PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI OBAT
TRADISIONAL DAN OBAT MODERN DENGAN TINDAKAN
PEMILIHAN OBAT UNTUK PENGOBATAN MANDIRI DI KALANGAN
MASYARAKAT DESA BANTIR, KECAMATAN CANDIROTO,
KABUPATEN TEMANGGUNG, JAWA TENGAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Rinda Meita Pangastuti
NIM : 108114184
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI OBAT
TRADISIONAL DAN OBAT MODERN DENGAN TINDAKAN
PEMILIHAN OBAT UNTUK PENGOBATAN MANDIRI DI KALANGAN
MASYARAKAT DESA BANTIR, KECAMATAN CANDIROTO,
KABUPATEN TEMANGGUNG, JAWA TENGAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Rinda Meita Pangastuti
NIM : 108114184
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
“Karena masa depan sungguh ada,
dan harapanmu tidak akan hilang.”
Amsal 23 : 18
Karya ini kupersembahkan untuk:
TUHAN YESUS yang selalu memampukanku untuk terus bertahan
dan memberikanku hikmat dan pengertian untuk bisa menyelesaikan
semuanya tuntas sampai garis akhir
Keluarga dan kedua orang tuaku yang selalu memberikan motivasi
dalam kerja keras dan jerih lelahnya. Terutama untuk Alm. Bapak
yang akan tetap jadi panutanku.
Yepta Epta Praditus untuk setiap doa dan kata yang selalu
membuatku bangkit dan meneguhkanku.
Almamaterku
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
.
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas anugerah dan penyertaanNya yang luar biasa dalam hidup penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN
SIKAP MENGENAI OBAT TRADISIONAL DAN OBAT MODERN
DENGAN TINDAKAN PEMILIHAN OBAT DALAM PENGOBATAN
MANDIRI
DI
KALANGAN
MASYARAKAT
DESA
BANTIR,
KECAMATAN CANDIROTO, KABUPATEN TEMANGGUNG, JAWA
TENGAH” ini dipersiapkan dan disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan program pendidikan strata satu Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi ini dapat selesai dengan baik tidak lepas atas doa dan dukungan
orang-orang di sekeliling penulis. Untuk itu penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Aris Widayati, M. Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan banyak waktu, pikiran, perhatian dan kesabaran untuk
mengarahkan, mendampingi, bantuan dan saran kepada penulis.
3. Prof. Dr. C. J. Soegiharjo, Apt. dan Bapak Ipang Djunarko, M. Sc., Apt.,
selaku Dosen Penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga
skripsi ini menjadi lebih baik.
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4. Ibu Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M. Kes. dan Bapak Yohanes
Dwiatmaka, M. Si, Apt., selaku Dosen yang ditunjuk sebagai professional
jugdment, atas perbaikan dan saran yang telah diberikan sehingga
instrumen penelitian yang digunakan menjadi lebih baik.
5. Masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung,
dan masyarakat Dusun Suruh, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan,
Sleman atas partisipasi dan respon baik terhadap penelitian yang telah
dikerjakan.
6. Bapak Drs. D. Suyoto Hadi, M. Pd di sorga, terimakasih untuk setiap
kesempatan dan kerja keras yang diberikan selama ini.
7. Teman-teman sekelompok penelitian: Swaseli Waskitajani, Eva Cristiana
dan Eva Ekayanti untuk setiap bantuan, perjuangan, suka dan duka kita
bersama.
8. Sahabat-sahabatku Yoestenia, Zufri Bella Yani, Nita Rahayu, Alvanika,
Muhadela Tiara dan Gilda Todingbua untuk setiap dukungan, doa dan
semangat yang membuatku terus berjuang menjadi lebih baik.
9. Teman-teman farmasi 2010 Universitas Sanata Dharma untuk setiap
perjuangan, kerja keras, semangat dan kebersamaan kita.
10. Keluarga keduaku Apostolos Family dan UPN Community yang telah
menyediakan tempat betumbuh yang luar biasa.
11. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini dan tidak
dapat disebutkan satu per satu.
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi yang dibuat jauh dari sempurna
karena keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.
Penulis
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................
vi
PRAKATA..............................................................................................
vii
DAFTAR ISI...........................................................................................
x
DAFTAR TABEL...................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................
xvii
INTISARI................................................................................................
xvi
ABSTRAK ..............................................................................................
xvii
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................
1
A. Latar Belakang .............................................................................
1
1. Peumusan masalah .................................................................
4
2. Keaslian penelitian ..................................................................
4
3. Manfaat penelitian...................................................................
6
a. Manfaat teoritis...................................................................
6
b. Manfaat praktis...................................................................
6
B. Tujuan Penelitian .........................................................................
6
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1. Tujuan umum ..........................................................................
6
2. Tujuan khusus .........................................................................
6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA.....................................................
8
A. Pengobatan Mandiri ....................................................................
8
B. Obat ............................................................................................
10
1. Obat medis modern .................................................................
10
2. Obat tradisional ......................................................................
15
C. Perilaku (Pengetahuan, Sikap dan Tindakan)..............................
18
1. Pengetahuan (knowledge)........................................................
18
2. Sikap (attitude)........................................................................
20
3. Tindakan (practice) .................................................................
21
D. LANDASAN TEORI..................................................................
21
E. HIPOTESIS .................................................................................
22
BAB III. METODE PENELITIAN.........................................................
23
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................
23
B. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian .............................
23
1. Variabel ...................................................................................
23
a. Variabel bebas (independent) .............................................
23
b. Variabel tergantung (dependent) ........................................
23
2. Definisi operasional .................................................................
24
C. Subjek dan Kriteria Inklusi Penelitian.........................................
25
D. Populasi dan Besar Sampel .........................................................
25
E. Waktu dan Tempat Penelitian .....................................................
26
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
F. Teknik Pengambilan Sampel .......................................................
26
G. Instrumen Penelitian ...................................................................
27
H. Tahapan Penelitian ......................................................................
28
1. Studi pustaka ...........................................................................
28
2. Penentuan lokasi penelitian ....................................................
28
3. Perijinan ..................................................................................
29
4. Penelusuran data populasi .......................................................
29
5. Pembuatan kuesioner...............................................................
29
a. Penyusunan kuesioner ........................................................
29
b. Uji pemahaman bahasa.......................................................
29
c. Uji validitas.........................................................................
30
d. Uji reliabilitas .....................................................................
30
6. Pengumpulan data ...................................................................
31
I. Analisis Data.................................................................................
31
J. Keterbatasan Penelitian ................................................................
33
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................
34
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN ............................................
34
1. Usia..........................................................................................
34
2. Jenis kelamin ...........................................................................
35
3. Status pernikahan ....................................................................
36
4. Tingkat pendidikan akhir ........................................................
36
5. Jenis pekerjaan ........................................................................
38
6. Pendapatan per bulan ..............................................................
39
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
B. PENGENALAN RESPONDEN TERHADAP PENGOBATAN
MANDIRI ...................................................................................
40
C. POLA PENGOBATAN MANDIRI RESPONDEN ...................
43
D. PENGETAHUAN RESPONDEN TENTANG OBAT TRADISIONAL
DAN OBAT MODERN .............................................................
51
1. Definisi obat tradisional ..........................................................
52
2. Macam dan bentuk sediaan obat tradisional ...........................
52
3. Dosis obat tradisional ..............................................................
53
4. Penggolongan obat tradisional ................................................
53
5. Contoh kandungan obat tradisional dan indikasinya...............
54
6. Aturan pakai obat tradisional ..................................................
54
7. Efek samping obat tradisional .................................................
55
8. Kontraindikasi obat tradisional ...............................................
55
9. Penggunaan obat tradisional dalam pengobatan mandiri ........
55
10. Penggolongan obat modern ...................................................
56
11. Definisi obat modern .............................................................
56
12. Jenis dan bentuk sediaan obat modern ..................................
56
13. Dosis obat modern.................................................................
56
14. Kandungan obat modern dan indikasi kandungan tersebut...
57
15. Aturan pakai obat modern .....................................................
57
16. Efek samping obat modern....................................................
57
17. Penggunaan obat modern dalam pengobatan mandiri...........
58
18. Simbol penggolongan obat tradisional dan arti simbol
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
tersebut .................................................................................
58
19 . Simbol penggolongan obat modern dan arti simbol
tersebut .................................................................................
60
E. SIKAP DAN TINDAKAN RESPONDEN TERKAIT OBAT
TRADISIONAL DAN OBAT MODERN ..................................
63
1. Sikap........................................................................................
63
2. Tindakan..................................................................................
65
F. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP
TINDAKAN RESPONDEN .......................................................
66
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................
68
A. Kesimpulan .................................................................................
68
B. Saran............................................................................................
69
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
70
LAMPIRAN............................................................................................
74
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................
122
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Distribusi usia responden...........................................................
34
Tabel II. Frekuensi tingkat pendidikan terakhir responden ....................
37
Tabel III. Frekuensi jenis pekerjaan responden ......................................
38
Tabel IV. Persentase mengenai siapa yang melakukan pengobatan
mandiri ......................................................................................
45
Tabel V. Keluhan yang dialami responden saat melakukan pengobatan
mandiri ......................................................................................
45
Tabel VI. Obat yang digunakan responden dalam pengobatan mandiri .
47
Tabel VII. Frekuensi harga obat yang digunakan responden..................
49
Tabel VIII. Frekuensi alasan responden melakukan pengobatan
mandiri ......................................................................................
50
Tabel IX. Persentase jawaban responden mengenai obat tradisional dan
obat moderen.............................................................................
54
Tabel X. Persentase jawaban responden mengenai simbol penggolongan
obat tradisional..........................................................................
58
Tabel XI. Persentase jawaban responden mengenai simbol penggolongan
obat modern ..............................................................................
60
Tabel XII. Kategori pengetahuan responden ..........................................
62
Tabel XIII. Frekuensi kategori respon sikap...........................................
64
Tabel XIV. Frekuensi kategori respon tindakan .....................................
65
Tabel XII. Hasil probabilitas uji Chi Square antara pengetahuan dan sikap
dengan tindakan pemilihan obat dalam swamedikasi responden 66
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Persentase responden laki-laki dan perempuan.....................
35
Gambar 2. Persentase status pernikahan responden................................
36
Gambar 3. Persentase tingkat pendidikan responden..............................
37
Gambar 4. Persentase pendapatan per bulan responden .........................
39
Gambar 5. Persentase responden mendengar istilah pengobatan mandiri 40
Gambar 6. Persentase sumber informasi responden mengenai istilah
swamedikasi..............................................................................
41
Gambar 7. Persentase pengertian responden tentang definisi swamedikasi 42
Gambar 8. Persentase pendapat responden tentang jenis obat yang
digunakan dalam pengobatan mandiri ......................................
43
Gambar 9. Frekuensi responden melakukan pengobatan mandiri dalam
satu bulan terakhir.....................................................................
44
Gambar 10. Jenis obat yang digunakan dalam pola pengobatan mandiri
46
Gambar 11. Frekuensi responden memperoleh obat yang digunakan ....
49
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat ijin penelitian.............................................................
75
Lampiran 2. Kuesioner............................................................................
79
Lampiran 3. Validitas kuesioner .............................................................
91
Lampiran 4. Nilai reliabilitas kuesioner..................................................
105
Lampiran 5. Nilai uji normalitas .............................................................
106
Lampiran 6. Karakteristik responden......................................................
107
Lampiran 7. Pola pengobatan mandiri responden...................................
110
Lampiran 8. Pengetahuan, sikap dan tindakan responden ......................
115
Lampiran 9. Nilai uji Chi Square............................................................
120
Lampiran 10. Peta Kecamatan Candiroto, Temanggung ........................
121
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
INTISARI
Pengobatan mandiri adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk
mengobati diri sendiri baik menggunakan obat tradisional maupun obat modern.
Pengobatan mandiri merupakan upaya pertama dan terbanyak dilakukan
masyarakat untuk mengatasi keluhan kesehatannya Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai obat
tradisional dan obat modern dengan tindakan pemilihan jenis obat untuk
pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto,
Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Penelitian ini merupakan studi observasional dengan rancangan penelitian
desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode
cluster sampling yang dikombinasikan dengan metode non random accidental
sampling. Instrumen penelitian adalah kuesioner. Analisis data menggunakan Uji
Chi Square.
Tingkat partisipasi responden sebesar 93%, yaitu 161 responden. Sebesar
62% responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, 86,3% bersikap positif
terhadap penggunaan obat tradisional, dan 66% responden mempunyai tindakan
memilih obat tradisional untuk pengobatan mandiri. Terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dan sikap mengenai obat tradisional dan obat
modern dengan tindakan pemilihan obat dalam pengobatan mandiri.
Kata Kunci: pengobatan mandiri, pengetahuan, sikap, obat tradisional, obat
modern, masyarakat Desa Bantir, tindakan pemilihan pengobatan.
xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
Self medication is the selection and use of medicine (traditional or modern
medicine)by individuals to treat self-recognized illnesses or symptom. Self
medication is the first and the most preferable among people to treatment their
illneses. The aim of this research is to identify correlations between people’s
knowledge and attitude of traditional and modern medicines with their practice in
choosing medicines for self medication among people at Desa Bantir, Kecamatan
Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
This study was an observational with cross sectional design. Respondents
were selected using a combination of cluster sampling and non random accidental
sampling methods. The main instrument of this study was a questionaire. Data
were analyzed with chi square test.
The response rate was 93% (i.e.:161 respondents). About 62% of
respondents have moderate knowledge, 86.3% have positive attitude regarding
traditional medicine, and 66% choose traditional medicine for their self
medication. There are significant correlations between knowledge and attitude of
traditional and modern medicines with the practice of selection of medicines for
self medication.
Key words: self medication, knowledge, attitude, practice, traditional and modern
medicine, rural people.
xix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Perilaku pencarian pengobatan ( health seeking behavior ) merupakan
tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan (Achmad,
2003). Perilaku tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat. Sehat atau tidaknya individu, keluarga dan masyarakat
tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Ketika seseorang dalam keadaan
sakit, suatu peran tertentu akan membawanya ke berbagai alternatif, seperti
mengatasi atau membiarkan keadaan sakitnya, serta menentukan siapa yang akan
mengatasinya (Lumenta, 1989). Tindakan atau perilaku ini akan dilakukan oleh
tiap individu secara berbeda, dimulai dari melakukan pengobatan sendiri (self
treatment) sampai dengan mencari bantuan pada pelayanan kesehatan, termasuk
pemilihan obat modern atau tradisional (Ayunda, 2008).
Menurut Suryawati (cit., Citahasri, 2008), dalam upaya pemeliharaan
kesehatan, pengobatan sendiri merupakan upaya pertama dan yang terbanyak
dilakukan masyarakat umum untuk mengatasi keluhan kesehatannya, sehingga
peranannya tidak bisa diabaikan begitu saja. Penelitian yang dilakukan oleh
Widayati (2012) tentang health seeking behavior di kalangan masyarakat urban di
Yogyakarta mengungkapkan bahwa self care, terutama melakukan penyembuhan
tanpa obat, istirahat dan swamedikasi dengan produk herbal tradisional
merupakan pilihan utama masyarakat urban dalam upaya pencarian pengobatan.
