MODUL PERKULIAHAN 2 TEORI KOMUNIKASI Pokok Bahasan: Definisi Komunikasi Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Periklanan & Marcomm Kuliah Teori Komunikasi Kode MK Disusun Oleh 85004 Morissan, M.A Abstrak Kompetensi Sudah sejak lama orang tertarik mempelajari bagaimana manusia berinteraksi satu sama lainnya, atau dengan kata lain, bagaimana manusia berkomunikasi. Hasil pengamatan terhadap komunikasi antar manusia menghasilkan berbagai teori komunikasi yang pada intinya adalah upaya para ahli menjelaskan bagaimana manusia berkomunikasi dan apa yang terjadi selama komunikasi itu berlangsung. Setelah membaca dan mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat: 1. Memahami dan mampu menjelaskan mengenai pengertian teori komunikasi 2. Memahami dan mampu menjelaskan mengenai perbedaan berbagai teori komunikasi 3. Memahami dan mampu menerapkannya dalam penelitian komunikasi Pembahasan Dimesi ketiga adalah penilaian normatif (normative judgement). Sebagian definisi mengenai komunikasi memasukkan pernyataan keberhasilan atau keakuratan (accuracy) sedangkan definisi lainnya tidak memiliki penilaian implisit semacam itu. Definisi berikut ini, misalnya, menganggap proses komunikasi selalu berakhir dengan kesuksesan. Misalnya: Communication is the verbal interchange of a thought or idea.1 (Komunikasi adalah pertukaran verbal dari pemikiran dan gagasan). Asumsi dari definisi ini adalah pemikiran atau gagasan itu selalu berhasil dipertukarkan. Definisi lainnya, sebaliknya, tidak menilai apakah hasil komunikasi itu akan berhasil atau tidak. Misalnya: Communication is the transmission of information.2 Disini terjadi pengiriman informasi, namun pengiriman itu tidak harus berhasil (diterima atau dipahami). Debat mengenai definisi komunikasi telah berlangsung lama dan selama itu pula berbagai teori komunikasi bermunculan. Stephen Littlejohn, mengutip Michael Motley (1990), mengajukan sebuah tabel yang memiliki sembilan kotak sikap yang dapat dipertimbangkan sebagai komunikasi atau bukan komunikasi (lihat tabel). Kesembilan sikap ini terbentuk berdasarkan pada bagaimana dua pertanyaan berikut dijawab: 1) Apakah komunikasi itu harus memiliki tujuan atau disengaja dan; 2) haruskah pesan komunikasi itu diterima?3 Kolom-kolom pada tabel terdiri atas sikap komunikator atau sumber pesan yang disengaja dan tidak disengaja. Baris pada tabel menunjukkan kondisi penerima pesan (komunikan), apakah ia menerima, tidak menerima atau memperhatikan. Kolom pertama (1A, 1B, 1C) adalah sikap sumber yang tidak disengaja yang dapat ditentukan dari gejalanya. Gejala dapat dibaca sebagai tanda dari kondisi komunikator misalnya: capek, gugup atau marah. Kolom kedua (2A, 2B, 2C) menunjukkan sikap nonverbal yang sengaja dikirimkan komunikator kepada penerima, misalnya melambaikan tangan kepada teman, mengangkat bahu jika tidak dapat menjawab pertanyaan. Kolom ketiga (3A, 3B, 3C) menunjukkan sikap verbal yang disengaja atau berorientasi bahasa atau suatu tindakan misalnya menulis surat, bercakap-cakap atau berpidato. 1John B Hoben (1954), "English Communication at Colgate Re-Examined", Journal of Communication. Hal 5 2 Bernard Berelson dan Gary Steiner, Human Behavior, New York, 1965 dalam Littlejohn hal 7. 