abstrak - Pascasarjana Universitas Negeri Malang

advertisement
Kumpulan Abstrak Disertasi
Semester Genap 2008/2009
Manajemen Pendidikan (MPD)
360 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Hubungan Kepemimpinan Transformasional, Kelelahan Emosional, Karakteristik Individu,
Budaya Organisasi, dan Kepuasan Kerja dengan Komitmen Organisasional para Guru SMA
di Kota Denpasar
Anak Agung Gede Agung
Abstrak
Guru memiliki tanggungjawab sebagai pelaksana sistem pendidikan nasional dalam mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Untuk mengemban tanggungjawab tersebut, guru diwajibkan untuk memiliki
komitmen yang tinggi. Seorang guru tidak mungkin dapat melakukan tugas tersebut dengan baik, jika tanpa
didukung komitmen yang tinggi. Tinggi rendahnya komitmen organsasional dapat dipengaruhi faktor internal
dan eksternal. Faktor internal yang diduga berpengaruh terhadap komitmen organisasional antara lain:
kelelahan emosional, karakteristik individu, dan kepuasan kerja. Sedangkan faktor eksternal antara lain:
kepemimpinan transformasional, budaya organisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai: komitmen organisasional, kepemimpinan
transformasional, kelelahan emosional, karakteristik individu, budaya oraganisasi, dan kepuasan kerja di
kalangan guru-guru SMA di Kota Denpasar. Di samping itu, penelitian ini juga untuk mengetahui hubungan
masing-masing variabel, baik hubungan secara langsung maupun hubungan tidak langsung.
Populasi penelitian ini adalah 759 orang guru-guru SMA Negeri dan Swasta di Kota Denpasar.
Dengan menggunakan formula Krejcie & Morgan dan Warwich Lininger diperoleh jumlah sampel sebesar
304 orang. Penetapan besaran sampel tiap sub-populasi menggunakan teknik proporsional random sampling
dan pengambilan individu menjadi anggota sampel digunakan teknik undian. Pengumpulan data digunakan
kuesioner model skala Likert empat pilihan. Untuk menganalisis data digunakan teknik analisis statistik
deskriptif dan statistik multivariat SEM-PLS dengan bantuan program software SmartPLS (2005).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kondisi komitmen organisasional berada pada kategori
sangat tinggi; kepemimpinan transformasional pada kategori tinggi; kelelahan emosional pada kategori
sedang; karakteristik individu pada kategori sangat tinggi; budaya organisasi pada kategori tinggi; dan
kepuasan kerja berada pada kategori tinggi. (2) Ada hubungan yang signifikan secara langsung antara
kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi; (3) ada hubungan yang signifikan secara langsung
antara karakteristik individu dan budaya organisasi; (4) ada hubungan yang signifikan secara langsung antara
kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja; (5) ada hubungan yang signifikan secara langsung
antara kelelahan emosional dan kepuasan kerja; (6) ada hubungan yang signifikan secara langsung antara
karakteristik individu dan kepuasan kerja; (7) tidak ada hubungan yang signifikan secara langsung antara
budaya organisasi dan kepuasan kerja; (8) tidak ada hubungan yang signifikan secara tidak langsung antara
kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja melalui budaya organisasi; (9) tidak ada hubungan yang
signifikan secara tidak langsung antara karakteristik individu dan kepuasan kerja melalui budaya organisasi;
(10) tidak ada hubungan yang signifikan secara langsung antara kepemimpinan transformasional dan
komitmen organisasional; (11) tidak ada hubungan yang signifikan secara langsung antara kelelahan
emosional dan komitmen organisasional; (12) ada hubungan yang signifikan secara langsung antara
karakteristik individu dan komitmen organisasional; (13) ada hubungan yang signifikan secara langsung
antara budaya organisasi dan komitmen organisasional; (14) ada hubungan yang signifikan secara langsung
antara kepuasan kerja dan komitmen organisasional; (15) ada hubungan yang signifikan secara tidak
langsung antara kepemimpinan transformasional dan komitmen organisasional melalui budaya organisasi;
(16) ada hubungan yang signifikan secara tidak langsung antara kepemimpinan transformasional dan
komitmen organisasional melalui kepuasan kerja; (17) ada hubungan yang signifikan secara tidak langsung
antara kelelahan emosional dan komitmen organisasional melalui kepuasan kerja, (18) ada hubungan yang
signifikan secara tidak langsung antara karakteristik individu dan komitmen organisasional melalui budaya
organisasi; (19) ada hubungan yang signifikan secara tidak langsung antara karakteristik individu dan
komitmen organisasional melalui kepuasan kerja; (20) tidak ada hubungan yang signifikan secara tidak
langsung antara budaya organisasi dan komitmen organisasional melalui kepuasan kerja; (21) ada hubungan
yang signifikan secara simultan antara kepemimpinan transformasional, kelelahan emosional, karakteristik
individu, budaya organisasi dan kepuasan kerja dengan komitmen organisasional.
Kata kunci: kepemimpinan transformasional, kelelahan emosional, karakteris-tik individu, budaya organisasi, kepuasan kerja, komitmen rganisasional
359
Program Studi S3 MPD 361
Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui Sistem Penjaminan Mutu (Studi Multi Situs di SD
Al Falah Tropodo 2 Sidoarjo, SDIT Bina Insani Kediri, dan SDIT Al Hikmah Blitar)
AB. Musyafa’Fathoni
Abstrak
Dalam kehidupan yang penuh kompetisi seperti ini, tuntutan masyarakat terhadap kualitas semakin
tinggi, termasuk tuntutan terhadap kualitas sekolah. Hal tersebut dikarenakan masyarakat masih yakin
sekolah mampu menjawab dan mengantisipasi berbagai tantangan masa depan. Dalam konteks inilah
beberapa sekolah berupaya menerapkan sistem penjaminan mutu untuk memberikan kualitas layanan
pendidikan terbaiknya untuk masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang komprehensip tentang pemahaman
pengelola sekolah tentang sistem penjaminan mutu, yang meliputi pemahaman pengelola sekolah tentang
mutu, sekolah yang bermutu, dan pentingnya sistem penjaminan mutu. Kedua, untuk mengungkapkan proses
penetapan standar mutu yang meliputi standar mutu yang diterapkan di masing-masing sekolah, cara
pengelola sekolah menetapkan standar mutu dan faktor-faktor yang menjadi dasar penetapan standar mutu.
Ketiga, untuk memberikan gambaran strategi sekolah dalam mencapai standar mutu yang telah ditetapkan
yang mencakup langkah-langkah sekolah untuk mencapai standar mutu, masalah-masalah yang dihadapi
dalam mencapai standar mutu dan cara menyelesaikannya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan rancangan studi multi situs. Lokasi
penelitian ini adalah SD Al Falah Tropodo 2 Sidoarjo, SDIT Bina Insani Kediri, dan SDIT Al Hikmah Blitar.
Dipilihnya tiga sekolah tersebut dengan pertimbangan bahwa ketiga sekolah tersebut merupakan sekolah
yang baru sehingga dampak dari penerapan sistem penjaminan mutu dapat diamati secara alamiah tanpa
adanya pengaruh faktor yang lain. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan melalui observasi berperan
serta, wawancara mendalam dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dalam dua tahap, yaitu analisis dalam
situs, dan analisis lintas situs. Analisis lintas situs dimaksudkan sebagai proses membandingkan temuantemuan yang diperoleh dari masing-masing situs, sekaligus sebagai proses memadukan temuan antar situs.
Berdasarkan proses pengumpulan dan analisis data, penelitian ini menghasilkan tiga temuan.
Pertama, mutu dalam perspektif pengelola sekolah adalah wujud dari kebaikan sesuatu yang tercermin dalam
ketercapaian standar atau indikator mutu melalui proses yang baik, sehingga memenuhi harapan pelanggan
dan memberikan nilai manfaat bagi pelanggannya. Berdasarkan konsep tersebut sekolah yang bermutu dalam
perspektif pengelola adalah sekolah dengan ciri-ciri: memiliki standar mutu dan mampu mencapainya,
memiliki program yang baik dan bermanfaat, pendidikan dijalankan dengan proses yang baik, serta mampu
meluluskan siswa yang berkualitas secara intelektual, emosional, dan spiritual. Selanjutnya untuk
mewujudkan sekolah yang bermutu perlu adanya sistem penjaminan mutu, sebab dengan adanya sistem
penjaminan mutu manajemen sekolah dan proses pendidikan telah dilaksanakan dengan baik, sekolah lebih
fokus dan tidak mudah berubah haluan, karena target dan standar mutu telah ditetapkan, dan dukungan orang
tua terhadap program-program sekolah semakin kuat.
Kedua, Sekolah Dasar Islam yang bermutu minimal harus memenuhi 12 butir standar mutu, yaitu: 1)
sholat dengan kesadaran; 2) berbakti dengan orang tua; 3) tartil baca al Qur’an; 4) hafal Juz ’Amma; 5) nilai
lima bidang studi tuntas; 6) disiplin; 7) percaya diri; 8) senang membaca; 9) membaca efektif; 10)
komunikasi baik; 11) prilaku sosial yang baik; 12) memiliki budaya bersih. Proses penetapan standar mutu
bermula dari konsep sistem penjaminan mutu yang dipelajari pengelola sekolah dengan mengikuti training
KPI dan JSIT. Selanjutnya pengelola sekolah menetapkan standar mutu dengan berpijak pada idealisme
sekolah (cita-cita pendirian, visi sekolah, dan profil lulusan yang diharapkan). Adapun faktor-faktor yang
menjadi pertimbangan penetapan standar mutu adalah: kebutuhan dan ketrampilan yang harus dikuasai anak
usia sekolah dasar, kebutuhan orang tua, keyakinan keagamaan, faktor ekonomi dan faktor sosial.
