BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH Kehamilan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kehamilan merupakan suatu proses luar biasa yang akan dialami oleh setiap wanita
normal. Dimana si Ibu bertanggung jawab untuk melindungi si calon bayi dari segala bentuk
ancaman baik ancaman dari dalam maupun dari luar. Misalnya pada Ibu yang ketergantungan
obat, alkohol maupun nikotin.
Penyalahgunaan dan ketergantungan zat yang termasuk dalam katagori NAPZA pada
akhir-akhir ini makin marak dapat disaksikan dari media cetak koran dan majalah serta media
elektrolit seperti TV dan radio. Kecenderungannya semakin makin banyak masyarakat yang
memakai zat tergolong kelompok NAPZA tersebut, tidak terkecuali pada ibu hamil.
Penyebab banyaknya pemakaian zat tersebut antara lain karena kurangnya
pengetahuan masyarakat akan dampak pemakaian zat tersebut serta kemudahan untuk
mendapatkannya. Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya ibu hamil, dalam
penggunaan NAPZA tersebut juga berakibat fatal terhadap si janin (calon bayi). Hal ini
terlihat jelas dengan semakin meningkatnya angka kematian bayi baru lahir dan BBLR,
dengan riwayat si Ibu ketergantungan obat.
Peran penting tenaga kesehatan dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan dan
ketergantungan NAPZA di rumah sakit khususnya upaya terapi dan rehabilitasi sering tidak
disadari, kecuali mereka yang berminat pada penanggulangan NAPZA (DepKes, 2001).
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di atas, maka perlunya peran serta tenaga
kesehatan khususnya tenaga keperawatan dalam membantu masyarakat yang di rawat di
rumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat. Untuk itu
dirasakan perlu perawat meningkatkan kemampuan merawat klien dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yaitu asuhan keperawatan klien penyalahgunaan dan
ketergantungan NAPZA (sindrom putus zat).
1
B. MANFAAT PENULISAN
a. Mengetahui pengaruh zat adiktif pada ibu hamil
b. Mengatahui dampak yang terjadi pada janin yang terlahir dari seorang ibu
yang dipengaruhui obat
c. Mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat pada kasus
ibu hamil dengan ketergantungan.
2
BAB II
TEORITIS DAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. TEORITIS
1. Pengertian
Ketergantungan obat adalah kebutuhan secara psikologis terhadap suatu obat dalam
jumlah yang makin lama makin bertambah besar untuk menghasilkan efek yang diharapkan
Menurut WHO merupakan gabungan berbagai bentuk penyalahgunaan obat dan
didefenisiskan sebagai suatu keadaan psikis maupun fisik yang terjadi karena interaksi suatu
obat dengan organisme hidup. Hal ini termasuk reaksi perilaku dan selalu terpaksa
menggunakan obat secara periodik untuk mengalami efekpsikis dan mencegah efek yang
tidak enak karena kehilangan obat tersebut.
2. Jenis-jenis zat adiktif
a. Sedativa
Golongan yang paling sering digunakan adalah benzodiazepin dan barbiturat serta
metabolitnya dapat melalui plasenta. Kadarnya sama dengan kadar dalam darah ibu selama 510 menit setelah pemberian intravena. Kadar pada neonatus lebih besar 1-3 kali dibandingkan