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
Dalam penelitiannya di Indonesia, Supardi, S., Jamal, S., dan Raharni (2005),
mengungkapkan bahwa sebagian besar masyarakat yang tinggal di kota cenderung
melakukan
pengobatan
mandiri
menggunakan
obat
modern,
sedangkan
masyarakat desa cenderung melakukan pengobatan mandiri dengan obat
tradisional atau cara tradisional.
Dalam harian Kompas (Sabtu, 22 September 2012) dituliskan bahwa obat
herbal tradisional dan obat modern memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing dalam penggunaannya. Kecenderungan masyarakat dalam pemilihan
terapi pun tergantung pada pengetahuan masyarakat itu sendiri. Biasanya,
masyarakat akan cenderung memilih terapi atau pengobatan secara herbal
tradisional ketika masyarakat tersebut merasa pengobatan secara herbal lebih
murah dilakukan dan tersedia luas di sekitar lingkungannya dibandingkan obat
moderen. Masyarakat juga mempunyai mind set bahwa obat tradisional lebih
efektif untuk terapi penyakit kronis yang biasanya tidak bisa disembuhkan oleh
obat modern. Sebaliknya, masyarakat akan cenderung memilih obat modern saat
mereka merasa lebih praktis dalam penggunaan, reaksi atau efeknya lebih cepat,
atau karena memang sudah terbentuk pada pemikiran mereka bahwa obat modern
lebih baik dibanding obat tradisional.
Menurut
Notoadmodjo
(1993),
pengetahuan
merupakan
domain
terpenting seseorang untuk menentukan respon batin dalam bentuk sikap yang
akan membentuk suatu tindakan (action) sesuai dengan stimulus yang
diterimanya. Dalam melakukan pengobatan mandiri atau swamedikasi untuk
mengatasi keluhan yang dideritanya, masyarakat dituntut harus tahu tentang obat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
yang akan digunakan, sehingga mampu menentukan pilihan obat (tradisional atau
modern) yang tepat untuk dirinya. Pemilihan perilaku atau tindakan ini biasanya
dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan, sosial
ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada diri sendiri (Hardon,
Hodgin, and Fresle, 2004). Widayati (2012) mengungkapkan bahwa faktor
demografi dan sosio-ekonomi yang berhubungan signifikan dengan perilaku
pencarian pengobatan adalah status pernikahan.
Masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung
merupakan salah satu masyarakat yang memiliki banyak keluarga muda.
Kecenderungan untuk melakukan apa yang orang tua katakan pun akan menjadi
salah satu faktor penentu keputusan yang akan mempengaruhi pengetahuan dan
pendapat keluarga muda ini. Salah satu hal yang perlu menjadi perhatian dalam
sebuah keluarga adalah masalah kesehatan. Mereka akan diperhadapkan dengan
hal-hal seperti, ke mana mereka harus memeriksakan anak yang sakit, bagaimana
cara mengobati sakitnya sendiri, termasuk memilih obat mana yang baik untuk
digunakan.
Berdasarkan hal di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan
pengetahuan dan sikap masyarakat mengenai obat tradisional dan obat modern
terhadap tindakan pemilihan obat untuk pengobatan secara mandiri. Hal ini terkait
dengan belum pernah adanya penelitian sejenis pada masyarakat Desa Bantir,
Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, sehingga menarik
untuk dijadikan sebagai model dalam penelitian.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
1. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
a.
Seperti apa pengetahuan dan sikap masyarakat Desa Bantir, Kecamatan
Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah mengenai obat
tradisional dan obat modern?
b.
Seperti apa pola dan alasan pengobatan mandiri yang dilakukan
masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung,
Jawa Tengah?
c.
Adakah hubungan antara pengetahuan dan sikap masyarakat mengenai
obat tradisional dan obat modern dengan tindakan pemilihan obat pada
pengobatan mandiri?
2. Keaslian penelitian
Beberapa penelitian mengenai perilaku pengobatan mandiri yang telah
dilakukan adalah penelitian yang berjudul:
a. “Perilaku Pencarian Pengobatan (Health Seeking Behavior) di
Kalangan Masyarakat Urban di Kota Yogyakarta” (Widayati, 2010).
b. “Pola Penggunaan Obat, Obat Tradisional dan Cara Tradisional dalam
Pengobatan Sendiri di Indonesia” (Supardi, dkk., 2005).
c. “Kajian Motivasi, Pengetahuan, Tindakan, dan Pola Penggunaan Obat
Tradisional Cina pada Pengunjung dari 8 Toko Obat Berizin di
Yogyakarta Periode April-Mei 2004” (Liliani, 2004).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
d. “Kajian Pengetahuan dan Alasan Pemilihan Obat Herbal pada Pasien
Geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta” (Noviana, 2007).
e. “Pengaruh Pemberian Informasi Obat Terhadap Peningkatan Perilaku
Pengobatan Mandiri pada Penyakit Batuk di Desa Argomulyo, Kec.
Cangkringan, Kab. Sleman, Yogyakarta” oleh (Perwitasari, 2009).
f. “Pola Perilaku Pengobatan Mandiri di Antara Pria dan Wanita di
Kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Kampus III,
Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta” (Angkoso,
2006).
g. “Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan dengan
Perilaku Swamedikasi Demam oleh Ibu-ibu di Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta” (Adikuntati, 2008)
Perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan yang telah disebut di
atas adalah tujuan penelitian yaitu mengetahui hubungan pengetahuan dan
sikap mengenai obat tradisional dan obat modern dengan tindakan pemilihan
obat untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Bantir,
Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Perbedaan
lainnya terletak pada subjek dan objek yang diteliti, tempat penelitian, serta
waktu pelaksanaannya.
Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang hubungan pengetahuan
dan sikap mengenai obat tradisional dan obat modern terhadap tindakan
pemilihan obat dalam pengobatan mandiri pada masyarakat Desa Bantir,
Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung belum pernah dilakukan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Memberikan deskripsi tentang hubungan pengetahuan dan sikap
masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung
mengenai obat tradisional dan obat modern dengan tindakan pemilihan jenis obat
untuk pengobatan mandiri.
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pedoman bagi apoteker untuk
pengembangan pemberian informasi obat bagi masyarakat.
B. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
sikap mengenai obat tradisional dan obat modern terhadap tindakan pemilihan
jenis obat (modern atau tradisional) untuk pengobatan mandiri di kalangan
masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung.
2.
Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap masyarakat Desa Bantir,
Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung mengenai obat tradisional
dan obat modern.
b. Untuk mengidentifikasi pola dan alasan pengobatan mandiri yang
dilakukan oleh masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten
Temanggung.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
c. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap masyarakat
mengenai obat tradisional dan obat modern dengan tindakan pemilihan
obat pada pengobatan mandiri.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pengobatan Mandiri
Pengobatan sendiri atau swamedikasi merupakan tindakan pemilihan dan
penggunaan obat-obatan, baik obat tradisional mau pun obat modern oleh
seseorang untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri,
bahkan untuk penyakit kronis tertentu yang telah didiagnosis tegak oleh dokter
sebelumnya (WHO, 1998). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
seseorang melakukan pengobatan mandiri, antara lain sebagai berikut (Djunarko
dan Hendrawati, 2011).
1.
Kondisi ekonomi. Mahal dan tidak terjangkaunya pelayanan kesehatan,
seperti biaya rumah sakit dan berobat ke dokter, membuat masyarakat
mencari pengobatan yang lebih murah untuk penyakit-penyakit yang relatif
ringan.
2.
Berkembangnya kesadaran akan arti penting kesehatan bagi masyarakat
karena meningkatnya sistem informasi, pendidikan, dan kehidupan sosial
ekonomi,
sehingga
meningkatkan
pengetahuan
untuk
melakukan
swamedikasi.
3.
Promosi obat bebas dan obat bebas terbatas yang gencar dari pihak produsen
baik melalui media cetak maupun elektronik, bahkan sampai beredar ke
pelosok-pelosok desa.
8
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
4. Semakin tersebarnya distribusi obat melalui Puskesmas dan warung obat desa
yang berperan dalam peningkatan pengenalan dan penggunaan obat, terutama
OTR (Obat Tanpa Resep) dalam swamedikasi.
5.
Kampanye
swamedikasi
yang
rasional
di
masyarakat
mendukung
perkembangan farmasi komunitas.
6.
Semakin banyak obat yang dahulu termasuk obat keras dan harus diresepkan
dokter, dalam perkembangan ilmu kefarmasian yang ditinjau dari khasiat dan
keamanan obat diubah menjadi OTR (OWA, obat bebas terbatas, dan obat
bebas), sehingga memperkaya pilihan masyarakat terhadap obat.
Dalam melakukan self-medication, pelaku harus mampu mendiagnosis
dan menentukan obat sendiri untuk mengatasi keluhannya. Menurut Depkes
(2008), hal-hal yang perlu diketahui sebelum melakukan pengobatan mandiri
antara lain mengetahui jenis obat yang diperlukan, mengetahui kegunaan dari tiap
obat sehingga dapat mengevaluasi sendiri perkembangan rasa sakitnya,
menggunakan obat secara benar (cara, aturan, lama pemakaian) dan mengetahui
batas kapan mereka harus menghentikan self-medication yang kemudian segera
minta pertolongan kepada petugas kesehatan. Selain itu, pelaku juga harus
mengetahui efek samping obat yang digunakan sehingga dapat memperkirakan
apakah suatu keluhan yang timbul kemudian, merupakan suatu penyakit baru atau
efek samping obat, serta harus mengetahui siapa yang tidak boleh menggunakan
obat tersebut terkait dengan kondisi seseorang.
Pada akhirnya, pelaku swamedikasi akan diperhadapkan dalam pilihan
seperti, perlu atau tidak diperiksakan ke dokter, perlu obat atau tidak, obat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
tradisional ataukah obat tanpa resep yang akan digunakan untuk mengatasi gejala,
dan sebagainya. Untuk itu pelaku perlu memahami dengan baik masalah
kesehatan yang sedang dihadapinya (Anonim, 2001).
B. Obat
Obat merupakan semua zat, baik kimiawi, hewani, mau pun nabati yang
dalam dosis tertentu dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit
berikut gejalanya (Tjay dan Raharja, 2007). Obat merupakan salah satu komponen
yang tak tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Obat menurut UU no. 36 tahun
2009 adalah bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam menentukan
diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau
gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah. Obat dapat digunakan
untuk manusia maupun hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh
manusia (Syamsuni, 2006).
Di Indonesia terdapat dua jenis obat, yaitu obat tradisional dan obat
medis modern.
1.
Obat medis modern
Obat medis adalah obat modern yang dibuat dari bahan sintentik atau
bahan alam yang diolah secara modern dan digunakan serta diresepkan dokter dan
kalangan medis untuk mengobati penyakit tertentu. Obat medis yang bisa
diresepkan mempunyai kekuatan ilmiah karena sudah melalui uji klinis yang
dilakukan bertahun-tahun. Sebagian besar obat medis yang beredar di Indonesia
dan diresepkan berasal dari negara-negara barat dan dipatenkan. Meski begitu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
efek samping dari obat-obat modern yang sudah diuji klinis tetap ada karena daya
tahan tubuh dan kondisi kesehatan orang masing-masing tidak sama (Harmanto
dan Subroto, 2007).
Penggolongan obat di Indonesia terdiri dari 5 golongan, yaitu obat bebas,
obat bebas terbatas, obat keras (termasuk di dalamnya obat wajib apotek),
psikotropik dan narkotika (Depkes RI, 2008). Obat medis atau moderen yang
biasa digunakan sebagai upaya pengobatan mandiri adalah obat bebas (OB), obat
bebas terbatas (OBT) dan obat wajib apotek (OWA). Obat wajib apotek
merupakan golongan obat keras dapat dibeli di apotek tanpa resep dokter, namun
harus diserahkan secara langsung oleh apoteker. Hal ini terkait dengan Peraturan
Menteri Kesehatan nomor 924 tahun 1993 tentang obat wajib apotek.
a. Obat bebas (over the counter)
Obat bebas ditandai dengan lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna
hitam. Obat dengan simbol demikian dapat dibeli secara bebas tanpa resep dokter
dan tersedia di banyak outlet, seperti apotek, toko obat, supermarket, dan bisa
dibeli tanpa resep dokter (Harmanto dan Subroto, 2007).
b. Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras,
namun dapat dijual atau dibeli bebas dengan jumlah terbatas tanpa resep dokter.
Obat bebas terbatas ditandai dengan lingkaran berwarna biru dengan garis tepi
lingkaran berwarna hitam dan terdapat peringatan khusus pada kemasan (Depkes
RI, 2008).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Menurut
Surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
12
nomor
6335/Dirjen/SK/1969, terdapat enam macam peringatan khusus dalam kemasan
obat bebas terbatas sesuai dengan kandungan obat, yaitu sebagai berikut.
1) P.No.1. Awas ! Obat keras. Bacalah aturan pakai di dalam.
2) P.No.2. Awas ! Obat keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan.
3) P.No.3. Awas ! Obat keras. Hanya untuk bagian luar badan.
4) P.No.4. Awas ! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
5) P.No.5. Awas ! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
6) P.No.6. Awas ! Obat keras. Obat wasir jangan ditelan.
c.
Obat wajib apotek
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 347/MenKes/ SK/ VII
/1990, obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker
kepada pasien di apotek tanpa resep dokter (Harmanto dan Subroto, 2007). Obat
keras mempunyai tanda khusus berupa lingkaran bulat merah dengan garis tepi
berwarna hitam dan huruf K di tengah yang menyentuh garis tepi (Depkes RI,
2008).
Dalam perkembangan di bidang farmasi yang menyangkut khasiat dan
keamanan obat, berikut adalah daftar obat wajib apotek no. 1 menurut peraturan
menteri kesehatan nomor 919/MENKES/PER/X/1993.
