masyarakat ekonomi eropa

advertisement
PERBEDAAN PRAKTEK ORGANISASI INTERNASIONAL
ANTARA ASEAN DAN MEE
( MASYARAKAT EKONOMI EROPA )
“Paper diajukan untuk melengkapi tugas akhir mata kuliah Hukum Internasional”
Dosen Pengampu :
M. Holyone N Singadimeja, SH., MH,-
Disusun Oleh :
KIKI RAHAYU
1241173300139
Semester III Sore B
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2014
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia – Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Paper
ini.
Dalam Paper ini saya membahas mengenai “Perbedaan Praktek Organisasi Internasional”
yang mana Paper ini saya buat sebagai tugas pembahasan materi pada mata kuliah Hukum
Internasional.
Dalam menyusun Paper ini, saya menyadari akan banyak bantuan dari berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung, maka pada kesempatan yang baik ini saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung dalam penyelesaian
Paper ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan Paper ini masih jauh dari sempurna, maka guna
penyempurnaan isi Paper ini kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Dan saya mengharapkan agar Paper ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak, baik dalam hal pengetahuan maupun terapan.
Karawang, Januari 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Organisasi internasional merupakan sebagai suatu struktur formal dan berkelanjutan
yang dibentuk atas suatu kesepakatan antar anggota-anggota (pemerintah dan non
pemerintah) dari dua atau lebih negara berdaulat dengan tujuan untuk mengejar kepentingan
bersama para anggotanya. Lebih lanjut, upaya mendefinsikan suatu organisasi internasional
harus melihat tujuan yang ingin dicapai, institusi-institusi yang ada, suatu proses perkiraan
peraturan-peraturan yang dibuat pemerintah terhadap hubungan antara suatu negara dengan
aktor-aktor non negara.
Keberhasilan suatu organisasi internasional dapat dilihat dari kebijakan dan cara
untuk mengimplementasikannya. Keberhasilan di bidang ini tergantung dari sikap otonomi
organisasi dan kepercayaan anggota atas kepemimpinan politis organisasi tersebut, tetapi
yang paling penting adalah persepsi dari pemerintah negara anggota tentang seberapa jauh
bantuan maupun kebijakan yang dikembangkan oleh organisasi yang akan sesuai dengan
kepentingan nasional mereka. Oleh sebab itu anggota dapat mendorong ataupun menghalangi
perkembangan bantuan ataupun kebijakan yang dilakukan oleh organisasi sesuai dengan
penilaian mereka dengan mempertimbangkan untung dan ruginya bagi kepentingan nasional
negara tersebut.
Bila pengembangan bantuan dan kebijakan tertentu oleh organisasi dipandang
berguna oleh pemerintah negara anggota atau bila organisasi telah memiliki semacam
otonomi yang meningkat dan mengatur dengan kuat masalah kebijakan yang spesifik dan
fungsional, maka perumusan kebijakan tersebut akan dapat berjalan tanpa campur tangan
yang spesifik dari negara anggota, dan keberhasilan implementasinya akan bergantung dari
seberapa baik bantuan maupun kebijakan tersebut dapat diterima oleh negara yang
bersangkutan. Selanjutnya, tanggapan dari negara anggota atas isu yang menjadi tujuan dari
bantuan maupun kebijakan organisasi adalah variabel yang signifikan bagi pengembangan
keberhasilan hasil kinerja. Hal ini khususnya dalam kasus dimana implementasi kebijakan
membutuhkan tindakan dari anggota organisasi.
Dengan latar belakang masalah tersebut, kami memutuskan untuk lebih mendalami
materi ini melalui makalah dengan judul :“ Perbedaan Praktek Organisasi Internasioanal
antara ASEAN dan Masyarakat Ekonomi Eropa”.
B. RUMUSAN MASALAH
Identifikasi masalah dapat diartikan sebagai suatu tahap awal dari suatu pengusahaan
masalah dimana objek dalam jalinan situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu
masalah 1. Berdasarkan definisi tersebut maka penulis dapat mengidetifikasi masalah
sebagai berikut :
1. Apa Pebedaan dan Persamaan ASEAN dengan MEE ?
2. Tujuan Pembentukan Organisasi Internasional ?
3. Bagaimana Klasifikasi Praktek Organisasi Internasional ?
1
Suriasumantri, 1998:265
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Teoritis Organisasi Internasional
Organisasi Internasional didefinisikan sebagai pola kerjasama yang melintasi batas-batas
negara, dengan didasari struktur organisasi jelas dan lengkap serta dihadapkan atau
diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan
dan berlembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta
disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama
kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda. 2
A Leroy Bennet menyatakan organisasi internasional mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Organisasi tetap untuk melaksanakan fungsi yang berkelanjutan.
2. Keanggotaan yang bersifat sukarela dari peserta yang memenuhi syarat.
3. Instrumen dasar yang menyatakan tujuan, struktur dan metode operasional.
4. Badan pertemuan perwakilan konsultatif yang luas.
5. Sekertariat tetap untuk melanjutkan fungsi administrasi, penelitian dan informasi
secara berkelanjutan.
”International Organization is a process; International Organizations are representative
aspects of the phase of that process which has been reached in a given time.” (Inis Claude
1964: 4)3
Pendapat tentang organisasi internasional, pertama berasal dari DW. Bowett, ia
menyatakan bahwa organisasi tersebut sama dengan organisasi yang bersifat permanen, lebih
kearah multilateral yang berdiri atas suatu traktat, ini dikarenakan atas unsure tertentu.4
Kemudian menurut Maryam Green yang berpendapat organisasi itu dibentuk dari
perjanjian yang telah disepakati dari beberapa Negara yang saat itu menjadi peserta. Lain
halnya dengan pendapat Boer Mauna yang lebih menyimpulkan bahwa perhimpunan dari
beberapa Negara yang telah merdeka dan berdaulat, tujuannya adalah untuk mendapatkan
2
Aryuni Yuliantiningsih,2012, Bahan Kuliah Hukum Organisasi Internasional, ;Purwokerto. Hal 5.
Trade Sustainability Impact Assessment of the FTA to be negotiated between the EU and ASEAN 2009 dalam www.ecorys.com.
4
Dw, Boweet, Hukum Organisasi Internasional, 1995, hal 13-15
3
kepentingan yang diinginkan dari organ perhimpunan. Terakhir ada pendapat dari J.Pariere
Mandalangi yang menyimpulkan organisasi dibentuk dari perjanjian tertulis dan terdapat
minimal tiga Negara, meskipun didalamnya terdapat beberapa organisasi yang sudah ada.
