sarana tata usaha negara - M. Yusrizal Adi Syahputra, SH, MH.

advertisement
SARANA TATA USAHA NEGARA
M. YUSRIZAL ADI S,SH.MH
FAKULTAS HUKUM
UMA
PENGERTIAN SARANA TATA USAHA
NEGARA
• SARANA TATA USAHA NEGARA adalah alat bagi
pejabat Tata Usaha Negara untuk melaksanakan
surat keputusan yang dikeluarkan.
• Sarana tata usaha negara dapat dilaksanakan
dalam 3 bentuk:
a. Peraturan perundang-undangan (algemeen
verbindende voorschriften) dan keputusan tata
usaha negara yang memuat pengaturan yang
bersifat umum (besluiten van algemene
strekking)
b.
peraturan-peraturan
kebijaksanaan
(
beleidsregels, policy rules)
c. Rencana ( het plan)
- Penggunaan
sarana-sarana
hukum
keperdataan (gebruik van privaatrecht/civil
instruments)
- Perbuatan materil ( feitelijke handelingen;
factual actions)
Peraturan perundang-undangan
(algemeen verbindende voorschriften)
• Perundang-undangan
merupakan
proses
pembentukan/proses
membentuk
peraturan-peraturan
negara, baik di tingkat pusat maupun
di
tingkat
daerah.
• Namun secara umum, Peraturan Perundangan
dapat didefinisikan sebagai sumber tata tertib
hukum
Republik
Indonesia.
Menurut
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara (MPRS) RI Nomor XX/MPRS/1966
tentang memorandum DPR GR mengenai
sumber Tata tertib hukum Republik Indonesia
dibuatlah tata urutan perundangan RI dengan
istilah peraturan perundangan.
• Sementara itu, beberapa produk undang-undang
menggunakan istilah Peraturan PerundangUndangan selaku penamaan bagi semua hukum
tertulis yang dibuat dan diberlakukan dengan
dasar UUD 1945. Namun dalam prosesnya
pengertian ini disempurnakan dengan apa yang
tercantum dalam Pasal 1 Ketetapan MPR Nomor
III/MPR/2000 sehingga yang dimaksud dengan
Sumber Hukum adalah sumber yang dijadikan
bahan untuk penyusunan perundang-undangan
yang terdiri atas sumber hukum tertulis dan
sumber hukum tak tertulis, dimana Pancasila
adalah sumber hukum dasar nasional.
• Selain itu Peraturan Perundang-Undangan memiliki ciriciri berikut ini:
a. Bersifat umum dan komprehensif
b. Bersifat universal
c. Memiliki kekuatan untuk mengoreksi dan
memperbaiki dirinya sendiri.
• Peraturan perundang-undangan itu juga bersifat
umum-abstrak, yang dicirikan oleh unsur-unsur
diantaranya:
1. Waktu; tidak hanya berlaku pada saat tertentu.
2. Tempat; tidak hanya berlaku pada tempat tertentu.
3. Orang; tidak hanya berlaku pada orang tertentu.
• TAP MPRS RI Nomor XX/MPRS/1966
mengemukakan berbagai bentuk peraturan
perundangan menurut UUD 1945 (sebelum
amandemen) adalah sebagai berikut:
1. UUD 1945
2. TAP MPR
3. UU dan Perpu
4. Peraturan Pemerintah
5. Keppres
6. Peratutan Pelaksana Lainnya Seperti
Peraturan Menteri, Instruksi Menteri, Dan
Lain-Lain
Dimana Tap MPRS tersebut telah diubah dengan
Pasal 2 Ketetapan MPR Nomor III/MPR/2000
tentang tata urutan peraturan perundangan yang
merupakan pedoman dalam pembuatan aturan
hukum antara lain :
1.Undang-Undang Dasar 1945
2.Ketetapan MPR RI
3.UU
4. Perpu
5.Perpres
6.Kepres
7.Perda
UU Nomor 10 tahun 2004 tentang
pembentukan
peraturan
perundangan,
berdasarkan jenis dan hierarki peraturan
perundang-undangan yang berisi tata urutan
perundangan sebagai berikut
1.
2.
3.
4.
5.
UUD 1945;
UU/PERPU
PP
PERPRES
PERDA
• Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
tidak semua perundang-undangan dibuat badan
legislatif.
