Belajar dari Perang Khandaq Pasukan multisuku sejumlah 10.000 personil termasuk di dalamnya pasukan berkuda dan artileri yang terdiri dari kaum musyrikin dari Makkah dan kaum Yahudi di Jazirah Arab telah bertekad untuk menghabisi umat. Setelah kekalahan Perang Badar dan ketidakberhasilan dalam Perang Uhud, kaum musyrikin masygul hatinya. Bujukan Yahudi untuk melakukan koalisi multisuku untuk menghabisi pangkalan umat Islam di Madinah menyebabkan semangat kaum musyrikin bangkit lagi. Abu Sofyan langsung memimpin pasukan koalisi ini untuk mengepung dan menyerang habis-habisan benteng umat Islam. Kondisi pengepungan dan kondisi mental Rasulullah beserta para sahabat digambarkan Allah SWT dalam kalamnya, ”(Yaitu) ketika mereka datang kepada kalian dari atas dan dari bawah kalian, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan (kalian) dan hati kalian naik menyesak sampai tenggorokan dan kalian menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam prasangka. Di situlah diuji orang-orang mu'min dan diguncangkan (hatinya) dengan guncangan yang sangat.” (QS Al Ahzab 33:10-11). Menghadapi kekuatan luar biasa kaum musyrikin ini, Rasulullah SAW bermusyawarah dengan para sahabat untuk menampung rencana pertahanan di Madinah. Akhirnya Rasulullah dan para sahabat sepakat melaksanakan usulan yang disampaikan oleh Salman Al Farisi yaitu dengan membuat parit sebagai benteng pertanahan, sehingga perang ini kita kenal dengan nama perang parit (khandaq). Hampir satu bulan pasukan multisuku ini mengepung umat Islam tanpa berhasil menaklukkan Madinah. Usaha penyerangan menjadi sia-sia karena dapat dipatahkan umat Islam yang melepaskan panah dari seberang parit kepada siapa yang mendekat. Dalam waktu sekitar satu bulan ini, pasukan koalisi berpikir keras untuk menembus benteng parit ini, namun tetap saja mereka tidak dapat menembusnya. Hal ini menyebabkan mereka putus asa, dan akhirnya memutuskan untuk pulang. Mitraniaga rahimakumullah, kemenangan umat Islam dalam Perang Khandaq ini, selain karena memang pertolongan Allah SWT, juga dikarenakan adanya strategi yang berasal bukan dari kebiasaan orang-orang Arab pada saat itu ketika berperang. Strategi itu justru berasal dari kebiasaan orang Persia yang biasanya membuat parit ketika diserang oleh musuh dari berbagai penjuru. Pelajaran yang bisa kita ambil salah satunya dalam Perang Khandaq ini adalah, perlunya memikirkan sesuatu di luar kebiasaan yang ada, selama hal tersebut masih berkesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai. Seperti halnya Anda selaku mitraniaga SHAD NETWORK, Anda sudah memiliki sistem mengenai bagaimana cara untuk sukses. Anda diberikan kebebasan untuk menggunakan berbagai kemampuan Anda untuk lebih kreatif mencari cara atau jalan dalam mengoptimalkan sistem yang telah ada, selama hal tersebut masih berkesesuaian dengan sistem yang sudah ada. Untuk itu, gunakan kemampuan Anda dalam berpikir seoptimal mungkin, pikirkan hal-hal yang di luar kebiasaan Anda, insya Allah sukses akan segera Anda raih. Diposting oleh admin Jum`at, 17 Juni 2016 11:06:26 Rubrik : Motivasi - dibaca : 1804 Kali Printed @ 19-07-2017 18:07 From https://www.shadnetwork.com/web/ Page 1 Of 1