LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PANGAN Percobaan 8: Pengujian Mikroorganisme Pada Air Dengan Metode Perhitungan MPN Disusun oleh : Ika Mustikawati (1506358) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2016 I. Teori A. Bakteri coliform sebagai indikator keamanan air minum Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi setiap orang. Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung dengan cara yang dapat menjamin kesehatan tubuh dan kelangsungan hidup. Dengan demikian menyediakan air yang menjadi faktor penentu kesehatan dan kesejahteraan manusia merupakan pekerjaan mulia yang mendukung kelangsungan hidup umat manusia. Namun, air yang layak untuk diminum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan sehinggadapat diminum secara langsung atau air harus dimasak terlebih dahulu agar dapat diminum (Pratiwi, 2007, hlm. 59). Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan syarat-syarat kualitas air minum dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 907/MENKES/SK/VII/2002. Persyaratan kualitas air minum yang dimaksud meliputi persyaratan fisik, kimiawi, bakteriologis dan radioaktif. Persyaratan fisik meliputi parameter warna, suhu, kekeruhan, rasa dan bau. Persyaratan kimia meliputi parameter bahan kimia organik, anorganik, pestisida, disinfektan dan hasil sampingannya. Sedangkan persyaratan bakteriologis meliputi Escherichia coli (E.coli) atau bakteri tinja dan total bakteri Coliform. Penetapan E.coli sebagai indikator definitif pencemaran tinja karena hampir semua saluran pencernaan makhluk hidup atau hewan berdarah panas mengandung E.coli. KepMenkes telah menetapkan bahwa yang dimaksud dengan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Salah satu indikator pencemaran mikrobia adalah keberadaan bakteri coliform. Bakteri coliform ada yang bersifat patogen yaitu bakteri yang dapat menimbulkan penyakit. Bakteri coliform masuk dalam famili Enterobacteriaceae yang mempunyai 14 genus. Bakteri coliform yang ada dalam air dibedakan ke dalam 2 kelompok yaitu kelompok fecal (E. coli) dan non fecal (Enterobacter aerogenus). Bakteri coliform merupakan indikator kontaminasi lingkungan atau sanitasi yang kurang baik sedangkan E. coli sebagai indikator kontaminasi tinja dari manusia dan hewan berdarah panas (Waluyo, 2007). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010: Air minum yang aman harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi Escherichia Coli atau total bakteri Coliform tinja dengan standar 0 dalam 100 ml air minum. Keberadaan Escherechia colli atau total bakteri Coliform dalam air minum merupakan indikasi telah terjadinya kontaminasi tinja manusia. B. Pengujian bakteri coliform Menurut Pelczar dan Chan (dalam Atmojo dkk., 2011, hlm. 12) pemeriksaan organisme coliform menggunakan media selektif dan diferensial yang dilakukan dengan 3 (tiga) langkah, yaitu meliputi : 1. Uji penduga (presumptive test). Pada uji penduga digunakan media LB Broth sebagai media tumbuh bakteri. Tabung tabung fermentasi yang menghasilkan gas pada uji penduga menunjukkan adanya bakteri coliform positif. Pada tabung-tabung fermentasi yang positif ini kemudian dilanjutkan ke uji tahapan selanjutnya yaitu uji penguat. 2. Uji penguat (confirmed test). Dari hasil uji penduga yang positif lalu diinokulasikan pada media uji penguat brilliant green lactose bile broth (BGLB) sebagai media selektif. Diinkubasikan pada suhu 370C untuk total coliform dan 440C untuk fecal coliform selama 48 jam. Tabung tabung fermentasi yang terdapat gas dalam tabung durham berarti uji penguat positif terdapat bakteri coliform. 