Ketiga, Langkah-langkah pencapaian standar mutu terdiri dari a) langkah perencanaan (planning)
yang meliputi: sosialisasi standar mutu, perumusan program, penetapan SOP, b) langkah pelaksanaan
(implementing) yang meliputi penunjukan penangung jawab, pelaksanaan program, dan c) proses kontrol
(controlling) yang meliputi kontrol pelaksanaan program dan kontrol ketercapain standar mutu. Beberapa
masalah yang menyebabkan sistem penjaminan mutu belum berjalan optimal antara lain: dukungan dari
yayasan belum optimal, adanya beberapa guru yang belum sesuai standar, adanya orang tua yang belum
dapat bekerja sama dengan baik, dokumentasi dan kontrol mutu yang masih lemah. Untuk mengatasi itu
semua sekolah berupaya untuk selalu melakukan peningkatan kemampuan guru malalui training, supervisi,
dan MGMP, melakukan sosialisasi intensif terhadap wali murid, serta memperbaiki program-program
penjaminan mutu.
362 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Berdasarkan temuan tersebut disarankan kepada pengelola sekolah untuk terus memperkuat sistem
penjaminan mutu internalnya, lebih khusus pada aspek dokumentasi dan kontrol mutu, sehingga ketercapaian
standar mutu dapat lebih optimal. Untuk Departemen Pendidikan dapat menindak lanjuti dengan
merumuskan konsep sistem penjaminan mutu sekolah dasar sehingga mutu sekolah tidak sekedar dipatok
dari hasil akhir namun dijaga dan dilihat dari keseluruhan proses pendidikan.
Kata kunci: mutu, standar mutu, penjaminan mutu, sekolah dasar Islam
Upaya Yayasan dan Pimpinan Universitas Dalam Peningkatan Sumberdaya Manusia di
Perguruan Tinggi (Studi Multi Situs di Universitas Obor 1, Universitas Obor 2, Universitas
Obor 3)
Ahmad Sidi
Abstrak
Peningkatan sumberdaya manusia di perguruan tinggi, dalam rangka menghadapi persaingan di era
global. Karena perguruan tinggi akan menghadapi masa depan yang penuh tantangan, laju perubahan yang
demikian cepat, tuntutan masyarakat yang lebih maju, kehidupan yang sarat dipengaruhi oleh perkembangan
ilmu pengetahuan dan tehnologi, yang dirasakan oleh perguruan tinggi. Untuk itu, perlu adanya peningkatan
sumberdaya manusia di perguruan tinggi, memperhatikan keadaan internal dan eksternal dari suatu perguruan
Tinggi.
Dengan melihat tuntutan dan tantangan perguruan tinggi kedepan yang tidak semakin ringan, maka
hal ini merupakan problem yang harus dapat depecahkan dengan penuh perhitungan dan terencana. Dari
berbagai macam problema yang harus dihadapi ketiga Universitas tersebut, peneliti ingin mengetahui
langkah apa yang ditempuh dalam peningkatan sumberdaya manusia di perguruan tinggi tentu peningkatan
kualitas sumberdaya manusia (SDM) di ketiga Universitas dengan menetapkan fokus penelitian: 1).
Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Lembaga Yayasan dalam rangka peningkatan kualitas sumberdaya
manusia Perguruan Tinggi di ketiga situs penelitian?, 2). Bagaimana upaya yang dilakukan pimpinan
Perguruan Tinggi dalam rangka peningkatan kualitas sumberdaya manusia Rektorat di ketiga situs
penelitian?
Penelitian ini dilakukan di tiga perguruan tinggi, yaitu Universitas Obor 1, Universitas Obor 2,
Universitas Obor 3 dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dirancang dengan
menggunakan studi multi-situs. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data meliputi (1) teknik
pengamatan partisipatif dan berperan serta; (2) teknik wawancara mendalam; (3) teknik dokumentasi.
Sedangkan informannya dipilih dengan menggunakan teknik purposif, yang dipadukan dengan teknik
snowball sampling. Data yang terkumpul melalui berbagai teknik tersebut, diperiksa dan dilakukan reduksi
data, penyajian data dan verifikasi data. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan menggunakan
credibility (keterpercayaan), transferability (keteralihan), dependability (kebergantungan) dan confirmability
(kepastian). Begitu data secara keseluruhan selesai diperiksa, data yang terkumpul dianalisis, dengan analisis
dalam situs maupun analisis antar situs.
Melalui penelitian ini diperoleh temuan-temuan. Pertama Memasukkan pengurus yayasan dalam
struktur organisasi universitas dalam rangka sebagai pengawas, pembina, pembimbing, rekomendasi dan
evaluasi kinerja diakhir tahun akademik, dan memberikan kebijakan mengangkat dosen tetap yayasan yang
berasal dari dosen tidak tetap yang memiliki kualifikasi, integritas dan loyalitas kepada universitas, ikut
terlibat dalam evaluasi kinerja dosen dan karyawan, memberikan mandat kepada universitas untuk membuka
program studi yang dianggap strategis dengan mempertimbangkan kebutuhan masyarakat serta mengadakan
sarana prasarana penunjang proses akademik universitas merupakan upaya yayasan untuk mengembangkan
perguruan tinggi, Kedua, pengurus yayasan masuk dalam struktur organisasi dalam rangka melakukan
kerjasama dengan pihak eksternal, mendukung memberi kesempatan kepada dosen dan karyawan untuk
mengikuti program pendidikan dan ketrampilan lanjutan, memandirikan dari unit-unit akademik dan fakultas,
mengembangkan hubungan informal dengan staf dan dosen dengan tetap memberlakukan tata tertib
universitas dengan konsisten serta memberikan penghargaan selain gaji untuk dosen yang memiliki kualitas
dan loyalitas kepada universitas dan melakukan evaluasi kinerja pada tiap akhir tahun akademik merupakan
upaya pimpinan perguruan tinggi dalam rangka mengembangkan organisasinya.
Dari berbagai temuan diatas disarankan perlu adanya perubahan mindset (way of thinking) dan
komitmen dari pengurus yayasan dan pimpinan universitas untuk memberikan dan memfasilitasi yang terbaik
bagi penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi yang dibinanya untuk kepentingan pemenuhan
Program Studi S3 MPD 363
kebutuhan pendidikan dari masyarakat tanpa didominasi oleh kepentingan pribadi atau kelompok pengurus.
Tentunya perubahan komitmen dan midset yang dimaksud bukan pada tataran ”retorika” semata tetapi harus
terwujud dalam serangkaian perilaku dan kebijakan yang mampu menumbuhkan semangat dan contoh atau
tauladan serta memberikan fasilitas yang memadai untuk benar-benar bekerja demi kepentingan
pengembangan perguruan tinggi yang dimilikinya
Kata kunci: upaya, peningkatan sumberdaya manusia, perguruan tinggi, unggul
Manajemen Mutu Sekolah Dasar Berbasis Religi (Studi Multi Kasus pada SD Mintu, SD
Iwaha, SD Kasayuga dan SD Kripe)
Ali Imron
Abstrak
Sekolah Dasar (SD) berbasis religi adalah salah satu jenjang pendidikan formal bernaung di bawah
institusi religi, yang mengajarkaan mata pelajaran umum, dan agama, mempraktikkan aktivitas keagamaan
dan budaya bernafaskan agama. Di antara SD berbasis religi, ada yang digandrungi oleh kandidat dan tetap
survive meskipun banyak SD lain dilikuidai karena tidak mendapatkan siswa baru. Pertanyaannya, mengapa
ada SD berbasis religi yang digandrungi dan tetap survie, sementara ada yang dilikuidasi karena tidak
mendapatkan kandidat siswa baru?
Tujuan utama penelitian ini untuk mendeskripsikan secara mendalam manajemen mutu akademik
SD berbasis religi, yang meliputi manajemen mutu kurikulum, pembelajaran dan kelas. Kedua, untuk
memerikan secara mendalam manajemen mutu pendukung akademik SD berbasis religi, yang meliputi
manajemen mutu kesiswaan, tenaga kependidikan, sarana prasarana, keuangan dan partisipasi masyarakat.
Ketiga, untuk memerikan secara mendalam dan memberi makna atas akar manajemen mutu SD berbasis
religi, yang meliputi akar religi, sosial dan kultural.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, rancangan studi multi kasus, dan orientasi
pendekatan fenomenologis. Lokasi penelitian adalah SD Mintu, SD Iwaha, SD Kasayuga dan SD Kripe.
Teknik pengumpulan data dengan observasi peran serta, wawancara mendalam dan dokumentasi. Analisis
data pada kasus individual dengan model alir Miles dan Hubermen (1992), ialah data reduction, data display
dan conclusion drawing/vervying, sedangkan analisis data lintas kasus dengan melakukan analisis
perbandingan antar kasus sebagimana yang direkomendasikan oleh Yin (2002). Keabsahan data dengan
teknik credibility, transferability, dependability dan conformability.
Berdasarkan proses pengumpulan dan analisis data didapatkan hasil berikut. Pertama, SD berbasis
religi mempunyai komitmen mutu kuat, ditindaklanjuti dengan melakukan manajamen mutu, baik akademik
maupun pendukung akademik. Manajemen mutu akademik terdiri atas manajemen mutu kurikulum,
pembelajaran dan kelas. Manajemen mutu kurikulum adalah aktivitas penyiapan perangkat kurikulum secara
bermutu, terutama program tahunan, program semester, dan silabus, sehinga siap dipedomani oleh tenaga
kependidikan dalam melaksanakan pembelajaran bermutu. Manajamen mutu pembelajaran adalah aktivitas
yang memberikan jaminan agar terjadi proses pembelajaran bermutu dan berujung pada pencapaian hasil
belajar optimal. Manajemen mutu kelas adalah aktivitas mengorkestrasi fisik dan sosial kelas sehingga
senantiasa on dan kondusif untuk aktivitas pembelajaran bermutu.
Kedua, manajemen mutu pendukung akademik terdiri atas manajamen mutu kesiswaan, tenaga
kependidikan, sarana prasarana, keuangan dan partisipasi masyarakat. Manajemen mutu kesiswaan adalah
memproses input siswa menjadi output bermutu sesuai dengan visi, misi dan tujuan sekolah. Manajemen
mutu tenaga kependidikan adalah aktivitas merekrut, menugasi, meningkatkan kemampuan, memberikan
penghargaan kepada tenaga kependidikan agar memberikan kontribusi bermutu terhadap proses pendidikan.