Maka dari penjelasan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa organisasi tersebut terjadi
karena adanya perjanjian internasional.5
Organisasi ASEAN merupakan salah satu organisasi yang paling nyata eksistensinya
dikawasan Asia Pasifik. Mengenai alasan pembentukan Komunitas ASEAN 2015, jika
dianalisis berdasarkan artikel Jones dan Smith (2002:97) jika selama ini Masyarakat Uni
Eropa memiliki institusi supranasional sehingga hubungan antara negara anggota menjadi
ekslusif, sedangkan ASEAN belum memiliki institusi supranasional tersebut mereka hanya
sebatas pada institusi formal gabungan antara beberapa negara berdasarkan atas ikatan
kepentingan. Sehingga hubungan yang terjadi antar negara anggota pun lebih bersifat
inklusif, hal ini juga disebabkan karena mereka belum terintegrasi dalam sistem aturan yang
terpusat dalam pemerintah regional atau institusi supranasional. Contohnya saja, ASEAN
Free Trade Association (AFTA) yang mana kenyataannya merek masih banyak yang
bergantung pada negara diluar ASEAN dalam hal perdagangan daripada secara pasti dan
paten membentuk partner dagang antar sesama anggota ASEAN.6
Selain itu seiring dengan memuncaknya fenomena globalisasi yang membawa dunia
pada suatu kompetisi identik dengan kompetisi ekonomi yang tiada henti mengharuskan
suatu negara berkelompok dengan negara lain untuk membentuk regionalisme atau
memperkuat kembali regionalismenya agar survive pada bidang ekonomi dan politik dalam
panggung internasional, sebagaimana kesuksesan yang telah di raih oleh Masyarakat Uni
Eropa. Ide pembentukan Komunitas ASEAN telah dibicarakan dalam pertemuan Bali
Concord II tahun 2003, pertemuan KTT ASEAN 2007 mengenai percepatan pembentukan
Komunitas ASEAN yang mana dalam Bali Concord II dinyatakan pembentukan tersebut
akan berlangsung pada tahun 2020 dan dipercepat pelaksanaannya menjadi tahun 2015.
Kemudian dipertegas dalam ASEAN Charter pada 15 Desember 2008. Semua pertemuan
resmi tersebut mengarahkan pada satu tujuan yaitu ASEAN Community 2015 dengan
moto one vision, one identity, one one community dengan tiga pilar kerjasama yaitu ASEAN
Economic Community, ASEAN Security Community dan ASEAN sosio-cultural Community.
5
6
Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internsional, 1990, hal 10.
Organisasi Internasional – Wikipedia Indonesiahttp://meyhero.wordpress.com/2009/10/28/organisasi-internasional
Namun bila dilihat dari tiga pilar tersebut komunitas ASEAN ini akan mengarah pada
pembentukan Komunitas Keamanan ASEAN. Mengapa? Sebab dengan melihat tujuan dari
ASC saja yang menyebutkan beberapa kata kunci tentang perdamaian, stabilitas, resolusi
konflik dan kerjasama bersama menghadapi ancaman dan tema ASC yaitu Enhancing peace,
stability, democracy and prosperity through comprehensive political and security
cooperation, tersebut menurut Adler dan Barnet (1998:257)7 dengan mengutip pernyataan
kaum konstruktivis yaitu “accordingly security communities are socially constructed and
rest on share practical knowlegde of the peaceful resolution of conflict”. Kemudian
dinyatakan lagi oleh Adler dan Barnet (1998:254-5) bahwa “... the mutual trust to develop
pluralistic sytem of intra-regional governance that minimise or even eliminate the threat of
war in that community-region”. Indikator lain yang mana menurut artikel Adler dan Barnet
(1998:255) menjadi indikator komunitas keamanan adalah common identity sebagaimana
moto ASEAN Community, kemudian terkait dengan pilar kerjasama ekonomi (AEC) yang
berusaha menyediakan stabilitas transaksi dan kompetisi ekonomi, dan yang terpenting ialah
adanya rencana pengesahan ASEAN Community tersebut secara kasat mata menunjukkan
adanya sense of ‘we-ness’ atau ‘we-feeling’. Dan indikator lain yang menjadikan mengapa
Komunitas ASEAN lebih merujuk pada Komunitas Keamanan ASEAN ialah praktek
demokrasi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Adler dan Barnet (1998:259) “in this sense, the
democratic nature of a state becomes an indicator of its dovishness” Yang mana dalam hal
ini menurut perspektif liberal adanya praktek demokrasi menjadi indikator khas terbentuknya
komunitas keamanan. Yaitu dengan adanya integrasi sosial yang akan membangun dasar
komunitas keamanan bersama yang dimulai dengan pembentukan identitas bersama.
Akan tetapi ide ini justru dipandang oleh sebagaian ilmuwan seperti Jones dan Smith
(2002) dalam artikelnya yang berjudul “ASEAN’s Imitation Community” sebagai Imitation
Community. Mengapa demikian? Sebelum menjelaskan alasan mengapa ASEAN dijuluki
sebagai Imitation Community, penulis akan menjelaskan terlebih dahulu kapan dan untuk
apa istilah ‘imitation’ ini muncul. Berdasarkan artikel milik Jones dan Smith (2002:93)
istilah ini pertama kali muncul dari seorang filosofis politik Michael Oakeshott yaitu
‘imitation state’. Istilah ini ditujukan untuk mendeskripsikan negara-negara pasca koloni
yang mana pembangunan nasionalnya masih belum lengkap atau memadai sehingga mereka
harus berusaha untuk membangun sendiri negara mereka. menurut Koudrie dalam Jones dan
7
Trade Sustainability Impact Assessment of the FTA to be negotiated between the EU and ASEAN 2009 dalam www.ecorys.com.
Smith (2002:93) yang menyebabkan munculnya imitation state ini adalah ‘feeling of
insecurity’
Dalam kasus ASEAN ini, dimana ASEAN dengan berbagai perangkat kerangka kerja
manajerial, aturan, dan beberapa asosiasi yang telah dibentuk, namun pada kenyataannya
ASEAN hanya mampu menjalankan fungsinya sebagaimana pernyataan Jones dan Smith
(2003:103) berikut, “to manage regional problem rather than solved them” dan juga
sebgaimana yang dinyatakan oleh Leifer mengatakan bahwa “ASEAN bukan lembaga
penyelesaian masalah yang bersifat formal, sebab ASEAN lebih berusaha untuk menciptakan
lingkungan regional yang mana konflik tersebut tidak muncul” (Acharya, 2005:101). Dengan
kata lain ASEAN berusaha menciptakan atmosfer politik daripada mengembangkan
pendekatan legalis untuk menyelesaikan konflik. Inilah yang menjadi alasan dasar mengapa
Komunitas ASEAN disebut sebagai imitasi belaka. Penulis menekankan sekali lagi bahwa
komunitas ASEAN seperti khalayan atau utopis sebab dengan segala fasilitas yang telah ada
pun mereka tidak pernah menggunakan secara maksimal. Apalagi berusaha mewujudkan
identitas bersama denganshare value and language dalam suatu kawasan yang masih penuh
curiga satu sama lain dan beragam identitas yang ada akan menjadi suatu tantangan besar
bagi rencana terintegrasinya ASEAN dalam Komunitas ASEAN 2015.
