HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN KOMPOSISI LEMAK TUBUH DENGAN TINGKAT KEBUGARAN MAHASISWA DI UKM SEPAKBOLA UNY NASKAH PUBLIKASI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun Oleh: REFIANA PUTRI SUKMAJATI J310131013 PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN KOMPOSISI LEMAK TUBUH DENGAN TINGKAT KEBUGARAN MAHASISWA DI UKM SEPAKBOLA UNY Refiana Putri Sukmajati Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta E-mail: [email protected] Colleges student needful fitness for learned, college, or activities supportive activity lecturing and on this age happening processes growth and tall activity. One of factor which regard fitness is nutrient intake (micro nutrient substance) and nutrient state (body fat composition). Football sport is sporting one charge optimal body fitness. The research to analyzed the correlations between micro nutrient intake and body fat compositionwith the college student’s level ofphysical fitness at Yogyakarta State University football club. This observational type is crossectional. The data of the micro nutrient substance is collected by food recall 4x24 hour not serially, the data of the body fat composition is collected by undertaking measurement utilizes tool Bioelectrical Impedance Analyzer ( BIA ), and the data of the physical fitness is collected through measurement by bleeptest method. The total subject research is 36 person that taken by simple random sampling. Statistical quiz that is utilized for analyzed correlation is test correlation of Pearson Product Moment and Rank Spearman test. The results shows most of the research subject have micro nutrient substance that insufficiently, the intake of vitamin B1 as big as 97,2%, the intake of vitamin B6 as big as 58,3%, the intake of vitamin C as big as 94,4%, and the intake of iron substance as big as 52,8%. The research subject that have moderate body fat composition as big as 80,6%. The research subject that have enough category of physical fitness as big as 41,7%. Result tests correlation among intake of vitamin B1 with fitness is p=0,799, intake of vitamin B6 with fitness is p=0,682, intake of vitamin C with fitness is p=0,869, intake of iron substance with fitness is p=0,042, and body fat composition with fitness is p=0,004. There was no correlation among intake of vitamin B1, vitamin B6, and vitamin C with the college student’s level of physical fitness at Yogyakarta State University football club. There is a correlation among iron substance intake and body fat composition with the college student’s level of physical fitness at Yogyakarta State University football club. Key Words:Micro Nutrient Substance Intake (Vitamin B1, Vitamin B6, Vitamin C, and Iron Substance), Body Fat Composition, Physical Fitness. PENDAHULUAN Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal, yaitu usia 18-21 tahun dan 2224 tahun (Knoers dan Haditono, 2001). Kebugaran adalah kapasitas tubuh secara umum dalam menghadapi kerja fisik baik dalam posisi bergerak maupun duduk dengan aman dan efektif dan masih dapat memenuhi fungsinya dalam keluarga maupun masyarakat serta menikmati kegiatan pilihannya tanpa mengalami kelelahan (Siregar, 2010). Beberapa faktor yang mempengaruhi kebugaran, yaitu latihan, genetik, umur, jenis kelamin, Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro dan ... (Refiana Putri Sukmajati) Page 1 asupan gizi, status gizi, kebiasaan merokok, dan keadaan kesehatan (Kushendar, 2008; Riyadi, 2007; Roji, 2006; Depkes, 1997). Setiap mahasiswa oleh karena itu hendaknya memiliki kebugaran jasmani yang baik untuk mendukung dan memperlancar aktivitas perkuliahannya (Hardiyono, 2011). Zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit tetapi ada dalam makanan. Zat gizi yang termasuk kelompok ini adalah vitamin dan mineral, yang berfungsi sebagai pengatur proses metabolisme dalam tubuh (Almatsier, 2004). Vitamin B1 berfungsi sebagai koenzim yang penting dalam metabolisme energi dari karbohidrat (Setiawan & Rahayuningsih, 2004). Vitamin B6 