ddpa laporan - WordPress.com

advertisement
ANALISIS N-TOTAL DENGAN CARA DESTILASI KJELDAHL
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik)
Oleh
DESTA SAPUTRI
1113023007
PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013
Judul
: Analisi n-total dengan cara destilasi kjeldahl
Nama
: Desta Saputri
NPM
: 1113023007
Fakultas
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan
: Pendidikan MIPA
Program Studi : Pendidikan Kimia
Kelompok
: 4 (empat)
Bandar Lampung, 5 Desember 2013
Mengetahui
Asisten
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, kita membutuhkan asupan
makanan untuk dapat menghasilkan energi agar dapat beraktivitas. Protein
merupakan salah satu yang dibutuhkan oleh tubuh. Protein merupakan salah
satu unsure makro yang terdapat pada bahan pangan selain lemak dan
karbohidrat. Fungsi utama protein dalam tubuh adalah sebagai zat
pembentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang sudah ada
agar tidak mudah rusak. Protein dapat juga digunakan sebagai bahan bakar
apabila keperluan energi tubuh tidak dapat terpenuhi oleh karbohidrat dan
lemak. Protein juga berperan dalam pengaturan proses dalam tubuh ( secara
langsung maupun tidak langsung ). Dengan cara mengatur zat-zat pengatur
proses dalam tubuh, protein dapat mengatur keseimbangan cairan dalam
jarngan dan pembuluh darah, yaitu dengan cara menimbulkan tekanan
osmotik koloid. Tekanan osmotic tersebut dapat menarik cairan jaringan
kedalam pembuluh darah. Selain itu, sifat amfoter protein yang dapat
bereaksi dengan asam dan basa, dapat mengatur keseimbangan asam basa
dalam tubuh. Protein dapat ditemukan dapam susu. Susu merupakan bahan
makanan bernilai tinggi, kandungan gizinya lengkap dengan serat gizi yang
mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Komponen-komponen penting dalam
air susu adalah protein, lemak, vitamin, mineral, laktosa serta enzim dan
bebearpa mikroba. Umumnya susu mengandung air 87,1%, emak 3,9%,
protein 3,4%, laktosa 4,8%, abu 0,72%, dan beberapa vitamin larut dalam
lemak susu yaitu vitamin A, D, E, dan vitamin K.
Susu harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dengan niali gizi yang tingi.
Kandungan protein merupakan parameter kualitas susu. Jika protein
dihidrolisis secara sempurna maka akan terbentuk asam-asam amina sebagai
hasilnya. Protein tersusun atas kira-kira 20 macam asam amino yang
berikatan satu sama lain dengan ikatan peptida yang dibentuk antara gugus
karboksil asam amino dengan gugus amino dari asam amino berikutnya.
Untuk lebih memahami jumlah protein yang terkandung dalam susu maka
dilakukanlah percobaan ini.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kandungan
protein dalam susu dengan cara metode kjeldahl
II. TINJAUAN PUSTAKA
Protein merupakan salah satu unsure makro yang terdapat pada bahan pangan
selain lemak dan karbohidrat. Protein merupakan sumber asam amino yang
mengandung unsure- unsure C, H, O dan N dalam ikatan kimianya. Molekul
protein juga mengandung fosfor, belerang dan ada beberapa jenis protein yang
mengandung tembaga. Protein sangat mudah mengalami perubahan fisis maupun
aktivitas biologis yang disebabkan oleh kandungan protein berupa polipeptida
dengan BM ( berat molekul ) yang beragam.
Fungsi utama protein dalam tubuh adalah sebagai zat pembentuk jaringan baru
dan mempertahankan jaringan yang sudah ada agar tidak mudah rusak. Protein
dapat juga digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh tidak
dapat terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein juga berperan dalam
pengaturan proses dalam tubuh ( secara langsung maupun tidak langsung ).