No Kelas Terapi
Nama Obat
Indikasi
1
Tunggal
Kontrasepsi
Oral kontrasepsi
Linastrenol
Kombinasi
Kontrasepsi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Etinodiol diasetat-mestranol
Norgestrel-etinil estradiol
Linestrenoil-etinil estradiol
Levonorgestrel-etinil estradiol
Norethindrone-mestranol
Desogestrel-etinil estradiol
2
Obat
cerna
saluran Antasid+sedativ/spasmodik
Al.oksida, Mg trisilikat+papaverin
HCl, klordiazep-oksida
Mg trisilikat, Al.oksida+papaverin
HCl, klordiazep-oksida+diazepam+
sodium bicarbonate
Al.oksida, Mg trisilikat+papaverin
HCl, diazepam
MgAl,
silikat+beladona+kloedia
sepoksid+diazepam
Al.oksida,
Mg.oksida+hiosiamin
HBr, atropine SO4, hiosin HBr
Mg.trisilikat,
papaverin HCl
Al.hidroksida
+
Mg.trisilikat,
Al.hidroksida
+
papaverin HCl, klordiaseposida+
beladona
Mg karbonat, Mg oksida, Al
hidroksida+papaverin HCl, beladona
Mg.oksida,
bi.subnitrat+beladona,
papaverin, kloriasepoksida
Mg.oksida,
bi.subnitrat+beladona,
kloriasepoksida
Mg trisilikat, alukol+papaverin HCl,
beladona, klordiasepoksida
13
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
Antispasmodik
Papaverin/hiosin
butilbromide/atropine
beladon
Kejang saluran
SO4/ekstrak cerna
Spasmodik – Analgesik
Metamizole, penpivennium bromide
Hyocine N-butilbromide, dipyrone
Kejang
saluran
cerna yang disertai
nyeri hebat
Methampyrone, beladona, papaverin
HCl
Methamphyrone
butilbromide, diazepam
hyoscine
Pramiverin, metamizole
Tiemonium methyl sulphate, sodium
noramodopromethane sulphonate
Pafinium bromide, supyon
Anti mual
Metoklopramid HCl
Mual, muntah
Laksan
Bisakodil Supp
3
4
Konstipasi
Obat mulut dan Hexetidine
tenggorokan
Triamicinolone acetonide
Sariawan, radang
Obat
nafas
Asma
saluran Aminoilin supp
Ketotien
Sariawan berat
Asma
Menurut peraturan menteri kesehatan nomor 924/MENKES/PER/X/1993
yang dimaksud obat wajib apotek no. 2 adalah albendazol (oral), bacitracin (obat
luar infeksi kulit), benolirate, bismuth subcitrate, carbinoxamin (oral),
clindamicin, dexametason, dexpanthenol, diclofenac (obat luar untuk acne),
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
diponium, fenoterol (inhalasi), flumetason, hydrocortison butyrat (obat luar
inflamasi), ibuprofen (oral), isoconazol, ketokonazole (obat luar infeksi jamur),
levamizole,
methylprednisolon,
niclosamide,
noretisteron,
omeprazole,
oxiconazole, pipazetate, piratiasin kloroteofilin, pirenzepine, piroxicam, dan
polymixcin B sulfate.
Menurut keputusan menteri kesehatan RI nomor 1176/Menkes/SK/X/
1999 yang termasuk obat wajib apotek no. 3 (nama generik) adalah alopurinol,
aminofilin supositoria, asam azeleat, asam fusidat, bromheksin, diazepam,
diklofenak natrium, famotidin, gentamisin, glafenin, heksetidin, klemastin,
kloramfenikol (obat mata dan obat telinga), mebendazol, metampiron+
klordiazepoksid, mequitazin, motretinida, orsiprenalin, piroksikam, prometazin
teoklat, ranitidin, satirizin, siproheptadin, toisiklat, tolnaftat dan tretinoin.
2.
Obat tradisional
Dalam
undang-undang
No.36
tahun
2009
tentang
kesehatan
menyebutkan bahwa obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik)
atau campuran bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman dan dapat di terapkan sebagai norma yang
berlaku dimasyarakat. Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan
bagian dari budaya bangsa dan banyak dimanfaatkan masyarakat sejak berabadabad yang lalu, namun demikian pada umumnya efektivitas dan keamanannya
belum sepenuhnya didukung oleh penelitian yang memadai (Sulasmono, 2010).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat
pembuktian khasiat, meurut Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik
Indonesia
nomor
HK.00.05.4.2411
tentang
ketentuan
pokok
pengelompokan dan penandaan obat bahan alam indonesia, obat tradisional
dikelompokan menjadi 3 kategori, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan
fitofarmaka, dengan logo tertentu dalam kemasan sebagai berikut.
a.
Jamu
Jamu adalah obat tradisional indonesia yang bukti klaim khasiat dan
keamanannya berdasarkan data empiris karena telah digunakan secara turun
temurun. Simbol berupa “RANTING DAUN” berwarna hijau yang terletak di
dalam lingkaran dengan warna dasar putih atau warna lain yang menyolok, serta
mencantumkan tulisan “JAMU” berwarna hijau
b. Obat herbal terstandar
Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji pra klinik dan
bahan bakunya telah distandarisasi. Simbol obat herbal terstandar adalah “JARIJARI DAUN (3 PASANG)” berwarna hijau yang terletak di dalam lingkaran
dengan warna dasar putih atau warna lain yang menyolok. Di bawah simbol
tersebut harus terdapat tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” berwarna
hijau.
c.
Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah sediaan bahan alam yang telah dibuktikan keamanan
dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji pra klinik dan uji klinik, bahan baku dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
produk jadinya telah distandarisasi. Simbol fitofarnaka berupa “JARI-JARI
DAUN” berwarna hijau yang membentuk bintang dan terletak di dalam lingkaran
dengan
warna
dasar
putih
atau
mencolok,
serta
terdapat
tulisan
“FITOFARMAKA” pada bawah lingkaran.
Orang yang menderita sakit, baik fisik mau pun non fisik tentu
memerlukan obat agar penyakitnya bisa segera dan secepat mungkin sembuh.
Masyarakat moderen yang memiliki pengetahuan dan dana yang cukup, pilihan
pertama untuk mengatasi penyakitnya tentu akan memilih dokter atau tenaga
medis untuk memeriksa dan memilihkan obat modern yang sesuai dengan
keluhannya. Bila secara medis tidak ada obatnya, baru memilih ke pengobatan
alternatif. Sebaliknya, masyarakat yang kurang mampu, langkah pertama untuk
mengobati penyakitnya membuat obat sendiri dari pengetahuan tradisional turun
temurun atau mencari pengobatan alternatif yang diyakini bisa menyembuhkan.
Bila tidak berhasil baru ke dokter atau ke Rumah Sakit (Harmanto dan Subroto,
2007).
Obat medis modern mempunyai keunggulan tertentu dibandingkan
jamu atau obat herbal. Demikian pula jamu dan obat herbal juga mempunyai
keunggulan yang tidak dimiliki obat medis modern. Masyarakat yang kritis dan
cerdas sudah mulai bisa memilih dan menentukan obat mana yang akan
digunakan. Masyarakat tidak perlu membanding-bandingkan keunggulan
masing-masing obat, yang terpenting adalah bahwa keduanya saling melengkapi
atau komplementer karena tujuannya sama, yaitu untuk menyembuhkan penyakit
(Harmanto dan Subroto, 2007).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
C. Perilaku (Pengetahuan, Sikap dan Tindakan)
Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan, membagi perilaku
manusia ke dalam 3 domain ranah atau kawasan, yaitu kognitif (cognitive), afektif
(affective), dan psikomotor (pcychomotor). Dalam perkembangannya, teori ini
dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yaitu: pengetahuan,
sikap dan tindakan (Imron, 2010).
1.
Pengetahuan (knowledge)
Menurut Notoadmodjo (1993), pengetahuan merupakan hasil dari tahu
yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Pengetahuan dapat diperoleh seseorang dengan beberapa cara, yaitu
lewat pengalaman pribadi, belajar dari kesalahan yang pernah dilakukan, adanya
suatu otoritas atau kekuasaan yang mengharuskan seseorang melakukan sesuatu,
juga logika yang mengharuskan seseprang mampu berpikir dan memiliki nalar
terhadap sesuatu. Selain itu pengetahuan juga bisa didapatkan melalui pengamatan
secara langsung di lapangan terhadap suatu gejala atau fenomena, untuk kemudian
dibuat suatu klasifikasi, yang kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan (Imron,
2010).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitan terbukti
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Fitriani, 2011).
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan, yaitu:
a. Tahu (know). Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya, oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap objek tersebut.
c. Aplikasi (application). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah diperoleh pada situasi atau kondisi
nyata dan sebenarnya. Misal, ketika kita tahu dan mengerti mengenai
rumus matematika, maka kita harus bisa menggunakan rumus tersebut
untuk menyelesaikan soal yang ada.
d. Analisis (analysis). Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisah, mengelompokan dan sebagainya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
e. Sintesis (synthesis). Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan
untuk meletakan atau menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk
keseluruhan
yang
baru.
Misal,
dapat
menyusun,
merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian
tersebut didasarkan pada kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria
yang telah ada (Fitriani, 2011).
Menurut Notoadmojo (2003), tingkat pengetahuan seseorang dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu pengetahuan baik (apabila skor akhir pengetahuan
responden lebih dari 75%), pengetahuan cukup (apabila skor akhir pengetahuan
responden berkisar antara 50 sampai 75%), dan pengetahuan kurang (apabila skor
akhir pengetahuan responden kurang dari 50%).
2. Sikap (attitude)
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan ingin memihak
(favorable) atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tertentu (Berkowitz,
1972). Merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan
cara tertentu, sehingga dengan kata lain, sikap merupakan suatu reaksi atau respon
seseorang terhadap sesuatu yang akan diterima (Azwar, 1995).
Seorang individu akan membentuk pola sikap tertentu tergantung dari
interaksi sosial terhadap berbagai situasi psikologis yang dihadapinya. Faktor
yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, pengaruh
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga
pendidikan dan lembaga agama, serta pengaruh faktor emosional individu tersebut
(Azwar, 1995).
3. Tindakan (practice)
Tindakan adalah suatu cara mengaplikasikan atau mempraktekan apa yang
telah diketahui setelah mengadakan penilaian atau pendapat terhadap stimulus
yang diterima. Dalam praktek kesehatan, tindakan dapat berhubungan dengan
penyakit (pencegahan dan penyembuhan), pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan, serta praktek kesehatan lingkungan (Fitriani, 2011).
Menurut Notoadmodjo (1993), terbentuknya tindakan pada dasarnya
dimulai dengan domain pengetahuan terlebih dahulu, kemudian terbentuk respon
batin (sikap) terhadap objek yang diketahui. Namun, seseorang juga dapat
bertindak atau berperilaku baru tanpa terlebih dahulu mengetahui makna dari
stimulus yang diterimanya..
D. Landasan Teori
Menurut WHO (1998), pengobatan mandiri adalah tindakan pemilihan
dan penggunaan obat-obatan, baik obat tradisional mau pun obat modern oleh
individu untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri. Setiap
individu yang akan melakukan pengobatan mandiri dituntut untuk bisa
menentukan pola pengobatannya sendiri, termasuk tindakan pemilihan obat (obat
tradisional atau obat modern) untuk mengatasi keluhan yang diderita (Depkes,
2008). Tindakan pemilihan obat dalam pengobatan mandiri dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
termasuk pengetahuan dan sikap setiap individu mengenai obat pilihan tersebut
(Supardi dkk., 2005).
Pengetahuan merupakan sekumpulan fakta empirik mengenai suatu objek
tertentu, juga merupakan domain terpenting yang digunakan oleh seseorang untuk
menentukan suatu sikap maupun tindakan seseorang tersebut (Fitriani, 2008).
Menurut Notoadmojo (1993), terbentuknya suatu perilaku baru, dimulai dari
domain pengetahuan yang selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam
bentuk sikap terhadap suatu objek, yang kemudian akan menimbulkan respon
tindakan (action) terkait dengan stimulus objek tersebut. Namun demikian,
seseorang juga dapat bertindak tanpa terlebih dahulu mengetahui makna dari
stimulus yang diterimanya. Kurniasari (2007) menyebutkan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan dengan tindakan pengobatan mandiri di kalangan masyarakat
Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
E. Hipotesis
1. Ada hubungan antara pengetahuan mengenai obat tradisional dan obat
modern dengan tindakan pemilihan obat untuk pengobatan mandiri di
kalangan masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten
Temanggung, Jawa Tengah.
2. Ada hubungan antara sikap mengenai obat tradisional dan obat modern
dengan tindakan pemilihan obat untuk pengobatan mandiri di kalangan
masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung,
Jawa Tengah.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah non eksperimental (observasional) dengan
rancangan penelitian desain cross sectional. Disebut penelitian observasional
karena menggambarkan keadaan secara realita dan objektif terhadap suatu kondisi
tertentu yang sedang terjadi dalam sekelompok masyarakat (Imron dan Munif,
2010), sedangkan disebut cross sectional (studi potong lintang) karena merupakan
penelitian yang mempelajari dinamika korelasi, dengan model pendekatan atau
observasi pada satu kali dalam jangka waktu tertentu (Pratiknya, 2001).
Penelitian ini menggambarkan hubungan pengetahuan dan sikap
responden mengenai obat tradisional dan obat modern dengan tindakan pemilihan
jenis obat untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Bantir,
Kecamatan Candiroto, Temanggung, Jawa Tengah.
B. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian
1.
Variabel
a. Variabel bebas (independent)
: Pengetahuan dan sikap masyarakat Desa
Bantir, Kecamatan Candiroto, Temanggung, Jawa Tengah mengenai obat
tradisional dan obat modern.
b. Variabel tergantung (dependent) : tindakan pemilihan jenis obat untuk pengobatan
mandiri
di
kalangan
masyarakat
Desa
Temanggung, Jawa Tengah.
23
Bantir,
Kecamatan
Candiroto,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
2. Definisi operasional
a. Obat modern adalah golongan obat konvensional yang dapat diperoleh
atau dibeli tanpa resep dokter, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas dan
obat wajib apotek (OWA). Obat wajib apotek merupakan golongan obat
keras yang dapat dibeli tanpa resep dokter, namun harus diberikan
langsung oleh apoteker di apotek.
b. Obat tradisional adalah golongan jamu, obat herbal terstandar dan
fitofarmaka yang dapat diperoleh tanpa resep dokter.
c. Pengetahuan adalah semua hal yang diketahui oleh masyarakat Desa
Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah
mengenai obat tradisional dan obat modern. Skor akhir pengetahuan dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara menjumlah semua jawaban benar
responden, kemudian dibagi dengan total pertanyaan, dan dikalikan 100%.
Tingkat pengetahuan mengenai obat tradisional dan obat modern, dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu pengetahuan baik (apabila skor akhir
pengetahuan responden lebih dari 75%), pengetahuan cukup (apabila skor
akhir pengetahuan responden berkisar antara 50 sampai 75%), dan
pengetahuan kurang (apabila skor akhir pengetahuan responden kurang
dari 50%).
d. Sikap adalah keinginan masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto,
Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah untuk memihak (sikap positif) atau
tidak memihak (sikap negatif) terhadap obat tradisional dan obat modern.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
e. Tindakan adalah praktek responden terhadap pemilihan obat tradisional
dan obat modern dalam swamedikasi.
C. Subjek dan Kriteria Inklusi Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa
Bantir, Kecamatan Candiroto, Temanggung, Jawa Tengah. Kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah masyarakat Desa Bantir usia lebih dari atau sama dengan 18
tahun, baik laki-laki atau perempuan, dan bersedia berpartisipasi dalam mengisi
serta mengembalikan kuesioner.
