BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP MEDIS 1. Pengertain Schizofrenia Schizofrenia merupakan penyakit atau gangguan jiwa kronis yang di alami oleh 1% penduduk. Gejala-gejala yang serius dan pola perjalanan penyakit yang kronis berakibat disabilitas pada penderita skizofrenia. (Keliat EGC : 2011). Schizofrenia adalah suatu gangguan jiwa berat yang di tandai dengan penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi,gangguan realitas (halusinasi atau waham), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berfikir abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan aktifitas sehari-hari. (Keliat EGC : 2011). Skizofrenia adalah sekelompok gangguan yang terjadi pada fungsi otak (Nancy.A , 2008, Revisi 2009). Skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi , dan perilaku sosialnya.(Melinda.H , 2008, Revisi 2009). Sesuai dengan konsep dasar medis. Schizofrenia paranoid yaitu adanya kecurigaan yang eksterm terhadap orang lain dengan halusinasi dan waham kejar atau kebesaran, halusinasi atau waham harus menonjol halusinasi atau suara yang mengancam atau meminta berupa bunyi peluit mendengung atau tawa. 11 2. Etiologi Adapun penyebab munculnya schizofrenia, yaitu : a. Keturunan(Genetik) Dapat dipastikan bahwa ada faktor keturunan yang juga menentukan timbulnya schizofrenia. Hal ini dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga penderita schizofrenia dan terutama anakanak satu telur. b. Endokrin Schizofrenia mungkin disebabkan oleh gangguan endokrin. Berhubung dengan sering timbulnya schizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperenium dan waktu klimakterium. c. Metabolisme Schizofrenia disebabkan oleh suatu gangguan metabolisme karena penderita dengan skizofrenia tampak pucat dan tidak sehat. Ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun. d. Susunan saraf pusat Ada yang mencari penyebab schizofrenia ke arah kelainan susunan saraf pusat yaitu pada diensefalon atau korteks otak. Terapi kelaian patologis yang ditemukan itu mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefark pada waktu membuat sediaan. 12 3. Pembagian Schizofrenia a. Schizofrenia Paranoid 1) Ciri-ciri utamanya adalah waham yang sistematis atau halusinasi pendengaran. 2) Individu ini dapat penuh curiga, argumentatif, kasar dan agresif 3) Perilaku kurang regresif, kerusakan sosial lebih sedikit dan prognosisnya lebih baik di banding jenis-jenis lain. b. Schizofrenia hebefrenik 1) Ciri-ciri utamanya adalah percakapan dan perilaku yang kacau, serta efek yang datar atau tepat, gangguan asosiasi juga banyak terjadi. 2) Individu juga banyak mempunyai sikap yang aneh menunjukkan perilaku yang menarik diri secara sosial yang ekstrim, mengabaikan higiene dan penampilan diri. 3) Awitan biasanya terjadi sebelum usia 25 tahun dan bersifat kronis. 4) Perilaku regresif dengan interaksi soaial dan kontak realitas yang buruk. c. Schizofrenia Katatonik 1) Ciri-ciri utamanya ditandai dengan gangguan psikomotor, yang melibatkan immobilisasi atau justru aktivitas yang berlebihan. 2) Stupor Katatonik, Individu dapat menunjukkan ketidakaktifan, negatifisme, dan kelenturan tubuh yang berlebihan ( Postur yang abnormal ). 13 3) Katatonik excitemen melibatkan agitasi yang ekstrim dan dapat disertai dengan ekolalia dan ekopraksia. d. Schizofrenia Yang tidak digolongkan Ciri-ciri uatamanya adalah gejala akut saat ini melainkan terjadi di masa lalu e. Schizofrenia Residu 1) Ciri-ciri utamanya adalah tidak adanya gejala akut saat ini melainkan terjadi dimasa lalu. 2) Dapat terjadi gejala-gejala negatif, seperti isolasi sosial yang nyata, menarik diri dan gangguan fungsi peran 4. Gejala-Gejala schizofrenia. Gejala-gejala skizofrenia adalah sebagai berikut: Menurut Budi Anna Keliat (ECG:2012) A. Gejala positif a. Waham: Keyakinan salah, tidak sesuai dengan kenyataan di pertahankan dan sampaikan berulang-ulang (waham kejar, waham curiga,waham kebesaran) b. Halusinasi: Gangguan penerimaan panca indera tanpa ada stimulus eksternal(Halusinasi pendengaran,penglihatan, pengecapan, penciuman , dan perabaan) c. Perubahan arus pikir : 1) Arus pikir terputus: dalam pembicaraan tiba-tiba tidak dapat melanjutkan isi pikir. 