bahasa hukum

advertisement
Bahasa merupakan : alat komunikasi bagi
manusia untuk mengungkapkan perasaan,
menyampaikan buah fikiran kepada sesama
manusia.
 bahasa terbagi 3
1. Lisan
2. Tulisan
3. Pertanda atau lambang



Bahasa Indonesia hukum yang berfungsi sebagai
alat atau sarana untuk menyampaikan informasi.
Oleh karena bahasa Indonesia hukum merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari bahasa
Indonesia.
Kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa
Indonesia juga berlaku dalam bahasa Indonesia
hukum, hanya saja antara bahasa hukum dan
bahasa Indonesia mempunyai ciri-ciri yang tegas
yang berfungsi sebagai pembeda yaitu yang
mencakup dengan konsep bahasa itu sendiri.


Dalam bahasa Indonesia sesuai konsepnya
satu kata dapat mempunyai beberapa arti,
sedangkan dalam bahasa hukum sedapat
mungkin menghindarkan seperti hal tersebut.
Karena di dalam bahasa hukum terdapat
suatu konsep atau prinsip monosmantik atau
kesatuan makna. Hal ini dimaksudkan supaya
jangan timbul hal yang berbeda yang
menyangkut dengan kaidah hukum.

Tanpa kemampuan berbahasa manusia tidak
bisa mengembangkan budaya, sebab tanpa
kemampuan berbahasa hilang pola
kemampuan untuk meneruskan nilai-nilai
budaya dari generasi yang satu kepada
generasi selanjutnya. Disamping itu pula
tanpa kemampuan berbahasa manusia tidak
dapat melakukan berfikir secara sistematis
dan teratur.


Keistimewaan bahasa hukum adalah : orang
selalu tidak merasa puas terhadap makna
yang dikandung dalam istilah hukum
sehingga orang selalu mencari terus menerus
makna yang paling tepat.
Bahasa hukum adalah : bahasa aturan dan
peraturan yang bertujuan untuk mewujudkan
ketertiban dan keadilan untuk
mempertahankan kepentingan pribadi dalam
masyarakat.
1. Kalimat-kalimat yang kompleks
 Berbagai studi menunjukkan bahwa kalimat-kalimat dalam
bahasa hukum nyaris sedikit lebih panjang dibandingkan
dengan pola-pola berbahasa lainnya, dan lebih lekat,
sehingga membuatnya lebih kompleks. Terkadang
terkesan ada usaha untuk menyatakan suatu prinsip
peraturan perundang-undangan dalam satu kalimat
tunggal.
2. Kalimat panjang lebar dan berlebihan
 Para lawyer sangat suka menggunakan frasa-frasa yang
panjang dan cenderung berlebihan, sehingga terkadang
disebut “boilerplate’. Di lain pihak, kadang-kadang bahasa
hukum tidak secara berlebihan menggunakan kalimat
panjang lebar, namun sangat padat (compact) atau penuh.
3.
3. Mengandung beberapa frasa yang dihubungakan
 Frasa ini mengandung kata-kata seperti dan/atau. Frasa-frasa
seperti ini masih sangat umum dalam bahasa hukum. Struktur
kalimat seperti itu dapat membawa pada ambiguitas, lebih-lebih
dikaitkan dengan aturan interpretasi, dimana tiap kata
membutuhkan pengertian.
4. Struktur kalimat yang tidak lazim
 Para lawyer acap kali membuat struktur kalimat yang tidak
lazim. Sering kali struktur yang tidak lazim itu berakibat
memisahkan subjek dari kata kerjanya, atau memisahkan kata
kerja yang kompleks, sehingga mereduksi pemahaman terhadap
kalimat tersebut.
5. Peniadaan (Negasi)
 Bahasa hukum tampaknya menggunakan jumlah peniadaan
(negasi) yang banyak sekali. Penelitian mengungkapkan bahwa
negasi yang berganda khususnya, mengganggu komunikasi dan
harus dihindari.
Bahasa hukum sebagian bagian dari bahasa Indonesia
modern maka penggunaannya harus tetap.
 Tenang
 Mono smantik atau kesatuan makna (jangan
memberikan penafsiran berbeda-beda)
 Harus memenuhi syarat-syarat bahasa Indonesia
yaitu:
 a.
Sintaktik: ilmu tentang makna kata
 b.
Smantik: seluk beluk
 c.
Prahmatik (abc, untuk menyampaikan suatu
komunikasi kepada pendengar)
Kegiatan berfikir secara hukum dengan menggunakan
bahasa hukum merupakan upaya untuk menemukan
pengertian yang esensial dari hukum itu sendiri.

