkinan berhubungan erat dengan
biota tersebut penyebarnnya yang beragam. Selanjutnya dikatakan bahwa dominasi
terjadi karena adanya hasil dari proses kompetisi penggusuran individu satu terhadap
yang lain atau disebabkan karena karakter habitat jenis spesies tertentu yang hidup
menyebar hampir pada semua zona yang ada (Leksono, 2007).
c. Kemerataan.
Secara umum nilai rata-rata indeks kemerataan 0,8686 sebagaimana dapat
dilihat pada Tabel 6. Pada tabel tersebut menunjukan bahwa, kemerataan spesies
pada setiap stasiun penelitian menyebar secara merata. Nilai indeks kemerataan
spesies berkisar antara 0,85 – 0,88 maka jika nilai indeks kemerataan spesies < 0,6
maka kemerataan antar spesies rendah dan jika nilai indeks kemerataan spesies > 0,8
maka kemerataan antar spesies tinggi (Romimohtarto dan Juwana, 2011. Selanjutnya
dikatakan bahwa sebaran biota disebut seimbang atau merata apabila indeks
kemerataan berkisar antara 0,6 - 0,8 (Odum 1963). Pengertian sebaran merata apabila
dilakukan transek berulang-ulang di sembarang lokasi maka peluang untuk
mendapatkan hasil yang sama adalah besar. Tidak meratanya sebaran biota di suatu
ekosistem diartikan sebagai telah terganggunya ekosistem tersebut. Selanjutnya
dikatakan bahwa jika spesies-spesies yang ditemukan pada suatu komunitas memiliki
jumlah individu tiap spesies yang sama atau hampir sama, maka kemerataan di
komunitas tersebut menjadi tinggi. Ketidakmerataan jenis ekinodermata tersebut
diduga disebabkan oleh penyebaran jumlah individu tiap jenis tidak menyebar secara
merata, atau disebabkan karena faktor fisika-kimia lingkungan perairan tersebut
(Krebs, 1989).
d. Pola Sebaran Jenis.
Nilai indeks pola sebaran jenis (Id) tiap stasiun penelitian > 1 dan nilai rata-rata
indeks sebaran 0,2301 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 6. Dengan demikian nilai
yang tinggi dijumpai pada perairan Suli yang nilainya sebesar 0,2415, Terendah di
perairan Liang yang nilainya sebesar 0.2188, sedangkan nilai sebaran rata-rata dari
dua daerah pengamatan adalah sebesar 0.2301. Pada tabel tersebut menunjukan
bahwa pada tiap lokasi penelitian di perairan Liang dan Suli, Pulau Ambon, Maluku
Tengah, Maluku adalah beragam karena nilai yang diperoleh lebih kecil dari 1. Nilai
indeks pola sebaran jenis, Id = 1 menunjukan penyebaran acak, Id < 1 menunjukan
penyebaran ragam, dan Id > 1 menunjukan penyebaran berkelompok (Brower, 1990).
10
Beragamnya nilai sebaran kemungkinan disebabkan oleh faktor habitat seperti pasir,
lamun dan terumbu karangan yang ada di daerah pengamatan dimana habitat di
daerah ini memungkinkan untuk semua jenis ekinodermata dapat beradaptasi dengan
lingkungannya.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian,
diperoleh
kesimpulan
bahwa
Jenis-jenis
ekinodermata pada kegiatan transek dan kegiatan koleksi bebas yang dilakukan di
daerah pasang surut pada dua lokasi penelitian di perairan Liang dan Suli, Pulau
Ambon, Maluku Tengah, Maluku ditemukan keseluruhannya berjumlah 19 jenis, dari 9
genus,8 famili, 6 ordo, 4 kelas, dengan jumlah keseluruhan 2367 individu.
Daftar Pustaka
Brower, J. E. H.Z. 1990.Field and laboratory methods for general ecology. USA, New
York: Win. C. Brown Publisher: 52 - 53.
Chelazzi, G. & M. Vannini., 1980. Zonation of intertidal mollusks on rocky shore of
Southern Somalia. Estuarine and Coastal Marine Science. Vol. 10 : 569 - 584.
Clark, A.M. and F.W.E. Rowe, 1971. Monograph of shallow water Indo-West Pasific
echinoderms. Trustess of the British Museum (Natural Hystory), London :
238p.
De Beer, M. 1990. Distribution patterns of regular sea urchin (Echinodermata:
Echinoidea) across the Spermonde Shelf SW Sulawesi Indonesia. Proceeding
of the second European conference on echinoderms, Brussel/Belgium 18-21
September 1989 (eds. De Ridder, Dubois, Lahaye and jangoux). : 165 - 170.
