Mata kuliah Dosen Pembuat Tahun : J0754 - Pengelolaan Organisasi Entrepreneurial : D3122 - Rudy Aryanto : 2009 Kewirausahaan dan Kepemimpinan Chapter 18 Banyak sudah upaya yang ditempuh pemerintah dan elemen masyarakat lain untuk mendorong tumbuhnya lebih banya wirausahawan di Indonesia. Namun upaya ini belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Bibit-bibit wirausahawan ini barangkali memang memiliki semangat serta kemampuan teknis yang memadai. Kenyataannya kedua hal ini saja tidak mencukupi. Bekal lain yang mesti dimiliki di antaranya adalah kedisiplinan dan kepemimpinan yang terdiri dari kemampuan untuk memimpin diri sendiri, orang lain, serta mengelola situasi menjadi ’menu’ wajib bagi wirausahawan. Dengan kata lain, di samping memiliki pengetahuan serta kertrampilan kewirausahaan (entrepreneurship), seorang wirausahawan harus pula memiliki kualitas kepemimpinan (leadership) yang tinggi. Perpaduan inilah yang boleh kita sebut Leadpreneurship. 3 4 Peran Kepemimpinan dalam Kewirausahaan Orang-orang yang memiliki kualitas Leadpreneurship yang tinggi adalah mereka yang mampu untuk mengubah sumber daya yang tadinya bernilai rendah menjadi sumber daya yang bernilai tinggi melalui pengambilan resiko-resiko yang terukur serta kepemimpinan yang efektif. Dalam Leadpreneurship, mengejar serta memanfaatkan peluang lebih diutamakan daripada pertimbangan sumber daya yang dimiliki. Orangorang yang memiliki jiwa Leadpreneurship, yang kuat meyakini bahwa jika tidak dimanfaatkan sekarang, peluang itu akan hilang dan belum tentu akan kembali lagi. 5 Bagi seorang Leadpreneurship, apa yang dilihat sebagai masalah bagi orang lain justru dianggapnya sebagai peluang. Bagi mereka, masalah yang muncul merupakan peluang sekaligus juga tantangan. Ia bekerja secara sistematis dalam mengatasi tantangan yang ada. Yang lebih penting adalah mewujudkan dalam operasi bisnis yang nyata. Tentu saja harus menguntungkan agar dapat mengkumulasi modal dan mengembangkan bisnisnya. Kegiatan-kegiatan proaktif dan terarah ini merupakan cerminan dan gabungan dari kualitas kepribadian, kepemimpinan, keterampilan dan landasan nilai-nilai. 6 7 Kepribadian Seorang Leadpreneur Kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang Leadpreneur dapat dikelompokkan ke dalam akronim SUCCEED, yaitu Self-confident, Utilize, Cashflow Spirit, Charismatic, Energetic, Empathetic, dan Drive. Seorang Leadpreneur harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi (Selfconfident). Ia harus mengenali dirinya sendiri serta yakin akan pengetahuan, keterampilan, serta visi yang dimilikinya. Utilizing sama dengan kemampuan memanfaatkan (Utilize) secara optimal segala potensi serta sumber daya yang dimiliki. Cashflow Spirit berarti seorang Leadpreneur harus mengoptimalkan usahanya guna menghasilkan arus kas yang maksimal, bukan hanya mengejar laba semata. Karismatik (Charismatic), yang dapat ”mempesona” orang lain. Energetic, ia harus menjadi sumber energi bagi karyawan yang dipimpinnya. Emphatic berarti kemampuan mengidentifikasi serta memahami situasi, perasaan, serta motif yang dimiliki oleh orang lain. Drive, yakni kemampuan menggerakkan orang lain untuk secara bersama8 sama berjuang mewujudkan mimpi serta mencapai tujuan organisasi. Karakteristik Kepemimpinan Leadpreneur Seorang Leadpreneur juga harus memiliki karakteristik kepemimpinan yang tercakup dalam istilah LEAD, yaitu Live the vision, Encourage, Arrange, dan Direction. Live the vision berarti efektivitas kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang Leadpreneur berawal dari visi yang menarik, menantang, serta dapat dipercaya, yang mampu disampaikan secara jelas untuk kemudian ”dibagi” bersama dengan para karyawannya. 