Manajemen mutu sarana prasarana adalah pengaturan sarana prasarana secara bermutu agar siap
dipergunakan untuk mendukung pelaksanaan bidang akademik dan non akademik. Manajemen mutu
keuangan adalah upaya penggalian sumber dan pembelanjaannya secara bermutu dan selektif, guna
mendukung aktivitas dan mutu pendidikan. Manajemen mutu partisipasi masyarakat adalah aktivitas
penggalangan, penerlibatan dan penggerakan secara bermutu potensi masyarakat, terutama orang tua dalam
mendukung proses pendidikan.
Ketiga, terdapat tiga akar manajemen mutu SD berbasis religi, ialah akar religi, sosial dan kultural.
SD berbasis religi memaknai religi sebagai inspirator utama dalam manajemen mutu sekolah. Ajaran religi
dimaknai optimistik, ialah bahwa apa yang dicapai seseorang berkat apa yang dikerjakan. Menjadi tenaga
kependidikan dimaknai sebagai orang terpilih. Bekerja di lembaga pendidikan dimaknai sebagai jalan yang
364 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
dipilihkan oleh Tuhan, sehingga harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Pelayanan kepada siswa
dimaknai sebagai pelayanan terhadap religi, dan bahkan merupakan bagian dari pelayanan terhadap Tuhan.
Pengelola dan tenaga kependidikan yang berlatar perkotaan asli yang mementingkan kekeluargaan dan kerja
sama dibandingkan kompetisi; sedangkan yang berlatar sosial perkotaan urban cenderung berkompetisi
meskipun tetap dalam bingkai solidaritas (solidarity frame). Orang tua siswa berlatar sosial ekonomi
menengah ke atas sangat peduli dengan pendidikan anak, dan memberikan kontribusi besar terhadap sekolah;
sedangkan yang berlatar sosial ekonomi menengah ke bawah kepeduliannya terhadap pendidikan anak dan
kontribusinya terhadap sekolah terkategori rendah. SD berbasis religi mempunyai kultur mutu yang digali,
dikembangkan dan disempurnakan oleh pendiri dan diwarisi oleh penerusnya. Kultur mutu disimbolkan
dalam motto yang menginspirasi warga sekolah berlomba mencapai mutu.
Berdasarkan uraian disarankan sebagai berikut. SD berbasis religi perlu merekonstruksi makna mutu
holistik agar selalu gayut dengan aspirasi dinamis stake holders, kemudian menindaklanjuti dengan
manajemen mutu akademik dan pendukung akademik. Jurusan AP pada LPTK, patut merekekonstruksi
kurikulum, dengan memperkuat perspektif sosilogis dan kultural, serta mengakomodasi multiple intelegence.
Pemahaman keagamaan optimistik, akar sosial perkotaan urban yang mengedepankan semangat kompetisi
berbasis solidaritas, kultur mutu yang disimbolkan dalam berbagai moto, patut dikelola oleh pengelola SD
berbasis religi dengan optimal. Dinas Pendidikan dan Kantor Depag Kota Maja patut menjadikan hasil
penelitian ini sebagai salah satu input kebijakan peningkatan mutu pendidikan. Para peneliti patut
menverivikasi hasil riset ini dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif pada multi kasus dan pada jenjang
pendidikan lain.
Kata kunci: manajemen mutu, sekolah dasar, pendidikan berbasis religi
Hubungan Supervisi pengajaran, Motivasi Kerja, Kinerja Guru dengan Prestasi Belajar
Siswa SD Negeri di Kabupaten Barru
Andi Tenriningsi
Abstrak
Untuk mencapai tujuan pendidikan dalam suatu lembaga di antaranya mengenai supervisi pengajaran yang merupakan proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dalam menjalankan
tugas sehari-harinya di sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Untuk meningkatkan motivasi
dan kinerja guru, maka supervise pengajaran harus dilakukan secara efektif antara lain dengan pertemuan
antar kelas, pelaksanaan evaluasi dan pemberian penghargaan.
Penelitian ini bertujuan; mendeskripsikan hubungan langsung dan tidak langsung antara supervisi
kepala sekolah dengan motivasi kerja, kinerja guru dan prestasi belajar siswa pada SD Negeri di Kabupaten
Barru. Penelitian ini merupakan penelitian supervei tipe korelasional, menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan SEM AMOS 4.0.1. Ferdinand (2005). Data terkumpul dianalisis dengan teknik analisis deskriptif dan
teknik analisis SEM. Subyek yang dijadikan populasi adalah guru SD Negeri se Kabupaten Barru sejumlah
1.329 orang. Dari populasi tersebut kemudian ditentukan sampel sebanyak 297 0rang.
Hasil analisis deskriptif masing-masing variabel penelitian menunjukkan kategori baik. Selain itu
hasil penelitian juga menunjukkan bahwa supervisi kepala sekolah, motivasi kerja, kinerja guru dan prestasi
belajar siswa memiliki hubungan yang bersifat positif dan signifikan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Sehingga dalam penelitian ini seluruh hipotesis diterima dan dapat dibuktikan kebenarannya.
Berdasarkan temuan penelitian disarankan: (1) Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Barru hasil
penelitian ini dijadikan dasar dalam meningkatkan mutu supervisor supaya bisa terus ditingkatkan, sehingga
tercapai prestasi belajar siswa yang lebih baik dibandingkan prestasi pada tahun-tahun sebelumnya.(2)
Hendaknya Pemerintah Kabupaten Barru dapat membuat peraturan pemerintah daerah dalam penyeleksian
sebagai supervisor, sehingga supervisi di kabuapten Barru dapat lebih meningkat sehingga tercapai mutu
pendidikan yang lebih baik. (3). Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Barru hendakanya lebih merespon
lembaga-lembaga kajian pendidikan yang ingin melaksanakan seminar-seminar ilmiah utama dalam hal
kajian-kajian supervisi. (4) Dinas Pendidikan Kabupaten Barru seharusnya melaksanakan pelatihan bagi
guru-guru yang sudah waktunya untuk menjadi supervisor.(5) Bagi supervisor supaya dapat melakukan
perkunjungan kelas lebih intensif dengan jalan lebih meningkat komunikasi tatap muka.(6) Kepada para
kepala Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Barru hendaknya dalam pembuatan program untuk peningkatan
prestasi belajar siswa, perlu memperhatikan program supervisi yang kontinyu dan memperhatikan pula
motivasi kerja para guru serta kinerja guru yang dipimpinnya.(7) Kepada para guru SD Negeri di Kabupaten
Program Studi S3 MPD 365
Barru, disarankan untuk terus berupaya meningkatkan kemampuanya dengan cara memutakhirkan
pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki, hal itu bisa dilakukan dengan cara mengikuti pendidikan dan
pelatihan, mengikuti kegiatan ilmiah yang berhubungan dengan bidang tugasnya, lokakarya, seminar, dan
lain sebagainya secara intensif.(8)Untuk peningkatan prestasi belajar siswa perlu di dukung oleh tingkat
kinerja yang baik,begitu pula dengan supervisi pengajaran harus di dukung dengan motivasi yang tinggi
untuk mencapai prestasi belajar yang baik.(9) Kepada para peneliti yang tertarik untuk mengkaji dalam
bidang ini, disarankan untuk melakukan penelitian yang serupa dengan menambahkan variabel lain yaitu
variabel iklim sekolah dan menggunakan alat analisis yang berbeda.
Kata kunci: supervisi pengajaran, motivasi kerja, kinerja guru, prestasi belajar siswa
Pengembangan Sistem Informasi Pendukung Pengambilan Keputusan Menggunakan Data
Historis Bidang Akademik Melalui Teknologi Penambangan Data (Studi Pengembangan di
Polinema)
Andriani Parastiwi
Abstrak
Pembangunan pendidikan di Indonesia saat ini lebih diarahkan pada peningkatan mutu agar mampu
bersaing secara global. Persaingan global telah menimbulkan kompetisi global. Bila dalam bidang ekonomi,
kompetisi global ditandai dengan pasar bebas yang akan memberikan kesempatan pada negara manapun
untuk memasarkan produknya baik berupa barang dan jasa di negara manapun tanpa adanya batasan, maka
dunia pendidikan menyikapinya dengan kolaborasi. Hal ini sudah mulai dirasakan akhir-akhir ini dengan
semakin aktifnya para agen lembaga pendidikan luar negeri menawarkan kolaborasi program-programnya
secara profesional dan proporsional. Masyarakat dapat lebih memilih lembaga pendidikan yang bermutu.
Demikian pula lembaga pendidikan dapat lebih membidik calon peserta didik dengan segmen tertentu.
Penjaringan calon peserta didik menjadi lebih terfokus.
Penjaringan calon siswa terpadu dapat menaikkan kinerja institusi dan meningkatkan kompetitifnes
dari institusi. Hal ini juga berlaku untuk pendidikan tinggi. Kunci pokok dari penjaringan calon peserta didik
disini adalah mahasiswa, karena mahasiswa yang akan menerima layanan dan mahasiswa yang harus bekerja
keras untuk sukses belajar dengan nilai akademis yang baik. Oleh karena itu sangatlah perlu diketahui
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut: Siapa mahasiswa yang diterima dan mendaftar ulang selama
ini? Bagaimana segmentasi mahasiswa selama ini?
