Document

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM
Mikrobiologi Pangan
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah Mikrobiologi Pangan
Pemeriksaan Sampel Air dengan Menggunakan metode MPN/APM Susulan
OLEH
DIAH NURAENI 1500888
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016
I. TEORI
Air sebagai salah satu kebutuhan utama untuk menunjang kehidupan
manusia memiliki risiko berupa adanya penyakit bawaan air (water borne disease).
Oleh karena itu, salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan
penyediaan air bersih/minum harus memperhatikan pencegahan terhadap penyakit
bawaan air (Slamet, 1996).
Menurut Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No.
492 Tahun 2010. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah
udara. Tiga per empat bagian tubuh manusia terdiri dari air. Manusia tidak dapat
bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Air juga merupakan zat
yang paling parah akibat pencemaran. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia
dapat ditularkan
dan
disebarkan
melalui
air.
Penyakitpenyakit tersebut
merupakan akibat semakin tingginya kadar pencemar yang memasuki air.
Menurut Departemen
Perindustrian
dan
Perdagangan
RI. Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 651 Tahun 2004. Pengadaan air
bersih untuk keperluan air minum, harus memenuhi persyaratan yang sudah
ditetapkan
oleh
pemerintah.
memenuhi
persyaratan
Air
minum
secara fisika,
aman
mikrobiologi,
bagi kesehatan
kimia,
dan
apabila
radioaktif.
Parameter wajib penentuan kualitas air minum secara mikrobiologi adalah total
bakteri Coliform dan Escherichia coli. Penentuan kualitas air secara mikrobiologi
dilakukan dengan Most Probable Number Test. Jika di dalam 100 ml sampel air
didapatkan sel bakteri Coliform memungkinkan terjadinya diare dan gangguan
pencernaan lain.
Data dari WHO (1998) menyebutkan bahwa separuh dari populasi dunia
mengalami penyakit yang berhubungan dengan kekurangan air dan aterkontaminasi
yang berisiko pada timbulnya penyakit bawaan air seperti diare yang banyak
mengakibatkan kematian. Pada tahun 1995 diare mengakibatkan lebih dari tiga ribu
kematian dimana 80 persen diantaranya terjadi pada anak berusia di bawah lima
tahun.
Ahli konservasi dunia memprediksikan bahwa pada tahun 2025 penduduk
dunia akan mengalami kesulitan akses terhadap air bersih. Kondisi ini mendapatkan
perhatian dari PBB dimana melalui agenda Millenium Development Goals (MDG)
ditargetkan akan dilakukan pengurangan 50% dari penduduk dunia yang tidak
memiliki akses terhadap air bersih pada tahun 2015. Target MDG ini di Indonesia
diimplementasikan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Sistem Penyediaan Air Minum dimana ditargetkan pada 1 Januari 2008 seluruh
penyelenggara penyediaan air dapat mendistribusikan air dengan kualitas siap
minum (Zazili, 2008).
Pihak PDAM selaku penyelenggara penyediaan air bersih di Indonesia belum
mampu melaksanakan amanat PP 16/2005 ini sepenuhnya. Namun untuk memenuhi
tuntutan tersebut pihak PDAM melaksanakan suatu strategi yaitu dengan
menerapkan Zona Air Minum Prima secara terpadu. PDAM Tirta Musi merupakan
salah satu PDAM yang belum mewujudkan strategi ZAMP. Namun saat ini PDAM
Tirta Musi sedang menyiapkan Kawasan Manunggal sebagai ZAMP dimana jaringan
pendukung ZAMP telah selesai dipasang.
Membahas Zona Air Minum Prima berkaitan dengan air yang memiliki
kualitas siap untuk langsung diminum. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002, bahwa air minum yang
dikonsumsi masyarakat harus memenuhi persyaratan kesehatan kualitas air minum.
Persyaratan kualitas air minum yang dimaksud meliputi persyaratan bakteriologis,
kimiawi, radioaktif dan fisik (Rudyanto, 2005). Berkaitan dengan hal tersebut maka
diperlukan suatu pemeriksaan untuk mengetahui apakah air yang didistribusikan di
Kawasan Manunggal sebagai daerah persiapan ZAMP PDAM Tirta Musi sudah
memenuhi persyaratan kesehatan untuk langsung diminum.
Sekitar tiga per empat bagian tubuh manusia terdiri dari air, menjadikan
air
sebagai
zat
terpenting untuk
kebutuhan
dasar
agar
berlangsungnya
kehidupan. Air selain bermanfaat bagi manusia, juga merupakan media yang baik
untuk kehidupan bakteri.