14 2) Inkoheren: pembicaraan tidak selaras dengan lawan bicara ( bicara kacau) 3) Neologisme: menggunakan kata-kata yang hanya di mengerti oleh diri sendiri tetapi tidak di mengerti oleh orang lain. d. Perubahan perilaku 1. Hiperaktif : perilaku motorik yang berlebihan 2. Agitasi: perilaku yang menunjukkan kegelisahan 3. Iritablitas: mudah tersinggung. B. Gejala negatif 1. Sikap masa bodoh 2. Pembicaraan terhenti tiba-tiba (blocking) 3. Menarik diri dari pergaulan sosial ( isolasi sosial) 4. Menurunya kinerja atau aktifitas sosial sehari-hari Fase skizofrenia terbagi atas 2: Fase aktif : fase mulai munculnya gejala sampai dengan sebelum 6 bulan ditandai dengan gejala positif negatif Fase kronik : Diagnose skizofrenia kronik ditandai dengan gejala akut sudah berlangsung 6 bulan atau lebih di sertai a. Tidak memperhatikan kebersihan diri b. Gangguan motorik atau pergerakkan. 5. Terapi a. Farmakoterapi. b. Terapi elektro-Konfulsi (TEK) 15 c. Terapi koma insulin d. Psikoterapi dan rehabilitasi. B. Konsep Dasar Medis tentang Halusinasi Untuk mengetahui tentang halusinasi maka perlu diketahui terlebih dahulu tentang pengertian persepsi. 1. Pengertian Persepsi Beberapa pengertian persepsi menurut para ahli: Persepsi ialah Suatu pengalaman yang berbentuk berupa datadata yang di dapat melalui penginderaan, hasil pengelolaan otak dan ingatan dari pengalaman yang lalu, jadi persepsi melibatkan kognitif dan emosional akan objek yang dirasakan. (Erlinafsiah, 2010). Gangguan persepsi adalah ketidakmampuan individu menerima hasil kerja panca indera berupa pengalaman dan hasil pengelolaan otak.( Erlinafsiah, 2010) Jadi, perubahan persepsi merupakan proses mental yang terjadi pada diri individu yang akan menunjukkan bagaimana kerja panca indera di sekitar kita. (Erlinafsiah, 2010) 2. Pengertian Halusinasi Perubahan persepsi sensori adalah suatu gejala gangguan jiwa dimana klien menngalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara,penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan. karena klien merasakan stimulus yang 16 sebetulnya tidak ada. Selain itu perubahan Halusinasi bisa juga di artikan sebagai persepsi sensori tentang suatu objek,gambaran,dan pikiran yang sering terjadi tampa adanya rangsangan dari luar. Meliputi semua system penginderaan.( cook dan Fontaine (1987) dikutip Oleh Nita Fitria (2009). Perubahan persepsi sensori adalah individu mengiterprestasikan stressor yang tidak ada stimulus dari lingkungan. (Depkes RI (2000), di kutip Oleh Nita fitria (2009). Gangguan persepsi sensori di tandai adanya halusinasi. Beberapa pengertian halusinasi di bawah ini merupakan ini di kemukakan oleh beberapa ahli: 1) Halusinasi merupakan persepsi yang sering terjadi pada semua system penginderaan dan hanya dirasakan oleh klien tetapi tidak dapat dibuktikan dengan nyata dengan kata lain objek tersebut tidak secara nyata.( Erlinafsiah, 2010) 2) Halisinasi adalah gangguan persepsi sensori yang dapat timbul pada klien skizofrenia, psikosa, pada sindroma otak organik, epilepsy, nerosa histerik, intoksikasi atau kecubung dan zat halusinogenik.(Trimeilia, 2011) 3) Halusinasi adalah dapat didefenisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang , dimana tidak terdapat stimulus. yang menyerang system panca indera. (Varcarolis, 2009) 17 4) Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan ransangan internal (pikiran) dan ransangan eksternal (dari luar). Klien memberikan persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa objek atau ransangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara. (Kusumawati F, 2010) 5) Halusinasi adalah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan dan perabaan. (Direja S. A. H, 2011) 6) Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tampa stimulus / rangsangan dari luar. (Direja S. A. H, 2011) 3. Macam-Macam Halusinasi Iyus yosep, (2010) menjelaskan bahwa halusinasi dapat dibagi menjadi lima macam, yaitu : 1) Halusinasi Pendengaran Klien mendengar suara berupa mendenging atau suara bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat yang bermakna, biasanya sesuara tersebut di tunjukan pada penderita sehingga tidak jarang penderita bertengkar dan berdebat dengan suara-suara tersebut. 18 2) Halusinasi Penglihatan Klien berada pada keadaan delirium(penyakit organik) biasanya sering muncul menimbulkan bersamaan rasa takut dengan akibat penurunan kesadaran, gambaran-gambaran yang mengerikan. 3) Halusinasi Penciuman Klien biasanya mencium berupa bau-bauan yang tertentu dan dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita Bau dilambangkan sebagai pengalaman yang di anggap sebagai kombinasi moral. 