Semua pertanyaan diatas dapat dijawab dengan mencermati data akademik mahasiswa yang ada
mulai dari saat institusi didirikan sampai saat ini dimana telah terjadi timbunan data dalam berbagai bentuk
data sumber. Dengan menggudangkan data sumber ke dalam Gudang Data, maka selanjutnya informasi/
pengetahuan dapat digali dengan menggunakan teknologi penambangan data. Penambangan data dapat
digunakan untuk menemukan pengetahuan guna melihat pola dan hubungan dalam satu set data mahasiswa
yang besar dan kompleks. Dengan penambangan data segmentasi mahasiswa dapat diketahui, karakteristik
mahasiswa yang diterima dan sukses belajar juga dapat dibuat. Dari jawaban tersebut selanjutnya dapat
digunakan untuk merencanakan satu bentuk kebijakan terkait layanan kepada mahasiswa
Dalam pengembangan ini dikembangkan satu sistem informasi pendukung pengambilan keputusan
bidang akademik melalui teknologi penambangan data dengan menggunakan data historis bidang akademik
Polinema tahun 2001 sampai tahun 2004 yang sudah menggunung dan tidak digunakan lagi. Kegiatan yang
dilakukan dalam mengembangkan produk penelitian ini diawali dengan studi kebutuhan informasi para
pengelola institusi pendidikan yang menggunakan produk, sambil mengumpulkan semua data sumber dari
berbagai pihak terkait yang ada di organisasi terkait sarana dan prasarana teknologi informasi. Infrastruktur
jaringan dan komputer yang dimiliki organisasi juga didokumentasikan untuk menyesuaikan produk dengan
lingkungan penerapan nantinya.
Hasil studi kebutuhan informasi dan dokumentasi infrastruktur data dan sumberdaya dijadikan
landasan pembentukan tim pengembang dan model produk yang dikembangkan. Tim pengembang terdiri
dari 4 (empat) unsur organisasi, yaitu pimpinan tertinggi institusi, pimpinan bagian pengelola infrastruktur
komputer dan jaringan, wakil ketua jurusan, dan sistem analis. Sistem analis sebagai fasilitator
menggambarkan pentingnya pengembangan produk dan memfasilitasi diskusi dalam pengembangan produk.
Data sumber yang bervariasi bentuk dan tempatnya selanjutnya siap untuk masuk ke tahapan penggudangan
data.
366 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Gudang Data dikembangkan dengan memodelkan dimensi dengan menggunakan model dimensi
snowflake-schema. Data sumber yang sudah dimodelkan kemudian dilakukan proses pembersihan data dan
proses pemasukkan data ke gudang data. Model dimensi snowflake-schema digunakan karena memiliki
keunggulan dalam kemampuannya menampilkan informasi/pengetahuan dengan teknologi penambangan data
menggunakan algoritma pengelompokkan yang sederhana. Informasi/pengetahuan ini merupakan hasil dari
produk yang selanjutnya dapat digunakan oleh pimpinan institusi pendidikan tinggi sebagai tambahan
landasan dalam pengambilan keputusan. Ketepatan keputusan yang diambil tidak masuk dalam pengembangan ini.
Ujicoba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
menetapkan tingkat keefektifan, efisiensi, dan daya tarik dari produk yang dihasilkan. Hasil ujicoba
menunjukkan bahwa kekuatan produk hasil pengembangan terletak pada kemudahan operasi. Produk
memiliki menu pull-down yang jelas pemanfaatannya, struktur penampilan tiap layar teratur dan lebih
menarik daripada tampilan manual. Hasil laporan analisis sangat bermanfaat mempercepat proses
pengambilan keputusan terkait layanan ke mahasiswa dan dosen. Selain itu, volume laporan analisis yang
disajikan relevan dengan kebutuhan.
Keterbatasan produk yang dirasakan oleh para pengguna dalam hal lebih banyak informasi
(pengetahuan) yang bisa digali dari sistem. Selain itu, semua pengguna merasa bahwa proses-refresh untuk
data tahun berikutnya belum dikembangkan dalam produk ini. Dengan dikembangkannya algoritma
penambahan data pada gudang data dan penambahan algoritma untuk penggalian informasi/pengetahuan dari
gudang data akan menambah manfaat dari produk.
Kata kunci: pengembangan, sistem informasi pendukung pengambilan keputusan, data historis, penambangan data
Hubungan Keterampilan Managerial Kepala Se-kolah, Status Sosial-Ekonomi Guru, Iklim
Sekolah, dan Moral Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMA Negeri di Kabupaten Merauke
Basilius Redan Werang
Abstrak
Guru memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan
nasional. Jika ada tuntutan bagi guru untuk meningkatkan kinerjanya, hal itu terutama dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan nasional dan, pada gilirannya, untuk membuat bangsa Indonesia sejajar
dengan bangsa-bangsa lain. Pernyataan tersebut mengisyaratkan tanggung jawab dari para guru yang sudah
sejak lama berada di garis depan pendidikan. Sekarang ini, rendahnya kinerja guru banyak disoroti sebagai
penyebab utama merosotnya mutu pendidikan nasional. Karena itu ada suatu kebutuhan yang mendesak
untuk menemukan upaya dan strategi untuk meningkatkan kinerja guru demi memperbaiki proses belajarmengajar di dalam kelas. Keterampilan manajerial kepala sekolah, status sosial-ekonomi guru, iklim sekolah,
dan moral kerja guru diduga sebagai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja guru SMA Negeri di
Kabupaten Merauke.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) tingkat kualitas kinerja guru, keterampilan
manajerial kepala sekolah, status sosial-ekonomi guru, iklim sekolah, dan moral kerja guru SMA Negeri di
Kabupaten Merauke; (2) hu-bungan langsung dan tidak langsung antara keterampilan manajerial kepala
sekolah, status sosial-ekonomi guru, iklim sekolah, dan moral kerja guru dengan kinerja guru SMA Negeri di
Kabupaten Merauke. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan rancangan penelitian deskriptifkorelasional. Data penelitian diperoleh melalui penyebaran angket penelitian kepada para responden yang
menjadi sampel penelitian. Data penelitian diolah dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis jalur.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa kualitas kinerja guru, keterampilan manajerial kepala
sekolah, status sosial-ekonomi guru, iklim sekolah dan moral kerja guru SMA Negeri di Kabupaten Merauke
berada dalam kategori tinggi. Sementara hasil analisis jalur menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 0,05
atau taraf kepercayaan 95 % terdapat: (1) hubungan langsung yang signifikan antara keterampilan manajerial
kepala sekolah dengan iklim SMA Negeri di Kabupaten Merauke; (2) hubungan langsung yang signifikan
antara keterampilan manajerial kepala sekolah dengan moral kerja guru SMA Negeri di Kabupaten Merauke;
(3) hubungan langsung yang signifikan antara keterampilan manajerial kepala sekolah dengan kinerja guru
SMA Negeri di Kabupaten Merauke; (4) hubungan tidak langsung antara keterampilan manajerial kepala
sekolah dengan moral kerja guru melalui iklim SMA Negeri di Kabupaten Merauke; (5) hubungan tidak
langsung antara keterampilan manajerial kepala sekolah dengan kinerja guru melalui iklim SMA Negeri di
Program Studi S3 MPD 367
Kabupaten Merauke; (6) hubungan tidak langsung antara keterampilan manajerial kepala sekolah dengan
kinerja guru melalui moral kerja guru SMA Negeri di Kabupaten Merauke; (7) hubungan langsung yang
tidak signifikan antara iklim sekolah dengan moral kerja guru SMA Negeri di Kabupaten Merauke; (8)
hubungan langsung yang signifikan antara iklim sekolah dengan kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten
Merauke; (9) hubungan tidak langsung antara iklim sekolah dengan kinerja guru melalui moral kerja guru
SMA Negeri di Kabupaten Merauke; (10) hubungan langsung yang signifikan antara status sosial-ekonomi
guru dengan moral kerja guru SMA Negeri di Kabupaten Merauke; (11) hubungan langsung yang signifikan
antara status sosial ekonomi guru dengan kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten Merauke; (12) hubungan
langsung yang signifikan antara moral kerja guru dengan kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten Merauke;
(13) hubungan tidak langsung antara status sosial-ekonomi guru dengan kinerja guru melalui moral kerja
guru SMA Negeri di Kabupaten Merauke; (14) hubungan antara keterampilan manajerial kepala sekolah,
status sosial-ekonomi guru, iklim sekolah, dan moral kerja guru secara bersama-sama dengan kinerja guru
SMA Negeri di Kabupaten Merauke.
Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa saran berikut hendaknya dipikirkan secara serius: (1) Bagi
Pemerintah Daerah: sangat dianjurkan bagi pemerintah daerah Kabupaten Merauke untuk memikirkan secara
serius dan, bila perlu, mengambil kebijakan daerah untuk membantu guru-guru meningkatkan status sosialekonominya; (2) Bagi Kepala Dinas Pendidikan Menengah Kabupaten Merauke: sangat dianjurkan bagi
Kepala Dinas Pendidikan Menengah untuk memikirkan secara serius dan, bila perlu, mengambil langkahlangkah yang diperlukan untuk memfasilitasi kepala sekolah dan calon kepala sekolah untuk meningkatkan
keterampilan manajerialnya; (3) Bagi Kepala Sekolah: sangat dianjurkan bagi kepala sekolah SMA Negeri di
Kabupaten Merauke untuk secara serius memotivasi diri untuk meningkat keterampilan manajerialnya; (4)
Bagi Guru-guru: sangat diharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk membenahi diri
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya guna meningkatkan tujuan pendidikan nasional dan, pada
gilirannya, menjadikan bangsa Indonesia setara dengan bangsa-bangsa lain; (5) Bagi Manajemen Pendidikan:
temuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan referensi yang relevan, khususnya
yang berkaitan dengan korelasi antara iklim sekolah dan morale kerja guru; (6) Bagi Peneliti Lain: sangat
diharapkan bagi peneliti berikutnya untuk mengkaji juga variabel-variabel lain yang mungkin saja
berpengaruh terhadap kinerja guru, misalnya perilaku kepala sekolah, motivasi kerja guru, dan profesionalisme guru.
Kata kunci: kepala sekolah, status sosial-ekonomi guru, iklim sekolah, moral kerja guru, kinerja guru
Model dan Paket Pelatihan Penigkatan Mutu Guru dalam Perspektif Manajemen Strategik
di SD Matahari Terbit Surabaya
E. Roesminingsih
Abstrak
Guru mempunyai peran yang sangat signifikan bagi keberhasilan pembelajaran siswanya. Dalam
memerankan fungsi dan perannya, indikator yang paling kuat bersingguangan adalah mutu guru. yang
menunjukkan kemampuan guru untuk bertanggung jawab terhadap berbagai macam tugas serta pengetahuan
yang dimiliki, dapat digunakan sebagai seni dan cara untuk bekerja.