atau piridoksin berfungsi utama dalam metabolisme protein (Muchtadi, 2009) dan defisiensi vitamin B6 dapat berpengaruh negatif terhadap aktivitas daya tahan yang bersifat aerobik karena fungsi mobilisasi glikogen otot diketahui dibantu vitamin B6 (Williams, 2002). Dalam aktivitas, vitamin C berguna dalam stimulasi sistem imun, mengurangi kelelahan dan kelemahan otot, meningkatkan performa, dan melindungi sel dari ancaman radikal bebas (Chen, 2000 dalam Nur 2011). Mineral selain sebagai komponen struktural tubuh, sebagian mineral juga komponen berbagai macam enzim (Muchtadi, 2009). Zat besi mempunyai fungsi esensial di dalam tubuh, yaitu sebagai alat angkut elektron di dalam sel dan sebagai bahan terpadu berbagai reaksi enzim dalam jaringan tubuh (Almatsier 2004). Zat besi (Fe) memiliki peran penting dalam transportasi dan penggunaan oksigen, penurunan Fe dapat mengganggu kinerja fisik aerobik. Zat besi berperan dalam transport yang dibutuhkan dalam metabolisme karbohidrat, protein, lemak untuk menghasilkan energi. Apabila ketersediaan oksigen terbatas dalam tubuh, akan terjadi penumpukan asam laktat yang dapat menyebabkan kelelahan otot (Chynthia, 2010). Kebugaran juga dipengaruhi oleh status gizi (komposisi lemak tubuh). VO2max sebagian besar tergantung pada massa tubuh dan massa tubuh tanpa lemak, sedangkan massa lemak berlebihan membebankan beban yang tidak menguntungkan pada fungsi jantung dan pengambilan oksigen oleh otototot bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa pengurangan penggunaan oksigen oleh jaringan adiposa selama latihan mengurangi VO2max keseluruhan (Chatterjee et al., 2004). Salah satu olahraga yang menuntut kebugaran tubuh yang optimal adalah sepakbola. Sepakbola merupakan olahraga yang membutuhkan waktu lama, yaitu 2x45 menit, untuk itu dalam sepakbola menggunakan sistem energi aerobik. Sistem energi aerobik membutuhkan oksigen untuk terus di salurkan pada serabut otot sebagai bahan metabolisme aerobik bersama karbohidrat, lemak, dan protein untuk diubah menjadi energi. Kecepatan maksimal penggunaan energi melalui sistem aerobik yang memerlukan oksigen dibatasi oleh kecepatan maksimal sistem respiratorikardiovaskuler dalam mengirimkan oksigen ke otot, maka pemain sepakbola perlu memiliki VO2max yang baik untuk mensuplai oksigen guna menunjang aktivitas (Nosa, 2012). Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) merupakan Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro dan ... (Refiana Putri Sukmajati) Page 2 wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan minat, bakat, dan keahlian yang dimiliki. Salah satu UKM yang bergerak dibidang olahraga yaitu sepakbola. Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di UKM Sepakbola UNY dengan mengambil sampel mahasiswa. Lokasi penelitian di Universitas Negeri Yogyakarta karena di Yogyakarta hanya ada satu universitas yang didalamnya terdapat Fakultas Ilmu Keolahragaan. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan hampir setiap hari harus mengikuti perkuliahan praktek maupun teori sehingga dituntut memiliki kebugaran yang baik. Selain itu, di UNY juga terdapat unit kegiatan mahasiswa di bidang olahraga yaitu sepakbola dan jumlah anggotanya terbanyak dibanding unit kegiatan mahasiswa lainnya serta anggotanya memiliki kegiatan latihan yang hampir sama. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan khususnya dibidang gizi. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah cross sectional. Lokasi penelitian dilakukan di UKM Sepakbola UNY dan waktu penelitian pada bulan April 2014-Februari 2015. Mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi berjumlah 46 mahasiswa dengan besar sampel penelitian 36 orang yang diambil menggunakan metode simple random sampling. Variabel bebas penelitian yaitu asupan vitamin B1, vitamin B6, vitamin C, zat besi, dan komposisi lemak tubuh serta variabel terikat yaitu kebugaran. Data asupan zat gizi mikro diperoleh dengan wawancara food recall 4x24 jam secara tidak berturutan dan data komposisi lemak tubuh