Nama : Hafilutdin Artikel pangsa pasar Franciscus Welirang CEO PT Bogasari Flour Mills Komitmen terhadap UKM Pernahkah Anda terpikir tentang seberapa pentingkah tepung terigu saat ini? Barangkali bagi kita yang tidak terlibat langsung dengan salah satu bahan makanan ini tidak menyadari kalau terigu ini bagi puluhan ribu bahkan ratusan ribu pengusaha kecil sangatlah penting. Terigu, bahkan telah menjadi tulang punggung bagi usaha mereka. M isalnya saja bagi pedagang kecil seperti tukang kue dan roti yang setiap subuh menjajakan jutaan kue dan roti mereka di Pasar Senen, Jakarta Pusat. Kue dan roti yang mereka jual itu didistribusikan di toko-toko, kantor-kantor, sekolah-sekolah, dan berbagai fasilitas umum lainnya. Bisa dikatakan kue dan roti yang dijual tersebut disantap setiap hari oleh ratusan ribu penduduk Jakarta. Selain kue dan roti, tepung terigu juga digunakan oleh pedagang mie pangsit dan bakso. Mie bakso juga merupakan makanan favorit kalangan menengah ke bawah. Terigu juga menjadi bahan baku utama makanan kecil seperti biskuit dan juga mie instan. Bisa dibayangkan, berapa banyak pedagang atau pengusaha kecil yang terlibat dengan bisnis berbasis tepung terigu ini. Produsen Terigu Terbesar Menurut catatan yang dikeluarkan Bogasari baru-baru ini, jumlah penjualan tepung terigu dari Januari hingga Mei 2002 mencapai 224.000 ton. Hasil ini merupakan gabungan dari empat perusahaan besar yang memproduksi tepung terigu, yaitu PT Bogasari, PT Sriboga, PT Panganmas dan PT Berdikari. Dari empat perusahaan tersebut, Bogasari memang merupakan perusahaan terbesar yang menguasai sekitar 70 persen pangsa pasar. Hal ini bisa dilihat dari data penjualan pada Januari hingga Mei 2002 di mana Bogasari berhasil merealisasikan penjualan tepung terigu sebesar 183.000 ton. Sementara Sriboga berhasil menjual sekitar 12.500 ton, Panganmas sebanyak 12.000, sedangkan Berdikari sebanyak 19.000 ton. Setiap tahun pangsa pasar terigu bertambah antara 5 hingga 10 persen. Meningkatnya pangsa pasar terigu ini tidak terlepas dari semakin besarnya minat masyarakat untuk mengonsumsi makanan yang bukan nasi, seperti misalnya roti, mie, dan biskuit, serta kue-kue lainnya. Hadirnya restoran cepat saji (fast food) yang menjual jenis makanan seperti burger, hot dog, pizza, kebab, donat, dan sebagainya pasti juga berpengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan akan terigu. Menurut catatan Asosiasi Produsen Terigu Indonesia, total omset terigu setiap tahun sekitar Rp 6 triliun. Angka sebesar ini membuat banyak pengusaha terangsang untuk masuk ke jalur bisnis ini. Belum lama ini ada berita tentang masuknya terigu impor yang dijual di bawah harga pasar. Menurut dugaan harga tersebut harga dumping. Masuknya terigu impor dalam beberapa bulan telah mempengaruhi produksi tiga produsen terigu lainnya. Rata-rata penurunan omset penjualan mencapai angka 20 persen, sementara Bogasari justru mengalami kenaikan sebesar 1,7 persen. Melihat kenyataan di atas harus diakui bahwa Bogasari Flour Mills sampai saat ini masih merupakan perusahaan terbesar baik dari segi produksi maupun penjualan tepung terigu secara nasional bahkan di seluruh dunia. Bogasari sebagai pabrik pengolahan biji gandum menjadi tepung terigu pertama kali berdiri dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 19 Mei 1971. Pabrik tersebut berdiri di kawasan pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta di atas tanah berukuran sekitar 10 hektare. Sedangkan pabrik kedua yang didirikan di lokasi pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya diresmikan pada 1972. Jumlah karyawan Bogasari hingga saat ini mencapai 4000 orang. Saat ini pabrik yang berlokasi di Tanjung Priok mengolah sekitar 9.500 ton gandum setiap hari. Sedangkan pabrik di Tanjung Perak, Surabaya mengolah sekitar 5.500 ton gandum setiap harinya. Dengan jumlah sekitar 15.000 ton setiap hari, maka jadilah Bogasari sebagai produsen terigu terbesar. Diakuisisi Indofood Pada 1995 ada berita yang menarik kalangan pers dan mereka yang bergerak dalam bisnis industri makanan. Berita tersebut adalah rencana PT Indofood yang ingin mengakuisisi Bogasari menjadi bagian dari perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Jakarta ini. Seperti diketahui. Indofood merupakan perusahaan papan atas yang mengkhususkan diri pada produk makanan. Perusahaan ini antara lain.memproduksi sejumlah mie instan dengan merek Indomie, Supermie, dan Sarimie. Selain itu perusahaan ini juga memproduksi makanan ringan seperti misalnya biskuit dan