Singkatnya analisa pakar HI mengenai rencana pembentukan Komunitas ASEAN,
disini penulis hanya membahas mengenai tiga perspektif yaitu konstruktivis, neoliberal, dan
neorealis berdasarkan sintesis dari ketiga artikel milik Acharya (1998), Jones dan Smith
(2002), serta Adler dan Barnet (1998). Persamaan dari ketiga pandangan tersebut yaitu
sebagaimana yang kita ketahui ialah identitas bersama, namun perbedaan yang menonjol
adalah sebagai berikut. Jika dari sudut pandang neoliberal atau liberal apabila anggota
ASEAN ini sudah menerapkan praktek dan alam demokrasi liberal secara keseluruhan yang
mewujudkan suatu integrasi sosial dalam sebuah lembaga supranasional dan pemerintahan
regional maka akan memudahkan terintegrasinya suatu kawasan. Sedangkan menurut
perspektif neorealis, rencana pembentukan suatu komunitas yang stabil ialah menekankan
adanya perimbangan kekuatan, seperti pembentukan ARF. Hal ini sesuai dengan pendapat
Laifer dalam Acharya (1998:96) bahwa “balance of power as the key factor shaping order
and stability in Asia”. Sedangkan menurut pandangan konstruktivis lebih menekankan pada
pembentukan identitas politik regional, norma, daninstitution building
Bila dibandingkan antara Komunitas ASEAN dan Uni Eropa (MEE) sangatlah jauh
dan besar perbedaannya. Bila dilihat dari segi budaya, anggota Uni Eropa walaupun ada
perbedaan identitas dan budaya lokal namun mereka masih didominasi oleh satu budaya
mayoritas yaitu budaya khas negara eropa. Namun dalam Asia Tenggara walaupun serumpun
melayu namun didalamnya terdapat beragam suku,etnis, dan kelompok-kelompok lain yang
mana tidak semuanya mengadopsi prinsip demokrasi. Yang mana menurut pandangan liberal
diatas akan sulit terbentuk suatu Komunitas ASEAN.8 Kemudian jika dilihat dari kekuatan
hukum dan kesadaran yang mengikat mereka bersama, bila dalam Uni Eropa dangat kuat
sedangkan ASEAN masih belum cukup kuat sebab masih adanya rasa kurang kepercayaan
dengan negara anggota yang menyebabkan mereka bergantung pada pihak luar serta
ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik. Selanjunya penulis
menambahkan prospek mengenai Komunitas Keamanan ASEAN pun sebagaimana yang
telah penulis jelakan diatas bahwa anggota ASEAN menghadapi tantangan besar selain
hanya untuk membentuk identitas bersama, ada beberapa faktor lain sebagaimana mengutip
tulisan Baiq Wardhani (2011:2-3) antara lain sebagai berikut. Pertama, ASEAN masih
menjadi lembaga yang elitis belum terorientasi pada individu. Kedua, anggota ASEAN masih
menempatkan kepentingan nasional dan prinsip kedaulatan diatas kepentingan bersama,
sehingga isu kedaulatan menjadi isu sensitif. Ketiga, kesenjangan ekonomi yang besar antara
negara intra-ASEAN seringkali menimbulkan ketidakpercayaan antara masing-masing
anggota dan hanya ada beberapa pihak yang diuntungkan dari Komunitas ASEAN ini.
Keempat, mayoritas kebijakan ASEAN hanya sebatas retorika belaka tanpa implementasi.
Kelima, tantangan isu keamanan yang tiada henti baik dari luar maupun dari dalam.9
Sehingga apabila disimpulkan berdasarkan uraian indikator teoritis dari beberapa
ilmuwan sosial diatas penulis setuju bahwa Komunitas ASEAN akan mengarah pada
Komunitas Keamanan ASEAN. Dan akan disebut sebagai komunitas imitasi apabila nantinya
komunitas ASEAN ini masih hanya mampu mengatur konflik bukan mnyelesaikan konflik
internal ASEAN. Dan sebagaimana yang telah penulis paparkan diatas bahwa Komunitas
ASEAN terkesan utopis apabila melihat besarnya tantangan yang harus dihadapi oleh para
pemimpin ASEAN untuk mewujudkan ASEANCommunity. Penulis menekankan sekali lagi
8
9
Ibid.
Louis Cantori dan Steven Spiegel dalam Miryanti, Renny. 2011. “Peluang dan Tantangan dalam Membangun Masyarakat ASEAN 2015 :
Menengok ASEAN dan Uni Eropa”. INSIGNIA. Oktober : 5
apabila tidak ada kesenjangan ekonomi, stabilitas politik, dan mulai muncul identitas
bersama diatas identitas lokal maka impian akan Komunitas ASEAN akan terwujud
sebagaimana yang telah direncanakan. Bila dilihat dari rencana pembentukan Komunitas
ASEAN pada tahun 2015 nanti, sampai saat ini pun belum terlihat adanya perubahan,
progress ataupun pembentukan identitas bersama dan selisih waktu yang tinggal kurang-lebih
2,5 tahun ini tidaklah panjang.
B. Tinjauan Yuridis
 ASEAN
Association of Southeast Asia Nations atau yang lebih sering dipanggil ASEAN
merupakan sebuah organisasi yang diawali oleh organisasi yang bernamaAssociation of
Southeast Asia (ASA), sebuah aliansi yang dibentuk pada tahun 1961 yang beranggotakan
Fillipina, Malaysia, dan Thailand. ASEAN didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967, saat
menteri luar negeri dari lima negara yaitu Indonesia, Malaysia, Fillipina, Singapura, dan
Thailand bertemu di gedung Departemen Luar Negeri di Bangkok dan menandatangani
deklarasi ASEAN yang lebih dikenal dengan sebutan Deklarasi Bangkok. Kelima menteri
luar negeri dari lima negara tersebut yaitu Adam Malik (Indonesia), Narciso Ramos
(Fillipina), Abdul Razak (Malaysia), S. Rajaratnam (Singapura), dan Thanat Khoman
(Thailand) dinobatkan sebagai “The Organization’s Founding Fathers” yang berarti “Bapak
Pendiri Organisasi” Disamping itu ada Forum Regional ASEAN (FRA) sejak rahun 1994,
yaitu forum dialog tentang isu-isu keamanan di wilayah Asia Pasifik. Terdiri 23 negara yaitu
10 negara ASEAN, Papua Nugini sebagai Peninjau dan 12 negara patner yaitu Kanada,
Asustralia, India, Jepang, Selandia Baru Korea Selatan, Korea Utara, Federasi Rusia, RRC,
Amerika Serikat, Mongolia dan Uni Eropa.
Menurut KTT ASEAN di BALI 1976 strukturnya :
1.
ASEAN Summit, yaitu pertemuan para kepala pemerintahan se ASEAN. Konferensi
Tingkat Tinggi ini merupakan lembaga pembuat keputusan tertinggi dalam ASEAN.
Didahului dengan pertemuan para menteri ekonomi dan menteri luar negeri ASEAN
2.
ASEAN Miniterial Meeting (AMM), yaitu siding para menteri luar negeri ASEAN
yang merumuskan garis kebijakan dan koordinasi kegiatan ASEAN
3.
ASEAN Economic Ministers (AEM) adalah siding para menteri ekonomi untuk
meneruskan kebijakan yang telah dirumuskan. Sidang ini 2 kali setahun
4.
ASEAN Finance Meeting (AFMM) adalah siding para menteri keuangan ASEAN
merumuska kebijakan ASEAN di bidang keuangan.
5.
Other ASEAN Ministerial Meeting (OAMM) yaitu siding para menteri non ekonomi
merumuskan kebojakan selain ekonomi seperti pendidikan, keshatan penerangan,
sosbud, teknologi, ilmu pengetahuan, perburuhan.