Dengan cara mengatur zat-zat pengatur proses dalam tubuh, protein dapat
mengatur keseimbangan cairan dalam jarngan dan pembuluh darah, yaitu dengan
cara menimbulkan tekanan osmotik koloid. Tekanan osmotic tersebut dapat
menarik cairan jaringan kedalam pembuluh darah. Selain itu, sifat amfoter protein
yang dapat bereaksi dengan asam dan basa, dapat mengatur keseimbangan asam
basa dalam tubuh.
Protein dapat mengalami perubahan- perubahan yang disebabkan oleh beberapa
hal sebagai berikut:
1. Dapat terdenaturasi yang disebabkan oleh perlakuan pemanasan. Pada
umumnya protein akan terdenaturasi karena adanya kondisi ekstrim.
2. Dapat terkoagulasi atau membentuk endapan yang disebabkan oleh adanya
perlakuan pengasaman.
3. Dapat mengalami dekomposisi atau pemecahan oleh enzim- enzim proteolitik.
4. Dapat bereaksi dengan gula reduksi. Reaksi tersebut akan menimbulkan
terbentuknya warna cokelat.
Analisis protein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
metode kuantitatif dan kualitatif. Analisis protein secara kualitatif adalah analisis
yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya protein dalam suatu bahan
pangan. Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan reaksi Xantoprotein, reaksi
Hopkins-Cole, reaksi Millon, reaksi Nitroprusida dan reaksi Sakaguchi.
Sedangkan analisis protein secara kuantitatif adalah analisis yang bertujuan untuk
mengetahui kadar protein dalam suatu bahan pangan. Analisi kuantitatif protein
dapat dilakukan dengan metode Kjeldahl, metode titrasi formol, metode Lowry,
metode spektrofotometri visible (Biuret) dan metode spektrofotometri UV.
Analisis protein ini dapat menentukan tingkat kualitas protein apabila dipandang
dari sudut gizi serta menelaah protein yang merupakan salah satu bahan kimia
secara biokimia, fisiologis, reologis dan enzimatis.
Prinsip kerja dari metode Kjeldahl adalah protein dan komponen organic dalam
sampel didestruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis. Hasil destruksi
dinetralkan dengan menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi. Destilat
ditampung dalam larutan asam borat. Selanjutnya ion- ion borat yang terbentuk
dititrasi dengan menggunakan larutan HCl (Sudarmadji, 1996).
Susu sapi merupakan bahan pangan sehat karena kandungan nutrisinya yang
hampir lengkap: air, lemak, protein, karbohidrat, asam amino, mineral dan
vitamin. Ukuran kualitas susu secara kimiawi dapat ditunjukkan oleh komposisi
yang dikandung didalamnya, yaitu protein, lemak, dan laktosa. Pengujian kualitas
susu pada hasil dari peternak sapi sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut pada
pabrik susu perlu dilakukan. Oleh karena itu dibutuhkan teknologi untuk
pengujian tersebut. Sementara ini untuk menentukan kandungan-kandungan susu
tersebut pada kebanyakan koperasi susu di seluruh Indonesia masih dilakukan
dengan cara konvensional, contohnya seperti metode Kjeldahl untuk pengujian
kadar protein susu secara kimiawi, yaitu dengan 4 tahap perlakuan yaitu tahap
destruksi, destilasi, titrasi, serta konversi. Hal ini akan membutuhkan banyak
waktu, biaya dan energi yang tidak sedikit. Dengan suatu peralatan spektroskopi
inframerah kesulitan-kesulitan tersebut dapat ditanggulangi. Hanya dengan
menyediakan sedikit sampel susu (sekitar 5 cc) yang diletakkan pada tempat kaca,
kemudian ditunggu proses beberapa saat (sekitar 2 menit) pada peralatan
spektroskopi tersebut maka besarnya komposisi susu tersebut dapat diketahui.
Keunggulan peralatan yang akan peneliti rencanakan tersebut, yaitu dapat
dipergunakan dengan sangat praktis, akurat, cepat, dan murah (Winarno, 1992).