Bakteri ini dibedakan menjadi dua, yaitu bakteri patogen dan bakteri
non-patogen. Bakteri patogen dapat menyebabkan penyakit dengan keluhan
diare seperti disentri, tipus, dan kolera, melalui air yang diminum. Beberapa
contoh bakteri patogen adalah Shigella dysentriae, Salmonella typhi, Salmonella
paratyphi. Untuk bakteri non-patogen contohnya dari golongan bakteri Fecal
streptococci, Iron bacteri, dan Actinomycetes. (Onny, 2004)
Menurut Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No.
492 Tahun 2010. Air yang aman untuk diminum adalah air bersih yang harus
memenuhi persyaratan secara fisika, kimia, radioaktif dan mikrobiologi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Secara mikrobiologi, salah satu syarat air bersih
yang dapat dikonsumsi adalah tidak ditemukannya Escherichia Coli dalam 100
ml. Escherichia Coli juga termasuk bakteri yang dapat menyebabkan keluhan
diare.
II. TUJUAN
Mengetahui kualitas air dengan cara mengetahui jumlah mikroorganisme
berdasarkan nilai Most Probable Number (MPN) dan mengetahui jasad indikator
pada masing-masing sampel air.
III. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Alat yang digunakan iyalah:
1. Tabung ulir
2. Rak tabung,
3. Bunsen,
4. Jarum ose,
5. Cawan petri,
6. Ikubator,
7. Erlen mayer,
8. Pipet
9. Neraca analitik
10. Gelas arloji
11. Sudip
2. Bahan
Bahan yang digunakan iyalah:
1. Air
2. Media lactose broth
3. Media BGLB
4. Media endo agar
5. Media NA
IV. PROSEDUR KERJA
1. Uji pendugaan.
a. Menyeterilkan tangan dan meja.
b. Menyiapkan sampel air secara steril kemudian dihomogenkan dengan
mengocoknya sebanyak 25 kali.
c. Memasukan masing-masing 10 ml air kedalam 3 tabung reaksi yang
masing-masing berisi 10 ml Laktosa Broth.
d. Memasukan masing-masing 1 ml air kedalam 3 tabung reaksi yang
masing-masing berisi 10 ml Laktosa Broth.
e. Memasukan masing-masing 0.1 ml air kedalam 3 tabung reaksi yang
masing-masing berisi 10 ml Laktosa Broth.
f. Diincubasi semua tabung pada suhu 37˚C selama 2x24 jam.
g. Mencatat semua tabung reaksi yang terbentuk gas (positif terbentuk gas)
pada tiap seri tabung (10ml, 1 ml, 0.1 ml)
2. Uji penegasan
a. Menyeterilkan tangan dan meja.
b. Semua tabung reaksi yang positif terbentuk gas diambil sebanyak 1 ose
kemudian ditanam di media Brilliant Green Laktosa Broth dan diincubasi
pada suhu 37˚C selama 2x24 jam.
c. Mengamati hasil yang positif terbentuk gas kemudian diambil 1 ose dan
ditanam di media endo agar dengan teknik streak plate.
d. Diincubasi pada suhu 37˚C selama 2x24 jam.
e. Mengamati adanya koloni tipikal (merah tua atau hijau metalik)
3. Uji lengkap
a. Diinokulasi medium laktosa broth dengan koloni tipikal.
b. Membuat piaran NA miring dari koloni tipikal.
c. Semua diincubasi selama 2x24 jam pada suhu 37˚C.
d. Mengamati terbentuknya gas pada media laktosa broth.
V. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan yang di lakukan pada 25 April 2016
No
Jenisuji
positive
1.
Pertumbuhanpada media lactose
√
Ujipendugaan
broth.
2. UjiPenegasan
a. pertumbuhan media BGLB
√
b. pertumbuhan media endo agar
√
a. pertumbuhan media lactose
√
3.uji lengkap
negative
broth padasuhu 45 derajat
b. pertumbuhan media NA miring
√
B1. Bentukbatang
√
B2. Gram negative
√
B3. Tidakadaspora
√
Hasil pengamatan yang di lakukan pada 18 Mei 2016
HASIL
NO
JENIS UJI
JUMLAH
1
PENDUGAAN
11
√
2
PENEGASAN
11
√
3
PELENGKAP
NEGATF
POSITIF
√
VI. PEMBAHASAN
Nama
: Diah Nuraeni.
NIM
: 1500888.
Tanggal Praktikum
: 18 Mei 2016.
Tanggal Laporan
: 27 Mei 2016.
Judul Pratikum
: Uji Kualitas air Berdasarkan Metode MPN.
Menurut PERMENKES Republik Indonesia No.416/Menkes/Per/IX/1990
tentang pengawasan dan syarat-syarat kualitas air disebut sebagai air bersih adalah
air yang memenuhi syarat kesehatan, yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum
diminum. Untuk mengetahui jumlah Colifrom didalam air digunakan metode Most
Probable Number(MPN). Pemeriksaan kehadiran bakteri E. coli dari air dilakukan
berdasarkan penggunaan medium kaldu laktosa. Kehadiran bakteri E.coli besar
pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, terbukti dengan kualitas air secara
bakteriologis tingkatannya ditentukan oleh kehadiran bakteri tersebut.