dalam serum ibu. Pemakaian dengan dosis 30-40 mg perhari dalam waktu lama akan
menyebabkan komplikasi pada bayi baru lahir.
Terdapat 2 sindroma mayor komplikasi janin akibat penggunaan diazepam:
-floopy infant syndrome: terdiri atas hipotonia, letargi, kesulitan mengisap.
-withdrawal syndrome: terdiri atas pertumbuhan janin terhambat, tremor, iritabilitas,
hipertonus, diare, muntah, menghisap dengan kuat.
b. Heroin
Mempunyai kemampuan menstimulasi sejumlah reseptor spesifik pada susunan saraf
pusat. Reseptor mu (bertanggung jawab pada tingkat supraspinal yang menyebabkan
analgesia, euforia,depresi pernafasan, dan ketergantungan fisik), reseptor kappa (bekerja pada
spinaldan menyebabkan miosis dan sedasi) dan reseptor sigma (efek perangsangan jantung,
disforia, dan halusinogenik).
3
c. Kokain
Kokain adalh obat vasoaktif dan dapt menyebabkan masalah pada bayi secara
sekunder karena kerusakan plasenta atau melalui efek langsung pada pembeuluh darah janin.
Ada 2 jenis kokain: murni berupa serbuk putih dan yang telah dicampur dengan soda kue/
sodium karbonat kemudian direbus sampai airnya menguap dan tinggal kerak cokelat jenis in
lebih adiktif dan berbahaya. Kokain dengan cepat diabsorpsi dan masuk dalam darah serta
menghasilkan efek dalam 6-8 menit. Adiksi kokain mengganggu psikologik, dan sulit diobati.
Kokain diabsorbsi dengan cepat pada semua membran mukosa dan menghambat reuptake
presinaps dari katekolaminpada neuron terminal. Akumulasi ini menyebabkan peningkatan
tonus simpatis dan vasokontriksi serta menimbulkan euforia, peningkatan denyut jantung,
hiperglikemia, hiperpireksia, dan midridiasis. Vasokontriksi koroner akan mengakibatkan
spasme, angina pektoris, infark miokard akut, aritmia jantung , dan bahkan kematian
mendadak. Dapat pula terjadi perdarahan subarakhnoid bila sebelumnya ada stroke
hemoragik, dan nekrosis usus.
Komplikasi maternal dapat berupa hipertensi maligna , iskemia janutng, infark
miokard bahkan kematian. Bayi pemakaian kokain dengan berat badan lahir rendah beresiko
mengalami perdarahan intraventrikuler dan keterlambatan penanganan. Ibu hamil pengguna
kokain beresiko terjadi terjadi ketuban pecah dini 20%, pertumbuhan janin terhambat 2530%, persalinan kurang bulan 25%, perawatan mekonium dalam air ketuban 20% dan solusio
plasenta 6-10%.
d. Alkohol
Fetal alcohol syndrome = FAS untuk menggambarkan gejala yang berhubungan dengan
pemekaian alkohol yang berat berupa: defisiensi pertumbuhan pre dan postnatal, gangguan
sistem saraf pusat yangberpengaruh terhadap kecerdasan dan perilak, muka yang khas
ditandai dengan posisi telinga yang rendah dan tidak paralel, philtrum yang khas yang
ditandai pendek dan datar, muka yang panjang, kepala kecil, hidung pendek, malformasi
organ terutama pada jantung berupa defek septum, dapat pula terjadi hipoplasia ginjal,
divertikulum buli-buli, dan gangguan traktus urogenitalis yang lain, serta deformitas anggota
gerak.
Jenis Dan Kadar Minuman Beralkohol:

Bir
4
Merupakan hasil fermentasi karbohidrat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Mengandung
alkohol sebesar 3-6%

Wine
Dihasilkan dari fermentasi sari buah anggur. Sari buah lain yang juga bisa digunakan adalah
buah pir, apel, beri dan bunga dandelions. Mengandung alkohol sebesar 10-14%

Liquor
Minuman beralkohol yang dibuat dengan proses penyulingan lalu digabungkan dengan aroma
dan cita rasa lain seperti jeruk. Biasanya mengandung gula dan alkohol 30-35%

Vodka
Dikenal sebagai minuman tradisional Rusia. Biasanya merupakan hasil penyulingan dari
fermentasi bubur gandum. Mengandung 40% alkohol.

Rum
Dihasilkan dari penyulingan berbagai produk fermentasi gula tebu. Umumnya yang dicampur
untuk pembuatan rum adalah sirup gula dan air. Kadar alkoholnya 40-75%.

Gin
Merupakan hasil penyulingan dari fermentasi biji-bijian. Biasanya cita rasa didapat dengan
mencampurkan juniper berries (sejenis buah beri). Memiliki kadar alkohol 40-45%

Brandy
Minuman beralkohol ini dihasilkan dari penyulingan wine dari anggur. Kandungan
alkoholnya adalah 40-50%

Wiski
Sejenis liquor yang merupakan hasil penyulingan dari bubur biji-bijian. Kadar alkoholnya 4050%.
e. Metamfetamin
Metabolit aktif metamfetamin ialah: amfetamin, suatu stimulan SSP bentuk bubuk
metamfetamin dikenal sebagai “ SPEED” dan “METH”. Angka melahirkan bayi prematur
5
dan memiliki neonatus yang mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dal lingkar kepala
yang kecil , lebih tinggi dibandingkan kelompok wanita yang tidak menggunakan obat
(oro,dikson 1987) pola perilaku neonatus berubah ditandai dengan perilaku tidur yang
abnormal, perilaku minum yang buruk, tremor dan hipertonia. Gejala putus obat dapat diatasi
dengan fenobarbital atau tingtur alkohol opium (paregoric)
f. Mariyuana
Mariyuana merupakan obat terlarang yangpaling umum digunakan selama masa
hamil, dapat dihisap dalam rokok, pipa, pipa air, atau dicampur kedalam makanan.obat ini
menimbulkan keracunan (intosikasi) dan sensori “tinggi (melayang). Mariyuana dengan
mudah dapat menembus plasenta dan dapat meningkatkan kadar monoksida dalam darah ibu,
yang dapat menurunkan oksigen dalam darah janin.
g. Fenisiklidin
Fenisiklidin adalah obat sintesis yang dikenal dengan berbagai nama (peace pil, angle
dust, hog). Beberapa efeknya menyerupai skizofrenia, para penggunanya dapat dimasukan
keunit psikiatri. PCP cenderung digunakan dalam berbagai kombinasi alkohol, kokain dan
mariyuana, efek khusus pada kehamilan, janin dan neonatus belum di identifikasi.
h. Tembakau
Hampir semua komplikasi pada plasenta dapat ditimbulkan oleh rokok meliputi abortus,
solusio plasenta, insufisiensi plasenta, berat badan lahir rendah, dan plasenta previa. Hal ini
akan meningkatkan kematian neonatus dan sindroma kematian kematian bayi mendadak.
Perempuan yang merokok kehamilan trisemester keua dan tiga mempunyai resiko yang sama
bila merokok selama kehamilan. Bayi yang lahir dari seorang perokok bukan hanya
mempunyai BBLR, tetapi juga ukuran panjang tubuh, kepala dan dada yang lebih kecil, pH
tali pusat yang rendah dan menunjukan lebih banyak kelainan pada pemeriksaan neurologik.
3. Proses terjadinya masalah
Proses terjadinya masalah penyalahgunaan dan ketergantungan zat memfokuskan
pada zat yang sering disalahgunakan individu yaitu: opiat, amfetamin, canabis dan alkohol.
1) Rentang Respons Kimiawi
6
Perlu diingat bahwa pada rentang respons tidak semua individu yang menggunakan
zat akan menjadi penyalahgunaan dan ketergantungan zat. Hanya individu yang
menggunakan zat berlebihan dapat mengakibatkan penyalahgunaan dan ketergantungan zat.
Penyalahgunaan zat merujuk pada penggunaan zat secara terus menerus bahkan
sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan
sering dianggap sebagai penyakit. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik
terhadap obat. Toleransi berarti bahwa memerlukan peningkatan jumlah zat untuk
memperoleh efek yang diharapkan (Stuart dan Sundeen, 1995; Stuart dan Laraia, 1998).
2) Perilaku
3) Faktor penyebab.
Faktor penyebab pada klien dengan penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA meliputi:
a. Faktor biologic

Kecenderungan keluarga, terutama penyalahgunaan alcohol

Perubahan metabolisme alkohol yang mengakibatkan respon fisiologik yang tidak
nyaman
b. Faktor psikologik

Tipe kepribadian ketergantungan

Harga diri rendah biasanya sering berhub. dengan penganiayaan waktu masa kanak
kanak