6.
ASEAN Standing Committee (ASC) komisi tetap ASEAN dipimpin oleh menteri luar
negeri dari Negara yang mendapat giliran manjadi Ketua yaitu tuan rumah dari siding
tahunan para menteri luar negeri ASEAN.
7.
ASEAN Secretariat yaitu sekretaris ASEAN yang berfungsi untuk memprakarsai,
member nasehat dan pertimbangan dan mengkoordinasikan dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan ASEAN.10
Latar belakang dibentuknya sekretariat ASEAN adalah kebutuhan akan suatu
sekretariat tetap ASEAN yang akan mengkoordinasi segala kegiatan ASEAN. Hal ini mulai
dirasakan setelah ASEAN berusia genap enam tahun, yakni ketika para Menteri Luar Negeri
ASEAN bertemu di Pattaya, Thailand pada bulan April 1973. Untuk mewujudkan gagasan
tersebut, dibentuklah suatu Panitia Khusus yang terdiri dari para Sekjen ASEAN dari kelima
negara ASEAN guna membicarakan dan merumuskannnya.
Pada sidang ke VII para Menlu ASEAN di Kuala Lumpur tahun 1975, rumusan
struktur Sekretariat ASEAN yang telah diubah dan disederhanakan disetujui oleh sidang
dengan membubuhkan paraf di atas rumusan konsep tersebut.
Rumusan konsep tersebut kemudian dibawa ke Bali untuk secara resmi ditandatangani
para Menlu negara-negara ASEAN dengan disaksikan para kepala pemerintahan ASEAN
yang sedang mengadakan KTT Pertama ASEAN di Bali 1976.
Dokumen persetujuan ini kemudian dikenal dengan sebutan Agreement on the
Establishment of the ASEAN Secretariate yang antara lain menyatakan bahwa tempat
kedudukan Sekretariat ASEAN berada di Jakarta, ibukota negara Indonesia.
 MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa / European Economic Community) atau Uni
Eropa (European Union)
Sejak berakhirnya Perang Dunia II,11 Eropa mengalami kemiskinan dan perpecahan.
Usaha untuk mempersatukan Eropa sudah dilakukan. Namun, keberhasilannya bergantung
10
Suryokusumo, S. 1990. Hukum Organisasi Internasional. Jakarta: UI-Press
pada dua negara besar, yaitu Prancis dan Jerman Barat. Pada tahun 1950 Menteri Luar Negeri
Prancis, Maurice Schuman berkeinginan menyatukan produksi baja dan batu bara Prancis dan
Jerman dalam wadah kerja sama yang terbuka untuk negara-negara Eropa lainnya, sekaligus
mengurangi
kemungkinan
terjadinya
perang.
Keinginan
itu
terwujud
dengan
ditandatanganinya perjanjian pendirian Pasaran Bersama Batu Bara dan Baja Eropa atau
European Coal and Steel Community (ECSC) oleh enam negara, yaitu Prancis, Jerman Barat
(Republik Federal Jerman-RFJ), Belanda, Belgia, Luksemburg, dan Italia. Keenam negara
tersebut selanjutnya disebut The Six State. Keberhasilan ECSC mendorong negara-negara
The Six State membentuk pasar bersama yang mencakup sektor ekonomi. Hasil pertemuan di
Messina, pada tanggal 1 Juni 1955 menunjuk Paul Henry Spaak (Menlu Belgia) sebagai ketua
komite yang harus menyusun laporan tentang kemungkinan kerja sama ke semua bidang
ekonomi. Laporan Komite Spaak berisi dua rancangan yang lebih mengintegrasikan Eropa,
yaitu:
a) membentuk European Economic Community (EEC) atau Masyarakat Ekonomi Eropa
(MEE);
b) membentuk European Atomic Energy Community (Euratom) atau Badan Tenaga Atom
Eropa.\
Rancangan Spaak itu disetujui pada tanggal 25 Maret 1957 di Roma dan kedua
perjanjian itu mulai berlaku tanggal 1 Januari 1958. Dengan demikian, terdapat tiga
organisasi di Eropa, yaitu ECSC, EEC (MEE), dan Euratom (EAEC).
12
Pada konferensi di
Brussel tanggal 22 Januari 1972, Inggris, Irlandia, dan Denmark bergabung dalam MEE.
Pada tahun 1981 Yunani masuk menjadi anggota MEE yang kemudian disusul Spanyol dan
Portugal.
Dengan
demikian
keanggotaan
MEE
sebanyak
12
negara.
MEE merupakan organisasi yang terpenting dari ketiga organisasi tersebut. Bukan saja
karena meliputi sektor ekonomi, melainkan juga karena pelaksanaannya memerlukan
pengaturan bersama yang meliputi industri, keuangan, dan perekonomian
Melalui perjanjian Maastrich, ke–12 negara anggota Masyarakat Eropa dipersatukan
dalam mekanisme Kesatuan Eropa, dengan pelaksanaan secara bertahap. The Treaty on
European Union mulai dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 1993, setelah diratifikasi oleh
11
Fajar (2012). Sejarah Terbentuknya Uni Eropa. Available from : http://nederindo.com/sejarah-terbentuknya-uni-eropa.html [Accessed at
November 06th 2012].
12
Disarikan dari pidato Margot Wallström, Wakil Presiden Komisi Uni Eropa di Brussel 7 Oktober 2008
[4] http://europa.eu/pol/ext/index_en.htm diakses 17 Juni 2012
semua parlemen anggota masyarakat Eropa. Mulai tahun 1999, Masyarakat Eropa hanya
mengenal satu mata uang yang disebut European Currency Unit (ECU) atau (European
Union – EU). Beberapa bentuk perjanjian yang pernah dilakukan MEE harus mengalami
beberapa kali amandemen. Hal itu berkaitan dengan bertambahnya anggota. Kenggotaan Uni
Eropa terbuka bagi semua negara dengan syarat:
a) Negara tersebut berada di kawasan Benua Eropa;
b) Negara tersebut harus menerapkan prinsip-prinsip demokrasi, penegakan hukum,
menghormati hak asasi manusia (HAM), dan bersedia menjalankan segala peraturan
perundang-undangan Eropa.
Pada tahun 2004 keanggotaan Uni Eropa berjumlah dua puluh lima negara. Sepuluh
negara yang menjadi anggota baru Uni Eropa sebelumnya berada di wilayah Eropa Timur.
Negara anggota Uni Eropa yang baru itu adalah Republik Ceko, Estonia, Hongaria, Latvia,
Lithuania, Malta, Polandia, Siprus, Republik Slovakia, dan Slovenia. Pada tahun 2007,
Bulgaria dan Rumania juga diharapkan bergabung dengan Uni Eropa. Sementara itu,
permintaan Turki untuk menjadi anggota Uni Eropa masih ditangguhkan. Hal itu disebabkan
Turki belum melaksanakan perubahan (reformasi) politik dan ekonomi di dalam negerinya
C. ANALISA
Uni Eropa, sejak terbentuknya, telah jelas memilih haluan yaitu kerjasama ekonomi.