Pemeriksaan derajat pencemaran air secara mikrobiologi umumnya
ditunjukan dengan kehadiran bakteri indikator seperti coliform dan fecal coli
(Ramona, 2007). Bakteri coliform sebagai suatu kelompok dicirikan seperti bakteri
berbentuk batang gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik, dan anaerobik
fakultatif yang memfermentasi lactose dengan menghasilkan asam dan gas dalam
waktu 48 jampada suhu 35oC (Pelczar dan Chan, 2006).
Kelompok bakteri coliform antara lain Eschericia colli, Enterobacter
aerogenes, dan Citobacter Fruendii. Keberadaan bakteri ini dalam air minum juga
menunjukan adanya bakteri patogen lain, misalnya Shigella, yang bisa menyebabkan
diare hingga muntaber. Jadi, bakteri coliform adalah indikator kualitas air. Semakin
sedikit kandungan coliform, maka kualitas air semakin baik (Pelczar dan Chan, 2006).
Coliform adalah golongan bakteri yang merupakan campuran antara bakteri
fekal dan bakteri non fekal. Prinsip penentuan angka bakteri coliform adalah bahwa
adanya pertumbuhan bakteri coliform yang ditandai dengan terbentuknya gas pada
tabung Durham, setelah diinkubasikan pada media yang sesuai (Harmita dan Radji
M, 2008).
Parameter Bakteriologis Total E. Coli dalam penelitian ini sebesar 0 per 100
ml sampel dimana total maksimum menurut Kepmenkes 907/2002 yaitu sebesar 0
per 100 ml sampel sehingga disimpulkan memenuhi persyaratan kualitas air minum.
Menurut Festiyanti (2006), terdapat hubungan antara total coliform dengan kadar
residu chlor. Laju penurunan kadar chlor dan laju pertumbuhan bakteri coli semakin
besar pada pipa yang bocor, dibanding pipa yang tidak bocor (Finansyah, 2007).
Pemeriksaan bakteriologi air, difokuskan pada pemeriksaan terhadap adanya
bakteri Coliform pathogen yang berasal dari faeses yaitu Escherichia coli. Bakteri
E.coli termasuk kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya
kontaminasi faeses. Hal ini karena E. Coli berasal dari colon, tempat faeses
diproduksi (Britton, G., 2005).
Penentuan jumlah bakteri Coliform dan E.coli dilakukan dengan metode
MPN sesuai prosedur (Waluyo, 2009). Tabung LB yang menunjukkan hasil positif
berupa kekeruhan dan gelembung gas dalam tabung durham, selanjutnya
diambil 1 ose dan diinkubasi pada tabung yang berisi media Brilliant Green Lactose
Broth (BGLB) dan tabung durham. Coliform ditentukan dengan inkubasi dilakukan
pada suhu 370C selama 2 x 24 jam.
Selanjutnya jumlah tabung yang positif berupa kekeruhan dan gelembung
gas dalam tabung durham dihitung dan dicocokkan dengan tabel perhitungan
MPN. Masing-masing biakan positif pada uji konfirmasi bakteri coliform, diambil
satu sengkelit dan diinokulasikan pada media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA),
dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam.
Praktikum ini melalui 3 tahapan yaitu uji penduga menggunakan Lactosa
Broth (LB), uji penegas menggunakan Brilliant Green Lactose Bile (BGLB), uji
pelengkap menggunakan EMBA.
LB digunakan dalam uji penduga untuk mendeteksi adanya Coliform. Jika
dalam sampel terbentuk gas maka hal ini menandakan bahwa proses fermentasi
Coliform telah terjadi, Pemeriksaan lanjut bakteri coliform yaitu uji penegas pada
medium BGLB.
Uji penegas dilakukan untuk menegaskan keberadaan coliform karena pada
uji penduga hasil yang positif tidak selalu disebabkan oleh adanya bakteri coliform.
BGLB mengandung hijau brilian yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram
negatif tertentu selain coliform, juga mengandung eosin yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri gram positif dan hanya dapat menumbuhkan bakteri gram
negatif. Pemeriksaan bakteri Escherichia coli dilakukan dengan menginokulasi 3 ose
sampel yang ditelah ditanam dalam media uji penegas, pada media selektif yaitu
Eosin Methylene Blue Agar (EMBA).
Media ini merupakan media selektif untuk menumbuhkan Escherichia coli.
