BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kenyataan di lapangan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kenyataan di lapangan mengindikasikan bahwa peserta didik di Indonesia tidak
memiliki kemauan belajar yang tinggi baik kemampuan belajar dalam bidang study
matematika, bahasa maupun ilmu pengetahuan alam. Banyak peserta didik bermalas malasan di dalam kelas, tidak mampu memahami dengan baik pelajaran yang disampaikan
oleh pendidik. Hal ini menunjukan bahwa peserta didik tidak memiliki motivasi yang kuat
untuk belajar.
Peserta didik masih mengganggap kegiatan belajar tidak menyenangkan dan
memilih kegiatan lain di luar konteks belajar seperti menonton televisi, sms, dan bergaul
dengan teman sebaya. Kemalasan peserta didik tak sedikit pula yang menyebabkan mereka
tidak mau datang ke sekolah untuk sekolah. Kalaupun mereka pergi ke sekolah motifnya
hanyalah untuk bertemu teman – teman mereka. Rendahnya ini motivasi belajar peserta
didik akan membuat mereka tertarik pada hal-hal yang negatif, seperti minum obat- obatan
terlarang, pergaulan bebas dan lainnya.
Kegiatan yang memiliki tujuan menumbuhkan motivasi belajar peserta didik memang
bukanlah hal yang mudah untuk dilaksanakan. Rendahnya kepedulian orang tua dan
pendidik, kerap kali menjadi penyebab sulitnya menumbuhkan motivasi belajar anak. Hal-hal
yang mempengaruhi rendahnya motivasi belajar siswa diantaranya adalah metode dan
cara-cara mengajar pendidik yang monoton dan tidak menyenangkan, tujuan kurikulum dan
pengajaran yang tidak jelas, tidak adanya relevansi kurikulum dengan kebutuhan dan minat
peserta didik, latar belakang ekonomi dan sosial budaya peserta didik.
Apabila seorang pendidik memehami apa yang disebut sebagai motivasi dan
memahami bagaimana seharusnya ia memainkan sandiwara dalam kelas sehingga
memunculkan semangat pada pserta didik. Motivasi belajar peserta didik tidak akan lenyap
tapi ia akan berkembang dalam cara-cara yang bisa membimbing mereka untuk menjadikan
diri mereka lebih baik atau juga bisa sebaliknya. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh
orang tua dan pendidik. Oleh karena itu, kami menulis makalah ini dengan harapan dapat
menjadi sumber referensi bagi para calon pendidik maupun yang sudah menjadi pendidik
dalam memotivasi peserta didiknya sehingga dapat dicapai hasil belajar dan pembelajaran
yang sempurna.
1
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Motivasi dan Pentingnya Motivasi
1. Pentingnya Motivasi
Motivasi adalah segala daya dan upaya untuk menggerakkan, mengarahkan dan
mendorong kegiatan peserta didik untuk belajar dengan penuh semangat dan vitalitas. Tiga
komponen utama dalam motivasi, yaitu :
1) Kebutuhan
Terjadi bila individu merasakan adanya sesuatu yang tidak seimbang antara apa
yang dimiliki dan harapannya.
2) Dorongan
Kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian
umum.
3) Tujuan
Hal yang ingin dicapai oleh individu. Tujuan mengarahkan perilaku dalam hal ini
perilaku belajar.
Kunci dalam mempelajari Motivasi manusia dapat dilihat dari hubungan hirarkis dari point –
point dibawah ini :
1)
2)
3)
4)
5)
Aktualisasi diri
Kebutuhan penghargaan
Kebutuhan sosial
Kebutuhan rasa aman dan perlindungan
Kebutuhan fisiologis
Proses Motivasi diawali dari kebutuhan yang tidak terpuaskan seperti diilustrasikan oleh
ivancevich
kebutuhan
tidak
terpuaskan
kebutuhan
terpuaskan
perilaku
2. Pentingnya Motivasi dalam Belajar
Para ahli berpendapat bahwa motivasi perilaku manusia berasal dari
kekuatan mental umum, isnting, dorongan, kebutuhan, proses kognitif, dan
interaksi. Mengapa Motivasi menjadi sesuatu hal yang sangat penting bagi
peserta didik ? Hal ini disebabkan Motivasi berperan untuk :
2
1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.
2) Menginformasikan mengenai kekuatan usaha belajar yang dibandingkan
dengan teman sebaya.
3) Mengarahkan kegiatan belajar sehingga anak didik mengubah cara
belajarnya menjadi lebih tekun.
4) Membesarkan semangat belajar seperti mempertinggi semangat untuk lulus
tepat waktu dengan hasil yang sangat memuaskan.