chicky. Akhirnya Bogasari bisa diakuisisi oleh Indofood pada 1995. Sebelumnya perusahaan pengahsil terigu terbesar nasional ini di bawah pengawasan PT Indocement Tunggal Perkasa. Namun karena dirasakan perlu penyesuaian, karena Bogasari merupakan perusahaan yang berkonsentrasi pada industri pangan, sama dengan Indofood, maka Bogasari pun diakuisisi Indofood. Akuisisi ini dirasakan lebih efektif dan akan menguntungkan baik Bogasari maupun Indofood. Soal Monopoli Sejak berdirinya perusahaan tepung ini pro dan kontra soal kehadirannya sudah dimulai. Isu yang sangat hangat adalah soal monopoli. Isu ini sangat kencang ditiupkan oleh sejumlah kalangan melalui media massa. Dan seringkali dipakai untuk konsumsi politik. Terutama kalangan yang menentang kepemimpinan Presiden Soeharto. Namun pendiri Bogasari memiliki pandangan tersendiri. Pertama, industri ini memang harus memiliki kekuatan. Kedua, Bogasari bukan satu-satunya perusahaan yang memproduksi tepung terigu. Ada lebih dari tiga perusahaan yang mendapatkan izin yang sama. Seperti sudah disebutkan di atas, selain Bogasari ada Sriboga, Panganmas, dan Berdikari. Semua perusahaan itu memiliki kesempatan yang sama. “Namun soal strategi penjualan dan kualitas produksi belum tentu sama. Kita memilik cara sendiri-sendiri. Pasar juga menentukan siapa yang terbaik,” kata Franciscus Welirang, CEO dan Presiden Direktur PT Bogasari Flour Milss. Kalau mau diakui, strategi pembentukan jaringan pemasaran dan penjualan yang dibangun Bosari lebih baik dengan yang dibangun oleh tiga perusahaan lainnya. Kedua, kekuatan modal juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemasaran. Dan ketiga, soal kualitas produksi dan strategi promosi yang membuat produk Bogasari laku terjual di pasar. Paling tidak ketiga hal inilah yang menjadi kunci keberhasilan Bogasari. Para pendiri Bogasari sering menganggap bahwa isu monopoli hanya merupakan isu politik yang dipakai kelompok tertentu untuk menjatuhkan pemerintahan Soeharto. Membina UKM Frangky, begitu nama Franciscus Welirang biasa dipanggil para sahabat, sebenarnya tidak ingin menggembar-gemborkan segala upaya Bogasari Flour Mills dalam membina kerja sama dengan para pedagang kecil. Namun agar tidak terjadi salah persepsi soal kemitraan ini, Frangky mau juga menjelaskan peranannya secara pribadi maupun perusahaannya dalam membantu pengusaha kecil. Menurut keterangan yang diberikan Frangky ketika berkunjung ke pabrik tepung terigu Bogasari Flour Mills di Tanjung Priok, Jakarta Utara pertengahan Juni lalu, jumlah pengusaha kecil yang berada dalam naungan Bogasari mencapai puluhan ribu orang dan hampir semuanya mendapat bantuan dan binaan dari kelompok Bogasari. Adapun bantuan yang diberikan, tidak melulu berupa dana, tetapi penyuluhan, latihan, dan konsultasi yang bertujuan memperkuat posisi pengusaha kecil tersebut. Bagi Bogasari, pedagang kecil merupakan jaringan usaha yang penting yang selama ini telah berperan menjadikan Bogasari besar seperti saat ini. Oleh karena itu tanpa diimbau oleh siapa pun Bogasari akan membina mereka. Kalau pengusaha kecil yang merupakan jaringan bisnis Bogasari ini tidak berfungsi, maka yang celaka justru Bogasari sendiri. Pasar tidak akan berkembang dan akhirnya Bogasari tidak bisa menjual produknya seperti sekarang ini. Jadi, pembinaannya bukan baru direncanakan sekarang atau dilakukan karena semua orang ribut membicarakan soal Usaha Kecil Menengah (UKM). Menurut Frangky, pembinaan ini sudah dilakukan sejak awal Bogasari ini berdiri pada awal 70an. Justru boleh dibilang kesuksesan Bogasari oleh karena adanya jaringan bisnis yang kuat di antara puluhan ribu pengusaha kecil tersebut. Untuk membina dan membantu pengusaha kecil tersebut secara rutin Bogasari melalui Kelompok Wacana Mitra, lembaga khusus yang khusus memperhatikan UKM ini terjun langsung untuk memberikan latihan dan penyuluhan baik tentang bagaimana mengelola usaha kecil, etika bisnis, administrasi keuangan, kualitas produk, dan pengetahuan lainnya. Wacana Mitra juga menerbitkan majalah khusus yang intinya memberikan edukasi, memberi dorongan semangat kepada pengusaha kecil melalui artikel-artikel yang dimuat di media tersebut. Misalnya tulisan tentang keberhasilan seorang pengusaha yang menjual Mie Kocok Bandung, atau pengusaha lain yang membuat serta menjual roti bantal. Media tersebut juga membahas tentang bisnis kue apa saja yang memilik prospek dan pasar yang bagus. Bagi pengusaha kecil, media ini sangat bermanfaat. (SH/audrey g tangkudung) Copyright © Sinar Harapan 2002