• Pada pasal 1 angka 2 UU Nomor 5 Tahun 1986
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 9
Tahun 2004 merumuskan bahwa Peraturan
Perundang-Undangan adalah semua peraturan
yang bersifat mengikat secara umum yang
dikeluarkan oleh badan perwakilan rakyat
bersama pemerintah baik di tingkat pusat
maupun di tingkat daerah, serta semua
keputusan pejabat tata usaha negara dan atau
badan baik di tingkat pusat maupun di tingkat
daerah yang juga bersifat secara umum.
• Dari rumusan pasal di atas dapat disimpulkaan
bahwa keputusan dari badan atau pejabat tata
usaha negara yang merupakan pengaturan yang
bersifat umum (Besluit Van Algemene Strekking)
termasuk ke dalam Peraturan PerundangUndangan (Algemeen Verbindende Voorscriften).
• Bentuk Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN)
atau Besluit Van Algemene Strekking demikian
tidak merupakan bagian dari perbuatan
keputusan dalam arti Beschickkingsdaad Van De
Administratie tetapi diklasifikasikan dalam
perbuatan tata usaha di bidang pembuatan
peraturan (Regelend Daad Van De Administratie)
• Dalam Pasal 2 Huruf g Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 sebagaimana telah diubah dengan
UU Nomor 9 Tahun 2004 secara tegas
menentukan bahwa keputusan tata usaha negara
yang merupakan pengaturan yang bersifat umum
(Besluit Van Algemene Strekking ) tidak
termasuk Keputusan Tata Usaha Negara dalam
arti Beschikking yang mempunyai konsekuensi
logis perbuatan badan atau pejabat Tata Usaha
Negara yang mengeluarkan keputusan yang
merupakan pengaturan yang bersifat umum tidak
dapat diganggu gugat di hadapan hakim Peradilan
Tata Usaha Negara.
• Pada umumnya pemerintah menetapkan adanya
deferensiasi bentuk untuk membedakan peraturan
yang bersifat umum dan peraturan yang bersifat
Keputusan Tata Usaha Negara Beschikking. Dalam
implementasi di lapangan Keputusan Tata Usaha
Negara yang bersifat umum disebut dengan judul
Keputusan, seperti halnya keputtusan menteri,
keputusan direktur jenderal, keputusan gubernur.
Sementara keputusan tata usaha negara yang bersifat
Beschikking diberi judul Surat Keputusan, seperti
halnya surat keputusan menteri, surat keputusan
gubernur.
• Keputusan Tata Usaha Negara yang bersifat
Beschikking harus didasari dan selaras dengan
peraturan perundangan yang mendasarinya.
• Pasal 53 Ayat 2 Huruf a dari UU Nomor 5 tahun 1986
menentukan bahwa salah satu dasar pengujian
(Toetsinggrond) yang dapat digunakan seseorang atau
badan hukum perdata untuk menggugat badan atau
pejabat negara di hadapan hakim Peradilan Tata Usaha
Negara ketika keputusan (Beschikking) yang dikeluarkan itu
bertentangan dengan Peraturan Perundangan yang berlaku.
• Peraturan perundangan-undangan yang dimaksud pada
Pasal 53 Ayat 2 Huruf b UU Nomor 5 Tahun 1986 termasuk
pula keputusan tata usaha yang bersifat umum (Besluit Van
Algemene Strekking). Seperti halnya dengan peraturan
perundangan lainnya maka Keputusan Tata Usaha Negara
yang merupakan pengaturan yang bersifat umum dapat
dijadikan sebagai salah satu dasar hukum bagi
dikeluarkannya surat keputusan.
PERATURAN-PERATURAN KEBIJAKSANAAN
(BELEIDSREGELES,POLICY)
• Pelaksanaan pemerintahan sehari-hari menunjukkan
bahwa badan atau pejabat TUN acapkali menempuh
berbagai langkah kebijaksanaan tertentu antara lain
menciptakan yang kini disebut dengan peraturan
kebijaksanaan.
• Produk peraturan kebijaksanaan ini terkait dengan
prinsip freies ermessen yaitu badan atau pejabat TUN
yang bersangkutan merumuskan kebijaksanaan nya
dalam berbagai bentuk ‘juridische regels’ seperti
peraturan, pedoman, pengumuman, surat edaran dan
mengumumkan kebijaksanaan itu sendiri.