Khouw, A. S. 2008. Metode dan analisa kuantitatif dalam bioekologi laut. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura, Ambon : 41 - 91.
Krebs, C. J. 1989. Ecology of experimental analysis of distribution and abundance.
Second Edition. New York : Harper and Row Publishers : 654 pp.
Leksono, A. S. 2007. Ekologi: Pendekatan deskriptif dan kuantitatif. Malang :
Bayumedia Publishing. Ludwig : 210 hal.
Odum, E. P. 1963. Ecology. The University of Georgia, USA, : 152 pp.
Odum, E. P. 1971. Fundamental of ecology. Philadelphia London Toronto : W. B.
Souders Company : 544 pp.
Radjab, A.W.1996. Teripang di Teluk Un, Tual, Maluku Tenggara. Perairan Maluku
dan sekitarnya. Vol. 11. BalaiPenelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Laut, Puslit Oseanografi - LIPI :9 - 17.
11
Romimohtarto, K dan S. Juwana, 2011. Biologi laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota
Laut Djambatan, Jakarta :540 hal.
Taylor, J.D. 1971. Reef associated molluscan assemblage in the western Indian
Ocean. Symposium of the zoological society of London. Vol. 28 : 510 - 534.
Lampiran 1. Jenis-jenis ekinodermata di perairan Liang dan Suli, Pulau Ambon,
Maluku Tengah, Maluku.
Spesies : Archaster typicus
Famili : ARHASTERIDAE
Ordo : VALVATIDA
Spesies : Linckia laevigata
Famili : OPHIDIASTERIDAE
Ordo : VALVATIDA
Spesies : Protoreaster nodosus
Famili : OREASTERIDAE
Ordo : VALVATIDA
Kelas
Kelas
Kelas
: ASTEROIDEA
: ASTEROIDEA
: ASTEROIDEA
Spesies : Culcita novaeguineae
Famili : OREASTERIDAE
Ordo : VALVATIDA
Spesies : Diadema setosum
Famili : DIADEMATIDAE
Ordo : DIADEMATOIDA
Spesies : Diadema savignyi
Famili : DIADEMATIDAE
Ordo : DIADEMATOIDA
Kelas
Kelas
Kelas
: ASTEROIDEA
: ECHINOIDEA
: ECHINOIDEA
12
Spesies : Echinothrix calamaris
Famili : DIADEMATIDAE
Ordo : DIADEMATOIDA
Spesies : Echinotrix diadema
Famili : ECHINOMETRIDAE
Ordo : CAMARODONTA
Spesies : Echinometra mathaei
Famili : ECHINOMETRIDAE
Ordo : CAMARODONTA
Kelas
Kelas
Kelas
: ECHINOIDEA
: ECHINOIDEA
: ECHINOIDEA
Spesies : Tripneustes gratilla
Famili : TOXOPNEUSTIDAE
Ordo : DIADEMATOIDA
Spesies : Holothuria atra
Famili : HOLOTHURIIDAE
Ordo : ASPIDOCHIROTIDA
Spesies : Holothuria leucospilota
Famili : HOLOTHURIIDAE
Ordo : ASPIDOCHIROTIDA
Kelas
Kelas
Kelas
: ECHINOIDEA
: HOLOTHUROIDEA
: HOLOTHUROIDEA
Spesies : Holothuria edulis
Famili : HOLOTHURIIDAE
Ordo : ASPIDOCHIROTIDA
Spesies : Bohadschia argus
Famili : HOLOTHURIIDAE
Ordo : ASPIDOCHIROTIDA
Spesies : Synapta maculata
Famili : SYNAPTIDAE
Ordo : APODIDA
Kelas
Kelas
Kelas
: HOLOTHUROIDEA
: HOLOTHUROIDEA
: HOLOTHUROIDEA
Spesies : Ophiocoma brevipes
Famili : OPHIOCOMIDAE
Ordo : OPHIURIDA
Spesies : Ophiocoma erinaceus
Famili : OPHIOCOMIDAE
Ordo : OPHIURIDA
Spesies : Ophiomastix annulosa
Famili : OPHIOCOMIDAE
Ordo : OPHIURIDA
Kelas
Kelas
Kelas
: OPHIUROIDEA
: OPHIUROIDEA
: OPHIUROIDEA
13
Spesies : Macrophiothrix longipeda
Famili : OPHIOTRICHIDAE
Ordo : OPHIURIDA
Kelas
: OPHIUROIDEA
14
Download