dengan pengukuran menggunakan alat Bioelectrical Impedance Analyzer (BIA). Data kebugaran diperoleh dengan pengamatan dan pencatatan saat dilakukan tes kebugaran dengan metode Bleeptest. Uji statistik untuk uji kenormalan menggunakan ShapiroWilk (sampel <50). Uji korelasi Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara asupan vitamin B6 dan vitamin C dengan tingkat kebugaran. Uji korelasi Pearson Product Moment untuk mengetahui hubungan antara asupan vitamin B1, zat besi, dan komposisi lemak tubuh dengan tingkat kebugaran. HASIL DAN PEMBAHASAN KarakteristikSampel Penelitian Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Anggota UKM Sepakbola UNY Kategori Jumlah (n) Persentase (%) Remaja Akhir (18-21 th) 35 97,2 Dewasa Awal (22-24 th) 1 2,8 Total 36 100 Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta yang menjadi anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Sepakbola UNY. Semua sampel penelitan adalah laki-laki. Jumlah responden sebanyak 36 mahasiswa yang memiliki rentang usia 18-24 tahun (sesuai dengan kriteria inklusi) dan Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro dan ... (Refiana Putri Sukmajati) Page 3 karakteristiknya sebagai remaja akhir dan dewasa awal (Knoers dan Haditono, 2001). Sebagian besar responden di UKM sepakbola UNY tergolong dalam kategori remaja akhir, yaitu sebesar 97,2% dan sisanya dalam kategori dewasa awal. Tingkat Asupan Vitamin B1, Vitamin B6, Vitamin C, dan Zat Besi Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Asupan Vitamin B1,Vitamin B6, Vitamin C, dan Zat Besi Variabel Jumlah (n) Persentase (%) Tingkat asupan vitamin B1 Kurang 35 97,2 Cukup 1 2,8 Total 36 100 Tingkat asupan vitamin B6 Kurang 21 58,3 Cukup 15 41,7 Total 36 100 Tingkat asupan vitamin C 34 94,4 Kurang 2 5,6 Cukup Total 36 100 Tingkat asupan zat besi 19 52,8 Kurang 17 47,2 Cukup Total 36 100 Asupan zat gizi mikro (vitamin B1, vitamin B6, vitamin C, dan zat besi) diperoleh dari hasil wawancara recall makanan 4x24 jam tidak berurutan kemudian diolah menggunakan nutrisurvey. Hasil analisis recall makanan 4x24 jam kemudian dirata-rata dan dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2012 untuk Indonesia kemudian dikali 100%. Tingkat asupan vitamin B1, vitamin B6, vitamin C, dan zat besi dikategorikan menjadi kurang apabila <77% AKG dan cukup apabila ≥77% AKG (Gibson, 2005). Tabel 2 menunjukkan hampir seluruh responden memiliki asupan vitamin B1 yang tergolong kurang yaitu 97,2% dan hanya 2,8% tergolong cukup. Asupan vitamin B6 sebagian besar responden juga tergolong kurang, yaitu 58,3% dan cukup 41,7%. Hasil hampir sama pada vitamin B1 juga ditunjukkan pada asupan vitamin C. Hampir semua responden memiliki kategori asupan kurang, yakni 94,4% dan kategori cukup 5,6%. Hasil penelitian pada asupan zat besi yaitu 52,8% memiliki kategori asupan kurang dan 47,2% memiliki kategori asupan cukup. Kurangnya tingkat kecukupan asupan zat gizi mikro (vitamin B1, vitamin B6, vitamin C, dan zat besi) dikarenakan sebagian besar responden memiliki kebiasaan makan kurang baik, yaitu jarang melakukan sarapan pagi dan makanan yang dikonsumsi kurang beraneka ragam. Hal ini berdasarkan data hasil recall konsumsi makanan responden selama 4x24 jam. Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro dan ... (Refiana Putri Sukmajati) Page 4 Komposisi Lemak Tubuh Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Komposisi Lemak Tubuh Komposisi Lemak Tubuh Jumlah (n) Persentase (%) Rendah 5 13,9 Sedang 29 80,6 Tinggi 2 5,5 Total 36 100 Pengukuran komposisi lemak tubuh dilakukan sebelum responden melakukan latihan dan dilakukan sebanyak tiga kali (bersamaan pada hari dilakukan recall konsumsi makanan). Tingkat komposisi lemak tubuh dikategorikan rendah apabila <10%, sedang apabila 11-20%, dan tinggi apabila >20% (Irianto, 2007). Tabel 3 menunjukkan komposisi lemak tubuh responden anggota UKM sepakbola UNY bervariasi. Sebagian besar responden (80,6%) memiliki komposisi lemak tubuh sedang, komposisi lemak rendah sebanyak 13,9% dan 5,5% memiliki