EMBA mengandung laktosa, bila dalam biakan terdapat bakteri Escherichia coli maka
asam yang dihasilkan dari fermentasi laktosa akan menghasilkan warna koloni
yang spesifik untuk bakteri Escherichia coli yaitu koloni yang berwarna hijau dengan
kilap logam sedangkan Coliform non fecal lain yang dapat tumbuh koloninya
berwarna cokelat menunjukkan adanya Enterobacter aerogenes ataupun koloni
yang tidak berwarnan Penelitian ini meliputi tiga tahapan yaitu uji penduga
menggunakan Lactosa Broth (LB),
uji
penegas
menggunakan Brilliant Green
Lactose Bile (BGLB), uji kesempurnaan menggunakan EMBA.
VII. KESIMPULAN
1. LB digunakan dalam uji penduga untuk mendeteksi adanya Coliform. Jika dalam
sampel terbentuk gas maka hal ini menandakan bahwa proses fermentasi
Coliform telah terjadi, Pemeriksaan lanjut bakteri coliform yaitu uji penegas
pada medium BGLB.
2. Uji penegas dilakukan untuk menegaskan keberadaan coliform karena pada uji
penduga hasil yang positif tidak selalu disebabkan oleh adanya bakteri coliform.
3. BGLB mengandung hijau brilian yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
gram negatif tertentu selain coliform, juga mengandung eosin yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan hanya dapat menumbuhkan
bakteri gram negative.
4. EMBA mengandung laktosa, bila dalam biakan terdapat bakteri Escherichia coli
maka asam yang dihasilkan dari fermentasi laktosa akan menghasilkan
warna koloni yang spesifik untuk bakteri Escherichia coli yaitu koloni yang
berwarna hijau dengan kilap logam sedangkan Coliform non fecal lain yang
dapat tumbuh koloninya berwarna cokelat menunjukkan adanya Enterobacter
aerogenes ataupun koloni yang tidak berwarnan Penelitian ini meliputi tiga
tahapan yaitu uji penduga menggunakan Lactosa Broth (LB),
uji
penegas
menggunakan Brilliant Green Lactose Bile (BGLB), uji kesempurnaan
menggunakan EMBA.
VIII.
SARAN
1. Perlu dilakukan pengawasan terhadap kualitas air baku
2. Sebelum menggunakan air PDAM sebaiknya di masak dahulu untuk
menghindari terjadinya hal yang tidak dinginkan
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. 2010.
Departemen
Perindustrian
dan
Perdagangan
RI. Keputusan
Menteri
Perindustrian dan Perdagangan No. 651 Tahun 2004 tentang persyaratan
teknis depot air minum dan perdagangannya. 2004.
Festiyanti, M, 2006, ‘Hubungan Sisa Chlor Bebas dengan Jumlah Bakteri Coliform
Pada Air Minum PDAM Kabupaten Semarang Tahun 2006’, [Abstrak Skripsi]
Universitas
Airlangga
[Online].
Diakses
dari:
http://ojs.lib.unair.ac.id/index.php/CDK/article/view/2779
Finansyah, Rudhi Wahyu. 2007, ‘Identifikasi Kebocoran Air Pada Sistem Perpipaan di
PDAM Surabaya Dengan Menggunakan Parameter Laju Penurunan Chlorine
dan Laju Pertumbuhan Bakteri Coli’, [Abstrak Skripsi] Institut Teknologi
Sepuluh
Nopember
[Online].
Diakses
dari
http://digilib.its.ac.id/detil.php?id=1204&q=model%20kurva%20pertumbuha
n,%20data%20longitudinal,%20GEE,%20QIC,%20laju%20pertumbuhan%20ek
onomi
Harmita dan Radji M, 2008. Ajar Analisis Hayati, Edisi 3. Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Pelczar & Chan.( 2008). Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. UIP : Jakarta.
Rudyanto, Chandra. 2005, Cara Mudah Memperoleh Air Siap Minum , Info
Penyehatan Air dan Sanitasi, vol. VII, No. 13, Juli 2005, hal. 15. Ditjen
PPM&PL Depkes, Jakarta
Slamet, J.S. 1996, Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Untung, Onny, 2004. Menjernihkan air kotor. Puspa Swara Chandra B: Jakarta
Waluyo L, 2007. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah: Malang
WHO, 1998. Treatment Critical to Curbing Waterborne Disease, Questia: Journal of
Environmental
Health,
[Online]
vol.
60
Diakses
dari:
www.questia.com/googleScholar.qst;jsessionid=K2nGBtspfGbk5yqdG4JPM0
WV52J4GPvJ7Xpj58yWJF8scCFc7n6X!-1665413921!1402025386?docId=5002285734
Zazili, Ahmad, 2008, PP No. 16 Tahun 2005 Cambuk untuk Memberikan Pelayanan
yang Lebih Baik, Majalah Air Minum, Edisi 149, Februari 2008, hal. 12.
Yayasan Tirtadharma:Jakarta
LAMPIRAN
Download