D. Populasi dan Besar Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Bantir,
Kecamatan Candiroto, Temanggung, Jawa Tengah, berusia lebih atau sama
dengan 18 tahun dengan jumlah total populasi sebesar 1584 individu. Sampel
dalam penelitian ini adalah sebagian dari keluarga masyarakat Desa Bantir
tersebut. Perhitungan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut (Notoadmodjo, 2010).
N =
Keterangan:
N = besar sampel
Z = tingkat kepercayaan
P = proporsi kasus
d = margin of error
Hasil perhitungan sampel adalah sebesar 174 responden (proporsi: 50%,
margin of error (d): 0,1 (10%); tingkat kepercayaan 95% ( Z: 1.96 ), efek desain
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
klaster: 1,5; dan penambahan 20% untuk antisipasi tingkat partisipasi), sehingga
perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
N=
N=
N = 96,04 x efek desain klaster 1,5
N = 144,06 ≈ 145, kemudian dengan menggunakan sistem drop out 20%, maka
diperoleh:
N = 145 + (
)
N = 174
E. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Juli 2013 sampai Desember 2013 di
Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
F. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode
cluster sampling yang dikombinasikan dengan metode non random accidental
sampling. Proses pengambilan sampel melibatkan seluruh Rukun Warga yang
dipilih secara acak dengan undian. Desa Bantir memiliki 4 RW, dan masingmasing RW memiliki 4 Rukun Tetangga (RT). Klaster terkecil pada penelitian ini
adalah RT.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
Gambar 1. Cara pengambilan sampel dengan metode cluster sampling
Pada setiap RT (klaster terkecil), kemudian ditetapkan individu terpilih
secara non random yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian, dan mau
mengisi serta mengembalikan kuesioner.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Pertanyaan dalam kuisioner berupa
kombinasi pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka.
Terdapat tiga bagian dalam kuesiner. Bagian pertama adalah beberapa
pertanyaan terbuka untuk melihat bagaimana pola pengobatan mandiri masyarakat
tersebut. Bagian kedua adalah pernyataan yang menggambarkan pengetahuan
responden, mengenai obat tradisional dan obat modern. Pernyataan dalam
kuisioner tersebut dibuat dengan model pertanyaan tertutup karena telah
disediakan jawaban. Responden memilih salah satu jawaban dari pernyataan yang
dibuat sesuai dengan apa yang responden ketahui. Pilihan jawaban yang
disediakan adalah a. ya; b. tidak; dan c. tidak tahu.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
Pada bagian ketiga kuesioner ini berisi pernyataan mengenai sikap dan
tindakan responden terhadap pemilihan dan penggunaan obat tradisional mau pun
obat modern dalam pengobatan mandiri. Pertanyaan nomor satu dan nomor dua
pada bagian ini memiliki maksud pertanyaan yang sama, yaitu apakah responden
akan memilih obat tradisional saat melakukan pengobatan mandiri atau tidak.
Begitu pula sebaliknya, pertanyaan nomor tiga dan nomor empat juga memiliki
maksud yang sama, yaitu apakah responden akan memilih obat modern saat
melakukan pengobatan mandiri atau tidak. Hal ini dilakukan untuk melihat dan
mempertegas konsistensi jawaban responden. Dalam bagian ini, pernyataan dibuat
dalam bentuk Likert. Pada setiap pernyataan disediakan pilihan jawaban berupa
SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju).
Skala Likert adalah metode pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon
sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Azwar, 2005).
H. Tahapan Penelitian
1.
Studi pustaka
Sebelum penelitian, terlebih dahulu dilakukan studi dan penelaahan
pustaka mengenai swamedikasi, obat tradisional, obat modern, perilaku seseorang,
metode penelitian, dan proses pembuatan kuesioner. Juga dipelajari mengenai
penentuan metode statistik yang akan digunakan untuk analisis data.
2.
Penentuan lokasi penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah Desa Bantir, Kecamatan Candiroto,
Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3.
29
Perijinan
Perijinan dilakukan dengan memasukkan surat permohonan ijin dan
proposal penelitian ke KESBANGPOL (Kesatuan Bangsa dan Politik) Yogyakarta
yang kemudian diteruskan ke KESBANGPOL Semarang dan Temanggung. Oleh
KESBANGPOL Temanggung, perijinan diteruskan akan ke Kecamatan
Candiroto, Kelurahan, dan Desa Bantir.
4.
Penelusuran data populasi
Penelusuran data populasi dilakukan melalui sekretariat kepala Desa
Bantir, Kecamatan Candiroto, Temanggung. Melalui bagian ini ditelusuri data
mengenai populasi penelitian yang meliputi daftar dan jumlah penduduk desa
yang berusia lebih dari atau sama dengan 18 tahun.
5.
Pembuatan kuesioner
a. Penyusunan kuesioner
Penyusunan kuesioner dilakukan setelah pengurusan perijinan lokasi
penelitian. Jumlah pertanyaan dalam kuesioner sebanyak 13 pertanyaan pada
bagian pertama, 23 pernyataan pada bagian kedua, dan 8 pernyataan pada
bagian ketiga.
b. Uji pemahaman bahasa
Uji pemahaman bahasa dilakukan dengan cara membagikan kuesioner
yang telah dibuat kepada 30 orang yang memiliki karakteristik mirip dengan
responden. Tujuan uji pemahaman bahasa adalah untuk mengetahui apakah
bahasa yang digunakan dalam kuesioner dapat dipahami dengan mudah oleh
responden atau tidak. Hal ini dapat dilihat dari hasil jawaban responden
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
terkait pertanyaan maupun pernyataan dalam kuesioner. Kemudian kalimat
dalam kuesioner dapat diubah dan disesuaikan, sehingga responden paham
dan dapat memberikan jawaban yang diharapkan dalam penelitian.
c. Uji validitas
Uji validitas dilakukan untuk menunjukan tingkat kesahihan instrumen
penelitian yang akan digunakan. Uji validitas yang dilakukan adalah terkait
rasional isi pertanyaan yang dilakukan oleh beberapa dosen yang ahli pada
bidang swamedikasi, obat tradisional dan obat moderen. Metode validitas
yang digunakan adalah professional jugdment.
d. Uji reliabilitas
Digunakan uji reliabilitas dengan metode test – re test. Tiga puluh
kuesioner yang telah disusun diberikan kepada sejumlah masyarakat yang
memiliki karakteristik yang mirip dengan karakteristik responden pada
penelitian. Kuesioner diberikan kepada masyarakat Dusun Suruh, Desa
Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Kuesioner kedua dibagikan kembali kepada responden yang sama 2 minggu
setelah kuesioner pertama dibagikan, kemudian dilihat korelasi antara kedua
kuesioner tersebut. Menurut Azwar (2003), kuesioner dikatakan semakin
reliabel apabila nilai p semakin mendekati angka 1. Hasil pengujian
reliabilitas dalam penelitian ini diperoleh nilai Person Correlation sebesar
0,612. Menurut Notoadmodjo (2010), apabila didapatkan p ≥ 0,5 maka alat
ukur dinyatakan reliabel.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
6. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner yang
dilakukan seminggu sekali setiap hari Sabtu sore dan Minggu pagi selama Bulan
Oktober-November 2013. Setiap responden diminta untuk mengisi dan
menandatangani
informed-consent
sebagai
tanda
persetujuan
mengikuti
penelitian. Pengisian kuisioner, sebagian dilakukan sendiri oleh responden.
Responden diberi kesempatan untuk mengerjakan dan langsung mengembalikan
kuesioner tersebut saat itu juga. Pada beberapa kasus, banyak responden yang
mengalami kesulitan dalam hal bahasa (responden hanya mengerti Bahasa Jawa),
membaca dan menulis, sehingga peneliti menyediakan diri untuk mendampingi,
membacakan pertanyaan kuesioner, serta membantu menuliskan jawaban
responden tanpa mengurangi atau menambah maksud pertanyaan dan jawaban
responden.
Setelah proses pengisian kuesioner selesai, responden diberikan edukasi
mengenai obat tradisional dan obat moderen serta penggunaanya dalam
swamedikasi. Edukasi dilakukan secara personal. Tujuan edukasi tersebut adalah
agar responden menjadi lebih paham mengenai penggunaan obat tradisional dan
obat modern dalam swamedikasi.
I.
Analisis Data
Proses kegiatan pengolahan data (data processing) terdiri dari 3 jenis
kegiatan, yaitu memeriksa data (editing), memberi kode (koding), dan tabulasi
data (tabulating). Editing dilakukan untuk memeriksa kembali kelengkapan isi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32
jawaban responden dalam kuesioner. Data yang sudah lengkap kemudian masuk
dalam tahap koding yang terdiri dari penyederhanaan jawaban dengan
memberikan kode dan pemindahan data (entry) yang sudah dikode dengan
memasukannya ke dalam program statistik komputer. Kemudian dilakukan
tabulasi data, yaitu dengan menyusun dan mengorganisir data sedemikian rupa
sehingga dapat disajikan dalam bentuk tabel atau grafik (Imron, 2010).
Analisis data dilakukan dengan program SPSS 16 menggunakan metode
statistik deskriptif (frekuensi, persentase, median), dan korelasi. Analisis statistik
deskriptif dilakukan untuk menggambarkan karakteristik sosio demografi dan
ekonomi responden, frekuensi pola pengobatan mandiri. Analisis korelasi
dilakukan untuk membuktikan adanya korelasi antara variabel bebas, yaitu
pengetahuan dan sikap responden mengenai obat tradisional dan obat moderen,
dengan variabel terikat, yaitu tindakan pemilihan pengobatan mandiri. Uji statistik
yang digunakan adalah chi square dengan tingkat kepercayaan 95%, sehingga
hubungan antar variabel dinyatakan signifikan secara statistik apabila nilai P <
0.05 (Santoso, 2012).
Perhitungan persentase dilakukan dengan mengunakan rumus:
P = persentase jawaban (dalam %)
A = jumlah jawaban sejenis
B = jumlah responden total
Sebelum analisis korelasi dilakukan, terlebih dahulu diuji normalitas data
untuk mengetahui apakah data yang didapatkan terdistribusi secara normal atau
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
tidak. Apabila data yang didapatkan terdistribusi normal, maka analisis dilakukan
dengan metode parametik, sedangkan apabila data yang didapatkan tidak
terdistribusi normal, maka analisis dilakukan dengan metode non parametik.
Distribusi data dikatakan normal apabila didapatkan angka signifikansi masingmasing variabel lebih dari 0,05 (Santoso, 2012).
Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov,
didapatkan nilai signifikansi variabel pengetahuan adalah 0,009, variabel sikap
adalah 0,001, dan variabel tindakan adalah 0,000. Hal ini menunjukan bahwa data
tidak terdistribusi secara normal karena semua variabel memiliki nilai signifikansi
kurang dari 0,05, sehingga analisis antar tiga variabel tersebut menggunakan uji
Chi Square.
J.
Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian dibatasi untuk mengetahui tindakan pemilihan obat responden
terkait obat tradisional atau obat modern dalam swamedikasi tanpa meninjau
lebih dalam alasan-alasan responden memilih obat tersebut.
2. Penggalian informasi
menggunakan kuesioner
yang sebagian besar
merupakan pertanyaan dan pernyataan tertutup, sehingga hasil yang
didapatkan terbatas pada pertanyaan dalam kuesioner.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Salah satu hal penting yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai
karakteristik sosio demografi responden. Menurut Skinner, seorang ahli perilaku,
(cit., Notoadmodjo, 1993), lingkungan atau karakteristik seseorang berkaitan
dengan pembentukan sikap dan tindakan seseorang tersebut. Dalam penelitian ini,
karakteristik responden yang akan dibahas meliputi usia, jenis kelamin, status
pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan dan pendapatan responden per bulan.
Tingkat partisipasi dalam penelitian ini sebesar 93%, yaitu 161 responden.
1.
Usia
Pada penelitian ini subjek penelitian yang ditetapkan sebagai kriteria
inklusi adalah subjek penelitian yang berusia lebih dari atau sama dengan 18
tahun. Menurut Undang-undang nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia, usia 18 tahun merupakan batas usia dewasa seseorang.
Tabel I. Distribusi usia responden
Rentang Usia
(18-75 tahun)
18-44
45-59
60-69
≥70
Total
Jumlah
N=161
113
43
4
1
161
Persentase
(%)
70
27
2
1
100
Usia dewasa adalah usia seseorang yang memiliki hak untuk melakukan
perbuatannya sendiri dengan tanggung jawabnya sendiri tanpa adanya bantuan
34
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
dari pihak lain (Adjie, 2013). Perbuatan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah sikap dan tindakan responden dalam pemilihan obat saat melakukan
pengobatan mandiri. Dari hasil penelitian didapatkan rentang usia yang beragam
dari 18 – 75 tahun (lihat tabel 1) dengan median usia responden adalah 39
tahun.Menurut Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI Tahun 2011,
kelompok usia produktif adalah sekelompok penduduk yang berusia 15-44 tahun,
kelompok pra usia lanjut adalah 45-59 tahun, kelompok usia lanjut adalah lebih
dari 60 tahun, sedangkan kelompok usia lanjut risiko tinggi adalah 70 tahun ke
atas. Sebagian besar responden pada penelitian ini berada pada rentang usia
produktif.
2.
Jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian (Gambar 1), dari 161 responden yang
bersedia mengisi kuesioner, sebanyak 68% (110 responden) adalah perempuan
dan sebesar 32% (51 responden) adalah laki-laki.
Gambar 1. Persentase responden laki-laki dan perempuan, N=161
Menurut Noviana (2011), kaum wanita lebih banyak melakukan
pengobatan mandiri dan lebih peduli terhadap kesehatan, baik dirinya sendiri mau
pun keluarganya dibandingkan dengan kaum laki-laki. Selain itu, menurut Thoma
35
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
(2011), wanita yang lebih peduli terhadap kesehatan dibandingkan laki-laki,
cenderung memiliki pengetahuan yang lebih baik mengenai pengobatan mandiri.
3. Status pernikahan
Status pernikahan responden meliputi menikah dan belum menikah.
Berdasarkan hasil penelitian (Gambar 2), dari 161 responden, sebanyak 91%
responden telah menikah, sedangkan sebanyak 9% belum menikah.
Gambar 2. Persentase status pernikahan responden, N=161
Menurut hasil penelitian Widayati (2012), status pernikahan berpengaruh
terhadap pola tindakan self-care, termasuk swamedikasi dengan obat modern dan
obat tradisional atau herbal.
4. Tingkat pendidikan terakhir
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Adikuntati (2008), tingkat
pendidikan seseorang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang
tentang swamedikasi. Responden dengan pendidikan tinggi cenderung akan lebih
mudah menerima informasi dan lebih baik untuk mengaplikasikan informasi atau
pengetahuan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian (Tabel II), didapatkan bahwa
sebagian besar responden (61%) adalah lulusan SD. Selain itu, terdapat responden
dengan tingkat pendidikan terakhir SMP sebesar 25% (40 responden), SMA/SMK
36
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
sebesar 7% (11 responden), tidak tamat SD sebesar 3% (6 responden), perguruan
tinggi sebesar 2% (3 responden), dan 3 responden yang tidak sekolah dengan
persentase sebesar 2%.