Perilaku maladaptif yang diperlajari secara berlebihan

Mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit

Sifat keluarga, termasuk tidak stabil, tidak ada contoh peran yang positif, kurang
percaya diri, tidak mampu memperlakukan anak sebagai individu, dan orang tua yang
adiksi
c. Faktor sosiokultural

Ketersediaan dan penerimaan sosial terhadap pengguna obat

Ambivalens sosial tentang penggunaan dan penyalahgunaan berbagai zat seperti
tembakau, alkohol dan mariyuana
7

Sikap, nilai, norma dan sanksi cultural

Kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil dan keterbatasan kesempatan
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Prinsip pengkajian yang dilakukan dapat menggunakan format pengkajian di ruang psikiatri
atau sesuai dengan pedoman yang ada di masing-masing ruangan tergantung pada
kebijaksanaan rumah sakit dan format pengkajian yang tersedia. Adapun pengkajian yang
dilakukan meliputi :
a. Perilaku
b. Faktor penyebab dan faktor pencetus
c. Mekanisme koping yang digunakan oleh penyalahguna zat meliputi:

penyangkalan (denial) terhadap masalah

rasionalisasi

memproyeksikan tanggung jawab terhadap perilakunya

mengurangi jumlah alkohol atau obat yang dipakainya
d. Sumber-sumber koping (support system) yang digunakan oleh klien
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi kurang volume cairan dan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan: efek penggunaan obat-obatan psikoaktif.
b. Resiko tinggi cedera terhadap diri sendiri, janin, atau bayi baru lahir yang
berhubungan dengan efek sensori obat
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gaya hidup dehidrasi dan malnutrisi
metode pemberian obat / efek obat
d. Kurang perawatan diri, mandi, higyene yang berhubungan dengan efek zat
e. Penyangkalan (denial) yang berhubungan dengan kurang pemahaman tentang proses
penyakit, efek obat psikoaltif pada janin yang bertumbuh dan kehamilan
f. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan sistem pendukung yang
kurang, harga diri rendah, tidak adanya mekanisme sehat untuk mengenali dan
mengungkapkan kemarahan
8
g. Resiko tinggi kekerasan berhubungan dengan mempertahankan kebiasaan
menggunakan obat, efek zat yang digunakan.\
3. Intervensi
a. Dx: Resiko tinggi cedera terhadap diri sendiri, janin, atau bayi baru lahir yang
berhubungan dengan efek sensori obat
Hasil yang diharapkan:
persalinan pasien yang prematur akan disupresi
intervensi:
Memantau terapi tokolisis melalui IV
Memantau status ibu dan janin akibat pemberian terapi
Menganjurkan bumil untuk mengambil keputusan melakukan tirah baring, dan
menjaga kebersihan
Menyiapkan kepulangan pasien : memberi penyuluhan tentang pemberian obat oral
dan cara mengenali tanda persalinan prematur, apa dan bagaimana melaporkannya:
sumber orang yang dapat dihubungi saat diperlukan.
Rasional:
Pemantauan ketat penting untuk menentukan keefektifan dan megenali tanda dini
toksisitas
Menunjukan penghargaan terhadap kemampuan pasien mengambil keputusan
sehingga ia akan merasa lebih kuat