4) Halusinasi Perabaan Klien merasa seperti ada sesuatu yang meraba, disentuh, di tiup . atau seperti ada ulat yang bergerak-gerak di bawah kulit. Terutama pada keadaan Delirium toksis dan skizofrenia. 5) Halusinasi Pengecapan Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman, penderita merasa mengecap sesuatu. 4. Penyebab Halusinasi Faktor penyebab yang mungkin mengakibatkan perubahan persepsi sensori : halusinasi adalah aspek biologis, psikologis, dan sosial budaya (Erlinafsia, 2010) yaitu : 19 a. Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak susunan saraf pusat dapat menimbulkan gangguan halusinasi seperti hambatan perkembangan otak khususnya korteks prontal, temporal, dan limbik. Gejala yang mungkin terjadi adalah dalam belajar, daya ingat dan mungkin muncul perilaku menarik diri atau kekerasan b. Psikologis Keluarga, pengasuh, dan lingkungan sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi terjadinya halusinasi dimana terjadi konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) kemiskinan, kehidupan yang terisolasi disertai stress yang menumpuk. c. Sosial budaya Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: Kemisikinan,Konflik sosial , budaya (perang,kerusuhan,bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi. 5. Tanda dan Gejala Halusinasi a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri b. Mengatakan mendengar suara-suara, melihat, mengecap, menghirup dan merasakan sesuatu yang tidak nyata. c. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan 20 d. Tidak dapat membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak nyata e. Tidak memusatkan perhatian dan konsenntrasi f. Pembicaraan kacau dan tidak masuk akal g. Sikap curiga dan bermusuhan h. Menarik diri dan menghindar dari orang lain i. Sulit membuat keputusan, ketakutan j. Menolak makan k. Tidak dapat tidur 6. Tahap Halusinasi (Keliat, 2006). http://shantys4.blogspot.com/2012/06/pengertian-halusinasi.html a) Tahap pertama Memberikan rasa nyaman tingkat ansietas sedang.secara umum halusinasi merupakan suatu kesenangan dengan karakteristik sebagai berikut: Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan kekacauan, mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas serta pikiran dan pengalaman sensori masih dalam control kesadaran non psikotik. Perilaku klien: tersenyum, berbicara sendiri, mengenalkan diri tanpa suara, menggerakan mata yang cepat dan berkonsistensi. b) Tahap kedua Menyalahkan, tingkat kecemasan berat. Secara umum Halusinasi menyebabkan rasa antipasti denagan karakteristik sebagai berikut: 21 Pengalaman sensori pengalaman sensori menakutkan, tersebut, merasa mulai dilecehkan merasa oleh kehilangan control,menarik diri dari orang lain. Perilaku klien:terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah, perhatian dengan lingkungan berkurang, konsentrasi terhadap lngkungan sensorinya, kehilangan kemampuan membedakan halusiasi dengan realita. c) Tahap ketiga Mengontrol tingkat kecemasan berat. Pengalaman halusinasi tidak bisa ditolak dengan karakteristik sebagai berikut: Klien menyerah dan menerima pengalaman persesi sensori (halusinasi), isi halusinasi menjadi aktivitas, kesepian bila pengalaman sensori berakhir. Perilaku klien:perintah halusinasi ditaati sulit berhubungan dengan orang lain,perhatian terhadap lingkungan berkurang,tidak mampu mengikuti perintah dari perawat. d) Tahap Keempat Klien sudah dikuasai mencederai,agitasi halusinasi:Klien ketaatan,tidak lingkungan. 22 mampu panic,resiko tinggi meresponterhadap 7. Rentang Respon Neurobiologis Perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon neurobiologis dari yang adaptif ke maladaptif (Stuart, 2007) sebagai berikut : Respon Adaptif Respon Mal Adaptif Pikiran Logis Distorsi Fikiran Gangguan Fikir / delusi Persepsi Akurat Ilusi Halusinasi Emosi konsisten dengan pengalaman Reaksi emosi berlebihan/ kurang Sulit berespon Perilaku Sesuai Perilaku Aneh/ tidak biasa Perilaku disorganisasi Berhubungan Sosial Menarik Diri Isolasi Sosial Gambar 1 Rentang Respon Halusinasi (Stuart, 2007) Pikiran logis yaitu ide yang berjalan secara logis koheren a. Persepsi akurat yaitu proses diterimahnya rangsangan melalui panca indera yang didahului oleh perhatian (Attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada didalam maupun diluar