Tabel II. Frekuensi tingkat pendidikan terakhir responden
No
1
2
3
4
5
6
Tingkat
Pendidikan
Jumlah
N=161
98
40
11
3
6
3
161
SD
SMP
SMA/SMK
Perguruan tinggi
Tidak tamat SD
Tidak sekolah
Total
Frekuensi
(%)
61
25
7
2
3
2
100
Dari tingkat pendidikan di atas, kemudian dikategorikan lagi menjadi
dua, yaitu tingkat pendidikan rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD,
dan SMP) dan tingkat pendidikan tinggi (SMA/SMK dan perguruan tinggi),
sehingga didapatkan gambar sebagai berikut.
Gambar 3. Presentase tingkat pendidikan responden, N=161
Pada penelitian yang dilakukan oleh Adikuntati (2008), terdapat adanya
hubungan antara tingkat pendidikan terhadap pengetahuan responden mengenai
swamedikasi. Dari gambar di atas, ditemukan bahwa sebagian besar responden
memiliki tingkat pendidikan yang rendah, yaitu sebanyak 91% (147 responden),
37
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
sedangkan sisanya sebanyak 9% (14 responden) memiliki tingkat pendidikan yang
tinggi.
5. Jenis pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel II), sebagian besar pekerjaan
responden adalah sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) dengan persentase 35% (56
responden). Selain itu sebanyak 32% adalah petani, 4% sebagai Pegawai Negeri
Sipil (PNS), 18% sebagai wiraswasta, 4% sebagai pedagang, 4% sebagai
pelajar/mahasiswa dan 3% sebagai tukang.
Tabel III. Frekuensi jenis pekerjaan responden
No
1
2
3
4
5
6
7
Jenis pekerjaan
responden
Swasta
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pedagang
Mahasiswa/Pelajar
Ibu Rumah Tangga (IRT)
Petani
Tukang
Total
Jumlah
N=161
29
6
7
6
56
52
5
161
Persentase
(%)
18
4
4
4
35
32
3
100
Jenis pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi tingkat sosial dan
interaksi sosial seseorang dengan orang lain yang berasal dari lingkungan berbeda
(Kurniasari, 2007). Interaksi antar individu akan menyebabkan terjadinya tukarmenukar
informasi
mengenai
swamedikasi
dan
pemilihan
obat
untuk
menanganinya. Selain itu, seseorang dengan jenis pekerjaan yang dapat
memberikan pendapatan yang tinggi, mungkin cenderung memilih cara
pengobatan yang lebih baik karena memiliki kesempatan untuk melakukannya
dibandingkan dengan seseorang yang jenis pekerjaannya hanya memberikan
sedikit pendapatan.
38
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6. Pendapatan per bulan
Berdasarkan hasil penelitian (Gambar 4), sebagian besar responden
(50%) berpendapatan antara Rp300.000,00 sampai Rp1.000.000,00. Kemudian
sebanyak38% (61 responden) berpendapatan kurang dari Rp 300.000,00;
sebanyak 7% (11 responden) berpendapatan antara Rp1.000.000,00 sampai
Rp1.500.000,00; sebanyak 4% (6 responden) berpendapatan lebih dari
Rp2.000.000,00; dan sebanyak 1% (2 responden) berpendapatan antara
Rp1.500.000,00 sampai Rp2.000.000,00.
Gambar 4. Persentase pendapatan per bulan responden, N=161
Tingkat pendapatan seseorang per bulan terkait dengan tingkat sosial
ekonomi seseorang. Menurut Adikuntati (2008), tingkat pendapatan seseorang
berpengaruh terhadap sikap seseorang mengenai jenis pengobatan seseorang,
termasuk swamedikasi. Masyarakat dengan tingkat pendapatan tinggi akan
dengan mudah mengakses semua sarana kesehatan, tetapi masyarakat dengan
tingkat
pendapatan
rendah
akan
cenderung
menjadikan
pertimbangan utama dalam hal pencarian pengobatan.
39
biaya
sebagai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
B. Pengenalan Responden Terhadap Pengobatan Mandiri
Pengobatan mandiri atau swamedikasi merupakan suatu tindakan
seseorang untuk mengobati diri sendiri mau pun keluarganya secara tepat dan
bertanggungjawab (Manurung, 2010). Berdasarkan pertanyaan “Apakah Anda
pernah mendengar istilah pengobatan mandiri atau swamedikasi?”, didapatkan
bahwa sebanyak 65.8% (106 responden) menyatakan tidak pernah mendengar
istilah pengobatan mandiri atau swamedikasi,sedangkan sebanyak 34.2% (55
responden) menyatakan pernah mendengar istilah tersebut.
Gambar 5. Persentase responden mendengar istilah pengobatan mandiri,
N=161
Dari 55 responden yang menyatakan bahwa mereka pernah mendengar
istilah tersebut dari dokter/dokter gigi/apoteker/perawat/bidan sebanyak 2% (3
responden), sebanyak 17,2% (29 responden) mendengar istilah tersebut dari
media cetak/elektronik, sebanyak 7% (11 responden) mendengar istilah tersebut
dari teman/saudara/tetangga, dan sebanyak 6% (10 responden) mendengar istilah
tersebut dari tenaga kesehatan lain (kesehatan masyarakat/ahli gizi). Satu
responden mendengar istilah tersebut dari volunteer KKN yang pernah
mengabdikan diri pada desa mereka dan satu yang lain mendengar istilah tersebut
dari perkuliahan.
40
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Dari penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden
mendapatkan informasi mengenai istilah swamedikasi atau pengobatan mandiri
dari media cetak / elektronik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Kartika (2010) bahwa informasi terbanyak yang mempengaruhi sikap
seseorang dalam hal kesehatan berasal dari iklan pada media cetak mau pun
elektronik, sehingga pemberian informasi kesehatan lewat media tersebut
sebaiknya sesuai dan benar agar masyarakat tidak salah menerima informasi.
Gambar 6. Persentase sumber informasi responden mengenai istilah
swamedikasi, N=161
Dalam penelitian ini juga dibahas mengenai definisi swamedikasi atau
pengobatan mandiri meurut responden. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa
50,9% (82 responden) memilih jawaban “a”, yaitu “Upaya pengobatan yang
dilakukan oleh seseorang tanpa bantuan dokter untuk mengatasi keluhan sakit
ringan yang dialaminya”, sebanyak 19,3% (31 responden) memilih jawaban “b”,
yaitu “Tindakan penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat
atas inisiatif sendiri”, dan sebanyak 29,8% (48 responden) memilih jawaban “c”,
yaitu “tidak tahu”.
41
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Gambar 7. Persentase pengertian responden tentang definisi pengobatan
mandiri, N=161
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa sebagian responden yang tidak
pernah mendengar istilah pengobatan mandiri atau swamedikasi sebenarnya tahu
apa definisi dari istilah tersebut. Hal ini dapat dilihat bahwa sebanyak 105
responden menyatakan tidak pernah mendengar istilah pengobatan mandiri atau
swamedikasi, tetapi hanya 48 responden yang menyatakan tidak tahu definisinya.
Namun demikian, bisa juga terdapat kemungkinan responden asal menjawab
pertanyaan dalam kuesioner.
Menurut World
Health
Organization (1998),
swamedikasi
adalah
pemilihan dan penggunaan obat baik obat modern mau pun obat tradisional oleh
seseorang untuk melindungi diri dari penyakit dan gejalanya. Obat modern yang
bisa digunakan untuk pengobatan mandiri adalah jenis obat bebas dan obat bebas
terbatas (Harmanto dan Subroto, 2007). Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak
18% (29 responden) berpendapat bahwa pengobatan mandiri hanya bisa dilakukan
dengan menggunakan obat moderen, sebanyak 41% (66 responden) menjawab
hanya obat tradisional yang dapat digunakan untuk pengobatan mandiri, dan
42
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
sebanyak 41% (66 responden) berpendapat bahwa baik obat tradisional mau pun
obat modern dapat digunakan untuk pengobatan mandiri (Gambar 9).
Pada hasil penelitian didapatkan bahwa banyaknya responden yang
memilih obat tradisional dan keduanya (obat tradisional dan modern), sama
besarnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Supardi,dkk. (2001),
didapatkan bahwa sebagian besar masyarakat kota melakukan pengobatan mandiri
mengunakan obat modern, sedangkan sebagian besar masyarakat desa cenderung
lebih dominan menggunakan obat tradisional ketika melakukan pengobatan
mandiri. Namun demikian, pada dasarnya, baik obat modern atau pun obat
tradisional dapat digunakan untuk pengobatan mandiri atau swamedikasi.
Gambar 8. Persentase pendapat responden tentang jenis obat yang
digunakan dalam pengobatan mandiri, N=161
C. Pola Pengobatan Mandiri Responden
Dalam satu bulan terakhir, dari 161 responden, didapatkan sebanyak 32%
(51
responden)
pernah
melakukan
kegiatan
pengobatan
mandiri
atau
swamedikasi. Terdapat pula 2 responden yang menyatakan tidak pernah
melakukan, namun mencantumkan dan menuliskan pola pengobatan mandiri yang
pernah dilakukannya, sehingga dianggap pernah melakukan pengobatan mandiri
dalam satu bulan terakhir. Gambar 9 menggambarkan frekuensi 53 responden
43
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
tersebut dalam melakukan pengobatan mandiri atau swamedikasi terkait keluhan
yang dialami.
Gambar 9. Frekuensi responden melakukan pengobatan mandiri dalam satu
bulan terakhir, N=53
Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 60% (32 responden) menyatakan
pernah melakukan 1 kali swamedikasi, sebanyak 23% (12 responden) melakukan
2 kali swamedikasi, sebanyak 9% (5 responden) melakukan 3 kali swamedikasi,
dan sebanyak 8% (4 responden) pernah melakukan lebih dari 4 kali swamedikasi
dalam satu bulan terakhir.
Pengobatan mandiri dapat dilakukan oleh seseorang untuk teman mau
pun keluarga yang mengalami keluhan sakit. Dalam penelitian ini pun demikian,
terdapat 57% (30 responden) melakukan pengobatan mandiri untuk dirinya
sendiri, sedangkan sebanyak 26% (14 responden) menyatakan pengobatan
mandiri untuk keluarga, sebanyak 6% (3 responden) melakukan pengobatan
mandiri untuk diri sendiri dan keluarga, dan sebanyak 11% (6 responden)
menyatakan pengobatan mandiri untuk teman.
44
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel IV. Persentase mengenai siapa yang melakukan pengobatan mandiri
No
1
2
3
4
Yang melakukan
pengobatan mandiri
Jumlah
N=53
Persentase
(%)
30
14
3
6
53
57
26
6
11
100
Diri sendiri
Keluarga
Diri sendiri dan keluarga
Teman
Total
Pengobatan mandiri dilakukan untuk mengatasi penyakit atau keluhan
ringan yang dialami oleh penderita. Terdapat banyak keluhan dan penyakit ringan
yang dapat dilakukan pengobatan mandiri, seperti demam, flu, maag, pegal linu,
pusing, kleseo, pilek, gata-gatal, dan lain sebagainya. Tabel V menggambarkan
keluhan responden ketika melakukan pengobatan mandiri.
Tabel V. Keluhan yang dialami responden saat melakukan pengobatan mandiri
No
Keluhan sakit
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Tidak menuliskan keluhan
Asam urat
Batuk pilek
Biduran/gatal
Demam
Flu
Kelelahan
Kesleo
Maag
Masuk angin
Nyeri haid
Pegal linu
Pusing
Sakit gigi
Sakit kepala dan kembung
Sakit pinggang dan sakit kepala
Total
45
Jumlah Persentase
N=53
(%)
3
6
1
2
4
7
2
4
5
9
5
9
1
2
2
4
3
6
1
2
1
2
3
6
17
31
3
6
1
2
1
2
53
100
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa keluhan terbanyak yang dialami
oleh responden adalah pusing, yaitu sebesar 31% (17 responden). Hal ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Angkoso (2006).
Jenis obat yang digunakan oleh responden dalam menangani keluhan saat
melakukan pengobatan mandiri dikelompokan menjadi obat tradisional dan obat
modern. Sebanyak 89% (47 responden) menggunakan obat modern dalam
mengatasi
keluhan
sakitnya,
sedangkan
sebanyak
11%
(6
responden)
menggunakan obat tradisional dalam pola pengobatan mandiri yang dilakukan.
Gambar 10. Jenis obat yang digunakan dalam pola pengobatan mandiri, N=53
Sebagian besar obat yang digunakan sudah sesuai dengan keluhan yang
diderita responden. Sebagai contoh, responden dengan keluhan batuk pilek,
memilih trifet® dan uni baby’s cough® sebagai obat untuk mengatasi keluhannya,
beberapa responden dengan keluhan demam, flu dan sakit kepala, memilih
parasetamol, yekaflu®, ultraflu®, sanmol® dan procold® untuk mengatasi
keluhan yang dialaminya. Hal ini menunjukan bahwa responden mampu
melakukan pengobatan mandiri atau swamedikasi dengan tepat, baik dalam
diagnosis penyakit yang dideritanya mau pun pilihan obatnya secara mandiri.
46
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Berikut adalah obat-obatan yang digunakan responden untuk mengatasi keluhan
dalam pengobatan mandiri.
Tabel VI. Obat yang digunakan responden dalam pengobatan mandiri
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Nama Obat
Tidak menuliskan nama obat
Bodrex®
Paramex®
Parasetamol
Biogesic®
Ponstan®
Procold®
Promag®
Ultraflu®
Antalgin
Antibiotik
Asam mefenamat
Balsem gosok GPU®
Dexteem plus®
Mixagrip®
Mylanta®
Painbotil®
Panadol®
Piroxicam®
Sanmol®
Trifed®
Uni baby’s cough®
Yekaflu®
Paramol®
Herbal
Herbalin®
Komplit pegal linu®
Laserin®
Pilkita®
Antangin®
Total
Jenis Obat
Obat modern
Obat modern
Obat modern
Obat modern
Obat modern
Obat modern
Obat modern
Obat modern
Obat modern
Obat modern
Obat modern
Obat modern
Obat modern
Obat modern
Obat modern
Obat modern
Obat modern
Obat modern
Obat modern
Obat modern
Obat modern
Obat modern
Obat modern
Obat tradisional
Obat tradisional
Obat tradisional
Obat tradisional
Obat tradisional
Obat tradisional
Jumlah
N=53
3
9
5
5
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
53
Persentase
(%)
6
17
9
9
4
4
4
4
4
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
100
Terdapat responden yang menuliskan antibiotik untuk keluhan gatal.
Semua antibiotik merupakan obat keras bukan OWA yang penggunaannya harus
dengan resep dokter, sehingga hal ini kurang tepat untuk swamedikasi.