3Micahel T Motley, On Whether One Can (Not) Communicate: An Examination Via Traditional Communication Postulates, Western Journal of Speech Communication 54, 1990, dalam Littlejohn, Theories of Human Communication hal 7-8 2012 2 Teori Komunikasi Morissan, SH, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tiga baris pada tabel menunjukkan apakah pesan dari sumber dapat diterima. Baris pertama menunjukkan bahwa pesan 'tidak diterima' artinya tidak ada seorangpun yang mengetahui tindakan komunikator atau mendengarkan perkataan sumber. Misalnya, berapa kali anda menunjukkan gejala lelah dan mengantuk, misalnya dengan menguap, atau bahkan berkata "saya capek!", namun tidak ada seorangpun di sekitar anda yang melihat atau mendengarkan perkataan anda itu. Baris kedua, menunjukkan bahwa pesan diterima komunikan namun secara tidak disengaja (incidentally). Misalnya seseorang melihat sesuatu tetapi ia tidak memberikan perhatian pada apa yang dilihatnya. Anda mungkin berkata kepada teman anda yang tengah membaca buku, "Saya capek!" dan teman anda mengetahui bahwa anda terlihat capek, namun ia tidak memberikan perhatian. Baris ketiga menunjukkan bahwa penerima memberikan perhatian penuh atas sikap sumber. TABEL Komunikasi dan hubungannya dengan sikap Sikap Sumber Sikap tidak disengaja Sikap disengaja Sikap penerima pesan Pesan tidak diterima (gejala) Nonverbal Verbal 1A 2A 3A Gejala sikap Pesan nonverbal Pesan verbal tidak diterima tidak diterima Pesan diterima secara tidak disengaja 1B 2B 3B Gejala sikap Pesan nonverbal Pesan verbal diterima sambil lalu diterima sambil lalu 2012 3 Teori Komunikasi Morissan, SH, MA tidak diterima Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id diterima sambil lalu 1C 2C 3C Pesan diterima Gejala sikap Pesan nonverbal Pesan verbal dan diperhatikan diterima dan diterima baik diperhatikan mendapat perhatian (Sumber: Micahel T Motley, On Whether One Can (Not) Communicate dalam Stephen Littlejohn, Theories of Human Communication, 1999 hal 8) Sekarang kita memiliki sembilan hal yang dapat dianggap sebagai komunikasi:4 1A. Gejala sikap yang tidak diterima (non perceived symptomatic behavior) - anda menguap karena lelah dan mengantuk, namun tidak seorangpun melihat anda (Pada umumnya orang setuju bahwa hal ini bukanlah bentuk komunikasi. Setidaknya ini bukanlah komunikasi interpersonal, namun sebagian ahli menyebut hal ini sebagai komunikasi intrapersonal. 1B. Gejala sikap diterima sambil lalu (incidentally perceived symptoms) -anda menguap, dan teman anda mengetahui bahwa anda lelah namun ia tidak memberikan perhatian terhadap hal itu. 1C. Gejala sikap diterima dan mendapat perhatian (symptoms attended to) -anda menguap, dan teman anda melihat anda lalu berkata: "Apakah saya membut kamu bosan?" 2A. Pesan nonverbal tidak diterima (nonperceived nonverbal messages) -anda melambaikan tangan kepada seorang teman, namun ia tidak membalas lambaian tangan anda. 2B. Pesan nonverbal diterima sambil lalu (incidental nonverbal messages) -teman anda kemudian berkata,"mohon maaf saya tidak membalas lambaian tangan anda tadi. Saya sedang berpikir hal yang lain dan saya tidak menyadari kalau anda melambaikan tangan kepada saya hingga saya meninggalkan tempat tadi." 2C. Pesan nonverbal diterima dengan baik (nonverbal messages attended to) -anda melambaikan tangan kepada teman dan teman anda membalas lambaian tangan anda. Stephen W Littlejohn (1999), Theories of Human Communication, Wadsworth Publishing Company, Albuquerque, New Mexico. Hal 7 4 2012 4 Teori Komunikasi Morissan, SH, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3A. Pesan verbal tidak diterima (nonperceived verbal messages) -anda mengirim surat kepada seorang teman, namun surat itu hilang di perjalanan. 3B. Pesan verbal diterima sambil lalu (incidental verbal messages) -anda menasehati anak anda karena membuat ruangan berantakan dan walaupun ia mengetahui anda tengah berbicara padanya namun ia tidak memberikan perhatian. 