komposisi lemak tubuh tinggi. Tingkat Kebugaran Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Kebugaran Tingkat Kebugaran Jumlah (n) Persentase (%) Kurang sekali 1 2,8 Kurang 8 22,2 Cukup 15 41,7 Baik 12 33,3 Baik sekali 0 0 Total 36 100 Pengukuran kebugaran menggunakan metode bleeptest. Pengukuran kebugaran dilakukan dengan mengamati dan mencatat kemampuan level dan balikan lari setiap responden. Hasil pengukuran level dan balikan lari kemudian disesuaikan dengan tabel VO2max kemudian hasil VO2max responden diklasifikasikan sesuaikategori tingkat kebugaran. Tabel 4 menunjukkan distribusi frekuensi tingkat kebugaran mahasiswa di UKM sepakbola UNY. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 33,3% responden memiliki tingkat kebugaran baik, sebanyak 41,7% memiliki tingkat kebugaran cukup, 22,2% memiliki kebugaran kurang, dan 2,8% memiliki kebugaran kurang sekali. Hubungan antara Asupan Vitamin B1 dengan Kebugaran Tabel 5. Distribusi Tingkat Kebugaran Berdasarkan Asupan Vitamin B1 Asupan Vitamin B1 Kurang Cukup Total Kurang Sekali n (%) 1 2,9 0 0 1 2,8 Tingkat Kebugaran Kurang Cukup Baik n 8 0 8 (%) 22,8 0 22,2 n 14 1 15 (%) 40 100 41,7 n 12 0 12 (%) 34,3 0 33,3 Baik Sekali n (%) 0 0 0 0 0 0 Total n 35 1 36 Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro dan ... (Refiana Putri Sukmajati) (%) 97,2 2,8 100 p value 0,799 Page 5 Tabel 5 menunjukkan 40% responden memiliki kebugaran cukup dengan tingkat asupan vitamin B1 kurang dan 100% responden memiliki kebugaran cukup dengan kategori asupan vitamin B1 cukup. Tidak ada satupun responden memiliki kebugaran baik dengan tingkat asupan vitamin B1 cukup. Uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk dan hasilnya p = 0,055 yang berarti data berdistribusi normal (p > 0,05). Data berdistribusi normal dilanjutkan uji korelasi Pearson Product Moment. Hasil uji korelasi menunjukkan nilai p adalah 0,799 dengan nilai p tersebut, maka Ho diterima karena nilai p > 0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan signifikan antara asupan vitamin B1 dengan kebugaran mahasiswa di UKM sepakbola UNY. Penelitian Nurwidyastuti (2012) juga menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara asupan vitamin B1 dengan status kebugaran mahasiswa Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia Tahun 2012. Secara teori, vitamin B1 dibutuhkan untuk koenzim dalam reaksi yang melepaskan energi dari karbohidrat dan dapat meningkatkan daya tahan dalam melakukan olahraga dalam durasi panjang (Wardlaw, 2007). Sebuah penelitian yang dilakukan pada anak-anak sekolah usia 7-10 tahun di Bangalore, India menunjukkan ada hubungan signifikan antara kapasitas aerobik dan daya tahan fisik yang disertai dengan peningkatan status vitamin B1 bersama dengan mikronutrien lain (Vaz, dkk, 2011). Sedangkan dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa hampir semua responden memiliki kategori asupan vitamin B1 yang kurang, yaitu 97,2%. Persentase tersebut sangat besar karena lebih dari setengah responden tidak tercukupi asupan vitamin B1-nya. Tidak adanya hubungan ini juga dimungkinkan karena faktor lain yang mempengaruhi kebugaran yang tidak diteliti dalam penelitian ini antara lain keturunan, aktivitas fisik, asupan makronutrien (karbohidrat, protein, dan lemak). Keturunan berpengaruh terhadap kapasitas jantung paru, postur tubuh, obesitas, hemoglobin/sel darah, dan serat otot. Aktivitas fisik merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan gerakan dan mengeluarkan energi. Kegiatan fisik menggunakan lebih banyak energi, daripada hanya beristirahat (Arisman, 2009). Hubungan antara Asupan Vitamin B6 dengan Kebugaran Tabel 6. Distribusi Tingkat Kebugaran Berdasarkan Asupan Vitamin B6 Asupan Vitamin B6 Kurang Cukup Total Kurang Sekali n (%) 0 0 1 6,7 1 2,8 Tingkat Kebugaran Kurang Cukup Baik n 7 1 8 (%) 33,3 6,7 22,2 n 6 9 15 (%) 28,6 60 41,7 Tabel 6 menunjukkan 33,3% responden memiliki kebugaran kurang dengan tingkat asupan vitamin B6 kurang. Sedangkan responden yang memiliki kebugaran n 8 4 12 (%) 38,1 26,6 