Menurut purnadi Purwacaraka dengan sarjoeno Soekanto
dalam buku (bahder johan Nasution) judul buku bahasa
hukum th 2001 hal 37 menyebutkan ada 9 macam arti
hukum yang diberikan masyarakat yaitu.
 Hukum sebagai ilmu pengetahuan: merupakan suatu ilmu
pengetahuan yang tersusun secara sistematis berdasarkan
kekuatan pemikiran.
 Hukum sebagai suatu disiplin: merupakan suatu system
tentang ajaran kenyataan atau gejala-gejala yang
dihadapi.
 Hukum sebagai kaidah: merupakan sebagai pola atau
pedoman atau petunjuk yang harus ditaati.
 Hukum sebagai tata hukum: melihat bagaimana struktur
dan proses perangkat kaidah-kaidah hukum yang berlaku
pada suatu waktu dan tempat tertentu dalam bentuk
tertulis.
Bahsa hukum yang bersumber pada aturan-aturan yang dibuat oleh
Negara artinya lebih bersifat pengaturan hak dan kewajiban.
Ex: aturan tentang hukum pentensir( membicarakan tentang hukumannya)
 UU No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak
 UU No 3 tahun 1997 tentang peradilan anak. Yaitu anak yang berusia 818 tahun atau yang belum menikah maka pertanggung jawabannya
pidana. Umur 12 tahun kebawa maka ada 3 kemungkinan yaitu:
 a.
Kembalikan kepaada orang tuanya (dalam pengawasan lapas)
 b.
Diserahkan kepada departemen social untuk di didik
 c.
….
Hukuman anak adalah ½ dari hukuman orang dewasa:
 a.
Anak pidana dibina oleh Negara
 b.
Anak Negara dibina oleh Negara dengan biaya Negara
 c.
Anak sipil dibina oleh Negara tetapi biaya orang tuanya.
 UU No 12 tahun 1995 tentang lembaga kemasyarakatan

Bahasa hukum yang bersumber pada aturan-aturan
hukum yang berlaku dimasyarakat. Bahasa hukum
seperti ini ditemui dalam hukum adat dan tidak
bertentangan dengan hukum Negara. Ex: perkawinan,
warisan
 Bahasa hukum yang bersumber dari para ahli hukum,
kelompok-kelompok yang berprofesi hukum.
Ex: yurisprudensi, asas legalitas, exepsi.
 Does lag ( pembunuhan biasa )  pasal 338-350
KUHP pembunuhan sengaja ancaman hukuman 15
tahun penjara.
 Culva: pasal 359-360 ancaman hukuman 5 tahun.

Fungsi simbolik
 Fungsi emotif
 Menurut Gustaf Dobruch: k Rakteristik bahasa hukum atas peraturan
perUUan bebas emosi, tanpa perasaan, datar dan kering, semuanya itu
ditujukan untuk kepastian dan menghindari dwi makna.
 Bahasa hukum sebagai sarana komunikasi ilmiah, hukum dapat bersifat
jelas dan objektif serta harus bebas dari emosi. Dengan adanya unsure
emotif dalam komunikasi ilmiah hukum akan menjadikan komunikasi
tersebut kurang sempurna, bahasa hukum yang dikomunikasikan bias
saja kurang beradaptasi sesuai dengan tujuan hukum
Fungsi efektif
 Fungsi efektif dalam bahasa hkum berkaitan erat dengan sikap,
fungsinya yang diharapkan supaya norma-norma hukum yang
dikomunikasikan melalui bahasa hukum mampu.
 Mengubah dan mengembangkan kepribadian agar mentaati hukum,
meningkatkan keselarasn hukum serta bersifat tegas sesuai aturan
hukum. Fungsi efektif yang tergambar dalam bahsa hukum itu sangat
menonjol untuk meningkatkan dan mengembangkan hukum, budaya
hukum itu sendiri merupakan suatu karakteristik yang hidup dan
dipatuhi masyrakat.