5) Menyadarkan mengenai adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja
yang berkesinambungan, peserta didik dilatih untuk menggunakan
kekuatannya sedemikian rupa hingga berhasil.
Motivasi manusia menurut Thomas L Good & Jene E Bropy dikembangkan
berdasarkan tiga kerangka teoritik utama, yaitu :
1) Behaviorism
Motivasi berasal dari situasi, kondisi dan objek yang menyenangkan, jika hal
ini memberi kepuasan yang berkelanjutan akan menimbulkan tingkah laku
yang siap untuk melakukan sesuatu.
2) Cognitif
Bagaimana individu memproses informasi dan memberikannya penafsiran
untuk situasi khusus.
3) Humanists
Orang bertindak dalam suatu lingkungan dan membuat pilihan mengenai apa
yang dikerjakannya.
Bagi setiap pendidik penting sekali mengetahui apa dan bagaimanakah motivasi
belajar. Motivasi belajar ini berguna untuk :
1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat belajar sampai
peserta didik berhasil.
2) Mengobarkan semangat belajar peserta didik.
3) Meningkatkan dan menyadarkan pendidik untuk memilih satu diantara
bermacam – macam peran yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diampunya.
4) Memberi peluang pendidik untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis. Tugas
pendidik adalah membuat semua peserta didik belajar sampai berhasil.
II.2 Jenis Motivasi
Motivasi primer adalah motivasi yang di dasarkan pada motif-motif dasar
yang umunya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Mc Dougall
berpendapat bahwa tingkah laku berasal dari pemikiran tentang tujuan, perasaan
subjektif, dan dorongan mencapai kepuasan. Insting itu memiliki tujuan dan
memerlukan pemuasan. Tingkah laku tersebut dapat diaktifkan, dimodifikasi, dipicu
secara spontan, dan dapat diorganisasikan. Freud berpendapat bahwa insting
memiliki empat cirri, yaitu tekanan, sasaran, objek, dan sumber. Tekanan adalah
kekuatan yang memotivasi individu untuk bertingkah laku. Sasaran insting adalah
kepuasan atau kesenangan. Objek insting adalah hal-hal yang memuasakan insting
yang dapat berasal dari luar individu atau dari dalam individu. Insting manusia dapat
3
di bedakan menjadi dua jenis, yaitu insting kehidupan (life instincts) dan insting
kematian (dead instincts). Insting kehidupan berasal dari insting yang bertujuan
memelihara kelangsungan hidup. Insting kematian tertuju pada penghancuran,
seperti merusak, menganiaya, atau membunuh orang lain atau diri sendiri.
Menurut Freud, motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Sebagai
ilustrasi, orang yang lapar akan tertarik pada makanan tanpa belajar. Untuk
memperoleh makanan tersebut seseorang harus bekrja terlebih dahulu. Agar dapat
bekerja dengan baik, seseorang harus belajar bekerja, “bekerja dengan baik”
merupakan motivasi sekunder. Bila seseorang
bekerja dengan baik, maka ia
memperoleh gaji berupa uang. Uang tersebut merupakan penguat motivasi
sekunder.
Menurut beberapa ahli, manusia adalah makhluk sosial. Perilaku manusia
terpengaruh oleh tiga faktor komponen penting seperti afektif, kognitif, dan konatif.
Komponen afektif adalah aspek emosional. Komponen ini terdiri atas motif sosial,
sikap, dan emosi. Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang terkait dengan
pengetahuan. Komponen konatif adalah terkait dengan kemauan dan kebiasaan
bertindak (Jalaluddin Rakhmat, 1991; Sumadi Suryabrata, 1991).
Thomas dan Znaniecki menggolong-golongkan motivasi sekunder menjadi
keinginan-keinginan (i) memperoleh pengalaman baru, (ii) untuk mendapat respons,
(iii) memperoleh pengakuan, dan (iv) memproleh rasa aman. Mc Cleland
menggolongkannya
menjadi
kebutuhan-kebutuhan
untuk
(i)
berprestasi,
(ii)
memperoleh kasih sayang seperti rela berkorban untuk sesama, dan (iii)
memperoleh kekuasaan, seperti kesetiaan pada tujuan perkumpulan.
Ahli lain, Marx menggolongkan motivasi sekunder menjadi (i) kebutuhan
organism seperti motif ingin tahu, memperoleh kecakapan, berprestasi, dan (ii) motifmotif sosial seperti kasih sayang, kekuasaan, dan kebebasan (Jalaluddin Rakhmat,
1991: 34-39; Sumadi Suryabrata, 1991: 250-253; Singgih Gunarsa, 1990: 115-125).