Dikatakan guru yang bermutu jika guru menguasai ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen
beserta strategi pengembangannnya. Kebutuhan terhadap paradigma baru pendidikan didasarkan atas perubahan sehubungan dengan kondisi dan kebutuhan-kebutuhan pendidikan dalam masyarakat. Salah satu
perbaikan yang paling strategik adalah memperbaiki manajemen pendidikannya melalui pelatihan peningkatan mutu guru dalam perspektif manajemen stategik.
Dengan berbekal otonomi sekolah yang dimiliki SD Matahari Terbit Surabaya, sekolah mempunyai
kesempatan untuk bereksplorasi dalam upaya meningkatkan efektivitas sekolah termasuk dalam pengembangan sumber daya manusianya. Diharapkan dengan guru yang berkompeten, guru akan menjadi change
agent bagi kegiatan improvement sekolahnya sebagai perwujudan upaya akuntabilitas pada lingkungan.
Yang menjadi permasalahan adalah SD Matahari Terbit belum mempunyai model dan paket
pelatihan yang bersifat strategik dalam mengahadapi persaingan dan mengupayakan komitmen mutu dalam
upaya menciptakan guru yang bermutu. Sementara pelatihan yang selama ini dilakukan dan diikuti belum
memenuhi kebutuhan sekolah sebagai unit satuan terkecil penyelenggara pendidikan dalam perspektif
perubahan
368 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Dalam penelitian pengembangan ini dihasilkan model, paket, dan evaluasi pelatihan peningkatan
mutu guru dalam perspektif manajemen strategik yang mempunyai spesifikasi: (a) identifikasi kebutuhan
organisasi, yang terdiri dari analisis SWOT, pemilihan alternative strategi dan perumusan strategi; (b)
analisis kebutuhan; (c) perencanaan pelatihan (d) pelaksanaan pelatihan; dan (e) evaluasi. Model yang
bersifat sistemik ini dapat membantu efisiensi dan efektivitas sekolah melalui fungsi masing-masing
komponenya. Selain sistemik, model pelatihan ini juga mencakup beberapa dimensi: (a) dimensi waktu dan
orientasi masa depan; (b) dimensi internal dan eksternal; (c) dimensi pendayagunaan sumber-sumber; (d)
keikutsertaan manajemen puncak. Dengan mengacu cara kerja model yang sistemik dan mencakup beberapa
dimesi di atas, maka model pelatihan ini mempunyai beberapa keunggulan; profitabilitas, produktivitas
tinggi, posisi kompetitif, keunggulan teknologi, keunggulan sumber daya manusia, dan iklim kerja yang lebih
baik.
Paket pelatihan yang dihasilkan terdiri atas: (a) perencanaan pelatihan, meliputi tujuan pelatihan,
strategi pelatihan, metode pelatihan, silabus, materi pelatihan dan session plan; (d) pelaksanaan pelatihan,
yang dalam hal ini berupa pedoman pelatihan; dan (e) evaluasi. Paket pelatihan ini dapat membantu
organisasi dan terutama guru dalam berapa hal: (a) perencanaan pelatihan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan organisasi dan secara berkelanjutan dapat disesuaikan dengan kondisi realitik organisasi; (b) paket
pelatihan ini dapat berfungsi sebagai pengendali mutu guru secara berkelanjutan; (c) membangun paradigma
guru; (d) dapat membangun profesional guru; (e) paket pelatihan sebagai salah satu sarana untuk
mengkomunikasikan ide; (f)mendorong guru untuk berperilaku aktif dan proaktif.
Evaluasi pelatihan terdiri dari; (a) evaluasi unjuk kerja berupa penguasaan isi materi, (b) evaluasi
efektivitas dan efisiensi pelatihan, (c) evaluasi pelaksanaan pelatihan, (d) evaluasi kompetensi guru, dan (e)
evaluasi komitmen guru pada sekolah. Evaluasi pelatihan yang dilakukan dapat memberikan beberapa
manfaat dan sekaligus merupakan karakteristik dari evaluasi: (a) mempunyai relevansi yang tinggi; (b)
sebagai sistem kontrol dan pengendalian; (c) mampu memberikan rekomendasi; (d) berorientasi masa depan;
(e) bersifat khusus; (f) kecocokan; (g) menarik/atraktif; (h) pertumbuhan
Data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif berupa komentar dan saran dideskripsikan, sedangkan data tentang aspek kegunaan, kelayakan, ketepatan, ujuk kerja mengenai pengasaan
materi, efisiensi, efektifitas, proses pelatihan, kompetensi guru dan komitmen guru terhadap sekolah
digunakan analisis statistik deskriptif.
Dari hasil uji coba dapat diketahui bahwa: 44% guru memahami kebutuhan organisasi yang sehat.
Sedangkan kompetensi yang diukur meliputi empat kompetensi, yaitu kometensi pedagogik, sosial,
kepribadian, dan professional. Penilaian unjuk kerja yang dilakukan oleh teman sejawat menunjukkan
kenaikan sebesar 44%.; kompetensi yang dinilai dari atasan mengalami kenaikan sebesar 6,75%; kenaikan
tingkat komitmen guru sebesar 25%. Dari hasil uji kelompok terbatas diketahui bahwa efektifitas/kegunaan
pelatihan bagi guru dan sekolah mencapai 3,50 atau 87%,. Aspek keefisienan mencapai skor 3,30 atau 82%,
penguasaan materi baik dari segi kognitif, afektif dan spikomotorik dapat diterima dengan sangat baik yaitu
sebesar 86%.
Perspektif manajemen strategik pada pelatihan peningkatan mutu guru di SD Matahari Terbit
Surabaya merupakan keunggulan dan keunikan sebagai individu guru dan sekolah. Semua bermuara pada
upaya improvement mutu guru yang menciptakan daya kompetirif guru dan sekolah dalam menghadapi
perubahan yang terjadi baik di lingkungan intern maupun ekstern.
Kata kunci: model pelatihan, paket pelatihan, manajemen strategik, sekolah dasar
Keterampilan Manajerial Peningkatan Keunggulan Pembelajaran (Studi Multi Kasus pada
Tiga SMA Unggulan di Kota Semarang)
Karwanto
Abstrak
Kepala sekolah merupakan sumber daya manusia yang penting di dalam penyelenggaraan kegiatan
persekolahan. Keberhasilan suatu sekolah tidak hanya terbatas pada guru yang berkualitas, sarana prasarana
yang memadai dan proses pembelajaran yang unggul, tetapi harus didukung oleh keterampilan manajerial
kepala sekolah yang menonjol, mampu merespon setiap persoalan dan memiliki kompetensi dalam
mengelola sekolah dengan baik. Artinya, kepala sekolah harus mampu merencanakan, mengkoordinasikan,
melaksanakan dan mengevaluasi aktivitas pembelajaran secara profesional dalam rangka meningkatkan
Program Studi S3 MPD 369
keunggulan pembelajaran. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa keterampilan manajerial kepala
sekolah dalam mengelola sekolah benar-benar dituntut dan membutuhkan seni dalam proses pengelolaannya.
Penelitian ini bermaksud mengungkap lebih mendalam tentang keterampilan manajerial peningkatan
keunggulan pembelajaran pada tiga SMA Unggulan di Kota Semarang yang memiliki karakteristik berbeda.
Fokus penelitian ini tertuju pada lima hal yaitu: (a) keunggulan pembelajaran; (b) keterampilan kepala
sekolah dalam perencanaan peningkatan keunggulan pembelajaran; (c) keterampilan kepala sekolah dalam
pelaksanaan peningkatan keunggulan pembelajaran; (d) keterampilan kepala sekolah dalam evaluasi hasil
peningkatan keunggulan pembelajaran; dan (e) strategi yang dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan
keterampilannya dalam peningkatan keunggulan pembelajaran.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi multi kasus. Teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi berperan serta dan studi dokumentasi.
Pengecekan kredibilitas data dilakukan dengan teknik triangulasi, pengecekan anggota, dan diskusi teman
sejawat. Sedangkan pengecekan auditabilitas data penelitian dilakukan oleh para pembimbing, dan meminta
seseorang sebagai independent auditor untuk mengauditnya. Data yang terkumpul melalui ketiga teknik
tersebut diorganisasi, ditafsir, dan dianalisis secara berulang-ulang, baik melalui analisis dalam kasus
maupun analisis lintas kasus guna menyusun konsep dan abstraksi temuan penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan. Pertama, keunggulan pembelajaran yang ditemukan pada tiga SMA
Unggulan di Kota Semarang meliputi penerapan kedisiplinan dalam proses belajar mengajar dan memiliki
keseriusan dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran, sedangkan proses keunggulan pembelajaran
yang dikembangkan di sekolah unggulan meliputi pola pembelajaran moving class, berpengantar bahasa
Inggris, pembelajaran berbasis ICT dan kegiatan live-in di luar kelas. Eksistensi sekolah pada sekolah unggul
ditentukan oleh sejumlah keunggulan pembelajaran yang dimiliki sekolah dan adanya keterlibatan kepala
sekolah dalam meningkatkan dan memelihara kemajuan dengan melakukan inovasi-inovasi dan perubahan
sehingga sekolah tetap stabil dan berlangsung sampai sekarang ini. Kedua, keterampilan kepala sekolah
dalam perencanaan peningkatan keunggulan ditentukan oleh keterampilan kepala sekolah yang menonjol
dalam: keterampilan memanaj perubahan organisasi, memonitor setiap perubahan, keterampilan merancang
yang baik, dan mengalokasikan sumber daya manusia dengan tepat. Kepala sekolah yang memiliki
keterampilan manajerial yang menonjol dan mampu merancang keunggulan pembelajaran mampu
menjadikan sekolah menjadi sekolah unggul. Ketiga, keterampilan kepala sekolah dalam pelaksanaan
peningkatan keunggulan dibuktikan dengan hasil dari unjuk kerjanya melalui perolehan prestasi akademik
dan prestasi non-akademik yang dicapai siswa serta ditentukan oleh keterampilan kepala sekolah yang
menonjol dalam: keterampilan teknis di bidang pembelajaran, melaksanakan teori pembelajaran terkini,
menciptakan program pengembangan staf, keterampilan komputer dan keterampilan berbahasa asing yang
memadai. Keberhasilan kepala sekolah dalam meningkatkan keunggulan ditentukan pula oleh keterampilan
kepala sekolah dalam menata aspek manusia dan aspek non-manusia serta mampu bekerjasama dengan dan
melalui orang lain. Keempat, keterampilan kepala sekolah dalam evaluasi hasil peningkatan keunggulan yaitu
kepala sekolah selama memimpin dan mengelola sekolah mampu menjadikan sekolah berprestasi, tidak
bermasalah, mampu menciptakan iklim yang kondusif serta ditentukan oleh keterampilan kepala sekolah
yang menonjol dalam: memonitor implementasi kebijakan pembelajaran, membina, mengarahkan dan
memberdayakan guru dengan baik dalam melakukan evaluasi serta keterampilan dalam memonitor kemajuan
belajar siswa. Kelima, strategi yang dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan keterampilannya dalam
peningkatan keunggulan pembelajaran dilakukan dengan: peningkatan sumber daya manusia, penyelenggaraan bimbingan teknis, lokakarya pembuatan rencana pengembangan sekolah, menjalin kerjasama dengan
orang luar, alumni dan orang tua siswa serta melakukan studi banding ke sekolah berprestasi untuk
menemukan sesuatu yang unggul. Keberhasilan kepala sekolah dalam meningkatkan keterampilan
manajerialnya ditentukan oleh kepiawaiannya dalam menerapkan strategi dan mampu memberdayakan serta
mengembangkan potensi, pengetahuan, dan kemampuan yang dimilikinya secara optimal, profesional, dan
berkesinambungan, yang dimanifestasikan dalam bentuk unjuk kerja.