47
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Dari berbagai macam obat di atas, responden yang menyatakan pernah
menggunakan obat tersebut sebelumnya sebanyak 85% (45 responden) dan
sebanyak 15% (8 responden) menyatakan tidak pernah menggunakan obat
tersebut sebelumnya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Liliani
(2004), bahwa pengguna yang merasa puas atas hasil utama obat yang digunakan,
maka ia akan memutuskan untuk menggunakan kembali obat yang sama pada
keluhan yang sama.
Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa responden yang melakukan
pengobatan mandiri, memperoleh obat yang digunakan dari berbagai macam
tempat. Gambar 11 memperlihatkan bahwa 36% (19 responden) menyatakan
memperoleh obat yang digunakan di apotek. Sebanyak 4% (2 responden)
memperoleh obat yang digunakan di apotek dan warung terdekat, sebanyak 48%
(26 responden) memperoleh obat yang digunakan di warung terdekat, sebanyak
4% (2 responden) memperoleh obat yang digunakan dari toko obat dan apotek,
sebanyak 2% (1 responden) memperoleh obat yang digunakan di toko obat dan
warung terdekat, sedangkan sisanya sebanyak 6% (3 responden) memperoleh obat
yang digunakan dari orang lain. Salah satu responden yang menyatakan
memperoleh obat dari apotek juga menuliskan bahwa terkadang responden
mendapatkan obat langsung dari saudaranya yang bekerja di sebuah rumah sakit.
Menurut Liliani (2004), untuk mendapatkan obat yang bermutu, aman
dan terjamin, adalah penting untuk membeli obat pada tempat yang telah terjamin
dan mendapat ijin resmi departemen kesehatan, seperti apotek atau toko obat
berijin. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden memilih
48
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
warung terdekat untuk mendapat obat dalam upaya pengobatan mandiri yang
dilakukan. Hal ini menjadi tidak masalah apabila responden paham benar tentang
diagnosis diri sendiri dan sediaan atau obat yang dibelinya, terkait indikasi,
tanggal kadaluwarsa serta informasi penting lainnya.
Gambar 11. Frekuensi responden memperoleh obat yang digunakan, N=53
Harga obat yang digunakan oleh responden beragam. Sebanyak 72% (38
responden) menyatakan bahwa obat yang dibelinya memiliki harga kurang dari
Rp5.000,00; sebanyak 15% (8 responden) membeli obat yang digunakan dengan
harga antara Rp5.000,00 sampai Rp15.000,00; sebanyak 9% (5 responden)
membeli obat yang digunakan dengan harga antara Rp15.000,00 sampai
Rp25.000,00; sedangkan (Tabel VII) sebanyak 4% (2 responden) menyatakan
membeli obat yang digunakan dengan harga antara Rp25.000,00 sampai
Rp35.000,00.
Tabel VII. Frekuensi harga obat yang digunakan responden
No
1
2
3
4
Biaya
<Rp. 5.000,00
Rp. 5.000,00 – Rp. 15.000,00
Rp. 15.000,00 – Rp. 25.000,00
Rp. 25.000,00 – Rp. 35.000,00
Total
49
Jumlah
N=53
38
8
5
2
53
Presentase (%)
72
15
9
4
100
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Alasan terbanyak yang dipilih responden ketika melakukan pengobatan
mandiri adalah karena biaya lebih murah, yaitu sebanyak 52,8% (28 responden).
Hal ini terkait dengan karakteristik responden yang sebagian besar berpendapatan
relatif rendah. Menurut Djunarko (2011), salah satu faktor yang mempengaruhi
praktik swamedikasi adalah kondisi ekonomi. Mahalnya pelayanan kesehatan
(dokter, klinik, rumah sakit), merupakan penyebab masyarakat berusaha mencari
pengobatan yang lebih murah untuk penyakit ringan, yaitu swamedikasi.
Terbanyak kedua adalah karena penyakit yang dideritanya masih ringan, yaitu
sebanyak 45,3% (24 responden), sedangkan sebanyak 24,5% (13 responden)
memilih alasan pengobatan mandiri karena lebih praktis, dan sebanyak 16,9% (9
responden) memilih alasan karena lebih cepat atau tidak mengantri. Selain itu,
dalam tabel VIII
juga dapat dilihat bahwa beberapa responden juga
menambahkan alasan seperti merasa lebih cocok, merupakan penangan awal, dan
penah dengan resep dokter.
Tabel VIII. Frekuensi alasan responden melakukan pengobatan mandiri
No
1
2
3
4
5
6
7
Alasan
Biaya lebih murah
Lebih cepat/tidak antri untuk periksa
Lebih praktis
Penyakit masih ringan
Merasa cocok
Sudah pernah dengan resep dokter
Penanganan awal
Total
Jumlah
N=53
28
9
13
24
1
1
1
77*
Persentase
(%)
52,8
16,9
24,5
45,3
2
2
2
146*
Ket: *responden boleh memilih lebih dari satu jawaban
50
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
D. Pengetahuan Tentang Obat Tradisional dan Obat Modern
Menurut Imron (2010), pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari rasa
ingin tahu kemudian mencari tahu kebenaran dan menjadikannya sebagai
pengalaman. Dari pengalaman, seseorang dapat memecahkan permasalahan yang
dihadapi sehingga pengetahuan merupakan faktor yang penting dalam tindakan
seseorang. Pengetahuan dalam penelitian ini adalah semua hal yang diketahui oleh
responden.
Tabel IX. Persentase jawaban responden mengenai obat tradisional dan obat
modern, N=161
Persentase jawaban (%)
No
Pernyataan
iya
tidak
tidak tahu
1.
Obat tradisional merupakan ramuan atau produk
95
4
1
obat yang berasal dari tanaman.
2
Obat tradisional dapat berbentuk tablet, cairan
89
10
1
dalam botol, sachet atau kapsul
3
Tidak terdapat takaran dosis yang tepat pada
61
20
19
penggunaan obat tradisional.
4
Terdapat beberapa jenis obat tradisional, yaitu
52
1
47
jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka
5
Obat tradisional dengan kandungan jahe
(Zingiberis rhizoma), dapat digunakan untuk
89
3
8
melegakan tenggorokan serta mengatasi mual
dan muntah
6
Aturan pakai obat tradisional harus mengikuti
20
6
74
aturan yang disarankan seperti pada kemasan
7
Obat tradisional tidak memiliki efek samping
55
25
20
yang berbahaya
8
Obat tradisional dapat dikonsumsi oleh semua
kalangan usia, termasuk ibu hamil, menyusui,
42
40
18
atau pun seseorang yang mengalami gangguan
fungsi organ, seperti gangguan ginjal
9
Obat tradisional dapat digunakan dalam
86
5
9
pengobatan mandiri
10 Terdapat beberapa jenis obat moderen (obat
dengan bahan kimia) yaitu obat bebas, obat
53
6
41
bebas terbatas dan obat keras
11 Obat bebas / bebas terbatas merupakan obat
yang mengandung bahan kimia, yang dapat
83
7
10
dibeli di warung/toko, toko obat maupun apotek
12 Obat bebas / bebas terbatas tersedia dalam
86
2
12
bentuk tablet, kapsul, sirup, dan salep
51
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
14
15
16
17
Obat bebas / bebas terbatas mempunyai takaran
dosis tertentu
Obat bebas / bebas terbatas yang memiliki
kandungan parasetamol dapat digunakan untuk
meredakan gejala demam dan pusing
Obat bebas / bebas terbatas harus dipakai sesuai
dengan aturan pakai yang tertera dalam kemasan
Penggunaan obat bebas / bebas terbatas dapat
menimbulkan efek samping, misalnya mual,
muntah, mengantuk dan alergi
Obat bebas / bebas terbatas digunakan tanpa
resep dokter (tanpa periksa terlebih dahulu)
hanya untuk mengatasi gejala/penyakit ringan,
seperti sakit kepala ringan dan nyeri ringan, dll
68
8
24
76
2
22
89
3
8
81
4
15
83
5
12
Terdapat 17 pernyataan pengetahuan mengenai obat tradisional dan obat
modern (Tabel IX) yang dibahas sebagai berikut.
1. Definisi obat tradisional
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden
menjawab “iya” pada pernyataan tersebut. Hal ini menunjukan bahwa sebagian
besar responden tahu apa yang dimaksud dengan obat tradisional. Menurut
Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sedian sarian (galenik) atau
campuran bahan tersebut yang secara turun temurun digunakan sebagai
pengobatan berdasarkan pengalaman. Selain itu, secara sederhana, Syamsuni
(2006) mendefinisikan obat tradisional sebagai obat yang didapatkan dari alam
dan diolah secara sederhana.
2. Macam dan bentuk sediaan obat tradisional
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Republik Indonesia No. HK.00.05.41.1384 tentang kriteria dan tata laksana
52
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka pasal 10,
selain berupa sediaan sederhana seperti rajangan, serbuk maupun parem, sediaan
obat tradisional juga terdapat dalam bentuk sediaan modern berupa pil, tablet,
kapsul, krim, gel, salep, supositoria anal dan cairan obat dalam. Dari hasil
penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden menjawab “iya”. Hal ini
menunjukan sebagian besar responden tahu bahwa terdapat sediaan obat
tradisional yang telah dikemas dalam bentuk modern. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Noviana (2010).
3. Dosis obat tradisional
Menurut Depkes RI (2008), obat tradisional memiliki dosis dan aturan
pakai yang harus dipatuhi, terutama obat herbal terstandar (OHT) dan fitofarmaka
yang diketahui pasti dosisnya sehingga harus memperhatikan aturan pakai, baik
jumlah maupun waktu minum agar tidak muncul efek yang tidak diharapkan. Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden menjawab “iya”. Hal
ini menunjukan bahwa responden tahu mengenai dosis dan aturan pakai obat
tradisional.
4. Penggolongan obat tradisional
Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat
pembuktian khasiat, obat tradisional dikelompokan menjadi jamu, obat herbal
terstandar, dan fitofarmaka (BPOM, 2004). Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa, meskipun berbeda tipis dengan responden yang menjawab “tidak”, lebih
dari separuh responden menjawab “iya”. Hal ini menunjukan bahwa lebih dari
53
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
separuh responden tahu dengan baik mengenai adanya penggolongan obat
tradisional.
5. Contoh kandungan obat tradisional dan indikasinya
Santoso (1989) mengungkapkan bahwa jahe (Zingiberis rhizoma)
memiliki kandungan oleoresin atau biasa disebut dengan minyak jahe yang dapat
dimanfaatkan sebagai obat. Salah satu manfaat jahe sebagai obat adalah untuk
masuk angin, mengurangi mual karena perut kembung, menghangatkan tubuh,
dan untuk perut mulas.
Dari hasil penelitian ini, sebagian besar responden menjawab “iya”, yang
menunjukan bahwa responden tahu tentang kandungan dalam obat dan indikasi
kandungan tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wisely
(2008), bahwa bahan penyusun dalam kemasan obat memiliki khasiat atau
kegunaannya sendiri. Indikasi berkaitan dengan manfaat atau khasiat suatu obat.
Informasi mengenai indikasi obat bermanfaat sebagai panduan dan pertimbangan
dalam pemilihan obat saat melakukan pengobatan mandiri supaya obat yang
dipilih tepat sesuai dengan keluhan sakit yang dialami.
6. Aturan pakai obat tradisional
Menurut Depkes (2008), semua obat harus digunakan sesuai dengan
aturan pakai yang terdapat dalam kemasan obat tersebut. Dari hasil penelitian,
sebagian besar responden menjawab “tidak tahu”. Hal ini menunjukan bahwa
responden tidak paham dengan aturan pakai obat yang digunakan. Kemungkinan
responden memilih obat untuk mengatasi keluhannya tanpa melihat dahulu
indikasi dan aturan pakai dalam kemasan.
54
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7. Efek samping obat tradisional
Dari hasil penelitian diketahui sebagian besar responden menganggap
bahwa obat tradisional tidak memiliki efek samping yang berbahaya. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Noviana (2011).
Pada dasarnya setiap obat, baik itu obat moderen maupun obat tradisional
memiliki efek samping (Harmanto dan Subroto, 2007), sehingga seharusnya
masyarakat pandai memilih dan menggunakan obat sesuai dengan aturan pakainya
agar efek samping yang ditimbulkan minimal.
8. Kontraindikasi obat tradisional
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa antara responden yang menjawab
“tidak” dan “iya” hampir sama dan hanya terpaut 2%. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian responden tahu mengenai adanya kontraindikasi obat tradisional,
meski pun sebagian menyatakan ketidaktahuannya. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Liliani (2004). Banyak obat
tradisional yang dikontraindikasikan pada ibu hamil, menyusui atau pun bayi,
namun terdapat pula obat yang memang diindikasikan untuk golongan tersebut.
Dengan demikian adalah penting untuk mengetahui dan memperhatikan informasi
obat yang akan digunakan untuk swamedikasi, termasuk kontraindikasinya.
9. Penggunaan obat tradisional dalam pengobatan mandiri.
Menurut World
Health
Organization (1998),
swamedikasi
adalah
pemilihan dan penggunaan obat baik obat modern maupun obat tradisional oleh
seseorang untuk melindungi diri dari penyakit dan gejalanya. Sebagian besar
responden menjawab “iya” pada penelitian ini. Hal ini menunjukan bahwa
55
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
responden tahu bahwa obat tradisional dapat digunakan sebagai pilihan obat saat
melakukan pengobatan mandiri.
10. Penggolongan obat modern
Obat adalah zat kimia yang bersifat racun, namun dalam jumlah tertentu
dapat memberikan efek mengobati penyakit. Obat dapat dibagi menjadi 5
golongan, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, psikotropika, dan
narkotika (Depkes, 2008). Dalam swamedikasi, obat yang dapat digunakan adalah
obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa sebagian besarresponden menjawab “iya”. Hal ini menunjukan
bahwa mereka tahu mengenai penggolongan obat moderen tanpa resep.
11. Definisi obat modern
Obat medis modern adalah obat yang terbuat dari bahan sintetik (kimia)
yang diresepkan oleh dokter dan kalangan medis untuk mengobati penyakit
tertentu (Harmanto dan Subroto, 2007). Dari hasil penelitian diketahui bahwa
sebagian besar responden tahu definisi mengenai obat modern.
12. Jenis dan bentuk sediaan obat modern
Menurut depkes RI (2008) terdapat beberapa bentuk sediaan obat, yaitu
kapsul, tablet, pulvis, puyer, sirup dan larutan obat luar (tetes hidung dan mata).
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar responden tahu
mengenai macam dan bentuk sediaan obat modern.
13. Dosis obat modern
Menurut Tjay dan Rahardja (2007), obat merupakan semua zat baik
kimiawi,
hewani,
mau
pun
nabati
56
yang
dalam
dosis
tertentu
dapat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut gejalanya. Dengan
kata lain, semua obat memiliki dosis efektif tertentu. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa sebagian besar responden mengetahui adanya dosis dalam obat.