3C. Pesan verbal diperhatikan (verbal messages attended to) -anda tengah berpidato kepada sekelompok orang yang ingin sekali mendengarkan apa yang hendak anda katakan. Yang manakah diantara sembilan kotak tersebut di atas yang dapat disebut sebagai komunikasi? Menurut Michael Motley (1990), komunikasi hanya terjadi jika pesan itu secara sengaja diarahkan pada orang lain dan diterima oleh orang yang dimaksud. Diantara sembilan sikap tersebut maka Motley hanya membatasi komunikasi pada kotak sikap nomor 2B, 2C, 3B dan 3C. Sedangkan menurut Peter Anderson (1991), komunikasi harus memasukkan setiap sikap yang memberikan makna kepada penerima, terlepas apakah makna itu akan diperhatikan atau tidak (1B, 1C, 2B, 2C, 3B, 3C).5 Clevenger setuju dengan pandangan Motley bahwa hanya pesan-pesan yang dikirim dengan sengaja dan diterimalah yang dapat dikategorikan sebagai komunikasi namun ia berpandangan bahwa 'kesengajaan' (intentionality) merupakan hal yang sulit ditentukan. Menurut Clevenger, komunikasi harus memasukkan kesengajaan dalam pengiriman dan penerimaan pesan. Dengan demikian ia memasukkan hampir semua kotak sikap (kecuali 1A) sebagai komunikasi. Dari uraian tersebut kita melihat bahwa ketiga ahli komunikasi tersebut sependapat bahwa pesan yang sengaja dikirimkan dan diterima sebagai bentuk komunikasi, namun mereka tidak sependapat mengenai hal-hal lain yang dapat dianggap sebagai komunikasi. Definisi atau batasan mengenai komunikasi adalah hal yang penting dan walaupun terdapat berbagai pandangan atau perspektif dalam merumuskan definisi namun memilih definisi yang akan digunakan dalam penelitian komunikasi bukanlah hal yang sepele. Definisi yang berbeda akan memberikan fungsi yang berbeda pula. Suatu definisi harus dievaluasi atas dasar seberapa besar definisi itu membantu dalam mencapai tujuan penelitian. Sebaliknya, penelitian yang berbeda sering membutuhkan definisi yang berbeda atau bahkan bertentangan. Dengan demikian definisi adalah alat yang harus digunakan secara fleksibel. Peter A. Anderson (1991), When One Can (Not) Communicate: A Chalenge to Motley's Traditional Communication Postulates, Communication Studies 42 dalam Littlejohn 5 2012 5 Teori Komunikasi Morissan, SH, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1.4 Tingkatan Teori Komunikasi Dalam perkembangannya, para ahli ilmu komunikasi telah melahirkan banyak sekali teori. Namun diantara berbagai teori komunikasi yang banyak itu ternyata tidak ada teori yang persis sama menjelaskan komunikasi. Teori-teori itu berbeda karena antara lain memiliki perspektif yang berbeda dalam melihat komunikasi. Berbagai teori itu sendiri dapat diorganisir atau dikelompok-kelompokkan (diklasifikasi) berdasarkan apa yang menjadi fokus perhatian para ahli yang mengemukakan teori itu. Salah satunya adalah berdasarkan tingkatan (levels of communication) atau disebut juga dengan konteks komunikasi. Disebut demikian karena komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks, setting atau situasi tertentu. Konteks komunikasi secara teoritis dapat dibagi kedalam berbagai cara. Misalnya, kita dapat membagi konteks komunikasi berdasarkan bidang pekerjaan yang ditekuni seperti komunikasi politik, komunikasi kesehatan, komunikasi bisnis dan professional atau komunikasi instruktusional.6 Konteks atau situasi komunikasi juga dapat dibagi berdasarkan pemanfaatan teknologi misalnya komunikasi dengan menggunakan teknologi atau komunikasi tanpa menggunakan teknologi. Situasi komunikasi lainnya yang dapat disebutkan disini misalnya komunikasi antar budaya (intercultural) dan komunikasi dalam budaya (intracultural). Pembagian paling umum dalam mengklasifikasikan teori komunikasi adalah dengan menggunakan level mulai dari komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi massa. Buku-buku mengenai teori komunikasi dan juga matakuliah komunikasi di perguruan tinggi di banyak negara, termasuk di Indonesia, sering mengikuti pembagian berdasarkan level semacam ini. Komunikasi interpersonal