Apabila suatu aturan hukum dalam bentuk UU
tidak bisa dikomunikasikan dengan baik kepada
masyarakat berarti uu tersebut dapat
mempengaruhi tingkah laku masyarakat,
demikian pula halnya dengan ketentuan yang
membatasi tingkah laku masyarakat. Apabila
tidak dapat dikomunikasikan maka ketentuan
tersebut tidak mungkin berlaku secara efektif
Bahasa hukum perUUan yang mengandung
berbagai ketentuan yang bersifat khusus apabila
dilihat dari segi bahasa maka UU tersebut baru
bisa difahami apabila dianalisis secara seksama.










Dalam konteks pembentukan peraturan perundang-undangan,
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (UU P3) secara tidak langsung
menempatkan bahasa yang komunikatif sebagai salah satu asas,
yakni sebagaimana disebut dalam Pasal 5 huruf f.
Pasal 5 UU P3 :
Dalam membentuk peraturan perundang-undangan harus
berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundangundangan yang baik yang meliputi :
kejelasan tujuan;
kelembaagaan atau organ pembentuk yang tepat;
kesesuaian antara jenis dan materi muatan;
dapat dilaksanakan;
kedayagunaan dan kehasilgunaan;
kejelasan rumusan; dan
keterbukaan.







Bahasa: bahasa jelas, dapat dimengerti, singkat dan
padat
Keseragaman istilah/ terminology: harus gampang
dimengerti
Kalimat-kalimat jangan terlalu panjang
Penggunaan berbagai kata yang kurang perlu
Terlalu banyak menggunakan pengecualian karena
didalam UU seringkali dijumpai banyak istilah dengan
tidak mengurangi pengertian, pengecualian.
Menggunakan bahasa asing mengenai istilah. Oleh
karena itu harus menggunakan ejaan yang resmi
Menunjuk pada pasal-pasal lain. Maksudnya adalah
untuk menghindarkan pengulangan dari isi pasalpasal lain yang ditunjuk itu.







Smantik Hukum: ilmu hukum yang menyelidiki makna atau
arti kata-kata hukum. Berhubungan dengan perubahan
kata-kata itu dari zaman ke zaman menurut waktu dan
tempat keberadaan. Ex: kata hukum perdata atau privat
recht.
Hukum berasal dari bahasa arab yaitu “hukmun”
Perdata berasal dari bahasa jawa dari kata “pradata”
Hukum perdata: perkara yang mengatur hubungan antara
manusia terhadap hukum Perkara perdata orang
perorang
Perkara perdata pada zaman penjajahan mataram:
menyangkut mahkota raja (kepala Negara) dalam hal
amankan ketertiban, bukan menyangkut publik
Perkara privat: perkara padu (bahasa jawa) diadili olrh
pejabat yang diangkat raja disebut jaksa.
Perkara perdata: diadili oleh hakim


Kata-kata yang terurai dalam bentuk kaidah
hukum, bukan hanya menyatakan dalam
memberikan penilaian, tetapi juga memberi
atau bersifat inpraktif. Kaidah hukum itu
mengandung perintah dan larangan .
Kaidah hukum itu bukan hanya berbentuk
kaidah perundangan yang berwujud bahasa
tulisan, tetapi juga berwujud bahasa lisan



Sifat ilmu hukum adalah dogmatis dan
sistematis
Dogmatis: artinya berprasangka baik atau
berpedoman pada cara dan pendirian tertentu
yang dianggap baik.
Sistematis: artinya kebulatan pengertian
dimana yang satu bertautan dengan yang
lain.