14. Kandungan obat modern dan indikasi kandungan tersebut
Parasetamol merupakan obat golongan analgesik antipiretik yang
mempunyai fungsi untuk menurunkan deman dan mengurasi rasa sakit/nyeri,
termasuk pusing. Dalam penelitian didapatkan bahwa sebagian responden telah
mengetahui indikasi kandungan dalam obat. Hal ini akan meminimalkan
terjadinya kesalahan penggunaan obat untuk swamedikasi.
15. Aturan pakai obat modern
Menurut Depkes RI (2008), penggunaan obat harus sesuai dengan aturan
pakai yang tertera dalam kemasan, sehingga penggunaan obat menjadi rasional.
Dalam penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden telah mengetahui
tentang aturan pakai dalam kemasan. Hal ini baik, karena
berarti sebelum
menggunakan obat untuk swamedikasi yang akan dilakukan, responden terlebih
dahulu membaca aturan pakai obat tersebut dalam kemasan.
16. Efek samping obat modern
Obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang
timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, seperti timbulnya mual, muntah,
gatal-gatal dan lain sebagainya (Depkes RI, 2008). Dari hasil penelitian,
menunjukan bahwa sebagian besar responden tahu tentang beberapa efek samping
yang dapat ditimbulkan oleh suatu obat karena menjawab “iya”.
57
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17. Penggunaan obat modern dalam pengobatan mandiri
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat baik obat modern
maupun obat tradisional oleh seseorang untuk melindungi diri dari penyakit dan
gejalanya (WHO, 1998). Sebagian besar responden menjawab “iya” pada
penelitian ini. Hal ini menunjukan responden tahu bahwa obat modern dapat
digunakan sebagai pilihan obat saat melakukan pengobatan mandiri.
18. Simbol penggolongan obat radisional dan arti simbol tersebut
Tabel X. Persentase jawaban responden mengenai simbol penggolongan obat
tradisional, N=161
Simbol /
Gambar
jamu
OHT
fitofarmaka
Persentase jawaban (%)
Iya
tidak
tidak tahu
Pernyataan
Jika dalam kemasannya terdapat
lambang seperti pada gambar berikut
ini, obat tersebut adalah jamu.
Jika memiliki lambang dalam
kemasannya seperti pada gambar
berikut ini, obat tersebut merupakan
obat tradisional yang khasiat dan
keamanannya sudah distandarisasi.
Jika memiliki lambang dalam
kemasannya seperti pada gambar
berikut ini, obat tersebut merupakan
jenis obat tradisional bernama
fitofarmaka.
59,6
0,6
39,8
20
6
74
17
4
79
a. Jamu
Menurut
Peraturan
Badan
Pengawas
Obat
dan
Makanan
No.
HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata Laksana Obat Tradisional Tahun
2005, jamu adalah obat tradisional indonesia yang bukti klaim khasiat dan
keamanannya berdasarkan data empiris karena telah digunakan secara turun
temurun. Kelompok jamu yang beredar harus mencantumkan simbol berupa
“RANTING DAUN” berwarna hijau yang terletak di dalam lingkaran dengan
warna dasar putih atau warna lain yang menyolok, serta mencantumkan tulisan
58
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
“JAMU” berwarna hijau (BPOM, 2004). Pada hasil penelitian didapatkan bahwa
sebagian besar responden, sebanyak 59,6% menjawab “iya”. Hal ini menunjukan
bahwa sebagian besar responden mengetahui dengan baik simbol pada kemasan
jamu.
b. Obat herbal terstandar
Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji pra klinik dan
bahan bakunya telah distandarisasi (BPOM, 2004). Menurut Keputusan Badan
Pengawas
Obat
dan
Makanan
Republik
Indonesia
(BPOM
RI)
No.
HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat
Bahan Alam Indonesia Pasal 7 Tahun 2005, obat herbal terstandar harus
mencantumkan logo “JARI-JARI DAUN (3 PASANG)” berwarna hijau yang
terletak di dalam lingkaran dengan warna dasar putih atau warna lain yang
menyolok. Di bawah simbol tersebut harus terdapat tulisan “OBAT HERBAL
TERSTANDAR” berwarna hijau. Sebagian besar responden, sebanyak 74%
menjawab “tidak tahu”.
c. Fitofarmaka
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.
HK.00.05.4.2411 tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan
Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia Pasal 8, simbol fitofarnaka berupa “JARIJARI DAUN” berwarna hijau yang membentuk bintang dan terletak di dalam
lingkaran dengan warna dasar putih atau mencolok, serta terdapat tulisan
59
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
“FITOFARMAKA” pada bawah lingkaran. Sebagian besar responden, sebanyak
79% menjawab “tidak tahu”.
Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden belum mengerti mengenai simbol atau tanda yang terdapat pada
sediaan obat tradisional (obat herbal terstandar dan fitofarmaka) serta maksud dan
arti dari simbol tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wisely (2008). Simbol pada kemasan obat tradisional dimaksudkan untuk
mendefinisikan secara khusus pembuktian khasiat obat baik secara empiris, klinik,
mau pun pra klinik, serta standarisasi bahan dasar obat tersebut. Selain itu juga
sebagai upaya perlindungan masyarakat dan dijadikan sebagai dasar alasan
pemilihan obat tradisional. Ketidaktahuan responden mengenai simbol obat
tradisional, memungkinkan mereka juga tidak mengetahui dengan pasti jenis obat
yang dipilihnya untuk pengobatan mandiri.
19. Simbol penggolongan obat modern dan arti simbol tersebut
Tabel XI. Persentase jawaban responden mengenai simbol penggolongan obat
modern, N=161
Persentase jawaban (%)
Simbol /
Pernyataan
Gambar
iya tidak
tidak tahu
Jika suatu obat memiliki lambang
seperti pada gambar, maka obat tersebut
38
11
51
dapat dibeli secara bebas di warung
Obat bebas tanpa resep dokter.
Jika suatu obat memiliki lambang
seperti pada gambar, maka obat tersebut
48
4
48
merupakan obat keras yang hanya bisa
Obat keras dibeli dengan resep dokter.
Jika pada kemasan obat terdapat
lambang seperti pada gambar, maka
obat tersebut merupakan obat yang 25
5
70
Obat bebas dapat dibeli tanpa resep dokter, dengan
terbatas
batas jumlah pembelian tertentu.
60
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
a. Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli
tanpa resep dokter. Pada kemasan dan etiket obat bebas, tanda khusus berupa
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Depkes, 2008). Pada hasil
penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden, sebanyak 51% menjawab
“tidak tahu”.
b. Obat keras
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya masuk golongan obat
keras, tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, namun
penggunaannya harus memperhatikan informasi yang menyertai obat dalam
kemasan. Pada kemasan dan etiket obat bebeas terbatas terdapat tanda khusus
berupa lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam (Depkes, 2008). Pada
hasil penelitian didapatkan bahwa 48% responden mrnjawab “iya” dan 48%
responden lainnya menjawab “tidak tahu”.
c. Obat bebas terbatas
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep
dokter. Obat keras mempunyai tanda khusus berupa lingkaran merah dengan garis
tepi berwarna hitam dan huruf K yang menyentuh garis tepi (Depkes RI, 2008).
Pada hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden, sebanyak 70%
menjawab “tidak tahu”.
Dari ketiga pernyataan mengenai simbol penggolongan obat modern di
atas, didapatkan bahwa sebagian responden tidak tahu apa arti dan maksud dari
simbol obat tersebut. Simbol pada kemasan obat terkait dengan peredaran di
61
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
masyarakat dan fungsinya sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pemilihan obat
dalam swamedikasi. Apabila masyarakat tidak mengetahui dengan pasti arti dan
maksud dari simbol yang tertera dalam kemasan obat tersebut, bisa jadi obat yang
dipilih dalam tindakan swamedikasi belum tentu tepat.
Menurut Notoadmojo (2003), tingkat pengetahuan seseorang dibagi
menjadi 3, yaitu pengetahuan baik (apabila skor akhir pengetahuan responden
lebih dari 75%), pengetahuan cukup (apabila skor akhir pengetahuan responden
berkisar antara 50 sampai 75%), dan pengetahuan kurang (apabila skor akhir
pengetahuan responden kurang dari 50%). Dari hasil penelitian yang dilakukan,
didapatkan bahwa sebagian besar responden, yaitu sebesar 62% (100 responden)
memiliki tingkat pengetahuan yang cukup mengenai obat tradisional dan obat
modern dalam pengobatan mandiri secara umum. Hal ini menunjukan bahwa
responden punya pengetahuan yang cukup, sehingga kemungkinan aplikasi
responden mengenai swamedikasi yang dilakukan pun cukup baik. Selain itu
sebanyak 29% (46 responden) memiliki tingkat pengetahuan baik dan sebesar 9%
(15 responden) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang.
Tabel XII. Kategori Pengetahuan Responden
Skor
<50
50-75
>75
Kategori
Pengetahuan
Kurang
Sedang
Baik
Total
Jumlah
N=161
15
100
46
161
62
Persentase
(%)
9
62
29
100
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
E. Sikap dan Tindakan Responden Terkait Obat Tradisional dan Obat
Modern
1. Sikap
Menurut Azwar (1975), sikap adalah evaluasi atau keinginan untuk
memihak (favorable) atau tidak memihak (unfavorable) terhadap suatu objek
tertentu. Dalam penelitian ini, objek yang dimaksud adalah penggunaan obat
tradisional dan obat modern dalam pengobatan mandiri.
Dari empat pernyataan yang mengandung dua jenis pertanyaan, sebagai
hasil penelitian, didapatkan sebanyak 86% (139 responden) menyatakan bahwa
menggunakan obat tradisional bermanfaat, sedangkan 13% (22 responden)
menyatakan bahwa menggunakan obat tradisional dalam pengobatan mandiri
tidak bermanfaat. Sebanyak 89% (143 responden) menyatakan bahwa obat
tradisional merugikan bila digunakan untuk pengobatan mandiri, sedangkan
sebanyak 11% (18 responden) menyatakan bahwa obat tradisional tidak
merugikan bila digunakan untuk pengobatan mandiri. Sebanyak 47% (76
responden) menyatakan bahwa menggunakan obat modern dalam pengobatan
mandiri menguntungkan, sedangkan sebanyak 53% (85 responden) menyatakan
bahwa
menggunakan
obat
modern
dalam
pengobatan
mandiri
tidak
menguntungkan. Sebanyak 43% (69 responden) menyatakan bahwa menggunakan
obat modern dalam pengobatan mandiri membahayakan, sedangkan 57% (92
responden) menyatakan bahwa menggunakan obat modern dalam pengobatan
mandiri tidak membahayakan.
63
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel XIII. Frekuensi kategori respon sikap
No
.
Pernyataan
SS+S
TS+STS
Kecenderungan
Menggunakan obat tradisional dalam
+ 86,3%
13,7%
Setuju
pengobatan mandiri bermanfaat
Menggunakan obat tradisional dalam
2
- 88,8%
11,2%
Setuju
pengobatan mandiri merugikan
Menggunakan obat modern dalam
Tidak
3
+ 47,2%
52,8%
pengobatan mandiri menguntungkan
setuju
Menggunakan obat modern dalam
Tidak
4
- 42,9%
57,1%
pengobatan mandiri membahayakan
setuju
Keterangan:
Pernyataan sikap positif (+) adalah pernyataan yang memihak, sedangkan
pernyataan sikap negatif (-) adalah pernyataan yang tidak memihak.
1
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
cenderung lebih banyak memihak atau bersikap positif pada penggunaan obat
tradisional dalam pengobatan mandiri dibandingkan dengan obat modern. Tetapi
sebagian besar responden juga menyatakan bahwa menggunakan obat tradisional
dalam pengobatan mandiri merugikan. Pernyataan responden yang seperti ini
kemungkinan terkait dengan alasan terbanyak mereka melakukan pengobatan
mandiri, yaitu biaya lebih murah dan penyakit masih ringan. Kemungkinan
responden menganggap bahwa selama biaya yang dikeluarkan lebih murah dan
penyakit yang diderita masih ringan, menggunakan obat tradisional dalam
pengobatan mandiri lebih bermanfaat meski pun di lain sisi penggunaan obat
tradisional dalam pengobatan mandiri merugikan. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Supardi dkk. (2001) bahwa persentase penduduk
Indonesia yang menggunakan obat tradisional dalam pengobaan sendiri lebih
tinggi di desa.
64
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2. Tindakan
Menurut Notoadmojo (1993), tindakan adalah kemampuan untuk
mengaplikasikan apa yang telah diketahui terhadap stimulus yang diterima.
Stimulus yang dimaksud di sini adalah informasi dan pengetahuan yang mereka
miliki tentang pengobatan mandiri, obat tradisional dan obat modern. Sedangkan
aplikasi atau prakteknya terkait dengan penggunaan obat tradisional dan obat
modern tersebut dalam pengobatan mandiri yang akan dilakukan.
Tabel XIV. Frekuensi kategori respon tindakan
No.
1
2
3
4
Pernyataan
Saya akan memilih menggunakan obat
tradisional sebagai pengobatan utama
ketika sakit
Jika saya melakukan pengobatan mandiri,
maka saya akan menggunakan obat
tradisional
Saya akan memilih menggunakan obat
modern (obat dengan bahan kimia) sebagai
pengobatan utama ketika sakit
Jika saya melakukan pengobatan mandiri,
maka saya akan menggunakan obat modern
SS+S
TS+STS
Kecenderungan
57,1%
42,9%
Setuju
65,8%
34,2%
Setuju
46%
54%
Tidak setuju
52,8%
47,2%
Setuju
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 57% (92 responden)
menyatakan akan menggunakan obat tradisional sebagai obat utama ketika sakit.
Sedangkan 43% (69 responden) menyatakan tidak akan menggunakan obat
tradisional sebagai obat utama ketika sakit. Sebanyak 66% (106 responden)
menyatakan akan menggunakan obat tradisional dalam pengobatan mandiri,
sedangkan 34% (55 responden) menyatakan tidak akan menggunakan obat
tradisional dalam pengobatan mandiri. Sebanyak 46% (74 responden) menyatakan
akan menggunakan obat modern sebagai obat utama ketika sakit, sedangkan 54%
65
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
(87 responden) menyatakan tidak akan menggunakan obat modern sebagai obat
utama ketika sakit. Sebanyak 53% (85 responden) menyatakan akan
menggunakan obat modern dalam pengobatan mandiri, sedangkan 47% (76
responden) menyatakan tidak akan menggunakan obat modern dalam pengobatan
mandiri yang dilakukannya.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
cenderung akan memilih obat tradisional dalam pengobatan mandiri yang
dilakukannya dibandingkan dengan obat modern. Hal ini dapat dilihat pada
pertanyaan nomor satu dan dua bahwa sebanyak 57% (92 responden) dan 66%
(106 responden) menyatakan iya terhadap obat tradisional. Hal ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Supardi dkk. (2001).
F. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Responden
Hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai obat tradisional dan
obat modern terhadap tindakan dalam pemilihan pengobatan mandiri responden
dianalisis dengan menggunakan korelasi chi square dengan taraf kepercayaan
95%.