3. Uji lengkap (completed test) Hasil yang positif pada uji penguat dilanjutkan uji lengkap yaitu digoreskan dengan menggunakan ose ke permukaan media Endo-agar dari tabung-tabung fermentasi yang positif pada tes penguat. Fecal coliform ditunjukkan dengan warna metalik setelah diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Dilakukan pewarnaan Gram untuk menentukan bakteri Gram negatif atau Gram positif. Jika kultur dugaan tersebut E. coli maka akan menunjukkan sifat Gram negatif dan morfologi sel berbentuk batang pendek. C. Macam-macam media yang digunakan 1. Lactose Broth Komposisi per liter dari Lactose Broth terdiri dari : Peptone dari gelatin 5 gr/L, Ekstrak daging (sapi) 3 gr/L, Laktosa 5 gr/L. Lactose Broth merupakan medium cair untuk pertumbuhan mikroorganisme untuk mendeteksi kehadiran bakteri coliform dalam air, makanan, dan produk susu. Pada umumnya digunakan untuk mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi oleh mikroorganisme coliform dan kemudian menghasilkan gas. Escherichia coli bisa tumbuh baik dalam medium ini (Rahmat dkk., 2012) 2. BGLB (Brilliant Green Lactose bile Broth) Medium BGBB (Brilliant Green Lactose bile Broth) merupakan medium untuk perhitungan (enumeration) bakteri coliform yang toleran panas dan E. coli di dalam susu, atau produk olahan susu lainya, air minum dan air limbah. Adanya bile dan brilliant green akan menghambat mikrobia grampositif dan gram negatif lain selain coliform. Perkembangan mikrobia coliform dalam medium ini ditunjukan dengan adanya kekeruhan dan pembentukan gas dalam tabung durham sebagai hasil fermentasi laktosa (Rahmat dkk., 2012). 3. ENDO agar Medium ENDO agar merupakan medium selektif untuk deteksi dan isolasi E. coli dan mikrobia coliform. Adanya sodium sulfat dan fuksin akan menghambat pertumbuhan mikrobia gram- positif. E. coli dan mikrobia coliform akan memetabolisme laktosa dan menghasilkan aldehid dan asam. Aldehid akan melepaskan fuksin dari senyawa fuksin- sulfat, fuksin kemudian akan mewarnai koloni merah, dan E. coli akan terlihat berwarna hijau metalik. Kandungan medium ini adalah pepton (10 g), Na2HPO4 (2.5 g), laktosa (10 g), sodium sulfat anhidrose (3.3 g), pararosanilin/ fuksin (0.3 g) dan agar (12.5 g) (Rahmat dkk., 2012). 4. Eosin Methylene Blue Media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan metilen blue membantu mempertajam perbedaan tersebut. Namun demikian, jika media ini digunakan pada tahap awal karena kuman lain juga tumbuh terutama P. Aerugenosa dan Salmonella sp dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah E.coli. Agar EMB (levine) merupakan media padat yang dapat digunakan untuk menentukan jenis bakteri coli dengan memberikan hasil positif dalam tabung. EMB yang menggunakan eosin dan metilin blue sebagai indikator memberikan perbedaan yang nyata antara koloni yang meragikan laktosa dan yang tidak. 5. Nutrient Agar (NA) Medium tersebut mengandung sukrosa karena kemempuan bakteri koli yang lebih cepat meragikan sukrosa daripada laktosa (Rahmat dkk., 2012). NA merupakan medium padat yang digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar (Suryadi, H. dkk., 2008). D. Pewarnaan Gram Menurut H. M. Subandi (2010) dalam pewarnaan gram juga digunakan 4 zat kimia yang berbeda-beda, zat kimia tersebut adalah: 1. Zat warna primer yaitu kristal violet berfungsi sebagai zat warna primer dan memberikan warna pada seluruh bagian sel berarna biru ungu. 2. Iiodin, zat ini berperan sebagai mordan yaitu zat kimia yang membentuk komplek yang tidak larut dengan mengikat zat warna primer. Hasilnya adalah kompleks kristal violet iodin yang berfungsi mengintensifkan warna zat warna primer sehingga seluruh sel akan tampak ungu gelap. Warnanya akan sangat sulit untuk dipisahkan/dihilangkan. 