Perilaku motivasi sekunder juga terpengaruh oleh adanya sikap. Sikap adalah suatu
motif yang dipelajari. Perilaku juga terpengaruh oleh emosi. Emosi menunjukkan
adanya sejenis keguncangan seseorang. Kegoncangan tersebut disertai proses
jasmani, perilaku, dan kesadaran. Emosi memiliki fungsi sebagai (i) pembangkit
energy, (ii) pemberi informasi pada orang lain, seperti rasa sedih terlukis dalam
wajah, (iii) pembawa pesan dalam berhubungan dengan orang lain, dan (iv) sumber
informasi tentang diri seseorang.
Perilaku juga terpengaruh oleh adanya pengetahuan yang dipercaya. Selain
itu perilaku juga terpengaruh oleh kebiasaan dan kemauan. Kebiasaan merupakan
perilaku menetap dan berlangsung otomatis. Kemauan seseorang timbul karena
4
adanya (i) keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan, (ii) pengetahuan tentang cara
memperoleh tujuan, (iii) energi dan kecerdasan, dan (iv) pengeluaran energi yang
tepat untuk mencapai tujuan.
II.3 Sifat Motivasi
Motivasi seseorang dapat bersumber dari (i) dalam diri sendiri yang dikenal
sebagai motivasi internal, dan (ii) dari luar seseorang yang dikenal motivasi
eksternal.
Motivasi
intrinsik
yang
dikarenakan
seseorang
tersebut
senang
melakukannya. Sebagai ilustrasi, seorang siswa membaca sebuah buku, bukan
karena tugas sekolah.
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada di
luar perbuatan yang dilakukannya. Dalam motivasi ekstrinsik “dapat berubah”
menjadi motivasi intrinsik, yaitu pada saat siswa menyadari betapa pentingnya
belajar, dan ia belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh orang lain (Monks, Knoers,
Siti Rahayu, 1989).
Mc Dougall dan Freud menekankan pentingnya motivasi intrinsik. Skinner
dan Bandura menekankan pentingnya motivasi Ekstrinsik. Maslow dan Rogers
menunjukkan bahwa kedua motivasi tersebut sama pentingnya. Menurut Maslow
setiap individu bermotivasi untuk mengaktualisasikan diri. Ia menemukan 15 ciri
orang yang mampu mengaktualisasikan diri. Ciri tersebut adalah (i) berkemampuan
mengamati suatu realitas secara efisien, apa adanya, dan terbatas dari subjektif, (ii)
dapat menerima diri sendiri dan orang lain secara wajar, (iii) berperilaku spontan,
sederhana, dan wajar, (iv) terpusat pada masalah atau tugasnya, (v) memiliki
kebutuhan privasi atau kemandirian yang tinggi, (vi) memiliki kebebasan dan
kemandirian terhadap lingkungan dan kebudayaanya, (vii) dapat mengharagai
dengan rasa hormat dan penuh gairah, (viii) dapat mengalami pengalaman puncak,
seperti terwujud dalam kreatifitas, penemuan, kegiatan intelektual, atau kegiatan
persahabatan,(ix) memiliki rasa ketertarikan, solidaritas kemanusiaan yang tinggi, (x)
dapat menjalin hubungan pribadi yang wajar, (ix) memiliki watak terbuka dan bebas
prasangka, (xii) memiliki standar kesusilaan tinggi, (xiii) memilki rasa humor
terpelajar, (xiv) memiliki kreativitas dalam bidang kehidupan , dan (xv) memilki
otonomi yang tinggi.
Carl Rogers berpendapat bahwa setiap individu memilki motivasi utama
berupa kecenderungan aktualisasi diri. Cirinya adalah (i) berakar dari sifat bawaan,
(ii) perilaku bermotivasi mencapai perkembangan diri optimal, (iii) pengaktualisasian
diri juga bertindak sebagai evaluasi pengalaman,
adapun ciri-ciri individu yang
berkembang secara optimal adalah (i) terbuka terhadap segala pengalaman hidup,
5
(ii) menjalani kehidupan secara berkepribadian, (iii) percaya pada diri sendiri, (iv)
memiliki rasa kebebasan, dan (v) memiliki kreativitas.
II.4 Motivasi dalam Belajar
Penguatan motivasi-motivasi belajar tersebut berada di tangan para pendidik dan
anggota masyarakat lain. Guru sebagai soerang pendidik bertugas memperkuat
motivasi belajar selama minimum 9 tahun pada usia wajib belajar. Orangtua bertugas
memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat.