9 Inspirasi atau dorongan (Encourage) orang-orang di sekelilingnya dengan harapan, keberanian, serta keyakinan. Ia harus membuat orang lain di sekitarnya menjadi mampu melakukan sesuatu yang seharusnya mereka lakukan. Pengaturan (arrange) dan perencanaan dalam bentuk penjabaran program dan aktivitas. Memiliki kemampuan untuk merancang, merencanakan, mengorganisasikan, dan mengimplementasikan proyekproyek serta tugas-tugas dalam kerangka waktu tertentu. Mengarahkan (direct) para karyawan agar tetap berada dalam jalur yang benar dalam rangka tercapainya visi dan misi yang telah ditetapkan. 10 Keterampilan sebagai Kunci Kesuksesan Sementara dalam hal keterampilan, yang menjadi kunci kesuksesan dalam menjalankan tugas seorang Leadpreneur tercakup dalam akronim ADAPT, yaitu Analytical skill, Delegation, Actuating, Project Manajement, serta Time Management. Analytical skill berhubungan dengan kemampuan untuk menilai situasi, mencari perspektif yang beragam, mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan, serta mengidentifikasi isu-isu kunci. Delegation berarti kepandaian mendelegasikan tugas dan wewenangnya kepada orang-orang yang tepat. Menggerakkan (Actuating) agar rencana yang telah disusun dapat diimplementasikan secara efektif. Project Management berarti kemampuan untuk membuat perencanaan, melakukan pengorganisasian, serta pengelolaan untuk secara sukses menjalankan proyek-proyek yang spesifik. Time Management, pandai menetapkan skala prioritas, yang merupakan tugas utama yang penting bagi seorang pemimpin. 11 Budaya Leadpreneurship Kemampuan kewirausahaan serta kepemimpinan yang dimiliki tidak akan berarti tanpa adanya dukungan budaya yang sesuai, yang dapat membantu meningkatkan kinerja perusahaan serta memberikan nilai tambah bagi para stakeholder-nya. Untuk itu perlu dikembangkan budaya yang disebut WEALTH, yaitu Wealth Accumulation, Enterprising, Acquiring, Learning, Transforming, dan Harmony. Wealth Accumulation berarti seorang Leadpreneur perlu mengembangkan budaya yang berorientasi pada penciptaan nilai secara berkesinambungan. 12 Enterprising adalah inisiatif dan kesediaan untuk mengambil resiko dengan menerima tantangan dalam bentuk proyek-proyek baru, selalu belajar serta terbuka terhadap ide-ide baru (learning) karena ia dituntut untuk memiliki pengetahuan serta wawasan yang luas. Acquiring menemukan cara-cara serta solusi yang kreatif guna memperoleh sumber daya yang diperlukan. Transforming berarti siap berubah sebagai antisipasi terhadap dinamika lingkungan. Harmony berarti kemampuan memelihara keharmonisan di antara sesama karyawan. Seorang Leadpreneur juga harus pandai mengelola konflik yang timbul dalam organisasi secara konstruktif. Dalam pengelolaan konflik kita dapat memilahnya menjadi lima strategi utama yaitu persaingan, penghindraan (avoidance), kolaborasi, kompromi dan akomodasi. 13 Nuansa Kepemimpinan Sang Perintis Setiap perusahaan, dimulai dari seorang pendiri yang bukan hanya andal dalam menyusun konsep bisnis namun juga memiliki kemauan dan persistensi untuk mengimplementasikan konsep tersebut. Wirausaha merupakan seseorang yang memiliki sifat achievement-oriented. Mereka tidak menyukai pekerjaan yang repetitif dan rutin. Wirausaha yang kreatif memiliki tingkat energi, ketekunan, dan imajinasi yang tinggi. Kombinasi ini, disertai dengan kesediaan untuk mengambil resiko yang terukur (calculated risk), memungkinkan mereka mentransformasikan apa yang pada mulanya terlihat sangat sederhana, tidak terdefinisi dengan baik, menjadi sesuatu yang nyata. Lebih jauh, wirausaha dapat menularkan antusiasme ke dalam orgganisasi. 