33,3 Baik Sekali n (%) 0 0 0 0 0 0 Total n 21 15 36 (%) 58,3 41,7 100 p value 0,682 baik dengan tingkat asupan vitamin B6 cukup sebanyak 26,6% dan responden yang memiliki kebugaran cukup dengan tingkat asupan Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro dan ... (Refiana Putri Sukmajati) Page 6 vitamin B6 cukup sebanyak 60% responden. Uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk dan hasilnya p = 0,004 yang berarti data berdistribusi tidak normal (p < 0,05). Data berdistribusi normal dilanjutkan uji korelasi Rank Spearman. Hasil uji korelasi menunjukkan nilai p adalah 0,682 dengan nilai p tersebut, maka Ho diterima karena nilai p > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara asupan vitamin B6 dengan kebugaran mahasiswa di UKM sepakbola UNY. Hasil penelitian yang sama juga ditunjukkan Cipako (2012) bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara asupan vitamin B6 dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Gizi Universitas Indonesia tahun 2012. Vitamin B6 merupakan zat gizi mikro yang terlibat dalam metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak. Sebagai koenzim dari oksidasi sumber energi, vitamin B6 terlibat dalam pemecahan glikogen otot dan glukoneogenesis di hati. Sesuai fungsi ini, vitamin B6 berperan dalam kebugaran kardiorespiratori dalam mengurangi resiko aterosklerosis bersama-sama dengan konsumsi asam folat dan B12 (Till, 2005). Penelitian Manore (2000) menunjukkan latihan meningkatkan kehilangan vitamin B6 dan semakin terlihat pada individu yang aktif. Sedangkan hasil penelitian ini didapatkan lebih dari setengah responden memiliki kategori asupan vitamin B6 yang kurang, yaitu 58,3%. Persentase tersebut cukup besar karena lebih dari setengah responden tidak tercukupi asupan vitamin B6-nya. Tidak adanya hubungan ini juga kemungkinan karena faktor lain yang mempengaruhi kebugaran yang tidak diteliti dalam penelitian ini antara lain keturunan, aktivitas fisik, asupan makronutrien (karbohidrat, protein, dan lemak). Keturunan berpengaruh terhadap kapasitas jantung paru, postur tubuh, obesitas, hemoglobin/sel darah, dan serat otot. Aktivitas fisik merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan gerakan dan mengeluarkan energi. Kegiatan fisik menggunakan lebih banyak energi, daripada hanya beristirahat (Arisman, 2009). Hubungan antara Asupan Vitamin C dengan Kebugaran Tabel 7. Distribusi Tingkat Kebugaran Berdasarkan Asupan Vitamin C Asupan Vitamin C Kurang Cukup Total Kurang Sekali n (%) 1 2,9 0 0 1 2,8 Tingkat Kebugaran Kurang Cukup Baik n 8 0 8 (%) 23,5 0 22,2 n 14 1 15 (%) 41,2 50 41,7 Pada Tabel 7 menunjukkan 32,4% responden memiliki kebugaran baik dengan tingkat asupan vitamin C kurang. Sedangkan responden yang memiliki kebugaran baik dengan tingkat asupan vitamin C cukup terdapat 50%. Hasil ini menunjukkan kebugaran dengan kategori baik n 11 1 12 (%) 32,4 50 33,3 Baik Sekali n (%) 0 0 0 0 0 0 Total n 34 2 36 (%) 94,4 5,6 100 p value 0,869 lebih banyak pada responden dengan asupan vitamin C cukup daripada responden dengan asupan vitamin C kurang. Uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk dan hasilnya p = 0,003 yang berarti data berdistribusi tidak normal (p < 0,05). Data berdistribusi normal dilanjutkan uji Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro dan ... (Refiana Putri Sukmajati) Page 7 korelasi Rank Spearman. Hasil uji korelasi menunjukkan nilai p adalah 0,869 dengan nilai p tersebut, maka Ho diterima karena nilai p > 0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan signifikan antara asupan vitamin C dengan kebugaran mahasiswa di UKM sepakbola UNY. Hasil penelitian yang sama juga ditunjukkan Nurwidyastuti (2012) tidak terdapat hubungan bermakna antara asupan vitamin Cdengan kebugaran mahasiswa Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia Tahun 2012. Vitamin C berperan dalam penampilan fisik seseorang, salah satunya sebagai antioksidan. Vitamin C dapat menangkal stres oksidatif yang ditimbulkan dari peningkatan konsumsi oksigen akibat