Didasarka pada ketidakmampuan satu negara memenuhi segala kebutuhannya sendiri dan dan
menjawab tantangan global secara lebih komprehensif, regionalisme menjadi jawaban.
Dalam konteks ASEAN, kerjasama perekonomian bukanlah basic integrasi kawasan,
sehingga dalam menjajaki tantangan globalisasi dan integrasi ekonomi dunia, kebijakankebijakan ASEAN belum menunjukkan semua potensi yang dimilikinya. Seperti telah
dijelaskan diatas, ASEAN masih menjadi penyuplai barang mentah (low value added
product) dan pasar bagi barang-barang jadi (high value added product) dari negara-negara
industrial.
Hubungan kerjasama yang “enhanced partnership” diharapkan dapat semakin
menggerakkan perekonomian ASEAN agar dapat menjadi kawasan perekonomian yang
bukan hanya menjanjikan bagi investor tetapi juga membawa kesejahteraan yang lebih baik
pagi masyarakat ASEAN dan pasar dalam negeri.
Secara kesimpulan dapat ditarik bahwa ASEAN tidak dapat menjadi suatu organisasi
yang dapat menopang semua anggotanya dan beranjak dari posisi seperti sekarang yang akan
ditransformasikannya ke bentuk supranasional layaknya seperti yang dilakukan oleh Uni
Eropa. Banyak yang harus dilakukan oleh ASEAN jika ingin mentransformasikan menjadi
suatu model yang inginkan tersebut, perubahan tersebut harus rombak dari dalam organisasi
itu sendiri dan lanjut ke hierarki kekuasaan yang lebih besar. Tidak perlu dilakukan
perombakan dimasing-masing negara yang justru akan menciptakan konflik yang lebih luas
karena masyarakat Asia Tenggara berbeda dari segala macam aspek dengan yang
masyarakat di Uni Eropa.13
13
Ade Maman Suherman, 2003, Organisasi Internasional & Integrasi Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan globalisasi,
Purwokerto, hal. 61-62.
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Komunitas ASEAN dan Uni Eropa (MEE) sangatlah jauh dan besar perbedaannya. Bila
dilihat dari segi budaya, anggota Uni Eropa walaupun ada perbedaan identitas dan budaya
lokal namun mereka masih didominasi oleh satu budaya mayoritas yaitu budaya khas negara
eropa. Namun dalam Asia Tenggara walaupun serumpun melayu namun didalamnya terdapat
beragam suku,etnis, dan kelompok-kelompok lain yang mana tidak semuanya mengadopsi
prinsip demokrasi. Yang mana menurut pandangan liberal diatas akan sulit terbentuk suatu
Komunitas ASEAN. Kemudian jika dilihat dari kekuatan hukum dan kesadaran yang
mengikat mereka bersama, bila dalam Uni Eropa dangat kuat sedangkan ASEAN masih
belum cukup kuat sebab masih adanya rasa kurang kepercayaan dengan negara anggota yang
menyebabkan mereka bergantung pada pihak luar serta ketidakmerataan pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas politik. Selanjunya penulis menambahkan prospek mengenai
Komunitas Keamanan ASEAN pun sebagaimana yang telah penulis jelakan diatas bahwa
anggota ASEAN menghadapi tantangan besar selain hanya untuk membentuk identitas
bersama, ada beberapa faktor lain sebagaimana mengutip tulisan Baiq Wardhani (2011:2-3)
antara lain sebagai berikut. Pertama, ASEAN masih menjadi lembaga yang elitis belum
terorientasi pada individu. Kedua, anggota ASEAN masih menempatkan kepentingan
nasional dan prinsip kedaulatan diatas kepentingan bersama, sehingga isu kedaulatan menjadi
isu sensitif. Ketiga, kesenjangan ekonomi yang besar antara negara intra-ASEAN seringkali
menimbulkan ketidakpercayaan antara masing-masing anggota dan hanya ada beberapa
pihak yang diuntungkan dari Komunitas ASEAN ini. Keempat, mayoritas kebijakan ASEAN
hanya sebatas retorika belaka tanpa implementasi. Kelima, tantangan isu keamanan yang
tiada henti baik dari luar maupun dari dalam.14
B. Persamaan dan Perbedaan ASEAN dengan MEE
Persamaan antara ASEAN and UE tentunya berkaitan dengan regionalitas keduanya.
Tidak diragukan bahwa Uni Eropa merupakan prototype integrasi kawasan yang berhasil dan
memberi kontribusi besar terhadap perekonomian dunia dan menjadi contoh regional yang
14
Perwita dan Yani (2005). Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: Rosda. Hal. 95-97.
berhasil, meski saat ini masih menghadapi utang internasional yang tinggi dan masalah
Yunani yang disebut-sebut sebagai failed country.15
ASEAN, ditengah krisis 2007-2008, dianggap sangat baik menghadapi krisis dan
menjadi regional yang menjanjikan bagi investasi dan kerjasama antar regional dan dengan
mitra dialog. Dengan munculnya istilah The Asian Miracle semakin membuat ASEAN
menarik dimata negaga-negara dunia. Dengan 580 juta penduduk dan GDP lebih dari 1,1
triliun $US, tidak diragukan lagi, ASEAN adalah pasar yang sangat prospektif.
Perbedaan antara ASEAN dan Uni Eropa antara lain:
1.
Dasar pembentukan. Seperti telah dijelaskan diatas, Uni Eropa terbentuk atas dasar
kerjasama ekonomi antar negara-negara anggotanya dengan namaEuropean Economic
Community selanjutnya melebarkan sayap ke politik, kebijakan luar negeri, dan lain-lain.
Sementara ASEAN sejak awal didirikan dengan dasar pertahanan politik guna
menghindari terpaan komunisme yang sedang meluas pasca Perang Dunia II.
2.
Kesenjangan antar anggota. Negara-negara Eropa yang tergabung dalam Uni Eropa
secara umum memiliki tingkat perekonomian, kesejahteraan, dan pendapatan per kapita
yang tidak jauh berbeda. Sementara bagi mayoritas negara berkembang di ASEAN,
secara perekonomian terdapat ketimpangan antara beberapa negara. Singapura dan
Brunei Darussalam contohnya, memiliki pendapatan per kapita yang sangat tinggi,
diikuti dengan kesejahteraan rakyatnya yang baik, sementara untuk beberapa negara lain
masih jauh dibawahnya.16
3.
Kebijakan. Meski digadang-gadang akan menjadi kekuatan ekonomi Asia, masalah
kesenjangan membuat negara-negara ASEAN tidak sepenuhnya menjawab tantangan
integrasi ekonomi, ASEAN tidak “all out” dalam hal kebijakan pasar kawasan.
Sementara UE tidak menganggap hal tersebut masalah besar mengingat tidak adanya
kesenjangan ekonomi antar negara anggota.
4.
Luas pasar dan sifat komplementaritas. Pasar Eropa sangat besar sehingga anggotanya
menggantungkan sekitar 70% perdagangannya pada ekspor-impor dalam kawasan.
Sementara negara-negara ASEAN hanya menggantungkan 20% total perdagangannya
dikarenakan masih lebih banyak melakukan kerjasama perdagangan secara individu
dengan negara luar kawasan dikarenakan nilai perbandingan yang lebih rendah.