terkait dengan komunikasi antara orang, biasanya secara tatap muka dalam situasi yang pribadi. Komunikasi kelompok terkait dengan interaksi manusia dalam kelompok kecil. Komunikasi kelompok melibatkan juga hubungan interpersonal. Kebanyakan teori komunikasi interpersonal berlaku juga pada tingkatan kelompok. Komunikasi organisasi terjadi pada jaringan kerjasama yang besar yang meliputi seluruh aspek baik komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok. Komunikasi kelompok membahas topik-topik seperti struktur dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia, komunikasi dan proses organisasi dan budaya organisasi. Akhirnya, komunikasi massa Stephen W Littlejohn (1999), Theories of Human Communication, Wadsworth Publishing Company, Albuquerque, New Mexico. Hal 17. 6 2012 6 Teori Komunikasi Morissan, SH, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id berhubungan dengan komunikasi publik, biasanya melalui perantara (mediasi). Banyak aspek dari komunikasi interpersonal, kelompok dan organisasi terlibat dalam proses komunikasi massa. Sayangnya, pengelompokkan komunikasi secara bertingkat seperti ini membuat orang cenderung untuk berpikir bahwa level atau tingkatan komunikasi sebagai jenis atau tipe komunikasi yang berbeda satu dengan lainnya. Misalnya komunikasi interpersonal adalah berbeda dengan komunikasi massa.7 Pada dasarnya level komunikasi hanya menawarkan kenyamanan dalam mengelompokkan atau mengorganisir teori-teori komunikasi tertentu. Pembagian teori komunikasi kedalam model tingkatan ini -khususnya pembagian antara komunikasi massa dan komunikasi interpersonal- telah banyak ditentang. Para ahli saat ini telah berupaya untuk menjembatani dua kelompok level komunikasi ini. 1.5 Elemen Komunikasi Setiap peristiwa komunikasi dalam tingkat apapun, apakah komunikasi antar pribadi ataupun komunikasi massa, akan melibatkan elemen-elemen komunikasi. Para ahIi komunikasi telah lama meneliti masing-masing elemen komunikasi untuk menentukan peran dari masing-masing elemen dalam menentukan efektivitas komunikasi. Pada umumnya studi komunikasi pada masa lalu lebih menekankan pada upaya bagaimana membujuk (persusasi) sebagai bentuk efek yang diinginkan. Dengan kata lain, pengirim pesan berusaha menyakinkan orang untuk mau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Namun perkembangan mutakhir belakangan ini menunjukkan penelitian komunikasi telah semakin luas dalam hal cakupan efek yang dipelajari. Komunikasi tidak hanya terbatas pada upaya membujuk tetapi juga upaya memaksa. Menurut Joseph Dominick (2002) setiap peristiwa komunikasi akan melibatkan delapan elemen komunikasi yang meliputi: sumber, enkoding, pesan, saluran, dekoding, penerima, umpan balik dan gangguan.8 Pada dasarnya gagasan mengenai elemen komunikasi ini adalah juga teori yang melihat komunikasi berdasarkan unsur-unsur atau elemen yang membentuknya. Kita akan membahas elemen komunikasi ini satu persatu. Dalam perkembangannya sebagai akibat kemajuan teknologi komunikasi massa saat ini sudah sulit dibedakan dengan komunikasi interpersonal. 8 Joseph R. Dominick, The Dynamics of Mass Communication: Media in the Digital Age, 7Th edition, McGraw Hill, 2002, Bab mengenai Public Relations, hal 4 7 2012 7 Teori Komunikasi Morissan, SH, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1.5.1 Sumber (Komunikator) Proses komunikasi dimulai atau berawal dari sumber (source) atau pengirim pesan yaitu dimana gagasan, ide atau pikiran berasal yang kemudian akan disampaikan kepada pihak lainnya yaitu penerima pesan. Sumber atau pengirim pesan sering pula disebut dengan ‘komunikator’. Sumber atau komunikator bisa jadi adalah individu, kelompok atau bahkan organisasi. Komunikator mungkin mengetahui