Pengetahuan memberikan dasar dalam mengambil keputusan : merupakan proses
yang membantu dalam mengembangkan keterampilan koping yang baru;
kepercayaan perawat dapat membantu pasien dalam mengembangkan harga diri, yang
bisa membantu pasien melewati sisi hidupnya yang lain.
Evaluasi:
Persalinan prematur disupresi tanpa terjadi toksisitas
9
Pasien mampu mematuhi tirah baring
Pasien minum obat oral sesuai instruksi, persalinan pre term tidak terjadi.
b. Dx: Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan sistem pendukung yang
kurang
Hasil yang diharapkan:
Pasien akan mengungkan sikap positif terhadap dirinya
Pasien akan meneruskan kehamilannya sampai cukup bulan tanpa menggunakan
kokain
Intervensi:
Mendorong klien untuk mengenali kekuatan dirinya
Membantu mengembangkan strategi penyelesaian masalah
Menggali sumber untuk mengurangi penggunaan zat
Rasional:
Mengurangi ketergantungan pada dominasi teman sebay ayang tidak tepat
Mendorong keterlibatan klien dalam rencana perawatan dan pelaksanaan aktivitas
Evaluasi:
Klien mampu menggunakan pernyataan positif “saya”
Klien membantu mengembangkan rencana perawatan yang tepat untuk kelahiran
aterm
Klien hadri dalam progam rehabilitasi, mendiskusikan masalah dengan perawat di
klinik/ perawat kesehatan masyarakat, dan tetap bebas dari obat selama sisa masa
hamilnya.
c. Dx : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan: efek penggunaan
obat-obatan psikoaktif
Hasil yang diharapkan:
10
Ibu dan janin akan mempertahankan nutrisi yang ade kuat
Intervensi
Memberi si Ibu konsultasi tentang konsultasi wanita hamil dan janin
Bersama-sama mengembangkan rencana makan yang meliputi jadwal, lingkungan,
dan jenis makanan yang disukai/ tidak disukai
Rasional
Klien kurang memahami kebutuhan nutrisi selama hamil
Penyalahguna zat sering sekali lupa makan / lupa makanan kesukaannya
Evaluasi
Status nutrisi pasien dan asupan makanannya sesuai denagn kehamilannya trimester
ketiga
Pasien menjalankan rencana makan dan memasukan makanan kesukaan dalam
pilihan makanan.
11
BAB III
PEMBAHASAN
1. Analisis dan Efek Samping Pada Ibu dan Janin
a. Sedativa-Hipnotika
Dalam dunia kedokteran, zat adiktif sedative-hipnotika digunakan sebagai zat penenang
yang dikenal juga dengan sebutan pil BK dan magadon.
Pemakaian sedative-hipkotiva dalam dosis kecil menenangkan. Sedangkan dalam dosis besar
menidurkan. Tanda-tanda gejala pemakaiannya yaitu mula-mula gelisah, mengamuk lalu
mengantuk, malasi daya pikir, menurun, bicara dan tindakan lambat.
Tanda-tanda gejala putus obat, yaitu gelisah, sukar tidur, gemetar, muntah, berkeringat,
denyut nadi cepat, tekanan darah naik dan kejang-kejang.
b. Heroin
Segera setelah penyuntikan (atau inhalasi), heroin melintasi penghalang darah-otak.
Dalam otak, heroin dikonversi menjadi morfin dan cepat mengikat pada reseptor opioid.
Pelaku biasanya mengalami perasaan gelombang dan sensasi menyenangkan, serta tergesagesa. Intensitas terburu-buru adalah fungsi dari berapa banyak obat yang diambil dan