3. Zat decoulourizing, yaitu aseton alkohol dengan konsentrasi 95%. Zat itu berperan ganda sebagai pelarut lipida dan sebagai zat dehidrasi protein efektif. Perannya bergantung pada konsentrasi lipida dari dinding sel mikroorgansime. Pada sel gram positif konsentrasi lipid yang sedikit akan dengan mudah larut dalam alkohol dan menyebabkan pembentukan pori-pori dinding sel yang kecil. Pori-pori itu kemudian ditutup dengan alkohol yang mempunyai daya dehidrasi. Sebagai akibatnya zat warna primer yang terikat kuat menjadi sulit dihilangkan dan sel tetap berwarna biru. Sedangkan pada sel bakteri gram negatif dibagian luar lapisan dinding sel terdapat konsentrasi lipid yang tinggi menyebabkan hilangnya kompleks kristal violet-iodin. Konsentrasi lipida yang tinggi larut oleh alkohol yang menciptakan pori-pori yang besar pada dinding sel. Hal itu akan menyebakan lepasnya zat kristal violet iodin yang tidak terikat dan menyebabkan sel bakteri tersebut kehilangan warnanya atau tidak berwarna. 4. Lawan warna (counterstain) yaitu safranin. Zat ini merupakan zat kimia terkhir untuk mewarnai sel yang kehilangan warnanya oleh alkohol. Karena hanya pada gram negatif yang luntur warnanya maka hanya gram negatif yang akan menyerap/menerima zat warna safranin ini. Sedangkan gram positif akan tetap berwarna seperti zat warna primer tadi. E. Metode MPN Metode MPN dapat digunakan untuk menghitung bakteri coliform (total colifrom). MPN merupakan suatu metode untuk menghitung jumlah mikroba dengan menggunakan media cair dalam tabung reaksi yang pada umumnya setiap pengenceran menggunakan 3 atau 5 seri tabung dan perhitungan yang dilakukan merupakan tahap pendekatan secara statistik. Prinsip utama metode ini adalah mengencerkan sampel sampai tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang sesuai dan jika ditanam dalam tabung menghasilkan frekuensi pertumbuhan tabung positif. Semakin besar jumlah sampel yang dimasukkan, semakin rendah pengenceran yang dilakukan maka semakin sering tabung positif yang muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang dimasukkan, semakin tinggi pengenceran yang dilakukan maka semakin jarang tabung positif yang muncul (Raharja, Z. T., 2015, hlm. 13). Nilai MPN sangat berguna untuk menentukan jumlah mikroorganisme dengan konsentrasi rendah. Metode ini umumnya digunakan untuk menganalisa susu, pangan, air atau tanah. Tabung positif ditunjukkan oleh adanya pertumbuhan bakteri dan gas. Menurut Raharja, Z. T. (2015, hlm. 13) nilai MPN diperoleh dengan asumsi sebagai berikut: Bakteri dalam contoh menyebar secara acak Bakteri dalam contoh tidak berkelompok tetapi saling terpisah Organisme yang terdapat dalam contoh dapat tumbuh dalam media selama inkubasi. II. Tujuan Berikut ini adalah tujuan dari diadakannya praktikum tentang menghitung jumlah mikroorganisme berdasarkan nilai MPN (Most Probable Number): 1. Mengetahui kualitas air dengan cara mengetahui jumlah mikroorganisme berdasarkan nilai Most Probable Number (MPN) 2. Mengetahui jasad indikator pada masing – masing sampel air. III. Alat Dan Bahan 3.1. Bahan a. Air keran b. Laktosa Broth (LB) 0,5% c. Alkohol 70% d. BGLB (Briliant Green Lactosa Broth) e. Endo Agar f. NA Miring g. Aquades h. Gram A (kristal violet) i. Gram B (mordan) j. Gram C (aseton alkohol) k. Gram D (safranin) 3.2. Alat a. Minyak imersi b. Cawan petri c. Jarum ose d. Inkubator e. Bunsen f. Korek api g. Semprotan alkohol h. Rak tabung reaksi i. Tabung durham j. Pipet volume k. Objek glass l. Mikroskop Cahaya Listrik