atau tidak mengetahui pihak yang akan menerima pesannya. Jika anda sedang berbicara dengan seorang teman bisa jadi anda sudah mengetahui siapa teman anda itu, bagaimana sifatnya, hal-hal apa saja yang mungkin akan menyinggung perasaannya. Anda akan berusaha menghindari untuk mengeluarkan kata-kata yang dapat menyinggung perasaan atau membuat teman anda marah. Sebaliknya, ketika saya menulis kalimat pada buku yang tengah anda baca ini maka saya memiliki pengetahuan selintas saja mengenai diri anda yaitu jenis orang-orang yang membaca buku ini. Mungkin anda seorang mahasiswa atau dosen yang tengah mendalami ilmu hubungan masyarakat. Namun saya tidak mengetahui siapa anda serta reaksi atau apa yang akan anda lakukan ketika membaca buku ini. Menurut Hovland (1953), karakteristik sumber berperan dalam mempengaruhi penerimaan awal pada pihak penerima pesan namun memiliki efek minimal dalam jangka panjang.9 Hovland menyebut efek jangka panjang dari sumber sebagai efek tidur (sleeper effect). Misalnya, menurut teori kredibilitas dan daya tarik sumber, kampanye untuk mencegah penyebaran virus HIV/ AIDS diantara mahasiswa akan lebih mudah diterima bila disampaikan oleh sumber-sumber yang kredibel misalnya pihak yang berwenang di bidang kesehatan dibandingkan jika disampaikan oleh teman sebaya (peer group). Sumber yang dapat dipercaya (credible) akan dapat memperkuat nilai informasi yang disampaikan. Dengan demikian teori ini menegaskan bahwa status, kehandalan dan keahlian sumber menambah bobot kualitas pesan. Sumber yang memiliki ketiga hal tersebut sekaligus akan menambah bobot sumber dalam proses komunikasi.10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun sumber yang kredibel dapat mempengaruhi keberhasilan proses komunikasi namun dampak sumber terhadap penerima pesan bervariasi dari satu situasi kepada situasi lainnya, dari satu topik ke topik lainnya dan dari satu waktu ke waktu lainnya. Namun demikian setidaknya sumber yang memiliki kredibilitas tinggi dapat memberikan pengaruh kepada penerima pesan dalam hal daya penerimaan awal dari suatu pesan. Carl L Hovland, Irving L. Janis dan Harold H. Kelley, Communication and Persuasion, New Haven, Yale Uiversity Press, 1953 dalam Cutlip-Center-Broom hal 253 10 Norman H Anderson, Integration Theory and Attitude Change, Psychological Review 78, CutlipCenter-Broom hal 253 9 2012 8 Teori Komunikasi Morissan, SH, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ________________ 2012 9 Teori Komunikasi Morissan, SH, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communication, Sixth Edition, Wadsworth Publishing Company, Albuquerque, New Mexico, 1999. W. Barnet Pearce, Communication and the Human Condition, Carbondale, Southern Illinois University Press, 1989 D. Lawrence Kincaid (1987), Communication Theory: Eastern and Western Perspective, San Diego, Academic, dalam LittleJohn, Theories of Human Communication. Ibid hal 5 John Waite Bowers dan James J Bradac, Issues in Communication Theory: A Metatheoretical Analysis dalam Communication Yearbook 5, ed M Burgoon, New Brunswick, 1982 Theodore Clevenger, Jr (1991) Can One Not Communicate? A Conflict of Model, Communication Studies dalam Littlejohn. Frank E.X Dance, The Concept of Communication, Journal of Communication, dalam Littlejohn hal 6. Jurgen Ruesch, 'Technology and Social Communication' dalam 'Communication Theory and Research' ed. L. Thayer (1957 The American College Dictionary (1964), Random House, New York, hal 244 dalam Littlejohn, Ibid hal 6. Gerald R Miller (1966), On defining Communication: Another Stab, Jornal of Communication 16, hal 92, Ibid Littlejohn, hal 6-7 2012 10 Teori Komunikasi Morissan, SH, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id