seberapa cepat obat tersebut memasuki otak dan mengikat ke reseptor opioid alami.
Efek jangka pendek heroin :
 Tergesa-gesa “rush”
 Respirasi Tertekan
 Mendung fungsi mental
 Mual dan muntah
 Penindasan sakit
 Aborsi spontan
Heroin sangat adiktif karena memasuki otak begitu cepat. Dengan heroin, terburuburu biasanya disertai dengan pembilasan hangat dari kulit, mulut kering, dan terasa berat di
kaki, yang mungkin disertai mual, muntah, dan gatal-gatal parah.
Setelah efek awal, pelaku biasanya akan mengantuk selama beberapa jam. Mental
fungsi mendung oleh efek heroin pada sistem saraf pusat fungsi jantung lambat. Pernapasan
12
juga sangat lambat, kadang-kadang hampir mati. Overdosis heroin merupakan risiko khusus
di jalan, di mana jumlah dan kemurnian obat tidak dapat diketahui secara akurat.
Efek jangka panjang heroin :
 Addiction (Kecanduan)
 Penyakit infeksi, seperti HIV/AIDS - hepatitis B & C
 Infeksi bakteri
 Abses
 Infeksi pada lapisan jantung dan katup.
 Arthritis dan masalah rematik lainnya
Penyalahgunaan heroin pada ibu hamil dapat menyebabkan komplikasi serius selama
kehamilan, termasuk pengiriman keguguran dan premature Anak-anak yang lahir dari ibu
kecanduan beresiko besar SIDS (sindrom kematian bayi mendadak). Wanita hamil tidak
boleh didetoksifikasi dari opiat karena peningkatan risiko abortus spontan atau kelahiran
prematur, melainkan, pengobatan dengan metadon sangat disarankan. Meskipun bayi yang
lahir dari ibu yg ketergantungan metadon dapat menunjukkan tanda-tanda ketergantungan
fisik, mereka dapat diobati dengan mudah. Penelitian juga menunjukkan bahwa efek dalam
paparan rahim untuk metadon relatif jinak.
c. Kokain
Efek kokain, sama dengan amfetamin disertai stimulasi SSP jangka pendek. Ada
hambatan dalam ambilan ulang katekolamin, yang mengakibatkan kadar norepinefrin,
serotonin, dan domain tinggi. Hal ini mengakibatkan penyalahguna kokain terjaga berlebihan.
Kokain meningkatkan kadar norepinefrin dan serotonin dengan cepat dan menurunkan kadar
kedua zat tersebut dengan tiba-tiba.
Sistem biokimia norepinefrin, serotonin, dan dopamin memainkan peran utama
mengatur mood dan kesehatan mental.
d. Alkohol
Alkohol atau etanol bersifat larut dalam air sehingga akan benar-benar mencapai
setiap sel setelah dikonsumsi. Alkohol yang dikonsumsi akan diserap masuk melalui saluran
pernafasan. Penyerapan terjadi setelah alkohol masuk kedalam lambung dan diserap oleh
usus kecil. Hanya 5-15% yang diekskresikan secara langsung melalui paru-paru, keringat dan
13
urin. Pernah dibuktikan bagaimana cepat dan mudahnya alkohol diserap oleh tubuh manusia.
Alkohol sangat mudah terdistribusi masuk ke dalam saluran darah janin melalui darah ibunya
dan dapat merusak sel-sel pada janin. Sel-sel utama yang menjadi target kerusakan adalah
pada otak dan medula spinalis. Fetal alcohol syndrome (FAS) menggambarkan rentang efek
alkohol terhadap janin hingga bayi yang dilahirkan mengalami kelainan fisik dan mental.
Efeknya bervariasi dari ringan sampai sedang. Beberapa efek alkohol terhadap janin antara
lain adalah :