m. Kapas n. Glasfirn pupm o. Beaker glass p. Pipet tetes q. Hair dryer IV. Prosedur Kerja Uji Pendugaan a. Mesterilkan tangan dan meja. b. Menyiapkan sampel air (air isi ulang) secara steril kemudian dihomogenkan dengan mengocoknya sebanyak 25 kali. c. Memasukkan masing – masing 10 ml air isi ulang ke dalam 3 tabung reaksi yang masing – masing berisi 10 ml Laktosa Broth. d. Memasukkan masing – masing 1 ml air isi ulang ke dalam 3 tabung reaksi yang masing – masing berisi 10 ml Laktosa Broth. e. Memasukkan masing – masing 0,1 ml air isi ulang ke dalam 3 tabung reaksi yang masing – masing berisi 10 ml Laktosa Broth. f. Diinkubasi semua tabung pada suhu 37 0C selama 2X24 jam. g. Mengamati terbentuknya gas tiap 24 jam. h. Mencatat jumlah tabung reaksi yang terbentuk gas (positif terbentuk gas) pada tiap seri tabung (10 ml, 1 ml, 0,1 ml) i. Menentukan nilai MPN. Uji Penegasan a. Mensterilkan tangan dan meja. b. Sampel air diinokulasi medium Briliant Green Lactosa Broth dan diinkubasi 2X24 jam pada suhu 37 0C. c. Mengamati hasil yang positif terbentuk gas kemudian diambil 1 ose dan ditanam di media Endo Agar dengan teknik streak plate. d. Diinkubasi pada suhu 37 0C selama 2X24 jam. e. Mengamati adanya koloni tipikal (merah tua atau hijau metalik). Uji Lengkap a. Diinokulasi medium Laktosa Broth dengan koloni tipikal. b. Membuat piaran NA miring dari koloni tipikal. c. Semua diinkubasi selama 2X24 jam pada suhu 37 0C. d. Mengamati terbentuknya gas pada media Laktosa Broth. e. Melakukan pewarnaan gram dari piaran NA miring. 1) Membersihkan tangan dan meja dengan alkohol. 2) Mengambil obyek glass dan fiksasi dengan melidah apikan di atas Bunsen sebanyak 2 – 3 kali secara cepat. 3) Mengambil antara 1 piaran NA miring dan diletakkan di atas obyek glass. 4) Meratakannya dengan jarum ose. 5) Mefiksasi dengan melidah apikan bagian yang tidak ada kumannya di atas bunsen 2 – 3 kali dengan cepat. 6) Menuangkan pewarna gram A (Carbol gentian violet), biarkan 1 menit. 7) Membuang sisa Carbol gentian violet. 8) Mencuci preparat dengan air mengalir. 9) Mengeringkan preparat dengan menggunakan hair dryer. 10) Menuangkan pewarna Gram B (Mordan), biarkan selama 2 menit. 11) Membuang sisa Iodium. 12) Mencuci preparat dengan air mengalir. 13) Mengeringkan preparat menggunakan hair dryer. 14) Dipucatkan dengan pewarnaan Gram C (aseton alkohol) dengan cara meneteskan perlahan sampai warna ungu hilang. 15) Membilas dengan air mengalir. 16) Menuangkan pewarna Gram D (safranin) sebagai warna penutup atau pembanding biarkan selama 30 detik. 17) Membuang kelebihan Safranin. 18) Mencuci preparat dengan air mengalir. 19) Mekeringkan preparat dengan meletakkan diantara 2 buah kertas isap. 20) menambahkan minyak imersi pada preparat. 21) Mengamati preparat di bawah mikroskop dengan pembesaran kuat (100X). 22) mengamati jenis dan bentuk morfologi bakteri. V. Hasil Pengamatan No 1 2 3 Jenis Uji Hasil Ya (Ada gelembung/gas) Tidak Uji Pendugaan. Pertumbuhan di media Laktosa Broth (ada gas atau tidak) Uji Penegasan a. Pertumbuhan media Briliant Green (Ada gelembung/gas) Lactosa Broth. b. Pertumbuhan media Endo Agar 1) Typical 1) Ada typical 2) Atypical (Warna merah tua 3) Metatypical danhijau metalik) Uji Lengkap a. Pertumbuhan media Laktosa Broth (Ada gelembung/gas) pada suhu 44,5 0C b. Pertumbuhan media NA miring 1. Bentuk batang (Berbentuk batang) 2. Gram negatif (Gram negatif) 3. Tidak ada spora (Tidak berspora) Uji Pendugaan Sampel Air 10 ml 1 No tabung yang positif 1 ml 1 Nilai MPN per 100 ml 0,1 ml 0 7 VI. Pembahasan Air sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Tubuh manusia memerlukan air