14 Berkaitan dengan masalah karisma, Max Weber mencirikannya ke dalam lima komponen : • • • • • Seseorang dengan bakat dan kemampuan yang luar biasa. Sebuah krisis. Solusi radikal terhadap krisis. Pengikut yang tertarik terhadap keistimewaan seseorang karena yakin bahwa mereka terikat dan berhubungan dengan diri orang tersebut melebihi sekat-sekat yang ada. Validasi dari bakat dan trasendensi dalam sebuah pengalaman keberhasilan yang berulang. 15 16 Quantum Leadership untuk Leadpreneur Konsep kepemimpinan Quantum Leadership yang dikembangkan oleh The Jakarta Consulting Group sangat relevan diterapkan para Leadpreneur. Konsep quantum leadership adalah konsep kepemimpinan yang berorientasi pada masa depan dengan komitmen untuk dapat ”melihat dan bermimpi”, ”mengubah”, serta ”menggerakkan” anak buah ke arah tujuan yang direncanakan. Inti Konsep didukung dengan lima komponen pendukung kemudian dijabarkan lebih lanjut ke dalam lima komponen lagi (lihat kotak ketiga dari pusat). Tujuan akhirnya adalah kemakmuran para stakeholder, mulai dari pemasok, pelanggan, investor, hingga masyarakat luas. 17 Dalam konsep quantum leadership, terdapat lima kekuatan besar yang menjadi pendukung penerapan konsep ini yaitu visi, strategi, komitmen, aksi dan sensitivitas. Filosofi dasar dalam quantum leadership adalah sebagai berikut. Pertama, architect approach, mampu membuat bangunan imajinernya tentang bangunan masa depan organisasi, tetapi tetap juga harus berpijak pada realitas, yang dapat kita sebut sebagai pendekatan Creative Imagination Based on Reality (CIBOR). Kedua, filosofi yang berkaitan dengan peran seorang Quantum Leader untuk ”mengubah”, yang diberi nama Mother Teresa Approach yaitu Nurture with Respect, Love, and Care. Ketiga, ’menggerakkan’ yaitu menerapkan konsep The Golf Game yang terdiri dari direction (mengarahkan), distance (mengukur jarak), dan precision (ketepatan). 18 19 Aplikasi untuk ketiga filosofi di atas dapat dijabarkan lebih lanjut dalam keterangan berikut ini : 1. Visionary Supervision Dengan kata lain ”pengawasan terhadap lamunan atau mimpi”. Hal ini penting untuk menjaga agar mimpi tersebut tidak melantur dan tidak membumi sehingga sulit untuk diwujudkan. Terdapat lima komponen penting yang diperhatikan dalam visionary supervision, yaitu: dream achievement (pencapaian mimpi), strategic comprehension (pengertian yang bersifat strategis), process and result orientation (berorientasi pada proses dan hasil yang akan dicapai), systematic analysis (melakukan analisis yang sistematis) dan constructive anticipation (antisipasi yang konstruktif). 20 21 2. Positive Nurturing Berlandaskan pada pendekatan Ibu Teresa, yaitu respect-love-care. Dalam prosesnya, anggota atau pengikut dibimbing secara personal atau pribadi dan berorientasi, sikap yang profesional ini antara lain: motivasi tinggi, berorientasi pada proses dan hasil, mampu memisahkan kehidupan personal dengan kehidupan kerja dan menunjukkan hasil kerja yang optimal. 3. Inner Driver Menggerakkan dorongan dari dalam dengan berlandasan pada prinsip memotivasi organisasi diri sendiri (motivation self organization) dikukung oleh sikap percaya atau trust (terdiri atas sikap-kemampuanpenilaian) sebagai sistem pendukung, diharapkan mampu mencapai sasaran berupa managerial and technical accomplishment atau pencapaian manajerial dan teknis. 22 23