Bentuk wajah yang ganjil. Bayi mungkin akan memiliki kepala kecil, dengan
muka datar, dan mata yang hanya bisa membuka sedikit. Dan keadaan ini
makin kelihatan nyata ketika anak berusia 2-3 tahun.

Gangguan pertumbuhan. Anak yang terpapar alkohol saat masih dalam
kandungan akan tumbuh lebih lambat daripada anak yang normal.

Masalah belajar dan perilaku. Hal ini karena alcohol juga akan mempengaruhi
fungsi otak anak.

Cacat lahir. Selain dengan bentuk wajah ganjil, bayi mungkin akan mengalami
kecacatan pada berbagai bagian tubuh.
Biasanya, bayi akan lahir dengan bentuk otot tubuh dan kepala yang terlalu kecil.
Selain itu, bayi yang dikandung kemungkinan besar juga akan mengalami gangguan pada
pendengaran, penglihatan, dan juga masalah kecanduan alkohol serta gangguan pada
pelakunya.
e. Marijuana
Komponen aktifnya adalah delta-9-tetrahidrokannabinol, dimetabolisme di hepar, 2
minggu setelah pemakaian masih dapat dideteksi dalam urin. Bila dihisap kurang dari 2jam,
sedang penggunaan oral efeknya mencapai 30-120 menit dan berakhir 5-7 jam.
Risiko maternal : mempunyai efek karsinogenik lebih kuat, menimbulkan inflamasi
paru yang luas, menghambat produksi makrofag paru.
Risiko perinatal : lipatan epiknatal lebih berat,hipertelorisme, pertumbuhan janin
terhambat,partus prematurus,partus presipitatus, risiko menunjang waktu persalinan serta
partus macet, komplikasi dalam air ketuban.
14
f. Fenisiklidin (PCP)
Setelah digunakan, PCP mengendap di otak dan lemak tubuh selama waktu yang
lama. Obat ini dapat menembus plasenta dan cenderung ditemukan dalam konsentrasi yang
tinggi dalam jaringan janin dari pada dalam jaringan maternal.
g. Tembakau
Nikotin menyebabkan pembuluh darah plasenta vasokontriksi dan karbonmonoksida
menonaktifkan Hb maternal dan janin, yang penting untuk mentranspor oksigen ke janin.
Paparan asap tembakau pada ibu hamil dapat mengakibatkan terganggunya
perkembangan janin dan pertumbuhan bayi serta katian pada bayi baru lahir. Namun, yang
paling menonjol adalah kelahiran bayi premature dan BBLR. Masalah pernafasan dan
sindrom kematian mendadak bayi juga umum terjadi.
2. Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian
Prinsip pengkajian yang dilakukan dapat menggunakan format pengkajian di ruang psikiatri
atau sesuai dengan pedoman yang ada di masing-masing ruangan tergantung pada
kebijaksanaan rumah sakit dan format pengkajian yang tersedia. Adapun pengkajian yang
dilakukan meliputi :
a. Perilaku
b. Faktor penyebab dan faktor pencetus
c. Mekanisme koping yang digunakan oleh penyalahguna zat meliputi:

penyangkalan (denial) terhadap masalah

rasionalisasi

memproyeksikan tanggung jawab terhadap perilakunya

mengurangi jumlah alkohol atau obat yang dipakainya
d. Sumber-sumber koping (support system) yang digunakan oleh klien
15
2.Diagnosa Keperawatan

Resiko tinggi kurang volume cairan dan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan: efek penggunaan obat-obatan psikoaktif.

Resiko tinggi cedera terhadap diri sendiri, janin, atau bayi baru lahir yang
berhubungan dengan efek sensori obat

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gaya hidup dehidrasi dan malnutrisi
metode pemberian obat / efek obat

Kurang perawatan diri, mandi, higyene yang berhubungan dengan efek zat

Penyangkalan (denial) yang berhubungan dengan kurang pemahaman tentang proses
penyakit, efek obat psikoaltif pada janin yang bertumbuh dan kehamilan

Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan sistem pendukung yang
kurang, harga diri rendah, tidak adanya mekanisme sehat untuk mengenali dan
mengungkapkan kemarahan

Resiko tinggi kekerasan berhubungan dengan mempertahankan kebiasaan
menggunakan obat, efek zat yang digunakan.
3. Intervensi

Dx: Resiko tinggi cedera terhadap diri sendiri, janin, atau bayi baru lahir yang
berhubungan dengan efek sensori obat
Hasil yang diharapkan:
persalinan pasien yang prematur akan disupresi
intervensi:
Memantau terapi tokolisis melalui IV
Memantau status ibu dan janin akibat pemberian terapi
Menganjurkan bumil untuk mengambil keputusan melakukan tirah baring, dan
menjaga kebersihan
Menyiapkan kepulangan pasien : memberi penyuluhan tentang pemberian obat oral
dan cara mengenali tanda persalinan prematur, apa dan bagaimana melaporkannya:
sumber orang yang dapat dihubungi saat diperlukan.
16
Rasional:
Pemantauan ketat penting untuk menentukan keefektifan dan megenali tanda dini
toksisitas
Menunjukan penghargaan terhadap kemampuan pasien mengambil keputusan
sehingga ia akan merasa lebih kuat
Pengetahuan memberikan dasar dalam mengambil keputusan : merupakan proses
yang membantu dalam mengembangkan keterampilan koping yang baru;
kepercayaan perawat dapat membantu pasien dalam mengembangkan harga diri, yang
bisa membantu pasien melewati sisi hidupnya yang lain.
Evaluasi:
Persalinan prematur disupresi tanpa terjadi toksisitas
Pasien mampu mematuhi tirah baring
Pasien minum obat oral sesuai instruksi, persalinan pre term tidak terjadi.