Kandungan protein ditentukan dengan menggunakan metoda Kjeldahl dan
kandungan lemak ditentukan dengan menggunakan metode ekstraksi. Penilaian
organoleptik (warna, aroma, rasa, dan tingkat kesukaan) dari soygurt dilakukan
oleh 15 orang panelis yang tidak terlatih. Sampel diletakkan dalam wadah bersih
dan diberi tanda huruf sesuai dengan banyaknya perlakuan. Protein susu terbagi
menjadi dua, yaitu Casein yang dapat diendapkan oleh asam dan Rennin, serta
protein whey yang dapat mengalami denaturasi oleh panas pada suhu 65oC.
Casein dalam susu mencapai 80 % dari total protein. Pengasaman susu oleh
aktivitas bakteri menyebabkan mengendapnya casein. Whey adalah cairan susu
tanpa lemak dan casein. Pasteurisasi susu dilakukan untuk mencegah kerusakan
karena mikroorganisme dan enzim. Ada 2 macam metode pasteurisasi susu yaitu
Holding methode dan HTST (High Temperature Short Time ). Protein merupakan
salah satu zat makanan yang penting bagi tubuh, mempunyai fungsi sebagai
pertumbuhan sel, pengganti sel yang rusak dan sebagai bahan bakar dalam tubuh
manusia. Oleh sebab itu kekurangan protein dapat menyebabkan gangguan pada
manusia (Hadiwiyoto, 1994).
Banyak anak autis memiliki ketidakmampuan dalam mencerna gluten atau casein.
Gluten adalah campuran protein yang terkandung dalam gandum dan produknya.
Casein adalah protein susu.'Hal ini terjadi karena enzim utama (DPP-1V) untuk
mencerna subtansi tersebut tidak ada (karena genetik) atau tidak aktif (mekanisme
autoimun) yang menyebabkan terjadinya akumulasi opioid. Penumpukan dan
akumulasi dari substansi-substansi ini menyebabkan anak seperti tidak sadar
(spaced out) atau kecendemngan tidak peduli dengan orang lain dan kelihatan
seperti hidup di dunianya sendiri. Kebanyakan dari anak autis sering memiliki
sistem saluran cema yang meradang dan memiliki sensitivitas terhadap makanan
tertentu seperti gluten dan casein.
Gluten mengandung glutamin dan asparagin lebm dari 35 % dati komposisi asam
aminonya. Dalam keadaan tidak terdenaturasi gugus-gugus amida pada rantai
sampingnya membentuk ikatan bidrogen dengan gugus bidroksil serin dan
tbreonin. Kelarutan gluten yang tinggi diduga sebagai akibat telah terjadinya
denaturasi pada gluten sehingga ikatan bidrogen rusak. Sedangkan kasein (acid
casein) yang kelarutannya sangat rendah diperoleb dati pengendapan protein susu
bebas lemak pada kisaran pH 4.5 sampai 5.0. Protein ini mengandung ikatan
bidrofobik antar molekul dalam jumlah besar. Susu skim mengandung kasein
yang disertakan ke dalam medium pertumbuhan bakteri berfungsi sebagai
substrat enzim. Hidrolisis kasein digunakan untuk memperlihatkan aktivitas
hidrolitik protease. Protease mengkatalisis degradasi kasein yaitu dengan
memutuskan ikatan peptida CO-NH dengan masuknya air ke dalam molekul.
Reaksi tersebut melepaskan asam amino (Anna, 1994).
III.METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pemanas Kjeldahl
yang dihubungkan dengan pengisap uap aspirator, labu Kjeldahl, alat distilasi,
Erlenmeyer, buret 50ml, neraca analitik, kertas timbang, gelas kimia, dan labu
ukur. Sedangkan bahan yang diperlukan untuk percobaan ini adalah sampel
yang berupa susu bubuk, Kalium Sulfat (K2SO4), Raksa Oksida (HgO), NaOH
60 %, asam borat, kertas lakmus, larutan HCl 0,1N, HCl 0,2N dan indikator
metil blue.
3.2
Prosedur
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai
berikut :
1. Menimbang sample sebanyak 0,05 gram lalu memindahkannya
kedalam labu kjeldahl.