dirinya. b. Emosi konsisten yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar disertai banyak koponen fisologik, dan biasanya berlangsung tidak lama. 23 c. perilaku sesuai yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalah masih dapat diterimah oleh norma-norma sosial dan budaya umum yang berlaku. d. Hubungan sosial harmonis yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar individu dan kelompok dalam bentuk kerja sama. e. Proses pikir kadang terganggu (ilusi) yaitu misi interprestasi dari persepsi impuls eksternal melalui alat panca indera yang memproduksi gambaran sensori pada area tertentu ditolak kemudian diinterprestasikan sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya. f. Emosi berlebihan atau kurang yaitu manifestasi perasaan atau afek keluar berlebihan atau kurang. g. Perilaku tidak sesuai/biasanya yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya umum berlaku. h. menarik diri yaitu percobaan untuk menghindar interaksi dengan orang lain, menghindar hubungan dengan orang lain. i. waham yaitu individu menginterprestasikan sesuatu yang tidak ada stimulus dari lingkungan. j. kerusakan proses emosi yaitu terjadinya kerusakan manifestasi perasaan k. Perilaku tidak terorganisir 24 l. Isolasi sosial yaitu sesuatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain mengatakan sikap yang negatif dan mengacam. 8. Penatalaksanaan Halusinasi Menurut Erlinafsiah (2010), penatalaksanaan halusinasi yaitu : a. Psikofarmalogis Dengan pemberian obat - obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang merupakan gejala pada klien halusinasi adalah obat obatan anti pzikosis antara lain golongan butirofenon : Haloperidol, Haldol, Serenace, Ludomer. b. Terapi kejang listrik / Elektro Compulsive Therapy (ECT). c. Terapi aktifitas kelompok (TAK). C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian adalah awal dari dasar dalam proses keperawatan dalam keseluruhan (Keliat, 2006) yang meliputi : a. Faktor Predisposisi Beberapa faktor pendukung terjadi perubahan persepsi sensori halusinasi yaitu : 1) Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau susunan saraf pusat dapat menimbulkan perubahan persepsi sensori : Halusinasi khususnya daerah kortek, frontal, temporal dan limbik. 25 2) Psikologis Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi respon psikologi individu adalah penolakan dan kekerasan dalam kehidupan baik dalam keluarga maupun masyarakat. 3) Sosial Budaya Kehidupan sosial budaya seperti kemiskinan konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan) kehidupan yang terisolasi disertai stress yang menumpuk. b. Faktor Presipitasi Faktor pemicu atau penyebab terjadinya perubahan persepsi sensori : Halusinasi, umumnya muncul gejala klien mengalami hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, yang disertai perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. c. Mekanisme Koping Mekanisme Koping yang sering dipakai pada klien dengan perubahan persepsi sensori : Halusinasi adalah proyeksi untuk mengurangi perasaan cemas. Karena klien mengalami berduka disfungsional sehingga terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah yang mengakibatkan klien menarik diri dari lingkungan sehingga menyebabkan klien berhalusinasi sehingga dapat berisiko perilaku kekerasan dan perilaku menarik diri mengakibatkan klien defisit perawatan diri sehingga terjadilah gangguan pemeliharaan kesehatan. 26 2. Pohon Masalah Risiko Perilaku Kekerasan (Efek)……………. Perubahan Persepsi Sensori (Core Problem)……….. : Halusinasi (Etiologi)………… Isolasi Sosial : Menarik Diri Defisit Perawatan Diri : Mandi dan Berhias Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Berduka Disfungsional Gambar 2 Pohon Masalah (Keliat, 2006) Dilihat pada gambar 2 pohon masalah Perubahan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran menjelaskan bahwa klien yang mengalami gangguan konsep diri : harga diri rendah akan merasa malu bergaul sehingga klien lebih menyukai menyendiri, klien yang menyendiri defisit perawatan diri. Klien juga akan berhalusinasi yang akibatnya akan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. 