• Suatu
peraturan
kebijaksanaan
pada
hakekatnya merupakan produk dari perbuatan
tata usaha negara yang bertujuan untuk “ naar
buiten gebracht schriftelijk beleid’ (
menampakan keluar suatu kebijakan tertulis),
namun tanpa disertai kewenangan pembautan
peraturan dari badan atau pejabat TUN yang
menciptakan
peraturan
kebijaksanaan
tersebut.
• Di Indonesia adanya serangkaian peraturan
kebijaksaan dapat dilihat pada berbagai
keputusan, surat edaran, surat edaran bersama,
yang dibuat oleh badan atau pejabat TUN.
• Peraturan kebijaksanaan masih belum sadar
diberlakukan sebagai peraturan kebijaksanaan
mengingat ketiadaan wewenang pembuatan dari
badan atau pejabat TUN yang membuat
peraturan kebijaksanaan itu kadangkala masih
diliaht dari sudut ukuran pendekatan hukum
(rechtmatigheid)
• Hal ini dimaksud mengakibatkan bahwa suatu
peraturan kebijaksanaan ada kalanya dinilai
sebagai produk perbuatan penguasa yang
melanggar hukum.
• Contoh peraturan kebijaksanaan:
a.
Surat
keputusan
direktur
jenderal
pengusahaan hutan Nomor 114/Kpts/IVTlb/1988
Tentang
pengalihan
status
kepemilikan kayu-kayu hitam (ebonylogs) eks
tebangan lama di kawasan hutan sulawesi
tengah menjadi kayu milik negara
• Surat Keputusan Bersama Menterii Dalam
Negerii,, Menterii Pekerjjaan Umum,, dan
menterii negara perumahan rakyat nomor : 648-384 tahun 1992, nomor : 739//kpts//1992,
nomor :: 09//kpts//1992 tentang pedoman
pembangunan perumahan dan permukiiman
dengan liingkungan huniian yang beriimbang
• Keputusan bersama Menteri Agama, Menteri
Tenaga
Kerja
Dan
Transmigrasi,
Dan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 5
TAHUN 2012, NOMOR SKB.06/MEN/VII/2012.,
NOMOR 02 TAHUN 2012 Tentang Hari Libur
Nasional Dan Cuti Bersama Tahun 2013
RENCANA (HET PLAN)
• Pada negara hukum kemasyarakatan modern,
rencana selaku figur hukum dari hubungan
hukum administrasi tidak dapat lagi
dihilangkan dari pemikiran. Rencana-rencana
dijumpai dari berbagai bidang kegiatan
pemerintahan, misalnya pengaturan tata
ruang,
pengurusan
kesehatan,
dan
pendidikan.
• Menurut Philipus M. Hadjon, rencana
merupakan keseluruhan tindakan yang saling
berkaitan dari tata usaha negara yang
mengupayakan
terlaksananya
keadaan
tertentu yang tertib dan teratur.
• Dengan sendirinya rencana yang berkuatan
hukum yang memiliki arti bagi hukum
administrasi. Suatu rencana menunjukkan
kebijaksanaan apa yang akan dijalankan oleh
tata usaha negara pada suatu lapangan
tertentu.
• Rencana dapat dikaitkan dengan stelsel
perizinan
misalnya permohonan izin
bangunan harus ditolak manakala hal ini
bertentangan dengan rencana peruntukannya
atau contoh lain dalam bidang hak atas
pembiayaan misalnya rencana persekolahan
yang berdasarkan UU sekolah lanjutan
diberikan hal pembiyaan oleh pemerintah bagi
sekolah yang ditunjuk dalam perencanaan
• Di
Indonesia,
pembangunan
dan
kebijaksanaan yang diambil oleh pejabat TUN
dan badan-badan TUN adalah berkaitan
dengan satu sama lain, serta memiliki
konsekuensi
keuangan
yang
saling
berpengaruh.
• Pada umumnya rencana pembangunan yang
dibuat oleh badan atau pejabat TUN
didasarkan pada APBN bagi setiap sektor dari
departemen-departemen yang bersangkutan.
Download