untuk proses pencernaan, penyerapan, sirkulasi, transportasi nutrisi, mengeluarkan zat sisa metabolisme dan lain lain. Air yang diminum haruslah bersih dan sehat jangan sampai manfaat air yang awalnya untuk kesehatan tubuh namun malah menjadi mebahayakan bagi tubuh. Air bebas yang ada di alam tentunya tidak dapat langsung diminum oleh kita karena banyak sekali mikroorganisme yang mungkin ada dalam air itu walaupun tidak dapat dilihat secara kasat mata oleh kita. Kontaminasi tercemarnya kotoran mikroba atau pada feses air (fekal) dapat atau disebabkan karena pun karena juga limbah/bangkai hewan yang telah mati (non-fekal). Adanya bakteri coliform dalam suatu makanan dan minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik atau toksigenik yang berbahya bagi kesehatan. Bakteri koloform dapat menjadi indikator dari kontaminasi fekal. E. colli, bakteri yang banyak ditemukan di usus manusia merupakan indicator adanya kontaminasi fekal dari manusia. Selain E. colli, coliform lainnya seperti Enterobacter aerogenes yang berasal dari non fekal mungkin juga ditemukan pada sampel air (Raharja, Z. T., 2015, hlm. 5). Pada praktikum kali ini kami menguji sampel air dari keran dengan beberapa metode uji yaitu uji penduga, uji penguat dan uji pelengkap. 1. Uji Pendugaan (presumptive test). Pada uji penduga digunakan media LB Broth sebagai media tumbuh bakteri. Pada pengujian yang kami lakukan setelah menginkubasi sampel selama 48 jam terdapat gelembung-gelembung kecil dalam tabung durham. Dalam medium yang mengandung laktosa ini terbukti bahwa dalam sampel air itu memang terdapat bakteri coliform karena bakteri ini dapat memfermentasi laktosa menjadi asam dan gas. Tabung-tabung fermentasi yang menghasilkan gas pada uji penduga menunjukkan adanya bakteri coliform positif. Pada tabung- tabung fermentasi yang positif ini kemudian dilanjutkan ke uji tahapan selanjutnya yaitu uji penguat (Atmojo dkk., 2011, hlm. 12). 2. Uji Penegasan (confirmed test). Dari hasil uji penduga yang positif lalu diinokulasikan pada media uji penguat brilliant green lactose bile broth (BGLB) sebagai media selektif. Diinkubasikan pada suhu 370C untuk total coliform dan 440C untuk fecal coliform selama 48 jam. Tabung tabung fermentasi yang terdapat gas dalam tabung durham berarti uji penguat positif terdapat bakteri coliform (Atmojo dkk., 2011, hlm. 12). Agar lebih yakin dengan hasil dari uji pendugaan maka dilakukanlah uji penguat. Untuk lebih mengefektifkan waktu dalam pengujian ini kami tidak melanjutkan dari hasil uji penduga tapi melakukan pengujian ini pada waktu yang sama dengan uji penduga, medium yang digunakan yaitu BGLB dan EMB. Hasilnya pun sama pada uji penguat juga terdapat gas dalam tabung durham. Semua tabung reaksi yang positif terdapat gas (dalam medium LB, BGLB, dan EMB) diambil sebanyak 1 ose setelah itu ditanam di media Endo Agar dengan teknik streak plate. Setelah diinkubasi selama 48 jam dalam 370C terdapat koloni typical yang menghasilkan warna merah tua dan hijau metalik pada mediamedia tadi. Berdasarkan hasil pengamatan koloni dalam media EMB koloni berwarna gelap dengan kilap logam yang terbukti dalam media ini memang ditumbuhi mikroba coliform khususnya E.colli yang menjadi indicator keamanan air. Medium EMB atau Methylene Blue mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa. Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Medium tersebut mengandung sukrosa juga karena kemampuan bakteri E.colli yang lebih cepat meragikan sukrosa daripada laktosa (Rahmat dkk., 2012). 