latihan (Ramayulis, 2008). Studi eksperimental pemberian suplementasi vitamin C dengan pengukuran treadmill selama 30 menit pada nilai VO2max 75%, menyimpulkan pemberian suplemen vitamin C dapat mencegah peroksidasi pada lipid dan kerusakan otot (Roohi, et al., 2008). Hasil penelitian ini berbeda dengan teori tersebut, hal ini dapat dikarenakan sebagian besar responden dari sampel penelitian memiliki asupan rata-rata vitamin C kurang dari AKG yang dianjurkan. Oleh karena itu, hubungan tidak bermakna pada penelitian ini dimungkinkan oleh status asupan vitamin C responden yang sebagian besar kurang dari AKG yang dianjurkan dan karena faktor lain yang mempengaruhi kebugaran yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti keturunan, aktivitas fisik, asupan makronutrien (karbohidrat, protein, dan lemak). Keturunan berpengaruh terhadap kapasitas jantung paru, postur tubuh, obesitas, hemoglobin/sel darah, dan serat otot. Aktivitas fisik merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan gerakan dan mengeluarkan energi. Kegiatan fisik menggunakan lebih banyak energi, daripada hanya beristirahat (Arisman, 2009). Hubungan antara Asupan Zat Besi dengan Kebugaran Tabel 8. Distribusi Tingkat Kebugaran Berdasarkan Asupan Zat Besi Asupan Zat Besi Kurang Cukup Total Kurang Sekali n (%) 1 5,3 0 0 1 2,8 Tingkat Kebugaran Kurang Cukup Baik n 6 2 8 (%) 31,6 11,8 22,2 n 6 9 15 (%) 31,6 52,9 41,7 Pada Tabel 8 menunjukkan 31,6% responden memiliki kebugaran baik dengan tingkat asupan zat besi kurang. Sedangkan responden yang memiliki kebugaran baik dengan tingkat asupan zat besi cukup terdapat 35,3%. Hasil ini menunjukkan kebugaran dengan kategori baik lebih banyak pada responden dengan asupan zat besi cukup daripada responden dengan asupan zat besi kurang. n 6 6 12 (%) 31,6 35,3 33,3 Baik Sekali n (%) 0 0 0 0 0 0 Total n 19 17 36 (%) 52,8 47,2 100 p value 0,042 Uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk dan hasilnya p = 0,121 yang berarti data berdistribusi normal (p > 0,05). Data berdistribusi normal dilanjutkan uji korelasi Pearson Product Moment. Hasil uji korelasi menunjukkan nilai p adalah 0,042 dengan nilai p tersebut, maka Ho ditolak karena nilai p < 0,05, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara asupan zat besi dengan kebugaran Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro dan ... (Refiana Putri Sukmajati) Page 8 dalam pengangkutan oksigen. Hemoglobin cenderung mengikat oksigen dalam lingkungan yang memiliki kadar oksigen tinggi dan melepasnya dalam lingkungan yang memiliki kadar oksigen relatif rendah. Dengan demikian hemoglobin mengambil oksigen dalam paru-paru dan melepasnya ke jaringan aktif, seperti otot yang berkontraksi.Kecepatan dan volume pemakaian oksigen maksimal dikenal dengan kapasitas VO2max (Guyton, 1990 dalam Widiastuti, 2009). mahasiswa di UKM sepakbola UNY. Kekuatan hubungan bernilai positif mendekati angka 1 yaitu r=0,341. Hasil penelitian yang sama juga ditunjukkan Cipako (2012) bahwa semakin tinggi asupan zat besi semakin tinggi nilai VO2maxnya, yang berarti semakin meningkat kebugarannya. Zat besi atau Fe berperan dalam pembentukan hemoglobin. Fe direduksi dari ferri menjadi ferro di saluran cerna, sehingga mudah diabsorbsi, selanjutnya bergabung dengan protein globin membentuk hemoglobin. Hemoglobin berperan Hubungan antara Komposisi Lemak Tubuh dengan Kebugaran Tabel 9. Distribusi Tingkat Kebugaran Berdasarkan Komposisi Lemak Tubuh Komposisi Lemak Tubuh Rendah Sedang Tinggi Total Kurang Sekali n (%) 0 0 1 3,4 0 0 1 2,8 Tingkat Kebugaran Kurang Cukup Baik n 0 6 2 8 (%) 0 20,7 100 22,2 n 3 12 0 15 Pada Tabel 9 menunjukkan bahwa kebugaran dengan kategori baik terdapat lebih banyak pada responden dengan komposisi lemak tubuh rendah (40%). Sementara itu, kebugaran kategori kurang terdapat 100% pada responden dengan komposisi lemak tubuh tinggi. Uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk dan hasilnya p = 0,147 yang berarti data berdistribusi normal (p > 0,05). Data berdistribusi normal dilanjutkan uji