3. Diagnosa keperawatan Pengertian diagnosa keperawatan yang dikemukakan oleh beberapa ahli adalah sebagai berikut, dikutip (Derija S.H.A 2011) : 27 a) Diagnosa keperawatan adalah penelitian atau kesimpulan yang dari pengkajian (Gabie, dikutip oleh corpenito, 1996) b) Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial yang mampu diatasi oleh perawat berdasarkan pendidikan dan pengalamannya (Gordon, dikutip oleh Corpenito, 1996) c) Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons aktual atau potensial dari individu, keluarga atu masyarakat terhadap masalah keperawatan/proses kehidupan (Carpenito, 1996) d) Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respons klien baik actual maupun potensial (Stuart dan Laraia, 2001) Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan masalah utama Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran, yaitu : 1) Resiko Perilaku Kekerasan 2) Perubahan sensori persepsi : Halusinasi Pendengaran. 3) Kerusakan Isolasi Sosial : Menarik diri. 4) Sindrom Defisit Perawatan Diri : Mandi atau kebersihan, berpakaian atau berhias. 4. Rencana Tindakan Keperawatan Setelah pengkajian dilakukan dan data subjektif dan obejektif di temukan pada pasien, serta diagnosa keperawatan telah di tegakkan, perawat melakukan tindakan keperawatan bukan hanya pada pasien, tetapi juga pada keluarga. 28 Menurut Keliat, (2009) tindakan keperawatan pasien halusinasi, yaitu sebagai berikut : a. Tindakan Keperawatan pada pasien 1) Tujuan keperawatan pada pasien a) Pasien dapat mengenali halusinasi yang di alami b) Pasien dapat mengontrol halusinasinya c) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal 2) Tindakan keperawatan. a) Bantu pasien mengenali halusinasinya Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, perawat dapat berdiskusi dengan pasien tentang isi halusianasi(apa yang di dengar, dilihat , atau dirasa) waktu halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi , situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi muncul. b) Melatih pasien mengontrol halusinasi Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi, perawat dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. (1) Menghardik Halusinasi Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien di latih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memedulikan halusinasinya. Jika dapat dilakukan, 29 pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada, tetapi dengan kemampuan ini, pasien tidak akan larut untuk menuruti halusinasinya. Berikut ini tahapan intervensi yang di lakukan dalam mengajarkan pasien : a. Menjelaskan cara menghardik halusinasi. b. Memperagakan cara menghardik c. Meminta pasien memperagakan ulang d. Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku pasien. (2) Bercakap-cakap dengan orang lain. Bercakap-cakap dengan orang lain dan membantu mengontrol halusinasi. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain, terjadi distraksi: focus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi kepercakapan yang di lakukan dengan orang lain. (3) Melakukan aktifitas yang terjadwal. Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri melakukan aktifitas yang teratur. Dengan beraktifitas secara terjadwal ,pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali mencetuskan halusinasi. Oleh karena itu, halusinasi dapat di control dengan cara beraktifitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam. Tahapan intervensi perawat dalam memberikan aktifitas yang terjadwal, yaitu: 30 a) Menjelaskan pentingnya aktifitas yang terbiasa di lakukan pasien. b) Mendiskusikan aktifitas yang biasa di lakukan pasien c) Melatih pasien melakukan aktifitas. d) Menyusun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan aktifitas mulai dari e) Memantau bangun pagi sampe tidur malam. pelaksanan jadwal kegiatan: memberikan penguatan terhadap perilaku yang positif. (4) Meminum obat secara teratur Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi. Pasien juga harus melatih untuk minum obat secara teratur sesuai dengan program terapi dokter. Pasien gangguan jiwa di rawat di rumah sering mengalami kekambuhan, jika kekambuhan terjadi untuk mencapai kondisi seperti semula akan membutuhkan waktu. Oleh karena itu, pasien harus dilatih minum obat sesuai program dan berkelanjutan. Berikut ini intervensi yang dapat di lakukan perawat agar pasien patuh minum obat. a) Jelaskan kegunaan obat b) Jelaskan akibat jika putus obat c) Jelaskan cara mendapat obat/berobat d) Jelaskan cara minum obat dengan prinsip benar cara, benar waktu, benar obat, benar pasien, benar dosis. 