Istilah hukum dan pengertian hukum baik
didalam perUUan maupun diluar perUUan
merupakan bagian dari ilmu hukum
Perlu ditegaskan bahwa hukum itu bukan hanya
memerlukan uraian sebab dan akibat, tetapi yang
juga penting adalah penafsirannya. Penafsiran
yang dimaksudkan adalah penafsiran yang hidup
sesuai dengan kesadaran hukum dan rasa
keadilan didalam masyarakat
Pengertian hukum adalah konstruksi hukum yang
merupakan alat-alat yang dipakai untuk
menyusun bahan hukum yang dilakukan secara
sistematis dalam bentuk bahasa dan istilah yang
baik.




SESUATU YANG KHAYAL YANG DIGUNAKAN DI DALAM
ILMU HUKUM DALAM BENTUK KATA-KATA, ISTILAHISTILAH YANG BERDIRI SENDIRI ATAU DALAM BENTUK
KALIMAT YANG BERMAKSUD UNTUK MEMBERIKAN
SUATU PENGERTIAN HUKUM.
CONTOH : DALAM HUKUM ADAT BANTEN MISALNYA
DIKATAKAN”BANTEN ANUT ING SAPI”, ARTINYA SAPI
JANTAN MENGIKUTI SAPI BETINA, KIASAN HUKUMNYA
DIKARENAKAN SUAMI IKUT MENETAP DI TEMPAT
ISTRI.
DI JAWA “TUTBURI” IKUT DI BELAKANG ISTERI
DI MINANGKABAU”URANG SAMENDO” SUAMI
MENGIKUTI ISTERI.CONTOH LAIN BADAN HUKUM,
PASAL 2 BW Pasal 6 UU No. 5/1960

PEMBENTUKAN HUKUM LEBIH BANYAK MENGANDUNG
HAL-HAL YANG BERSIFAT SENI, MENGGUNAKAN KATAKATA YANG INDAH DALAM BENTUK PUISI ATAU PROSA
LUKISAN ATAU LAMBANG, PEPATAH ATAU PRIBAHASA.
CONTOH :PERIBAHASA MELAYU DIKATAKAN :BULAT AIR
KARENA PEMBULUH, BULAT KATA OLEH MUFAKAT.
ARTINYA BERSATUNYA AIR ITU KARENA ADANYA

PENYALUR BERSATUNYA KATA KARENA ADANYA SEPAKAT.
DALAM BENTUK “LAMBANG” Istilah di lampung yang
disebut’mebali’artinya memberi tanda dg ranting kayu
yang diikat dengan rotan dg belahan bambu atau sabuk
enau dsb pada batang pohon tertentu di hutan. Artinya
tanda tsb menunjukkan bahwa bidang tanah hutan di
sekitar pohon itu dikuasai seseorang yang akan
membukanya menjadi ladang.








Gaya bahasa yang padat dan sederhana, mudah difahami
Istilah-istilah yang dipilih hendaknya sejauh mungkin bersifat
mutlak dan tidak nisbih
Peraturan itu hendaknya membatasi diri pada hal-hal yang nyata
dan actual dengan menghindari hal-hal yang bersifat metaporis
dan hipotesis
Peraturannya Jangan terlalu tinggi, oleh karena ia ditujukan
untuk orang-orang dengan kecerdasan tengah-tengah saja.
Janganlah masalah pokoknya dikacaukan dengan pengecualian
pembatasan atau modifikasi kecuali hal-hal yang sangat
diperlukan
Peraturan hendaknya tidak mengandung argumentasi
Setiap perundang-undangan, sebelum ditetapkan hendaknya
dimatangkan dan dipertimbangkan segi kegunaan atau
kemanfaatan praktisnya (bermanfaat atau tidak).
Catatan: daalm perundang-undangn masih dibutuhkan
interpretasi (penafsiran hukum)