Dx: Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan sistem pendukung yang
kurang
Hasil yang diharapkan:
Pasien akan mengungkan sikap positif terhadap dirinya
Pasien akan meneruskan kehamilannya sampai cukup bulan tanpa menggunakan
kokain
Intervensi:
Mendorong klien untuk mengenali kekuatan dirinya
Membantu mengembangkan strategi penyelesaian masalah
Menggali sumber untuk mengurangi penggunaan zat
Rasional:
Mengurangi ketergantungan pada dominasi teman sebay ayang tidak tepat
17
Mendorong keterlibatan klien dalam rencana perawatan dan pelaksanaan aktivitas
Evaluasi:
Klien mampu menggunakan pernyataan positif “saya”
Klien membantu mengembangkan rencana perawatan yang tepat untuk kelahiran
aterm
Klien hadri dalam progam rehabilitasi, mendiskusikan masalah dengan perawat di
klinik/ perawat kesehatan masyarakat, dan tetap bebas dari obat selama sisa masa
hamilnya.

Dx : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan: efek penggunaan
obat-obatan psikoaktif
Hasil yang diharapkan:
Ibu dan janin akan mempertahankan nutrisi yang ade kuat
Intervensi
Memberi si Ibu konsultasi tentang konsultasi wanita hamil dan janin
Bersama-sama mengembangkan rencana makan yang meliputi jadwal, lingkungan,
dan jenis makanan yang disukai/ tidak disukai
Rasional
Klien kurang memahami kebutuhan nutrisi selama hamil
Penyalahguna zat sering sekali lupa makan / lupa makanan kesukaannya
Evaluasi
Status nutrisi pasien dan asupan makanannya sesuai denagn kehamilannya trimester
ketiga
Pasien menjalankan rencana makan dan memasukan makanan kesukaan dalam
pilihan makanan.
18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penyalahgunaan dan ketergantungan zat yang termasuk dalam katagori NAPZA pada
akhir-akhir ini makin marak. Kecenderungannya semakin makin banyak masyarakat yang
memakai zat tergolong kelompok NAPZA tersebut, tidak terkecuali pada ibu hamil.
Penyebab banyaknya pemakaian zat tersebut antara lain karena kurangnya
pengetahuan masyarakat akan dampak pemakaian zat tersebut serta kemudahan untuk
mendapatkannya. Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya ibu hamil, dalam
penggunaan NAPZA tersebut juga berakibat fatal terhadap si janin (calon bayi). Hal ini
terlihat jelas dengan semakin meningkatnya angka kematian bayi baru lahir dan BBLR,
dengan riwayat si Ibu ketergantungan obat.
Peran penting tenaga kesehatan dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan dan
ketergantungan NAPZA di rumah sakit khususnya upaya terapi dan rehabilitasi sering tidak
disadari, kecuali mereka yang berminat pada penanggulangan NAPZA (DepKes, 2001).
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di atas, maka perlunya peran serta tenaga
kesehatan khususnya tenaga keperawatan dalam membantu masyarakat yang di rawat di
rumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat. Untuk itu
dirasakan perlu perawat meningkatkan kemampuan merawat klien dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yaitu asuhan keperawatan klien penyalahgunaan dan
ketergantungan NAPZA (sindrom putus zat).
B. Saran
Penulis harapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua untuk ilmu yang
lebih membangun. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang positif
dari pembaca.
19
DAFTAR PUSTAKA
Carpenitto, I.JBuku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6, EGC, Jakarta: 1995
Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3, EGC: 1995
Bobak, Lowdermig, Jensen. Buku Keperawatan Maternitas Edisi 4, EGC,
Jakarta:2004
http://www.saskschools.ca/~psychportal/Psych30/EjournalPrenatal/influences_on_prenatal.htm
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15734273
http://teratogenmarijuana.pbworks.com/
20
Download