15
Louis Cantori dan Steven Spiegel dalam Miryanti, Renny. 2011. “Peluang dan Tantangan dalam Membangun Masyarakat ASEAN 2015 :
Menengok ASEAN dan Uni Eropa”. INSIGNIA. Oktober : 5
16
Winantyo, R dkk. 2008. Masyarakat Ekonomi Asean 2015. Jakarta. Elex Media Komputindo-Kompas Gramedia.
5.
Dukungan. UE...mendapat dukungan yang sangat besar, tidak hanya dari pemerintah
masing-masing negara Eropa yang merupakan negara maju, tetapi juga dari pelaku bisnis
dan masyarakat Eropa itu sendiri17. Sementara masyarakat ASEAN sendiri lebih sering
tidak mengetahui perjanjian apa saja yang telah dilakukan dan implementasinya terhadap
usaha mereka. Kurangnya edukasi dan sosialisasi menyebabkan rakyat yang menjadi
korban. Contohnya saat FTA dijalankan, pasar dipenuhi barang-barang impor dengan
kualitas lebih baik dan harga jauh lebih murah. Masyarakat dengan usaha kecil
menengah banyak yang rugi dan akhirnya gulung tikar.
6.
Masalah dalam negeri. Mengingat negara-negara Eropa yang sekian lama terintegrasi
dan membangun perekonomian dan politik dengan satu acuan yaituEuropean Foreign
Policy membuat kawasan ini telah mantab dan matang secara politik di dalam negeri.
Sementara negara-negara ASEAN, selain ditekan dengan arus globalisasi, pun masih
berurusan dengan proses demokratisasi, isu terorisme, kudeta dalam negeri, bencana
alam, kemiskinan, sengketa antar agama dan kelompok, perselisihan batas wilayah,
hingga kesenjangan ekonomi dalam negeri antara warga miskin dan kaya. Belum lagi
isu-isu korupsi yang tidak habis-habisnya.
7.
Daya saing. Kemapanan secara ekonomi tentunya diikuti dengan tingkat pendidikan
dan keahlian yang semakin tinggi, demikianlah yang terjadi di Uni Eropa.18 Warga
negara-negara anggota mayoritas memiliki keahlian yang mumpuni di berbagai bidang
industrial dan jasa. Sementara ASEAN, sebagai contoh Indonesia, dengan kemapanan
yang masih belum setinggi tetangga dekat Singapura dan Brunie, dan berbasis agraris
serta nominal pendidikan yang melonjak tinggi menyebabkan kurangnya tenaga ahli
yang benar-benar didayagunakan dalam menggerakkan dan menguatkan perekonomian
domestik.
8.
Benarlah pendangan Margot Wallström bahwa rekanan ASEAN banyak yang
mencapai pertumbuhan ekonomi menakjubkan. Dalam perspektif Dependensia, ASEAN
merupakan pasar yang besar bagi barang jadi atau high value added product dari negaranegara industri, dan sebagai penghasil barang mentah ataulow value added product.
Sementara UE dengan industri yang mumpuni mampu mengolah sendiri low value added
product-nya menjadi high value added product untuk dijual di pasar yang menjanjikan
17
Disarikan dari pidato Margot Wallström, Wakil Presiden Komisi Uni Eropa di Brussel 7 Oktober 2008
[4] http://europa.eu/pol/ext/index_en.htm diakses 17 Juni 2012
18
Biola, Donatella M. 2000. European Foreign Policy and the European Parliament in the 1990s. Britain. Anthony Rowe Ltd.
seperti Asia. Selain itu konsumsi warga Eropa sendiri telah beralih pada barang
konsumsi tahan lama19.
Sekian banyak perbandingan tadi tidak dimaksudkan untuk mengucilkan ASEAN,
tetapi sebagai bahan komparasi sejauh mana ASEAN telah berkembang menuju integrasi
kawasan yang sukses seperti Uni Eropa. Remediasi mestinya menjadi salah satu langkah pasti
yang dilakukan negara-negara anggota ASEAN untuk meninggatkan kapabilitasnya di level
global dan memberikan nilai tawar di dalam hubungan internasional.20
Prospek free trade area di Eropa dan kerjasama Uni Eropa-ASEAN. Secara resmi,
UE dan ASEAN pertama kali mengadakan ikatan kerjasama pada 1977. Selanjutnya
kerjasama UE dan ASEAN diperkuat dengan penandatanganan perjanjian ASEAN-MEE
pada 1980. Hal ini dilakukan agar kerjasama interregional antara ASEAN dan UE semakin
berkembang.
Di samping itu, dibentuk juga Tsia EU-ASEAN Global Analysis Report: 6 Executive
Summary yang mencakup hubungan kerjasama dalam bidangn politik keamanan, ekonomi
perdagangan, sosial budaya, dan proses pembangunan.
Mengarah ke kawasan perdagangan bebas, ASEAN dan UE mengadakan dialog dan
kerjasama untuk meningkatkan hubungan UE dan ASEAN dengan nama Trans Regional EUASEAN Trade Initiative (TREATI) pada 2003. Peningkatan kerjasama ini mencakup tukar
pendapat dan pengembangan komitmen aturan kerjasama kawasan. TREATI merupakan
rintisan bagi kesepakatan perdagangan yang lebih baik di kemudian hari. Sebagai tindak
lanjut dari TREATI, dibentuklah Vision Group yang bertugas menilai kelayakan inisiatif
baru, termasuk Free Trade Area untuk meningkatkan ekonomi ASEAN-UE. Pada 23 Juni
2007 akhirnya Dewan Eropa memberi wewenang kepada Komisi Eropa untuk mulai
membicarakan prospek perdagangan bebas antara ASEAN dan UE.
Dalam perdagangan bebas antarkawasan ini, UE menganggap ASEAN merupakan
rekanan yang menjanjikan peningkatan positif, begitu pula sebaliknya. 12% pasar ekspor
ASEAN adalah UE dengan barang ekspor alat kantor, aksesoris pakaian, apparel, sepatu, dan
lain-lain. 10% impor ASEAN berasal dari UE. Sementara, 4% ekspor UE adalah pasar
19
Disarikan dari paper Agung Setyo Wibowo. “Dampak Pemberlakuan EU-ASEAN Free Trade Aarea terhadap Pembangunan Ekonomi Uni
Eropa dan Asean (2007-2009)”.http://agungsetiyowibowo.blogspot.com/2011/06/ diakses 18 Juni 2012
20 Miryanti, Reni. 2011. “Peluang dan Tantangan dalam Membangun Masyarakat ASEAN 2015 : Menengok ASEAN dan Uni Eropa”.
INSIGNIA. Oktober : 8
ASEAN dengan barang ekspor berupa perangkat listrik, alat komunikasi, dan transportasi
(kecuali transportasi darat).
Terindikasi ekspor ASEAN ke UE lebih besar daripada impor yang dilakukan.
Menurut Agung Setyo Wibowo, dampak free trade area antara UE dan ASEAN sama-sama
memberikan implikasi positif pada keduanya, hanya dapat dikatakan ASEAN memperoleh
keuntungan yang lebih besar dari kerjasama perdagangan ini antara lain: peningkatan GDP,
pendapatan, perdagangan, dan lapangan pekerjaan. Sementara UE memperoleh keuntungan
juga meski tidak sebesar ASEAN[6].