31 b. Tindakan Keperawatan Keluarga 1) Tujuan Keperawatan a) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien, baik di rumah sakit maupun dirumah. b) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien. 2) Tindakan Keperawatan Keluarga merupakan faktor yang penting menentukan keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di rawat di rumah sakit sangat di butuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh. Demikian juga pasien tidak lagi di rawat di rumah sakit ( di rawat di rumah). Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun jika keluarga tidak mampu merawat pasien, maka akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Oleh karena itu perawat harus memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung yang efektif bagi pasien dengan halusinasi, baik saat di rumah sakit maupun di rumah. Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi adalah sebagai berikut: a) Diskusikan masalah yang di hadapi keluarga dalam merawat pasien. b) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, juga halusinasi yang di alami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi. 32 c) Berikan kesempatan pada keluarga untuk memeragakan cara merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien. d) Buat perencaan pulang dengan keluarga. Menurut Keliat (2009) adapun susunan tindakan strategi pelaksanaan bagi pasien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi yaitu: a. Strategi Pelaksanaan 1 pasien 1. Mengidentifikasi jenis Halusinasi Pasien 2. Mengidentifikasi isi halusinasi 3. Mengidentifikasi waktu halusinasi 4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi 5. Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan halusinasi 6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi 7. Menganjurkan pasien menghardik halusinasi 8. Menganjurkan pasien memasukan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian. b. Strategi pelaksanaan II pasien 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. 3. Menganjurkan pasien memasukan ke dalam jadwal kegiatan harian. c. Strategi pelaksanaan III pasien 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 33 2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan(kegiatan yang biasa dilakukan pasien di rumah) 3. Menganjurkan pasien memasukan ke dalam jadwal harian. d. Strategi Pelaksanaan IV pasien 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 2. Memberi pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur 3. Menganjurkan pada pasien memasukan ke dalam jadwal kegiatan harian. Dan adapun susunan tindakan strategi pelaksanaan bagi keluarga dengan gangguan persepsi sensori halusinasi, yaitu: a. Strategi pelaksanaan I keluarga 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi dan jenis halusinasi yang di alami pasien beserta proses terjadinya. 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi. b. Strategi pelaksanaan II keluarga 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan halusinasi. 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien halusinasi. c. Strategi pelaksanaan III keluarga 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah termasuk minum obat. 2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang. 34 5. Implementasi Implementasi keperawatan di sesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata, implementasi seringkali jauh berbeda dengan rencana. Hal itu terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tidakan keperawatan. Yang biasa dilakukan perawat adalah menggunakan rencana tidak tertulis, yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal itu sangat membahayakan klien dan perawat jika tindakan berakibat fata, dan juga tidak memenuhi aspek legal.(Direja S.H.A , 2011) 6. Evaluasi Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan kepada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada resp\on klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan dan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respon klien dan tujuan umum dan khusus yang telah di tentukan (Direja S.H.A, 2011) Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP Mencakup: S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan. O: Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan 35 A: Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah. P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien yang terdiri dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh perawat. 36