2. Menambahkan 0,04 gram HgO dan 0,9 gram K2SO4
3. Menambahkan 4ml H2SO4
4. Menambahkan beberapa butir batu didih, lalu memanaskannya sampai
mendidih selama 15 menit dan larutan menjadi jernih kehijau-hijauan.
Melakukan percobaan dilemari asam menggunakan alat destruksi
dengan unit penghisapan uap.
5. Mendinginkan campuran, lalu menambahkan 10 ml NaOH 60%
6. Memindahkan isi tabung kedalam alat distilasi. Mencuci dan membilas
labu 5-6 kali dengan 1-2ml air lalu dipindahkan dalam labu distilasi
7. Menambahkan 15 ml asam borat kemudian menambahkan 2 tetes
indikator metal merah biru
8. Meguji sampel dengan lakmus
9. Menitrasi sampel dengan larutan HCl 0,1 N dan ),2 N
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh yaitu sebagai berikut:
Wsampel
Sampel
4.2
Konsentrasi
Volume
Volume
Kadar
Kadar
HCl
HCl
blanko
N (%)
Protein (%)
Susu
50,2 mg
0,1 N
4,5 ml
0,2
11,99
76,54
Bubuk
52,4 mg
0,2 N
6,8 ml
0,1
3,582
22,85
Perhitungan
a. HCl 0,1N
Volume titran pada sample
= 4,5 ml
Volume titran pada blanko
= 0,2 ml
Berat sample
= 50,2 mg
%N =
=
(π‘šπ‘™ 𝐻𝐢𝐿 π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘™π‘’ ×π‘šπ‘™ 𝐻𝐢𝑙 π‘π‘™π‘Žπ‘›π‘˜π‘œ)×𝑁 ×14,008
π‘šπ‘” π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘™π‘’
(4,5−0,2)π‘šπ‘™ ×0,02 π‘šπ‘’π‘˜⁄π‘šπ‘™ ×14,008 π‘šπ‘”⁄π‘šπ‘’π‘˜
50,2 π‘šπ‘”
= 11,99 %
% protein = % N x factor konversi
= 11,99 % x 6,38
= 76,54%
× 100 %
× 100 %
b. HCl 0,2N
Volume titran pada sample
= 6,8 ml
Volume titran pada blanko
= 0,1 ml
Berat sample
= 52,4 mg
%N =
=
(π‘šπ‘™ 𝐻𝐢𝐿 π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘™π‘’ ×π‘šπ‘™ 𝐻𝐢𝑙 π‘π‘™π‘Žπ‘›π‘˜π‘œ)×𝑁 ×14,008
π‘šπ‘” π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘™π‘’
(6,8−0,1)π‘šπ‘™ ×0,02 π‘šπ‘’π‘˜⁄π‘šπ‘™ ×14,008 π‘šπ‘”⁄π‘šπ‘’π‘˜
52,4 π‘šπ‘”
× 100 %
× 100 %
= 3,582 %
% protein = % N x factor konversi
= 3,582 % x 6,38
= 22,85%
4.3
Pembahasan
Pada praktikum ini, sampel yang digunakan yaitu susu bubuk. Langkah
pertama yang harus dilakukan oleh praktikan adalah memasukkan sampel
sebanyak 50,2 mg kedalam labu kjeldahl. Kemudian kedalam labu,
ditambahkan 0,04 gram HgO, 0,9 gram K2SO4. Setelah itu, ditambahkan
lagi H2SO4 sebanyak 4 ml dalam ruang asam yang kemudian dilanjutkan
dengan mendestruksi sampel hingga warnanya berubah menjadi hijau
bening. Sampel yang sudah didestruksi, akan didinginkan yang kemudian
akan dilanjutkan dengan proses destilasi. Sebelumnya, sampel ditambahkan
dengan akuades agar endapan dapat larut. Kemudian ditambahkan asam
borat kedalam destilat sebanyak 15 ml yang dilanjutkan dengan
penambahan 2 tetes indicator metal merah biru. Setelah penambahan
indicator, dilakukan uji lakmus terhadap sampel yang kemudian dilajutkan
dengan titrasi HCl hingga warnanya berubah menjadi biru. praktikum kali
ini, normalitas HCl yang digunakan adalah 0,1 N dan 0,2 N.