Aliran modal yang besar juga menjadi motor penggerak yang sangat vital. Thailand
sebagai negara yang memperoleh Foreign Direct Investment (FDI). Sebesar 63% penggerak
perekonomiannya berasal dari FDI-UE, sementara Vietnam mengalami perkembangan paling
pesat diantara negara-negara ASEAN dengan perkiraan PDB jangka panjang sebesar 15%.
Beberapa langkah yang diambil dalam kebijakan free trade ASEAN-UE adalah
pengurangan tarif; liberalisasi jasa; penghilangan hambatan non tarif. Aspek kunci free trade
area ASEAN-UE adalah sejauh mana liberalisasi dan reformasi sektor keuangan yang
menyertainya, memungkinkan dan mendukung investasi UE lebih besar di pasar keuangan
dan asuransi ASEAN.
C. Tujuan Pembentukan Organisasi Internasional
Pada dasarnya tujuan setiap organisasi internasional pasti telah dibuat sejak awal
berdirinya namun bukan berarti tidak memungkinkan adanya tambahan tujuan melalui
program kerja atau dengan kata lain berbagai manuver sangat mungkin untuk terjadi.
Clive Archer mengatakan, tujuan dari organisasi internasional bisa sangat umum dan luas
bisa pula lebih spesifik dan tertentu, begitu pula dengan aktivitasnya yang pasti berkenaan
dengan tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketika kita menganalisa tentang
tujuan dari organisasi intenasional, kita juga harus mempertimbang hubungan seperti apa
mungkin terjadi di antara anggota. Ada tiga kemungkinan terhada hal ini:
a. Menciptakan suatu bentuk hubungan yang co-operative antar anggota, bisa melalui
berbagai aspek seperti perdagangan dan sosial.
b. Meminimalisir atau mencegah kemungkinan terjadinya conflict dengan kerjasama
sehingga akan menimbulkan rasa saling menghormati kepentingan nasional masingmasing negara.
c. Merangsang timbulnya confrontation karena ternyata pada akhirnya organisasi
tersebut merangsang terjadinya konflik.
Dibentuknya Organisasi Internasional memiliki tujuan sesuai dengan karakteristik dan
klasifikasi yang telah kita teliti sebelumnya. Ada organisasi internasional yang didirikan
dengan tujuan umum dan diterima seluruh masyarakat internasional, dan ada organisasi
internasional yang didirikan untuk tujuan yang khusus dan berlaku bagi anggotanya dan
beberapa kelompok masyarakat internasional saja. Secara umum, tujuan dibentuknya
organisasi internasional pada dasarnya adalah untuk kepentingan bersama seluruh masyarakat
internasional yang menginginkan terciptanya suasana harmonis. Sedangkan secara khusus,
organisasi internasional dibentuk untuk kepentingan para pendirinya, yang memiliki efek
tertentu bagi beberapa kelompok masyarakat internasional yang menganggap perlu terlibat
dalam berbagai keputusan yang diambil organisasi internasional tersebut.21
D. Klasifikasi Organisasi Internasional
Klasifikasi Organisasi Internasional, bisa juga disamakan dengan penggolangan
ataupun pengelompokan. klasifikasi tersebut dibuat berdasarkan jenis, bentuk serta sifat
organisasi internasional tersebut. Berikut beberapa pendapat dari para pakar hukum
internasional tentang klasifikasi organisasi internasional :
 Schemers, beliau memberikan klasifikasi OI sebagai berikut :
a. Organisasi Internasional Publik ; sebuah organisasi yang didirikan berdasrkan
perjanjian antar negara, dengan syarat bahwa organisasi tersebut harus didirikan
berdasarkan PI, harus memiliki organ dan didirikan berdasrkan HI.
b. Organisasi Privat Internasional ; Organisasi ini didirikan berdasrkan hukum
internasional privat yang dalam hal inisudah masuk dalam yurisdiksi hukum nasional
yang membidangi masalah privat dan tunduk pada hukum nasional suatu negara.
c. Organisasi yang Berkarakter Universal ; Organisasi ini berkarakteristik univesalitas
(global), ultimate necessity (secara pesat organisasi ini menjadi kebutuhan yang harus
dipenuhi dalam level internasional) dan heterogenity ( dibangun atas dasar perbedaan
pandangan politik, budaya serta perbedaan tahap kemajuan).
d. Organisasi Internasional Tertutup ; bahwa persekutuan tidak akan menerima
keanggotaan selain dari groupnya atau komunitasnya secara terbatas.
21
Aryuni Yuliantiningsih,2012, Bahan Kuliah Hukum Organisasi Internasional, ;Purwokerto hal. 12-14.
e. Organisasi Antar Pemerintah ; Schemers membatasi pada organisasi antar pemerintah
terbatas pada organ tertentu, yakni eksekutif).
f. Organisasi Supranasional ; merupakan organisasi kerjasama baik dalam bidang
legislasi, yudikasi dan eksekutif bahkan sampai pada level warga negara.
g. Organisasi Fungsional ; sering disebut dengan organisasi teknis yang memiliki
kekhususan dalam bidang fungsi spesifik dari suatu organisasi.
h. Organisasi Umum ; sering disebut dengan political organization.
 Leroy Bennet berpendapat,”Modern international organizations may be classified as
intergovernmental organizations (IGO’s) and non governmental organizations (NGO’s).”
Selain itu, beliau juga mengklasifikasikan OI antara privat dan publik, universal dan
regional, tujuan umum dan tujuan khusus.
 Bowett,beliau mengklasifikasikan OI berdasarkan :
a) Fungsi : organisasi politik, organisasi administrasi, organisasi-organisasi yang
mempunyai kompetensi luas dan organisasi – organisasi yang mempunyai kompetensi
terbatas;
b. Sifat : global dan regional;
b) Perjanjian : antar negara dan antar pemerintah dan non-pemerintah;
c) Kewenangan : mempunyai kewenangan supranasional dan tidak mempunyai
kewenagan supranasional.
 I Wayan Parthiana, beliau mengklasifikasikan dengan meninjau berbagai segi, yaitu :
a) Ditinjau dari ruang lingkup kegiatannya dibedakan menjadi OI Global/Umum dan OI
Khusus;
b) Ditinjau dari tujuannya dibedakan antara OI dengan tujuan umum dan OI dengan
tujuan khusus/ terbatas.
c) Ditinjau dari sudut keanggotaannya, dibedakan antara OI yang anggotanya terdiri dari
negara – negara atau pemerintah negara – negara (intergovernmental organizations)
dan OI yang anggotanya terdiri atas bukan negara – negara (non-governmental
organizations)
 Teuku May Rudy, beliau mengemukakan bahwa suatu OI dapat sekaligus menyandang
lebih dari satu macam penggolongan, bergantung kepada segi yang ditinjau dalam
menggolongkannya. Secara terperinci dapat ditinjau dari 8 hal, yaitu sebagai berikut :
a. Kegiatan administrasi : intergovernmental organizations (IGO’s) and non governmental
organizations (NGO’s).
b. Ruang lingkup (wilayah) kegiatan dan keanggotaan : OI Global dan Regional;
c. Bidang kegiatan (Operasional) organisasi, seperti bidang ekonomi, lingkungan hidup,
industri dan lain – lain;
d. Tujuan dan luas bidang kegiatan organisasi : OI Umum dan Khusus;
e. Ruang lingkup (wilayah) dan bidang kegiatan : global-umum, global-khusus, regionalumum dan regional-khusus;
f. Menurut taraf kewenangan (kekuasaan) : organisasi supransional dan organisasi kerja
sama;
g. Bentuk dan pola kerjasama : kerjasama pertahanan – keamanan (collective
security/institutionalized alliance) dan kerjasama fungsional (functional co-operation)\
h. Fungsi organisasi : organisasi politik (menyangkut masalah – masalah politik),
organisasi administratif (hanya melaksanakan kegiatan teknis secara administratif)
dan organisasi peradilan (menyangkut aspek penyelesaian sengketa).