3. Uji lengkap (completed test) Hasil yang positif pada uji penguat dilanjutkan uji lengkap yaitu digoreskan dengan menggunakan ose ke permukaan media NA miring dari tabung-tabung fermentasi yang positif pada tes penguat. Fecal coliform ditunjukkan dengan warna metalik setelah diinkubasi pada suhu 370C selama 2X24 jam. Lalu dilakukan pewarnaan Gram untuk menentukan bakteri Gram negatif atau Gram positif. Uji kelengkapan kembali meyakinkan hasil tes uji konfirmasi dengan mendeteksi sifat fermentatif dan pengamatan mikroskop terhadap ciri-ciri coliform: berbentuk batang, gram negatif, tidak-berspora (Atmojo dkk., 2011, hlm. 12). Berdasarkan hasil pengamatan ternyata bakteri yang diamati memiliki sifat Gram negatif. Pada sel bakteri gram negatif dibagian luar lapisan dinding sel terdapat konsentrasi lipid yang tinggi menyebabkan hilangnya kompleks kristal violet-iodin. Konsentrasi lipida yang tinggi larut oleh alkohol yang menciptakan pori-pori yang besar pada dinding sel. Hal itu akan menyebakan lepasnya zat kristal violet iodin yang tidak terikat dan menyebabkan sel bakteri tersebut kehilangan warnanya atau tidak berwarna (H. M. Subandi, 2010). Setelah itu dilakukan penambahan zat warna safranin dan bakteri ini pun dapat menyerap warna tersebut yang menandakan bahwa bakteri yang diamati memang mempunyai gram negatif. Morfologi sel berbentuk batang pendek, tidak memiliki spora dan tergolong aerob dengan terbukti adanya gas dalam tabung durham. Sudah jelas memang bakteri ini adalah Escherichia colli. Metode perhitungan MPN menggunakan media cair di dalam tabung reaksi yang berisi tabung durham, dimana perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Metode MPN (Most Probable Number) untuk uji kualitas air saat praktikum menggunakan coliform sebagai indikator (Fardiaz, 1992). Pemeriksaan air dapat diuji menggunakan tiga tahapan pengujian yaitu uji dugaan, uji penetapan, dan uji pelengkap. Air yang mengandung kurang dari 1 coliform per 100 ml merupakan golongan kelas I yang berarti air tersebut sangat baik untuk dikonsumsi. Nilai coliform 1-2 per 100 ml digolongkan pada kelas II yang berarti air tersebut baik dikonsumsi. Air dengan jumlah coliform 3-10 merupakan golongan air yang termasuk kelas III dan tidak baik dikonsumsi. Sedangkan jika nilai coliform lebih dari 10 per 100 ml, maka air tersebut sudah tidak boleh dikonsumsi lagi (Suriaman dan Juwita., 2008). Berdasarkan hasil pengamatan, pada tabung yang berisi sampel air 10 ml terdapat 1 koloni bakteri, pada tabung yang berisi sampel air 1 ml terdapat 1 koloni bakteri, pada tabung yang berisi sampel air 0,1 ml terdapat 0 koloni bakteri dan ketika di cocokkan dengan tabel maka dalam 100 ml sampel air terdapat 7 bakteri coliform. Maka sampel merupakan golongan air yang termasuk kelas III, air tersebut tidak aman untuk dikonsumsi secara langsung. (sumber : http://lh5.ggpht.com/_kFz4vOoppxQ/SSKlURjlOI/AAAAAAAAAW0/1WBH5GE3QiE/clip_image0045.jpg) Bahaya bakteri coliform Berikut merupakan beberapa bakteri coliform yang merugikan diantaranya adalah: 1. Enteropathogenik E. coli (EPEC) Bakteri ini merupakan bakteri penyebab diare pada bayi secara epidemi dan sporadis. EPEC menyebabkan diare berair dan kadang berdarah. EPEC atau disebut juga EAEC (Entero-Aggregative E. coli) dapat menyebabkan Travelers's Diarrhea disertai mual, muntah, dan nyeri perut. Cara infeksinya yaitu dengan cara melekatkan dirinya pada sel epitel usus halus menggunakan EPEC adhesion factor (EAF), kemudian menginjeksikan toksinnya kedalam enterosit. Penyebarannya terjadi karena konsumsi air minum yang terkontaminasi dan produk daging yang terkontaminasi (Raharja, Z. T., 2015, hlm. 13). 