Saran-saran dari penelitian ini antara lain disampaikan kepada: (1) kepala sekolah, hendaknya dapat
mempertahankan dan bahkan meningkatkan keterampilannya dalam mengelola dan memberdayakan guru,
karyawan, dan staf dengan baik melalui pemberian kepercayaan, melakukan pendampingan, mengevaluasi
serta memberikan alternatif penyelesaiannya; (2) pendidik, hendaknya berkolaborasi dengan kepala sekolah
secara maksimal dalam hal peningkatan kualitas pembelajaran dan pengelolaan aktivitas pembelajaran secara
profesional; (3) orang tua siswa, hendaknya berpartisipasi aktif mendukung program-program sekolah dalam
rangka meningkatkan prestasi belajar siswa; (4) penyelenggara pendidikan, hendaknya melakukan kerjasama
dengan lembaga independent yang bergerak dalam bidang pendidikan untuk mengembangkan pendidikan di
sekolah dan juga untuk melakukan program pendampingan peningkatan kompetensi profesional bagi kepala
sekolah; (5) dinas pendidikan/departemen pendidikan nasional, hendaknya meningkatkan pembinaan
profesionalisme kepala sekolah secara terpadu, terpola, profesional dan berkesinambungan; (6) dewan
370 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
pendidikan, hendaknya meningkatkan pola koordinasi dan kerjasama antara pemangku pendidikan
(stakeholders) terutama dengan dewan pendidikan dan komite sekolah agar kepala sekolah dapat meningkatkan keterampilan manajerialnya dan (7) kepada para peneliti lain yang berminat terhadap topik penelitian
ini, hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut yang mampu mengungkap lebih mendalam tentang sekolah
unggul ditinjau dari fokus yang lain serta dapat mengembangkan dan menggali lebih dalam aspek-aspek yang
berkaitan dengan: keterampilan kepemimpinan pendidikan, kepemimpinan pembelajaran, kepemimpinan
kultural, kepemimpinan manajerial, kepemimpinan sumber daya manusia, dan kepemimpinan strategis.
Kata kunci: keterampilan manajerial, keunggulan pembelajaran
Hubungan antara Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Motivasi Berprestasi, dan
Komitmen pada Organisasi, dengan Kinerja Dosen pada Universitas dalam Pesantren di
Jawa Timur
Muhamad Rifa’i
Abstrak
Keberhasilan suatu organisasi termasuk organisasi bidang pendidikan dalam mencapai tujuanya
diantaranya sangat ditentukan oleh mutu kepemimpinan yang terdapat pada organisasi yang bersangkutan.
Salah satu aspek kepemimpinan yang dianggap penting adalah gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan
berkaitan dengan cara yang digunakan oleh pimpinan untuk mengatur, mempengaruhi bawahan, dalam
rangka mencapai tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh manajer juga berhubungan
dengan variabel organisasional lainya yaitu budaya organisasi, motivasi berprestasi, dan komitmen pada
organisasi yang sangat dibutuhkan dalam mengarahkan kinerja para anggota organisasi, karena kinerja yang
ditunjukkan oleh para anggota organisasi akan berdampak pada pencapaian tujuan organisasi secara
keseluruhan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gaya kepemimpinan, budaya organisasi,
motivasi berprestasi, dan komitmen pada organisasi, dengan kinerja dosen pada universitas dalam pesantren
di Jawa Timur. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pengambilan
sampel untuk responden penelitian ini sebanyak 146 dosen yang ditentukan secara proporsional random
sampling, teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Untuk menguji pola
hubungan model yang dibentuk, digunakan alat analisis yang mampu menjelaskan secara simultan hubungan
tersebut yaitu menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) dengan menggunakan program Analysis
of Moment Structures (AMOS) versi 4,00.
Deskripsi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk data tentang gaya kepemimpinan
berkategori sangat tingi 17,81%, tinggi 18,49%, sedang 23,97%, rendah 21,23%, dan sangat rendah 18,49%.
Deskripsi data tentang budaya organisasi berkatagori sangat tinggi 21,92%, tinggi 25,34%, sedang 23,97%,
rendah 15,07%, dan sangat rendah 13,70%. Deskripsi data tentang motivasi berprestasi berkatagori sangat
tingi 17,12%, tinggi 29,45%, sedang 28,77%, rendah 14,38%, dan sangat rendah 10,27%. Deskripsi data
tentang komitmen pada organisasi berkatagori sangat tingi 10,96%, tinggi 22,60%, sedang 31,51%, rendah
17,12%, dan sangat rendah 17,81%. Deskripsi data tentang kinerja dosen berkatagori sangat tingi 30,14%,
tinggi 41,10%, sedang 11,64%, rendah 8,22%, dan sangat rendah 8,90%. Hasil analisis SEM menunjukkan
bahwa gaya kepemimpinan memiliki hubungan baik secara langsung maupun tidak langsung yang positif dan
signifikan dengan budaya organisasi, motivasi berprestasi, komitmen pada organisasi dan kinerja dosen.
Sehingga seluruh hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima dan dibuktikan kebenaranya.
Hasil penelitian ini berhasil mengkonfirmatori teori-teori dan temuan-temuan penelitian sebelumnya
tentang hubungan gaya kepemimpinan, budaya organisasi, motivasi berprestasi, dan komitmen pada
organisasi, dengan kinerja dosen. Analisis struktural juga mengungkapkan model yang cocok antara data
dengan model struktural yang diuji. Lebih lanjut temuan penelitian ini mendukung teori-teori dan penelitian
sebelumnya.
Dari temuan penelitian, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut: (1) kepada pimpinan perguruan
tinggi, dalam pembuatan program peningkatan kinerja dosen perlu juga mengembangkan ketrampilan
manajerial dan perlunya strategi inovatif dalam menciptakan budaya organisasi yang sehat dan dinamis,
motivasi berprestasi dikalangan para dosen, dan komitmen pada organisasi yang tinggi untuk menciptakan
organisasi yang dinamis, (2) kepada para dosen, untuk terus berupaya meningkatkan kemampuanya dengan
cara memutakhirkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki, (3) kepada pengelola pesantren, dalam
mengambil kebijkan dalam pengelolaan unit pendidikan di dalam pesantren perlu memperhatikan unsur gaya
Program Studi S3 MPD 371
kepemimpinan, budaya organisasi, motivasi berprestasi, dan komitmen pada organisasi, guna mencapai
kinerja anggota organisasi khususnya kinerja para staf pengajar, (4) kepada Kopertis dan Kopertais,
hendaknya dalam mengeluarkan kebijakan peningkatan kualitas lembaga pendidikan tinggi yang menjadi
binaanya perlu dengan cara melakukan pembinaan berbasis kinerja dan peningkatan prestasi baik secara
organisasional atau institusional maupun secara individual dosen, (5) kepada Depag (Departemen Agama),
disarankan dalam mengambil kebijakan peningkatan kualitas lembaga pendidikan pesantren khususnya
pesantren yang mengelola pendidikan tinggi perlu memperhatikan aspek organisasional dan aspek individual
orang-orang yang terlibat di dalam organisasi, dan (6) kepada peneliti manajemen pendidikan, disarankan
untuk melakukan penelitian yang serupa dengan menggunakan variabel lainya atau meneliti dengan
pendekatan yang berbeda yaitu pendekatan kualitatif.
Kata kunci: gaya kepemimpinan, budaya organisasi, motivasi berprestasi, komitmen pada organisasi, kinerja dosen
Implementasi Kebijakan Pendidikan di Era Otonomi Daerah (Studi Multi Situs pada Tiga
Kabupaten di Kawasan Tapal Kuda)
Musyaffa Rafiqie
Abstrak
Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dapat dimaknai: (1) Memberikan
kewenangan pada daerah yang nyata, luas dan bertanggungjawab dalam melaksanakan prinsip demokrasi
yakni dengan melibatkan peran serta masyarakat pada tingkat bawah, namun dengan memperhatikan
keanekaragaman, politik, ekonomi, sosial dan budaya daerah. (2) Digunakan sebagai bahan pijakan dalam
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten. (3) Pembangunan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten tidak lagi menganut sentralistik namun telah menganut
sistim desentralisasi. (4) Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program pembangunan memperhatikan
kebutuhan, kepentingan dan tuntutan masyarakat di daerah. Dan (5) Pemerintah Daerah Kabupaten dalam
mengelola, mengatur dan mengurus pemerintahan di daerah memperhatikan idea, gagasan, dan aspirasi
masyarakat yang dipimpimnya.
Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Pendidikan Tiga Kabupaten Kawasan Tapal Kuda akan
menjawab dua fokus penelitian yakni (1) Implementasi Kebijakan Pendidikan pada Sosialisasi atau
Komunikasi, Kepatuhan dalam Pelaksanaan dan Penerapan Program Kegiatan, dan (2) Implementasi
Kebijakan Pendidikan dalam Mengelola Organisasi di Dinas Pendidikan Kabupaten Kota Pesantren, Dinas
Pendidikan Kabupaten Tape dan Dinas Pendidikan Kabupaten Bromo.
Pendekatan penelitian menggunakan kualitatif dan penelitian dirancang dengan menggunakan multisitus. Sumber data Pejabat Struktural Dinas Pendidikan Kabupaten. Dalam kegiatan pengumpulan data
terbagi atas tiga tahapan yakni (1) tahap persiapan, (2) tahap pengumpulan data dan (3) tahap pencatatan
data. Data yang terkumpul dianalisa dengan kegiatan (1) pengkoleksian data (2) penampilan data (3) reduksi
data dan (4) kesimpulan dan verifikasi data. Pengecekan serta keabsahan data dilakukan dengan mengunakan
derajat kepercayaan, derajat keterlibatan, derajat ketergantungan, dan derajat kepastian.
Temuan penelitian yang dilaksanakan pada Dinas Pendidikan Tiga Kabupaten Kawasan Tapal Kuda
menunjukkan gambaran yang nyata bahwa 1). Implementasi kebijakan pendidikan (1) Sebelum
diluncurkannya program kegiatan hasil sebuah kebijakan dilaksanakan sosialisasi atau komunikasi melalui
prensentasi, pertemuan, brefing, rapat Dinas, brosur dan dengar pendapat dengan melibatkan unsur Kepala
Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru dan Pengurus yayasan. (2) Setiap pelaksanaan program kegiatan
menggunakan Standar Operating Procedure (SOP) berupa: Undang-Undang (UU), Peraturan
Pemerintah.(PP), Keputusan Menteri (Kepmen), Peraturan Daerah Perda), dan Surat Keputusan Bupati (SK).
SOP merupakan petunjuk atau pedoman pelaksanaan program kegiatan dan merupakan control atas
pelaksanaan program kegiatan. Dalam penetapan manajemen pelaksana kebijakan penekanannya pada
koordinasi internal dan koordinasi eksternal yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan. Koordinasi internal
dilaksanakan oleh Pejabat Struktural Dinas Pendidikan dan koordinasi eksternal dilaksanakan oleh Kepala
Dinas beserta Pejabat Pemerintah Daerah Kabupaten. Kegiatan koordinasi internal diawali dengan
identifikasi dan pengecekan program kegiatan yang tertera dalam Rencana Anggaran Biaya Satuan Kerja
(RASK) dan Daftar Anggaran Biaya Satuan Kerja (DASK). Unsure yang terlibat dalam pengecekan RASK
dan DASK adalah Pejabat Dinas Pendidikan di masing-masing unit kerja. Kegiatan koordinasi eksternal
diawali dari Perintah Bupati ke Sekretaris Daerah untuk melaksanakan koordinasi Instansi Pemerintah
372 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
lainnya. Unsur Instansi Pemerintah yang terlibat adalah Departemen Agama, Dinas Kependudukan dan
Keluarga Berencana, Dinas Koperasi dan Perdagangan, Kepala Bagian Hukum, dan Kepala Bagian
Hubungan Masyarakat. (3) Situs 1 dan situs 2 Pejabat pengambil kebijakan dan Pejabat pelaksana kebijakan
tingkat pendidikan belum sesuai, namun mempunyai kemampuan yang cukup memadai, sedangkan di situs 3
Pejabat pengambil kebijakan dan Pejabat pelaksana kebijakan tingkat pendidikannya sudah sesuai. 2)
Implementasi kebijakan pendidikan dalam mengelola organisasi, temuannya adalah (1) Proses penyusunan
dan pembuatan perencanaan diawali dengan rapat di sekolah, lalu di unit kerja masing-masing, selanjutnya
rapat dinas dan kemudian Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Musrenbangda). Unsure yang
dilibatkan adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru, Komite Sekolah dan Staf Dinas. Tenaga
perencana yang dimiliki oleh Dinas Pendidikan jumlahnya cukup dan kemampuan atau keterampilannya
cukup memadai. (2) Struktur Dinas Pendidikan Tiga Kabupaten Kawasan tapal Kuda dibentuk oleh Peraturan
Daerah (Perda) di Pemerintah Daerah Kabupaten masing-masing dan strukturnya tergantung kebutuhan
Pemerintah Daerah Kabupaten masing-masing. Struktur Organisasinya berbentuk Organisasi Lini yang
ditandai adanya hubungan tugas, wewenang, dan tanggungjawab satu arah. Hubungan satu arah dijadikan
acuan untuk menentukan kedudukan jabatan dan bagian dalam organisasi. Adanya pembagian kerja yang
jelas dan ada unsure pimpinan sebagai penanggungjawab. (3) Pembinaan atau bimbingan dilaksanakan oleh
pejabat structural Dinas sesuai dengan tugas, wewenang dan tanggungjawabnya. Pembinaan atau bimbingan
dilaksanakan melalui rapat Dinas, seminar, lokakarya, rapat di unit kerja dan pembinaan perseorangan. (4)
Pengawasan dilaksanakan oleh pimpinan unit kerja sesuai dengan tugas, wewenang dan tanggungjawabnya,
dengan menggunakan prinsip secara langsung dan tidak langsung serta dengan menggunakan langkahlangkah pokok pengawasan.
Kata kunci: impelementasi, kebijakan pendidikan, era otonomi daerah
Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif, Studi Multi Kasus di 3 SD/MI
Kota Malang
Sugeng Utomo
Abstrak
Di Indonesia, ekspetansi pendidikan sekolah dasar dilakukan sejak dilancarkanya beberapa instruksi
presiden (Inpres) tahun 1973/ 1974. Melalui proyek-proyek yang diadakan atas dasar inpres tersebut
kesempatan diperluas kepada anak usia 7-16 tahun untuk mendapatkan pendidikan. Namun meskipun secara
kuantitatif Indonesia telah mampu mengupayakan pemerataan pendidikan sekolah dasar, permasalahan yang
dihadapi pendidikan sekolah dasar di Indonesia ini sekarang justru terletak di kualitasnya. Sebab, kualitas
pendidikan belum memenuhi target yang diharapkan, sehingga dari segi peningkatan mutunya, masih jauh
lebih banyak dan perlu diupayakan.
Fokus penelitian ini adalah bagaimana manajemen substasi kepala sekolah yang efektif dalam
mengelola sekolah unggul pada 3 SD/MI di kota Malang? Bagaimanakah kepemimpinan kepala sekolah yang
efektif dalam mengelola 3 SD/MI unggul di Kota Malang.
Lokasi Penelitian ini di MIN Malang I, SDN Kauman I Malang, SDN Madyopuro IV Malang.
Sekolah tersebut adalah sekolah-sekolah yang prestasi akademis dan non akademis unggul di kota Malang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan multi kasus. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan tiga cara yaitu: (1) wawancara mendalam, (2) observasi berperan serta pasif, (3) studi
dokumentasi. Pemilihan informan penelitian ini menggunakan teknik Snawball Sampling. Data yang
terkumpul dianalisis secara deskriptif, dengan alur; (a) reduksi data, (b) penyajian data, (c) penarikan
kesimpulan. (d) analisis data individu, (e) analisis data lintas kasus. Agar memperolah keabsahan data
dilakukan dengan empat kriteria: (1) kredibilitas data, (2) transferbilitas, (3) dependebilitas data, (4)
konfirmabilitas.
Dari hasil paparan data penelitian di lapangan ditemukan sebagai berikut; manajemen yang efektif
pada ke tiga kasus penelitian adalah sebagai berikut: kasus 1 (satu), a) pengelolaan rotasi kelas berdasarkan
pengelompokan prestasi (achievement grouping) dapat menjadi sarana evaluatif bagi perkembangan
akademik murid dan dapat memperbaiki prestasi belajar murid secara individu; b) Penyediaan dan
Pengelolaan Fasilitas Laboratorium; c). Pengelolaan Perpustakaan yang baik dengan tersediaanya buku teks,
buku bacaan dan piranti elektronik yang memadai dapat mempertinggi kualitas aktifitas belajar murid; d).
Kurikulum yang diterapkan mengacu pada kurikulum tahun 2004 yaitu kurikulum KBK (Kurikulum Berbasis
Kompetensi).
Program Studi S3 MPD 373
Temuan penelitian di kasus 2 (dua) adalah: a) Sistem kenaikan kelas yang ketat dan apa adanya
sesuai dengan standar akademik yang ditetapkan sekolah, telah meningkatkan persaingan di antara para siswa
untuk selalu meningkatkan kualitas belajarnya; b) Fasilitas, sarana dan prasarana sekolah yang tepat jumlah
dan mutu; c) Dalam mengelola perpustakaan Kepala Sekolah, melalui Wakil Kepala Sekolah melaksanakan
pengawasan dan Wakil Kepala Sekolah melaporkan ke Kepala Sekolah. d) Kurikulum juga dikembangkan
sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003.