Penafsiran menurut tata bahasa
Penafsiran menurut sistem
Penafsiran sejarah
Penafsiran sosiologi
Penafsiran otentik
Kemudian ada yang dikembangkan yaitu:
Penafsiran menurut harfiah atau bahasa
Penafsiran menurut fungsional

Ad.1 mencari arti, maksud dan tujuan dari kata-kata
atau istilah yang digunakan dalam suatu kaidah
hukum, dengan memperhatikan apakah kata itu kata
kerja, kata benda, kata sifat atau keadaan, kata ganti,
atau kata dasar, kata jadian, kata ulang, kata
majemuk, atau kata imbuhan dengan awalan
sisipandan akhiran atau kata depan dan sebagainya.
Contoh Pasal 1338 BW:”semua Persetujuan yang
dibuat dengan sah berlaku sebagai undang-undang
terhadap mereka yang membuatnya.”

Ad.2 suatu kesatuan pengertian dari unsur-unsur
yang saling bertautan antara yang satu dengan yang
lain. Contoh Pasal 1338 BW dg Pasal 1320 BW, Pasal
1321 BW.


Ad. 3 sejarah terjadinya peraturan tertentu dan apa
yang merupakan latar belakang, maksud dan tujuan
peraturan itu ditetapkan atau dimasukkannya pasalpasal tertentu ke dalam suatu peraturan. Contoh
Pasal 284 KUHP sistem hukum barat bukan
kepribadian bangsa Indonesia yang Pancasilais.
Ad.4 ilmu pengetahuan tentang kemasyarakatan,
sedangkan peraturan hukum itu mempunyai tujuan
kemasyarakatan tetapi terus berkembang, sehingga
apa yang menjadi tujuan soaial ketika suatu
peraturan hukum dibuat belum tentu sesui dengan
tujuan sosial pada masyarakat sekarang. Contoh
:perbuatan zina yang dilakukan bujang dan gadis
Pasal 284 Kuhp.

Ad. 5 untuk mengetahui arti sesuatu istilah
yang digunakan di dalam suatu peraturan
dapat dilihat pada bab atau pasal tertentu
yang telah menguraikan arti kata-katanya.
Contoh pasal 512-518 bw, pasal 86101biskuhp.pasal 1 ayat 1-32.


BAHASA HUKUM TEORITIS : BAHASA HUKUM
YANG BERSIFAT ILMIAH YANG DIGUNAKAN
DALAM MEMPELAJARI HUKUM SEBAGAI ILMU
PENGETAUHAN. ADA DI DALAM PIH
BAHASA HUKUM PRAKTIS: BAHASA HUKUM
YANG TERDAPAT DI DALAM KEPUTUSANKEPUTUSAN, PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN YANG LEBIH BAYAK DIPAKAI
DALAM PRAKTEK.


KEBIASAAN(gewoonte=belanda) DAN ADAT (adah=arab)
MENURUT ILMU HUKUM, KEBIASAAN DAN ADAT ITU DAPAT
DIBEDAKAN PENGERTIANNYA. Sejarah perundangan di Indonesia
membedakan pemakaian istilah kebiasaan dan adat itu, ada
kebiasaan di luar perundangan dan ada kebiasaan yang diakui
perundangan.
HUKUM ADAT (huk’m dan adah) DAN PERUNDANGAN
Hukum adat adalah hukum yang tidak tertulis dalam bentuk
perundangan negara, termasuk pula hukum kebiasaan. Hukum
kebiasaan adalah hukum yang berlaku sebagai kenyataan yang
dilakukan oleh orang seorang atau masyarakat, baik resmi atau
tidak resmi, yang merupakan perbuatan yang tetap dan
dirasakan harus berlaku.
PERUNDANGAN adalah semua peraturan yang tertulis dalam
bentuk keputusan yang dibuat dengan sistem tertentu, terutama
oleh pemerintah negara dan adakalanya dalam bentuk kodifikasi.

Hubungan hukum dan hak
hubungan-hubungan yang diatur oleh
hukum.
Download