korelasi Pearson Product Moment. Hasil uji korelasi menunjukkan nilai p adalah 0,004 dengan nilai p tersebut, maka Ho ditolak karena nilai p < 0,05, sehingga dapat disimpulkanada hubungan signifikan antara komposisi lemak tubuh dengan kebugaran mahasiswa di UKM sepakbola UNY. Kekuatan (%) 60 41,4 0 41,7 n 2 10 0 12 (%) 40 34,5 0 33,3 Baik Sekali n (%) 0 0 0 0 0 0 0 0 Total n 5 29 2 36 (%) 13,9 80,6 5,5 100 p value 0,004 hubungan bernilai negatif yang mendekati angka 0 yaitu r = -0,464, yang berarti semakin sedikit komposisi lemak tubuh maka semakin tinggi tingkat kebugarannya. Penelitian Fauziyana (2012) tentang hubungan status gizi (IMT dan persen lemak tubuh), aktivitas fisik, dan asupan gizi dengan tingkat kebugaran karyawan PT Wijaya Karya tahun 2012 sejalan dengan hasil penelitian ini, bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut. Hubungan status gizi menurut komposisi lemak tubuh dengan kebugaran dapat terjadi karena kelebihan lemak tubuh akan meningkatkan massa tubuh sehingga menurut hukum II Newton akan menurunkan percepatan (gerak). Peningkatan berat badan Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro dan ... (Refiana Putri Sukmajati) Page 9 membawa pada kebutuhan energi yang lebih besar pada sistem aerobik untuk melakukan dan melangsungkan pergerakan badan. Oleh karena itu, kelebihan berat badan umumnya menyebabkan saat kelelahan yang jauh lebih dini. Selain itu, jumlah energi panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan temperatur lemak jaringan lebih sedikit dibandingkan yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur massa bukan lemak (lean body-mass). Oleh karena itu, dengan komposisi lemak tubuh yang tinggi, suhu tubuh akan meningkat lebih banyak sehingga tubuh akan lebih cepat lelah (Woolford, et.al, 1993 dalam Wijayanti, 2006). Keterbatasan Penelitian 1. Pada proses recall konsumsi makanan hari kedua, cuaca hujan. Hal tersebut membuat beberapa responden tidak dapat dilakukan pengambilan data recall makanan sehingga data recall asupan diperoleh melalui telepon. Hal ini juga dilakukan pada hari ketiga untuk responden yang tidak bisa datang saat latihan. Recall asupan makanan melalui telepon sangat bergantung pada kejujuran dan motivasi responden serta informasi yang tidak tepat dapat mengurangi interpretasi hasil informasi yang diberikan responden. 2. Pelaksanaan bleeptest dilakukan di lintasan lari milik UKM Atletik UNY dikarenakan UKM Sepakbola UNY tidak memiliki lokasi yang cukup memadai untuk dilakukan bleeptest. Bleeptest harus dilakukan di lapangan atau area terbuka yang cukup luas. 3. Peneliti tidak mengendalikan faktor-faktor yang dapat menghambat penyerapan zat besi. 4. Peneliti tidak mengukur faktor aktivitas fisik lain pada responden. KESIMPULAN 1. Asupan vitamin B1 mahasiswa di UKM sepakbola UNY dengan kategori kurang sebesar 97,2%. 2. Asupan vitamin B6 mahasiswa di UKM sepakbola UNY dengan kategori kurang sebesar 58,3%. 3. Asupan vitamin C mahasiswa di UKM sepakbola UNY dengan kategori kurang sebesar 94,4%. 4. Asupan zat besi mahasiswa di UKM sepakbola UNY dengan kategori kurang sebesar 52,8%. 5. Komposisi lemak tubuh mahasiswa di UKM sepakbola UNY dengan kategori sedang sebesar 80,6%. 6. Kebugaran mahasiswa di UKM sepakbola UNY dengan kategori cukup sebesar 41,7%. 7. Tidak ada hubungan antara asupan vitamin B1, vitamin B6, dan vitamin C dengan tingkat kebugaran mahasiswa di UKM sepakbola UNY. 8. Ada hubungan antara asupan zat besi dengan tingkat kebugaran mahasiswa di UKM sepakbola UNY dengan nilai p = 0,042 dan r = 0,341. 9. Ada hubungan antara komposisi lemak tubuh dengan tingkat kebugaran mahasiswa di UKM sepakbola UNY dengan nilai p = 0,004 dan r = -0,464. SARAN 1. Perlu penelitian lebih lanjut dengan sampel lebih besar agar Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro dan ... (Refiana Putri Sukmajati) Page 10 2. korelasi data variabel independen dengan kebugaran dapat merepresentasikan kekuatan hubungan yang sebenarnya. Bagi mahasiswa di UKM Sepakbola UNY diharapkan DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar lmu Gizi.Gramedia. Jakarta Arisman.2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta Chatterjee, Satipati et al. 2004. Cardiorespiratory Fitness of Obese Boys. Indian J Physical Pharmacol 49 2005 Cipako, S. 2012. Hubungan Status Gizi, Asupan Gizi, dan Aktivitas Fisik dengan VO2Max Pada Mahasiswa Program Studi Gizi FKM UI. Skripsi. Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Cynthia. 2010. Pengaruh Pemberian Suplemen Besi terhadap Kelelahan Otot. Semarang. Skripsi. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Depkes RI. 1997. Gizi Olahraga untuk Prestasi. Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Jakarta Fauziyana, Nanda. 2012. Hubungan Status Gizi, Aktivitas Fisik, dan Asupan Gizi dengan Tingkat Kebugaran dapat memperbaiki dan meningkatkan asupan makanan baik zat gizi makro maupun zat gizi mikro (khususnya zat besi) agar status asupan zat gizi meningkat dan dapat mencapai kondisi tubuh yang bugar. Karyawan PT Wijaya Karya. Skripsi. Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Gibson, R. S. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. Oxford University Press Inc. New York Hardiyono, Budi. 2011. Kebugaran Jasmani Mahasiswa Pendidikan Olahraga FKIP Universitas Bina Darma. Jurnal Pembangunan Manusia Vol.05 No.02 Tahun 2011 Irianto, D.P. 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Penerbit ANDI. Yogyakarta Knoers, F.J., & Haditono, S. 2001. Psikologi Perkembangan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Kushendar, D. 2008. Pengertian Kebugaran Jasmani. Diunduh dari http://www.multiply.com tanggal 19 Desember 2014 Manore, MM. 2000. Effect of Physical Activity on Thiamine, Riboflavin, and Vitamin B6 Requirements. The American Journal of Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro dan ... (Refiana Putri Sukmajati) Page 11 Clinical Nutrition.Diunduh dari http://ajcn.nutrition.org tanggal 14 Juni 2015 Muchtadi, Deddy. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Alfabeta. Bandung Nosa, Nur, Agung, S. 2012. Survei Tingkat Kebugaran Jasmani pada Pemain Persatuan Sepakbola Indonesia Lumajang.Diakses : 28 November 2014 dari http://ejournal.unesa.ac.id Faiz, H. 2011. Hubungan Karakteristik Atlet, Pengetahuan Gizi, Konsumsi Kecukupan Gizi terhadap Kebugaran Atlet Bola Basket di SMP/SMA Ragunan Jakarta Selatan. Skripsi. Ilmu Gizi Fakultas Cipakologi Manusia Institut Pertanian Bogor Nurwidyastuti, Dinda. 2012. Hubungan Konsumsi Zat Gizi, Status Gizi, dan FaktorFaktor Lain dengan Status Kebugaran Mahasiswa Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Skripsi. Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Ramayulis, R. 2008. Gizi dan Kebugaran. Pelatihan Gizi Olahraga 3-5 April 2008 Riyadi H.2007. Diktat Penilaian Gizi secara Antropometri. Institut Pertanian Bogor. Bogor Roji. 2006. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga. Jakarta Setiawan B, Rahayuningsih S. 2004. Angka Kecukupan Vitamin Larut Air. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta Siregar, Y, L. 2010. Peranan Kebugaran Jasmani dalam Meningkatkan Kinerja. Unimed Journal Vol.16 No.60 Tahun XVI Vaz, Mario, dkk. 2011. Micronutrient Supplementation Improves Physical Performance Measures in Asian Indian School-Age Children. The Journal of Nutrition 2011 Wardlaw and Hampl. 2007. Perspective In Nutrition. McGraw-Hills Companies. New York Widiastuti, Putu Ayu, dkk. 2009. Pola Makan dan Kebugaran Jasmani Atlet Pencak Silat selama Pelatihan Daerah Pekan Olahraga Nasional XVII Provinsi Bali Tahun 2008. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 2009 vol. VI (1) hal 13-20 Wijayanti, Kusuma. 2006. Model Prediksi VO2max dengan Persen Lemak Tubuh, RLPP, dan IMT (Data Pemeriksaan Kebugaran Jasmani PNS Depdiknas. Tesis. Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Williams, Melivin.H. 2002. Nutrition for Health, Fitness, and Sport. McGraw-Hill Higher Education. USA Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro dan ... (Refiana Putri Sukmajati) Page 12