Organisasi Internasional sebagai wadah bagi negara dalam berinterakasi dengan
negara-negara lainnya. Negara merupakan bagian dari masyarakat sosial yang mana pada
hakekatnya sebagai bagian dari masyarakat sosial, negara tidak dapat hidup sendiri
diperlukan adanya interaksi antar negara melalu Organisai Internasional.22
Terbentuknya Organisasi Internasional dengan didasari keinginan untuk bekerja sama
antar negara anggota Organisasi Internasional, keinginan untuk bekerja sama yang telah di
sepakati antar anggota Organisasi Internasional membentuk suatu komitmen untuk saling
bekerja sama, salah satunya kerja sama dalam menyelesaikan konflik-konflik yang ada di
22
Ibid.
dunia internasional, tidak hanya itu saja antar anggota Organisasi Internasional dapat saling
membantu dalam hal memberi bantuan apabila salah satu negara anggota Organisasi
Internasional terkena bencana alam. Maka dari itu terbentuknya Organisasi Internasional
menjadi komitmen bersama antar negara anggota Organisasi Internasional untuk saling
bekerja sama sesuai dengan kesepakatan terbentuknya Organisasi Internasional.
Liga Bangsa-Bangsa salah satu organisasi internasional yang memiliki cita-cita awal
pembentukan organisasi internasional guna menyelesaikan sengketa, akan tetapi negara
anggota Liga Bangsa-Bangsa malah memulai perang, tidak hanya kegagalan Liga BangsaBangsa dalam menyelesaikan sengketa tetapi Liga Bangsa-Bangsa berhasil yaitu dengan
membentuk Internastional Labaour Organization (ILO) dan Organisasi penangan pengungsi
pada tahun 1921.
Setelah Liga Bangsa-Bangsa dianggap gagal dalam cita-cita awal menyelesaikan
sengketa dan sejak pecahnya Perang Dunia II, maka dibentuklah PBB ( Perserikatan BangsaBangsa ), Organisasi Internasional yang masih ada sampai saat ini dengan tujuan:
Memelihara perdamaian dan keamanan dunia, Mengembangkan hubungan persahabatan
antarbangsa berdasarkan asas-asas persamaan derajat, hak menentukan nasib sendiri, dan
tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain, Mengembangkan kerjasama internasional
dalam memecahkan masalah-masalah ekonomi, sosial, budaya, dan kemanusiaan,
Menyelesaikan perselisihan dengan cara damai dan mencegah timbulnya peperangan.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Ade Maman Suherman, 2003, Organisasi Internasional & Integrasi Ekonomi Regional Dalam
Perspektif Hukum dan globalisasi, Purwokerto, hal. 61-62.
Aryuni Yuliantiningsih,2012, Bahan Kuliah Hukum Organisasi Internasional, ;Purwokerto.
Hal 5.
Aryuni Yuliantiningsih,2012, Bahan Kuliah Hukum Organisasi Internasional, ;Purwokerto
hal. 12-14.
Biola, Donatella M. 2000. European Foreign Policy and the European Parliament in the
1990s. Britain. Anthony Rowe Ltd.
Disarikan dari paper Agung Setyo Wibowo. “Dampak Pemberlakuan EU-ASEAN Free Trade
Aarea
terhadap
Pembangunan
Ekonomi
Uni
Eropa
dan
Asean
(2007-
2009)”.http://agungsetiyowibowo.blogspot.com/2011/06/ diakses 18 Juni 2012
Disarikan dari pidato Margot Wallström, Wakil Presiden Komisi Uni Eropa di Brussel 7
Oktober 2008 [4] http://europa.eu/pol/ext/index_en.htm diakses 17 Juni 2012
Dw, Boweet, Hukum Organisasi Internasional, 1995, hal 13-15
Elizabeth Wilmshurst, Defenition Of Aggression, United Nations Audiovisual Library of
International Law.hal.57
Fajar (2012). Sejarah Terbentuknya Uni Eropa. Available : http://nederindo.com/sejarahterbentuknya-uni-eropa.html [Accessed at November 06th 2012].
Ibid. hal 32
Louis Cantori dan Steven Spiegel dalam Miryanti, Renny. 2011. “Peluang dan Tantangan
dalam Membangun Masyarakat ASEAN 2015 : Menengok ASEAN dan Uni Eropa”.
INSIGNIA. Oktober : 5
Miryanti, Reni. 2011. “Peluang dan Tantangan dalam Membangun Masyarakat ASEAN 2015
: Menengok ASEAN dan Uni Eropa”. INSIGNIA. Oktober : 8
Perwita dan Yani (2005). Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: Rosda. Hal.
95-97.
Sumaryo
Suryokusumo, Hukum
Organisasi
Internsional,
1990,
hal
10.Organisasi
Internasional – WikipediaIndonesiahttp://meyhero.wordpress.com/2009/10/28/organisasiinternasional
Suriasumantri, 1998:265
Suryokusumo, S. 1990. Hukum Organisasi Internasional. Jakarta: UI-Press
Trade Sustainability Impact Assessment of the FTA to be negotiated between the EU and
ASEAN 2009 dalam www.ecorys.com.
Winantyo, R dkk. 2008. Masyarakat Ekonomi Asean 2015. Jakarta. Elex Media KomputindoKompas Gramedia.
INTERNET
http://europa.eu/pol/ext/index_en.htm diakses 17 Juni 2012
http://europa.eu/rapid/pressReleasesAction.do?reference=SPEECH/08/500&format=HTML&
aged=0&language=EN&guiLanguage=endiakses 17 Juni 2012
http://ec.europa.eu/trade/about/global-markets/ diakses 17 Juni 2012
http://europa.eu/rapid/pressReleasesAction.do?reference=SPEECH/11/569&format=HTML
&aged=0&language=EN&guiLanguage=endiakses 17 Juni 2012
http://europa.eu/rapid/pressReleasesAction.do?reference=IP/11/818&format=HTML&aged=
0&language=EN&guiLanguage=en diakses 17 Juni 2012
http://agungsetiyowibowo.blogspot.com/2011/06/dampak-pemberlakuan-eu-asean-freetrade.html?zx=f2c678246e832ccf diakses 18 Juni 2012
Download