Penambahan K2SO4 berfungsi sebagai katalisator yang dapat meningkatkan
titik didih. 1 gram K2SO4 dapat meningkatkan titik didih hingga 30 C.
Peningkatan titik didih akan mengefektifkan reaksi antara asam sulfat
dengan sampel ( destruksi berjalan efektif ). Hal tersebut disebabkan oleh
lamanya waktu yang dibutuhkan oleh asam sulfat untuk menguap ( semakin
tinggi titik didih, maka waktu yang dibutuhkan asam sulfat untuk menguap
akan semakin lama ). Destruksi sampel bertujuan untuk mempercepat reaksi
dan hidrolisis protein menjadi unsur C, H, O, N, S dan P. Proses destruksi
akan menghasilkan karbondioksida ( CO2 ), air ( H2O ) dan ammonium
sulfat (( NH4)2SO4).
Destilasi merupakan suatu proses memisahkan cairan maupun larutan yang
berdasarkan pada perbedaan titik didih. Tujuan dari proses destilasi adalah
memisahkan zat yang akan dianalisa dengan cara memecah ammonium
sulfat menjadi ammonia ( NH3 ). Pemecahan tersebut melibatkan peran
NaOH 60% yang ditambahkan kedalam sampel sebanyak 10 ml.
Penambahan NaOH bertujuan untuk mempercepat pelepasan ammonia
dengan cara menciptakan suasana basa ( reaksi tidak dapat berlangsung
dalam kondisi asam ). NH3 dihasilkan dalam destilat berupa gas. Gas
NH3 tersebut ditangkap oleh asam borat.
Penggunaan normalitas asam klorida yang berbeda bertujuan untuk
membandingkan normalitas mana yang menghasilkan kadar protein yang
sesuai dengan literature. Apabila membandingkan antara kedua kadar
protein tersebut, didapatkan hasil yang rentang perbedaannya sangat jauh.
Menurut literature, kadar protein dalam susu bubuk adalah 25,9 %
sedangkan menurut hasil praktikum adalah 76,54 % dan 22,85 %. Hasil
analisa kadar protein menggunakan asam klorida 0,2 N memberikan hasil
yang sedikit mendekati kadar literature. Besarnya kadar protein pada susu
bubuk ( HCl 0,1 N ) kemungkinan disebabkan oleh ikut teranalisisnya
komponen- komponen lain seperti purina, pirimidina, asam amino besar,
kreatina dan vitamin- vitamin sebagai nitrogen protein.
Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan ini yaitu:
4NH3 + 2H3BO3
HgO + H2SO4
2(NH4)2BO3 +H2
HgSO4 + H2
Hg2SO4 + 2 H2SO4
( NH4)2SO4 + 2NaOH
(CHON) + On + H2SO4
2 HgSO4 + 2 H2O + SO2
2NH3 + Na2SO4 + 2H2O
CO2 + H2O + (NH4)2SO4
Protein merupakan salah satu unsure makro yang terdapat pada bahan
pangan selain lemak dan karbohidrat. Protein merupakan sumber asam
amino yang mengandung unsure- unsure C, H, O dan N dalam ikatan
kimianya. Molekul protein juga mengandung fosfor, belerang dan ada
beberapa jenis protein yang mengandung tembaga. Protein sangat mudah
mengalami perubahan fisis maupun aktivitas biologis yang disebabkan oleh
kandungan protein berupa polipeptida dengan BM ( berat molekul ) yang
beragam. Fungsi utama protein dalam tubuh adalah sebagai zat pembentuk
jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang sudah ada agar tidak
mudah rusak. Protein dapat juga digunakan sebagai bahan bakar apabila
keperluan energi tubuh tidak dapat terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak.