1. Unsur- Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Dengan tindakan pembuatan persiapan mengajar,
pelaksanaan belajar-
mengajar, maka pendidik menguatkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar
merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh
oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa.
a. Cita-Cita atau Aspirasi Siswa
Keberhasilan mencapai keinginan menumbuhkan kemauan bergiat,
bahkan dikemudian hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya
cita-cita bersamaan oleh akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai
kehidupan. Timbulnya cita-cita juga berssamaan oleh perkembangan
kepribadian.
b. Kemampuan Siswa
Keinginan seorang anak perlu diimbangi dengan kemampuan atau
kecakapan mencapainya.
Secara ringkas,
dapat
dikatakan bahwa
kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melakukan tugas-tugas
perkembangan. (Monks, 1989: 21; Singgih Gunarsa, 1990: 49).
c. Kondisi Siswa
Kondisi
siswa
yang
meliputi
kondisi
jasmani
dan
rohani
mempengaruhi motivasi belajar.
d. Kondisi Lingkungan Siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat
tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Dengan
lingkungan yang aman, tentram, tertib, dan indah, maka semangat dan
motivasi belajar mudah diperkuat.
e. Unsur-Unsur dinamis dalam Belajar dan Perkembangan
6
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran
yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan
teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar.
Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal,
dan pergaulan juga mengalami perubahan.
f.
Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa
Guru adalah pendidik yang berkebmang. Tugas profesionalnya
mengharuskan ia belajar sepanjang hayat. Belajar sepanjang hayat tersebut
sejalan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar sekolah yang juga
dibangun. Lingkungan sosial guru, lingkungan budaya guru, dan kehidupan
guru perlu diperhatikan oleh guru. Sebagai pendidik, guru dapat memilah dan
memilih yang baik. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yag baik tersebut
sudah merupakan upaya membelajarkan siswa.
Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar
sekolah. Upaya membelajarkan di sekolah meliputi hal-hal berikut: (i)
menyelenggarakan tertib belajar di sekolah, (ii) membina disiplin belajar
dalam tiap kesempatan, (iii) membina belajar tertib pergaulan, dan (iv)
membina belajar teertib lingkungan sekolah. Upaya pembelajaran meliputi, (i)
pemahaman tentang diri siswa dalam rangka kewajiban tertib belajar, (ii)
pemanfaatan penguatan berupa hadiah, kritik, hukuman secara tepat guna,
dan (iii) mendidik cinta belajar.
Pusat pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga
agama, pramuka, dan pusat pendididkan pemuda yang lain. Guru
professional dituntut menjalin kerjasama pedagogis dengan pusat-pusat
pendidikan tersebut.
2. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Perilaku belajar merupakan salah satu perilaku. Membaca dengan motivasi
”mencari sesuatu” lebih berarti bila dibanding dengan membaca “tanpa mencari
sesuatu” . Guru di sekolah mengahadapi banyak siswa dengan bermacammacam motivasi belajar. Oleh karena itu, peran guru cukup banyak untuk
meningkatkan belajar.
a. Optimalisasi Penerapan Prinsip Belajar
Dalam upaya pembelajaran, guru berhadapan dengan siswa dan
bahan belajar. Untuk dapat membelajarkan atau mengajarkan bahan
pelajaran dipersyaratkan (i) guru telah mempelajari bahan pelajaran, (ii) guru
telah memahami bagian-bagian yang mudah, sedang, dan sukar, (iii) guru
7
telah menguasai cara-cara mempelajari bahan, dan (iv) guru telah memahami
sifat bahan pelajaran tersebut.
Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa prinsip belajar.
Beberapa prinsip beajar tersebut antara lain sebaga berikut: (i) belajar
menjadi bermakna bila siswa memahami tujuan belajar, (ii) belajar menjadi
bermakna
bila
siswa
dihadapkan
pada
pemecahan
masalah
yang
menantangnya, (iii) belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan
segala kemampuan mental siswa dalam program kegiatan tertentu, (iv)
sesuai dengan perkembangan jiwa siswa, maka kebutuhan bahan-bahan
belajar siswa semakin bertambah, (v) belajar menjadi menantang bila siswa
memahami prinsip penilaian dan faedah nilai belajar bagi kehidupan
dikemudian hari.