2. Enterohemorrhagic E. coli (EHEC) EHEC merupakan penyebab utama dari kolitis hemoragik atau diare berdarah yang dapat menjadi fatal berupa sindrom hemolitik uremik. Hal ini disebabkan oleh hemolisin yang dapat melisiskan eritrosit. Gejala yang timbul adalah trombositopeni dan gagal ginjal akut. EHEC juga mampu memproduksi toksin. Infeksi EHEC kebanyakan akibat pencemaran air dan makanan dan daging yang mentah, susu mentah, sayur-sayuran, susu basi dan jus apel yang tidak dipasteruisasi (Raharja, Z. T., 2015, hlm. 13). 3. Enterobacter aerogenes Enterobacter aerogenes merupakan bakteri gram positif berbentuk batang, aerob dan fakultatif anaerob, pembentuk spora. Mikrobia ini ditemukan pada hewan yang telah mati, berkenaan dengan kemampuannya menghidrolisis protein menjadi histamine. Mikrobia ini merupakan mikrobia perusak pangan terutama pangansumber protein hewani seperti daging dan ikan, dengan mendegradasi protein menjadi histamine (Raharja, Z. T., 2015, hlm. 13). 4. Klebsiella pneumonia Klebsiella pneumonia berbentuk bakteri gram positif berbentuk batang, aerob dan fakultatif anaerob, pembentuk spora. Mikrobia ini merusak pangan hewani berkenaan dengan kemampuannya menghasilkanenzim histidin dekarboksilase yang memecah histidin menjadi histamine. Histamine merupakan indikator mutu rendah pada pangan hewani (Risna, Mahendradatta dan Jumirah, 2003). VII. Kesimpulan 1. Metode perhitungan MPN menggunakan media cair di dalam tabung reaksi yang berisi tabung durham, dimana perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu 370C dalam waktu 48 jam. Sampel air dari hasil pengamatan menujukkan adanya 7 bakteri coliform per100 ml air yang menadakan bahwa air itu tidak dapat dikonsumsi secara langsung. 2. Pemeriksaan air diuji menggunakan tiga tahapan pengujian yaitu uji dugaan, uji penetapan, dan uji pelengkap. 3. Bakteri E. colli terdapat dalam sampel air karena setelah diamati memiliki ciri morfologi sel berbentuk batang pendek, tidak memiliki spora, gram negatif dan tergolong bakteri aerob. VIII. Saran Bakteri coliform itu dapat menganggu kesehatan tubuh kita sebaiknya kita lebih berhati-hati terutama dalam memilih air minum yang akan dikonsumsi. Sebenarnya bakteri E. colli pun dapat hilang jika kita selalu menjaga kebersihan dalam hidup kita. Daftar Pustaka Atmojo, T. Y. dkk. (2011). Eksistensi Koprostanol Dan Bakteri Coliform Pada Lingkungan Perairan Sungai, Muara, Dan Pantai Di Jepara Pada Monsun Timur. Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1, hlm. 10-17. Fardiaz, Srikandi. (1992).Polusi Air dan Udara. Jakarta: Kanisius. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syaratsyarat kualitas air minum Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum. Pratiwi, A. W. (2007). Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di Wilayah Kota Bogor. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 2, No. 2, hlm. 58-63. Raharja, Z. T. (2015). Identifikasi Escherichia colli pada Air Minum Isi Ulang dari Depot di Kelurahan Pisangan dan Cirendeu Tahun 2015. (Skripsi). Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Rahmat, C. D. dkk. (2012). Macam-Macam Media Cair. [Online]. Diakses dari http://dokumen.tips/documents/macam-macam-media-cair.html Subandi H.M. (2010). Mikrobiologi. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. Suriaman, E. dan Juwita. (2008). Uji Kualitas Air. Jurnal Mikrobiologi Pangan. UIN Malang Suryadi, H. dkk. (2008). Pemeriksaan Bakteriologis Air Minum Isi Ulang Di Beberapa Depo Air Minum Isi Ulang Di Daerah Lenteng Agung Dan Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. 5, No. 2, hlm. 101 – 109. Waluyo, L. (2007). Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Lampiran