Protein juga berperan dalam pengaturan proses dalam tubuh ( secara
langsung maupun tidak langsung ). Dengan cara mengatur zat-zat pengatur
proses dalam tubuh, protein dapat mengatur keseimbangan cairan dalam
jarngan dan pembuluh darah, yaitu dengan cara menimbulkan tekanan
osmotik koloid. Tekanan osmotic tersebut dapat menarik cairan jaringan
kedalam pembuluh darah. Selain itu, sifat amfoter protein yang dapat
bereaksi dengan asam dan basa, dapat mengatur keseimbangan asam basa
dalam tubuh.
Protein dapat mengalami perubahan- perubahan yang disebabkan oleh
beberapa hal sebagai berikut:
1.
Dapat terdenaturasi yang disebabkan oleh perlakuan pemanasan. Pada
umumnya protein akan terdenaturasi karena adanya kondisi ekstrim.
2.
Dapat terkoagulasi atau membentuk endapan yang disebabkan oleh
adanya perlakuan pengasaman.
3.
Dapat mengalami dekomposisi atau pemecahan oleh enzim- enzim
proteolitik.
4.
Dapat bereaksi dengan gula reduksi. Reaksi tersebut akan
menimbulkan terbentuknya warna cokelat.
Analisis protein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua metode
yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Analisis protein secara kualitatif
adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya protein
dalam suatu bahan pangan. Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan reaksi
Xantoprotein, reaksi Hopkins-Cole, reaksi Millon, reaksi Nitroprusida dan
reaksi Sakaguchi. Sedangkan analisis protein secara kuantitatif adalah
analisis yang bertujuan untuk mengetahui kadar protein dalam suatu bahan
pangan. Analisi kuantitatif protein dapat dilakukan dengan metode Kjeldahl,
metode titrasi formol, metode Lowry, metode spektrofotometri visible
(Biuret) dan metode spektrofotometri UV.
Pada praktikum kali ini akan dilakukan penentuan kadar protein dalam susu
dengan menggunakan metode Kjeldahl. Analisis protein ini dapat
menentukan tingkat kualitas protein apabila dipandang dari sudut gizi serta
menelaah protein yang merupakan salah satu bahan kimia secara biokimia,
fisiologis, reologis dan enzimatis. Prinsip kerja dari metode Kjeldahl adalah
protein dan komponen organic dalam sampel didestruksi dengan
menggunakan asam sulfat dan katalis. Hasil destruksi dinetralkan dengan
menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi. Destilat ditampung dalam
larutan asam borat. Selanjutnya ion- ion borat yang terbentuk dititrasi
dengan menggunakan larutan HCl.
V. KESIMPULAN
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh yaitu sebagai berikut:
1.
Kadar protein pada susu bubuk yang dititrasi menggunakan HCl 0,1N yaitu
sebesar 76,54%
2.
Kadar protein pada susu bubuk yang dititrasi menggunakan HCl 0,1N yaitu
sebesar 22,85 %
3.
Penggunaan normalitas asam klorida yang berbeda bertujuan untuk
membandingkan normalitas mana yang menghasilkan kadar protein yang
sesuai dengan literature
4.
Hasil analisa kadar protein menggunakan asam klorida 0,2 N memberikan
hasil yang sedikit mendekati kadar literature yaitu 25,9%
5.
Besarnya kadar protein pada susu bubuk ( HCl 0,1 N ) kemungkinan
disebabkan oleh ikut teranalisisnya komponen- komponen lain seperti
purina, pirimidina, asam amino besar, kreatina dan vitamin- vitamin sebagai
nitrogen protein
DAFTAR PUSTAKA
Anna,Poedjiadi.1994. Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta: UI-Press
Hadiwiyoto,S.1994.Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil
Olahannya.Yogyakarta: Liberty
Sudarmadji,dkk.1984.Analisa Bahan Makanan dan Hasil Pertanian.Yogyakarta:
Liberty
Winarno, FG.1992. Kimia Pangan dan Gizi.Jakarta: Gramedia
Download