b. Optimalisasi Unsur Dinamis Belajar dan Perkembangan
Guru adalah pendidik sekaligus pembimbing belajar. Guru lebih
memahami keterbatasan waktu siswa. Oleh karena itu, guru dapat
mengupayakan optimalisasi unsur-unsur dinamis yang ada dalam diri siswa
dan yang ada di lingkungan siswa. Berikut adalah upaya optmalisasi tersebut:
(i) pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan hambatan
belajar yang dialaminya, (ii) memelihara minat, kemauan, dan semangat
belajarnya sehingga terwujud tindak belajar, (iii) meminta kesempatan pada
orangtua atau wali agar memberi kesempatan kepada siswa untuk
braktualisasi diri, (iv) memanfaatan unsur-unsur lingkungan yang mendorong
belajar, (v) mengunakan waktu secra tertib, penguat, dan suasana gembira
terpusat pada perilaku belajar, (vi) guru merangsang siswa dengan
penguatan memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala
hambatan dan “pasti berhasil”.
c. Optimalisasi Pemanfaatan Pengalaman dan Kemampuan Siswa
Guru adalah “penggerak” perjalanan bagi siswa, maka guru perlu
memahami dan mencatat kesukaran-kesukaran siswa. Sebagai fasilitator
guru diharapkan memantau “tingkat kesukaran pengalaman belajar”, dan
segera membantu mengatasi kesukaran belajar. “bantuan mengatasi
kesukaran belajar” perlu diberikan sebelum siswa putus asa. Guru wajib
menggunakan pengalama belajar dan kemampuan siswa dalam mengolah
siswa belajar. Upaya yang dilakukan, yaitu: (i) siswa ditugasi membaca
bahan belajar sebelumnya, (ii) guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi
siswa, (iii) guru memecahkan hal-hal yang sukar, dengan memncari “cara
memecahkan”, (iv) guru mengajarkan “cara memecahkan” dan mendidik
8
keberanian mengatasi kesukaran, (v) guru mengajak serta siswa mengalami
dan mengatasi kesukaran, (vi) guru memberi kesempatan kepada siswa yang
mampu memecahkan masalah untuk membantu rekan-rekannya yang
mengalami kesukaran, (vii) guru memberi penguatan kepada siswa yang
berhasil mengatasi kesukaran belajarnya sendiri, (viii) guru menghargai
pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar secara mandiri. (Monks,
1989: 293-305; Winkel, 1991: 110-119; Joyce & Well, 1980: 105-129 dan
147-163).
d. Pengembangan Cita-Cita dan Aspirasi Belajar
Guru adalah pendidik anak bangsa. Ia berpeluang merekayasa dan
mendidikan
cita-cita
merupakan
upaya
bangsa.
Mendidik
“memberantas”
cita-cita
kebodohan
belajar
pada
masyarakat.
siswa
Cara-cara
mendidik dan mengembangkan yang dapat dilakukan antara lain sebagai
berikut: (i) guru menciptakan suasana belajar yang menggembirakan, (ii) guru
mengnikutsertakan semua siswa untuk memlihara fasilitas belajar, (iii) guru
mengajak serta siswa untuk membuat perlombaan unjuk belajar, (iv) guru
mengajak serta orangtua siswa untuk memperlengkap fasilitas belajar seperti
buku bacaan, majalah, dan alat olah raga, (v) guru “memberanikan” siswa
untuk mencatat keinginan-keinginan di notes pramuka, dan keinginankeinginan yang tercapai dan tak tercapai, dan (vi) guru bekerjasama dengan
pendidik lain seperti orangtua, ulama atau pendeta, pramuka, dan para
instruktur pendidik pemuda, untuk mendidikan dan mengembangkan cita-cita
belajar sepanjang hayat.
9
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Motivasi adalah segala daya dan upaya untuk menggerakkan, mengarahkan dan
mendorong kegiatan peserta didik untuk belajar dengan penuh semangat dan vitalitas.
Motivasi memiliki tiga komponen utama yakni tujuan, dorongan dan kebutuhan.
Motivasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu Motivasi primer dan Motivasi sekunder.
Motivasi primer adalah yang di dasarkan pada motif-motif dasar yang umunya berasal dari
segi biologis atau jasmani manusia. Sedangkan Motivasi sekunder adalah motivasi yang
dipelajari. Adapun sifat motivasi dibedakan menjadi motivasi internal dan eksternal.
Motivasi belajar dihayati, dialami dan merupakan kekuatan mental pebelajar dalam
belajar. Dari siswa motivasi tersebut perlu untuk dihidupkan terus untuk mencapai hasil
belajar yang optimal dan dijadikan dampak pengiring yang selanjutnya menimbulkan
program belajar sepanjang hayat. Dari sisi guru motivasi belajar pada pebelajar berada pada
lingkup program dan tindak pembelajaran.
10
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2006. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN. Jakarta : Rhineka Cipta.
Sagala, syaiful. 2003. KONSEP DAN MAKNA PEMBELAJARAN. Bandung : Alfabeta.
11
Download