Untuk kepemimpinan yang efektif pada tiga kasus yakni kasus 1 adalah; a) Visi terwujudnya
madrasah berstandar nasional yang handal dan Islami. Misi (1) menciptakan suasana madrasah yang Islami,
(2) menyelenggarakan pembelajaran yang inovatif dan berwawasan teknologi, (3) menciptakan SDM yang
adaptif, kompetitif, dan kooperatif dengan mengembangkan multi kecerdasan, (4) menjadikan lingkungan
madrasah sebagai sumber belajar, (5) membangun citra madrasah sebagai mitra terpercaya masyarakat di
bidang pendidikan. b) Stuktur organisasi Sekolah MIN I Malang mengharuskan adanya Wakil Kepala
Sekolah. Jumlah Wakil Kepala Sekolah berjumlah 3 Wakil Kepala Sekolah. (c) Untuk meningkatkan potensi
guru, Guru-guru MIN selalu diadakan pembinaan. (c) Peningkatan aktivitas dan wawasan siswa dilaksanakan
melalui ekstrakurikuler.
Pada kasus 2 (dua) adalah; a) Visi membangun SDM unggul yang berakhlak mulia. Misi sekolah
tersebut adalah: (1) meningkatkan kompetisi akademik dan non akademik; (2) meningkatkan mutu kompetisi
dan profesional guru; (3) meningkatkan mutu sarana dan prasarana pembelajaran; (4) meningkatkan mutu
pembelajaran yang pakem; (5) menyelenggarakan sekolah berbasis teknologi informasi dan komunikasi.dan
(6) menyelenggarakan pembelajaran secara bilingual. b) Struktur organisasi sekolah SDN Kauman I terdiri
dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Dewan Sekolah, Urusan kurikulum, urusan kesiswaan, urusan
ketenagaan, urusan sarana prasarana, urusan keuangan dan urusan humas, serta guru. c) Peningkatan potensi
guru, dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kotamadya.
d) Peningkatan aktivitas dan wawasan siswa dilaksanakan melalui ekstrakurikuler.
Pada sitius 3 manajemen yang efektif temuannya sebagai berikut: a) Tatatertib ini telah ditulis dan
disosialisasikan kepada siswa, wali murid, dan masyarakat. b) Fasilitas dan ruang yang sangat memadai, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif. c) Pengelolaan perpustakaan di Sekolah Dasar Negeri Madyopuro
menekankan pada kedisiplinan siswa. d) Pelaksanaan pembelajaran menggunakan Kurikulum 2006/2007,
Kurilulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Temuan penelitian kasus tiga pada kepemimpinan Kepala Sekolah yang efektif; a) Visi terciptanya
SDM yang unggul bertaqwa dan berakhlak Mulia. Misi (a) meningkatkan kompetisi akademik dan non
akademik, (b) meningkatkan mutu kompetisi dan profesional guru, (c) meningkatkan mutu sarana dan
prasarana pembelajaran, (d) meningkatkan mutu pembelajaran yang pakem, (e) menyelenggarakan sekolah
berbasis teknologi informasi dan komunikasi. c) Peningkatan potensi guru, dilaksanakan melalui pendidikan
dan pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kotamadya.
Kata kunci: manajemen, kepemimpinan, kepala sekolah, efektif
Perwujudan Visi, Misi dan Tujuan Melalui Kebersamaan, Kedisiplinan dan Sikap Adaptif
oleh Pegawai di Bidang Pendidikan (Studi Multi Situs Pada Dinas Pendidikan Kota Malang,
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Malang, dan Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kota Batu)
Suyitno
Abstrak
Organisasi sebagai sistem terdiri dari komponen-komponen (subsistem) yang saling berkaitan atau
tergantung (interdependence) satu sama lain dan dalam proses kerjasama. Perwujudan dari subsistem yang
saling tergantung itu adalah tujuan dan nilai-nilai (goals and values subsystem), teknikal (technical system),
manajerial (managerial system) dan sub-sub struktur (structural system). Dalam proses interaksi antara suatu
subsistem dengan subsistem lainnya tidak ada jaminan akan selalu terjadi kesesuaian atau kecocokan antara
individu pelaksananya. Setiap organisasi memiliki cita-cita yang tertuang dalam visi, misi dan tujuan yang
diupayakan untuk diraih. Upaya untuk mewujudkan cita-cita tersebut juga akan selalu diwarnai dengan nilainilai budaya yang berkembang dalam suatu organisasi dan akan memberikan pengaruh kepada perilaku
anggota organisasi tersebut. Oleh karena setiap organisasi memiliki budaya yang tentu memiliki karakteristik
yang berbeda dengan organisasi lainnya maka akan memberikan warna yang berbeda pula pola aktivitas
dalam menuju tujuan organisasi tersebut
374 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Budaya organisasi melekat pada organisasi. Dalam organisasi apapun, besar, atau kecil, dimanapun
atau kapanpun akan ditemukan budaya organisasi, termasuk dalam organisasi birokrasi pemerintahan.
Dipilihnya organisasi birokrasi pemerintahan sebagai obyek penelitian budaya organisasi didasari oleh
pertimbangan bahwa pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan merupakan organisasi pelayanan publik.
Budaya organisasi – salah satunya budaya layanan – tidak terjadi begitu saja, tetapi memerlukan proses dan
waktu yang lama untuk membentuknya, serta mempunyai latar yang amat luas dan dalam. Artinya,
tumbuhnya budaya organisasi antara lain nilai kebersamaan, kedisiplinan dan sikap adaptif yang demikian itu
sebagai cerminan dari pemaknaan yang mendalam oleh anggota organisasi yang terkait dengan norma
perilaku, kebiasaan, nilai, cara pandang atau berfikir (berfilosofi) mereka yang diwujudkan dalam perilaku
pegawai untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan khususnya di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Malang
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Malang dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Batu.
Ada tiga fokus yang perlu dijawab dalam penelitian ini antara lain: 1)Upaya Mewujudkan Visi ,misi
dan tujuan di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Malang, Dinas Pendidikan Kabupaten Malang dan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kota Batu. 2) Sosialisasi dan pemahaman terhadap visi, misi dan tujuan oleh
pegawai negeri sipil di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Malang, Dinas Pendidikan Kabupaten Malang dan
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Batu, dan 3) Karakteristik budaya dalam kebersamaan, kedisiplinan
dan sikap adaptif untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan menurut pandangan pegawai negeri sipil di
lingkungan Dinas Pendidikan Kota Malang, Dinas Pendidikan Kabupaten Malang dan Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kota Batu. Penelitian ini disifatkan sebagai suatu pendekatan studi multi situs (multi site
approach). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif dengan
model interaktif seperti yang disarankan oleh Miles dan Huberman (1992). Analisis data dilakukan secara
gabungan antara data yang diperoleh dari situs pertama,situs kedua dan situs ketiga. Untuk menganalisis data
secara keseluruhan digunakan teknik analisis komparatif konstan (constant comparative).
Dari temuan-temuan data di lapangan dapat dikedepankan beberapa kesimpulan yakni: 1) Visi yang
bersifat lebih operasional dan diterjemahkan dalam misi dan tujuan yang didukung upaya-upaya nyata untuk
mewujudkan visi yang dilakukan oleh dinas seperti komunikatif kepada guru, kepala sekolah dan UPTD,
melakukan supervisi secara intensif, memanfaatkan civitas perguruan tinggi sebagai lembaga konsultan dan
kontrol, sikap responsif terhadap inovasi pendidikan yang dapat diimplementasikan dalam program dan
kegiatan serta memberikan solusi terhadap kendala-kendala yang ada di satuan pendidikan maka akan
mendukung terwujudnya visi, misi dan tujuan dinas.2) Perilaku pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya
akan berorientasi dan mendukung terwujudnya visi organisasi apabila visi tersebut telah terinternalisasi
dalam diri pegawai yang bersangkutan. Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait dengan proses internalisasi
visi organisasi dalam diri pegawai antara lain adalah langkah sosialisasi yang intensif dari pimpinan kepada
pegawai, adanya kesesuaian antara visi organisasi dengan visi individu pegawai dan hubungan yang
harmonis antara pimpinan dengan para pegawai dalam organisasi tersebut. Pegawai yang memiliki
perkembangan moral tinggi dan ditunjang dengan telah terjadi internalisasi visi dalam diri pegawai tersebut
maka akan menunjukkan perilaku kerja yang baik, memiliki tanggungjawab terhadap pekerjaan bahkan rela
mencurahkan segala kemampuan yang mereka miliki demi terwujudnya visi organisasi yang pada gilirannya
menuju terwujudnya efektifitas organisasi. 3) perilaku kerja pegawai yang didasari atas nilai-nilai dan
terwujud dalam bentuk kebersamaan sebagai wujud asumsi hakekat hubungan manusia, kedisplinan sebagai
asumsi pegawai berkenaan dengan hakekat sifat dasar manusia dan sikap adaptif sebagai asumsi pegawai
berkaitan dengan lingkungan organisasi dapat ditumbuhkembangkan maka akan mendukung terwujudnya
keefektifan sebuah organisasi. Tetapi jika terdapat pegawai yang mengandalkan kegotong-royangan maka
tanggung jawab individu akan berkurang, sehingga nilai-nilai kebersamaan tersebut mengurangi keefektifan
organisasi. Faktor eksternal berupa inovasi teknologi yang efisien, maka akan memunculkan perilaku adaptif
pegawai akan berusaha memanfaatkan teknologi tersebut untuk mendukung efektifitas organisasi.
Terkait dengan berbagai temuan tersebut, disarankan bahwa untuk lebih mengoptimalisasikan
kinerja pegawai yang berorientasi kepada visi dari dinas pendidikan maka langkah yang dipandang efektif
adalah melalui sosialisasi visi secara intensif, penciptaan lingkungan kerja yang kondusif dan harmonis dan
pemimpin yang memiliki sikap terbuka, empati dan hangat kepada pegawai. Selain itu Dinas Pendidikan juga
memiliki program-program yang dapat meningkatkan perkembangan moral pegawainya. Melihat perilaku
pegawai juga terilhami nilai kebersamaan, kedisiplinan dan juga adaptif maka perlu ditumbuhkembangkan
mengingat hal itu sangat mendukung efektifitas kinerja Dinas Pendidikan namun perlu diwaspadai juga
dampak negatif yang muncul dari internalisasi nilai-nilai disamping dampak positifnya.
Kata kunci: visi, misi, tujuan organisasi, kebersamaan, kedisiplinan, sikap adaptif
Download