Tabel XV. Hasil probabilitas uji chi square pengetahuan dan sikap
mengenai obat modern dan obat tradisional dengan tindakan pemilihan
pengobatan dalam swamedikasi responden
Probabilitas
(p)
Variabel
Pengetahuan dengan tindakan pemilihan
pengobatan dalam swamedikasi
Sikap dengan tindakan pemilihan
pengobatan dalam swamedikasi
66
0,014
0,004
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Hubungan dilihat dari hipotesis nol (H0), yaitu tidak terdapat hubungan
antar variabel, sedangkan hipotesis alternatif (H1), yaitu terdapat hubungan antar
variabel. Apabila probabilitas (sig. 2 tailed) kurang dari 0,05 maka terdapat
hubungan yang signifikan terhadap setiap variabel (Santoso, 2012). Berdasarkan
hasil penelitian, pengetahuan dan sikap terhadap tindakan, memiliki nilai
probabilitas sig. kurang dari 0,05, yaitu 0,014 pada hubungan pengetahuan dengan
tindakan pemilihan pengobatan dalam swamedikasi, dan 0,004 pada hubungan
sikap dengan tindakan pemilihan pengobatan dalam swamedikasi. Hal ini
menunjukan bahwa H0 ditolak, sehingga bisa dikatakan bahwa antar variabel,
yaitu pengetahuan dan sikap mengenai obat tradisional dan obat modern dengan
tindakan pemilihan pengobatan dalam swamedikasi memiliki hubungan yang
signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniasari
(2007).
Pada dasarnya, terbentuknya tindakan seseorang dimulai pada domain
pengetahuan terlebih dahulu. Kemudian terbentuklah suatu respon batin (sikap)
terhadap objek yang diketahui. Namun, menurut Notoadmodjo (1993), seseorang
juga dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa terlebih dahulu mengetahui
makna dari stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain, tindakan seseorang tidak
harus didasari oleh pengetahuan atau sikap seseorang terhadap suatu objek
tertentu.
67
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Sebagian besar masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten
Temanggung, Jawa Tengah memiliki tingkat pengetahuan yang cukup
mengenai obat tradisional dan obat modern, yaitu sebanyak 62% (100
responden) dari 161 responden, sedangkan sisanya sebanyak 29% (46
responden) memiliki tingkat pengetahuan baik dan sebesar 9% (15
responden) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang.
2. Dari 53 responden, sebanyak 60% melakukan satu kali swamedikasi dalam
sebulan terakhir, 57% responden melakukan pengobatan mandiri untuk
dirinya sendiri, 31% mengalami keluhan pusing, 85% pernah menggunakan
obat untuk mengatasi keluhan sebelumnya, 49% mendapatkan obat di warung
terdekat, dan 38% membeli obat seharga kurang dari Rp5.000,00. Alasan
terbanyak, sebesar 28%, responden melakukan pengobatan mandiri adalah
karena biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan lebih murah dibanding
harus pergi ke dokter.
3. Sebagian besar responden (86,3%) cenderung memihak atau bersikap positif
pada penggunaan obat tradisional dalam pengobatan mandiri dibandingkan
obat modern, tetapi sebagian besar responden (88,8%) juga menyatakan
penggunaan obat tradisional dalam pengobatan mandiri merugikan.
68
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4. Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai obat tradisional
dan obat modern dengan tindakan pemilihan obat untuk pengobatan mandiri
(nilai probabilitas sig. masing-masing variabel kurang dari 0,05).
B. Saran
1. Perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai hubungan antara karakteristik
responden terhadap perilaku sikap dan tindakan dalam pengobatan mandiri
terkait obat tradisional dan obat modern.
2. Perlu adanya sosialisasi atau penyuluhan terkait penggunaan obat tradisional
dan obat modern dalam pengobatan mandiri kepada masyarakat Desa Bantir,
Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, karena
berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan sebagian besar responden masih
perlu ditingkatkan.
3. Penelitian ini dimungkinkan untuk dikaji lebih dalam lagi mengenai alasan
tindakan pemilihan obat tradisional atau obat modern dalam swamedikasi
responden dengan metode wawancara.
69
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, C., 2003, Health Seeking Behavior Para Pasien Pada Pasien Poli
Perawatan Paliatif Studi Eksploratif terhadap Lima Pasien Poli Perawatan
Paliatif RSUD dr.Soetomo Surabaya, Laporan Penelitian, Fakultas
Psikologi Universitas Airlangga,Surabaya.
Adjie, H., 2013, Batas Usia Dewasa dalam Bertindak Secara Umum,
http://habibadjie.dosen.narotama.ac.id/files/2013/08/BATAS-USIADEWASA.pdf, diakses tanggal 14 Mei 2014
Adikuntati, Y. M., 2008, Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan
dengan Perilaku Swamedikasi Demam oleh Ibu-Ibu di Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Anonim, 2001, Swamedikasi dan Hal-Hal yang Perlu Diketahui Sebelum
Melakukannya,
http://www.pom.go.id/public/g_and_a/detail.asp?id=44,
diakses tanggal 10 Mei 2013.
Ayunda, L., 2008, Hubungan Persepsi Kematian dengan Health Seeking Behavior
Penderita Penyakit Jantung Koroner, Laporan Penelitian, Fakultas
Psikologi Universitas Airlangga, Surabaya.
Angkoso, F. T., 2006, Pola Perilaku Pengobatan Mandiri di Antara Pria dan
Wanita di Kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Kampus III,
Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, Skripsi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta
Azwar, S., 2005, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi 2, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, pp. 139-157.
Azwar, S., 2003, Reliabilitas dan Validitas, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, pp. 4-8.
Citahasri, A., 2008, Profil Pelaksanaan Pelayanan Swamedikasi di Beberapa
Apotek di Wilayah Surabaya Timur (Sudi pada Swamedikasi atas Dasar
Keluhan), Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga,
Surabaya
Dahlan, S., 2009, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Salemba Medika,
Jakarta, pp. 16-19, 121-128.
Djunarko, I., dan Hendrawati, Y., 2011, Swamedikasi yang Baik dan Benar, PT
Intan Sejati, Klaten, pp. 6-9.
Fitriani, S., 2011, Promosi Kesehatan, Graha Ilmu, Yogyakarta, pp.124-140.
70
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
71
Hardon, A., Hodgkin, C., and Fresle, D., 2004, How to Investigate the Use of
Medicines by Consumer, World Health Organization, Switzerland.
Harmanto, N., dan Subroto, M. A., 2007, Pilih Jamu Herbal Tanpa Efek Samping,
PT Elex Media Komputindo, Jakarta, pp. 7-16.
Imron, M., dan Munif, A., 2010, Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan,
CV.Sagung Seto, Jakarta, pp. 85, 137, 155-156.
Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004,
Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia no.
HK.00.05.4.2411 Tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan
Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, BPOM RI, Jakarta
Keputusan Menteri Kesehatan, 1990, Keputusan Menteri Kesehatan no:
347/Menkes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotek, Depkes RI, Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan, 1999, Keputusan Menteri Kesehatan no:
1176/Menkes/SK/X/1999 Tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3,
Depkes RI, Jakarta
Kurniasari, V. Y., 2007, Hubungan Antara Pengetahuan dan Tingkat Ekonomi
dengan Tindakan Pengobatan Mandiri pada Penyakit Batuk di Desa
Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Liliani, N., D., 2004, Kajian Motivasi, Pengetahuan, Tindakan dan Pola
Penggunaan Obat Tradisional Cina pada Pengunjung dari 8 Toko Obat
Berizin di Yogyakarta Periode April-Mei 2004, Skripsi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta
Lumenta, B., 1989, Pasien, Citra, Peran dan Perilaku, Kanisius, Yogyakarta, pp.
47.
Manurung, K., 2010, Pola Penggunaan Obat dalam Upaya Pasien Melakukan
Pengobatan Sendiri di Beberapa Apotek, Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Musthofa, 2012, Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pencarian
Pengobatan Malaria Klinis Pekerja Musiman ke Luar Pulau Jawa di
Puskesmas Tegalombo Kabupaten Pacitan, Skripsi, Universitas Indonesia,
Jakarta
Notoadmodjo, S., 1993, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan, Andi Offset, Yogyakarta, pp. 55-65.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72
Notoadmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta, pp. 35-49.
Noviana, F., 2011, Kajian Pengetahuan dan Alasan Pemilihan Obat Herbal pada
Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Skripsi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2005,
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia no.
HK.00.05.41.1384 Tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat
Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka, BPOM RI, Jakarta
Peraturan Menteri Kesehatan, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan no: 919/
Menkes/per/X/1993 Tentang Obat Wajib Apotek no. 1, Depkes RI, Jakarta
Peraturan Menteri Kesehatan, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan no: 924
Menkes per X 1993 Tentang Obat Wajib Apotek no. 2, Depkes RI, Jakarta.
Pratiknya, A. W., 2001, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran, Edisi V,
PT Raja Grafindo Prasaja, Jakarta
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2011, Data Penduduk
Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2011 ‐ 2014, Bakti Husada,
Jakarta
Santoso, S., 2012, Aplikasi SPSS pada Statistik Non Parametik, Elex Media
Komputindo, Kompas Gramedia, Jakarta, pp.210-216.
Sarwono, S., 2007, Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep dan Aplikasinya, UGM
press, Yogyakarta, pp. 1-9, 30-32.
Sulasmono, dan Sri Hartini Y., 2010, Praktik Kefarmasian Ulasan Peraturan
tentang Bidang Pekerjaan Apoteker, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta, pp. 280, 284.
Sunaryo, 2004, Psikologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta, pp. 3-6, 93-99.
Supardi, S., Jamal, S., dan Raharni, 2001, Pola Penggunaan Obat, Obat
Tradisional dan Cara Tradisional dalam Pengobatan Sendiri di Indonesia,
Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 33, No.4, 192-198
Syamsuni, H., 2006, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC, Jakarta,
pp. 47-50.
Thoma, 2011, Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Pengetahuan
Masyarakat Mengenai Antibiotika di Kecamatan Mergangsan Kota
Yogyakarta, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73
Tjay, T. H., dan Rahardja, D., 2007, Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan
dan Efek-Efek Sampingnya, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, pp. 3-12.
Werner, D., 2010, Apa yang Anda Kerjakan Bila Ada Dokter, Andi Pustaka,
Yogyakarta, pp. 4-6.
Widayati, A., 2012, Health Seeking Behavior di Kalangan Masyarakat Urban di
Kota Yogyakarta, Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas, pp. 59-65.
Wisely, 2008, Kajian Studi Tentang Pemahaman Obat Tradisional Berdasarkan
Informasi pada Kemasan dan Alasan Pemilihan Jamu Ramuan Segar atau
Jamu Instan pada Masyarakat Desa Maguwoharjo, Skripsi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN
74
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 1. Surat ijin penelitian
75
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
78
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79
Lampiran 2. Kuesioner
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Sdr …………………
Di tempat
Dengan hormat,
Kami adalah mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
akan melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir (skripsi). Penelitian yang
kami lakukan adalah tentang “Obat Tradisional dan Obat Modern dalam Pengobatan
Mandiri”.
Maka kami mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk meluangkan waktu mengisi
kuisioner ini. Dalam mengisi kuesioner ini kami mohon Bpk/Ibu/Sdr/i memberikan jawaban
yang paling sesuai dengan keadaan Bpk/Ibu/Sdr/i. Jawaban Bapak/Ibu/Saudara/i tidak akan
dinilai benar atau salah melainkan sangat membantu kami dalam mengumpulkan data-data
penelitian yang diperlukan.
Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i dalam mengisi kuesioner ini sangat kami hargai dan
turut berkontribusi pada peningkatan kualitas pengobatan mandiri di masa mendatang. Atas
bantuan dan kerjasama dari Bapak/Ibu/Saudara/i, kami mengucapkan terima kasih.
Yogyakarta, Oktober 2013
Peneliti
Rinda Meita P.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
“STUDI TENTANG PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL DAN OBAT MODEREN
DALAM PENGOBATAN MANDIRI”
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
:
Alamat
:
Menyatakan BERSEDIA MENJADI RESPONDEN pada penelitian tentang “Obat
Tradisional dan Obat Moderen Dalam Pengobatan Mandiri”, yang akan dilakukan oleh:
Nama
: Rinda Meita Pangastuti
NIM
: 108114184
Mahasiswa S1 dari Program Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Dengan ini saya juga menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:
-
saya telah diberi informasi secara detail mengenai penelitian tersebut,
-
saya telah diberi hak untuk didampingi oleh orang yang saya tunjuk pada saat
informasi tersebut disampaikan kepada saya,
-
saya telah diberi kesempatan bertanya mengenai informasi penelitian yang
disampaikan kepada saya,
-
saya telah dijelaskan bahwa saya mungkin tidak akan secara langsung menerima
manfaat dari hasil penelitian tersebut dan saya paham bahwa hasil penelitian akan
digunakan untuk peningkatan perilaku swamedikasi di masyarakat,
-
saya juga telah diinformasikan bahwa data yang saya berikan akan digunakan
sepenuhnya hanya untuk kepentingan penyelesaian tugas akhir (skripsi) peneliti dan
tidak ada aspek komersial,
-
saya juga telah diinformasikan bahwa data pribadi saya tidak akan dipublikasikan.
Jika hasil penelitian ini dipublikasikan, maka data terkait diri saya akan dalam bentuk
anonim (tanpa nama).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
-
81
Saya telah diberi tahu bahwa penelitian ini adalah untuk tugas akhir peneliti (skripsi)
di bawah bimbingan Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., PhD pada Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan pelaksanaannya telah mendapatkan ijin
dari instansi yang berwenang.
-
Saya tahu bahwa data yang saya berikan akan disimpan oleh peneliti selama
setidaknya dua tahun dan akan dimusnahkan setelah itu.
Yogyakarta ……………….2013
Yang menyatakan,
(_______________________)
Tanda tangan dan nama jelas
Saksi,
(Rinda Meita Pangastuti)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
82
KUISIONER
A. Lingkarilah jawaban yang menurut Anda paling tepat!
1. Apakah Anda pernah mendengar istilah pengobatan mandiri atau swamedikasi?
a. Pernah
b. Tidak pernah (Mohon langsung ke no.3)
2. Jika Anda pernah mendengar istilah tersebut, dari mana Anda mendapatkan
informasinya?
a. Media cetak / elektronik
b. Teman/saudara/tetangga
c. Dokter/ dokter gigi/ apoteker/ perawat / bidan
d. Tenaga kesehatan (kesehatan masyarakat/ ahli gizi)
e. lainnya (tuliskan), ......................................
3. Menurut Anda apakah yang dimaksud dengan pengobatan sendiri ?
a. Upaya pengobatan yang dilakukan oleh seseorang tanpa bantuan dokter untuk
mengatasi keluhan sakit ringan yang dialaminya.
b. Tindakan penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat atas
inisiatif mereka sendiri
c. Tidak tahu
d. Lainnya (tuliskan): ………………………..
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
4. Jenis obat manakah yang menurut anda dapat digunakan/dibeli untuk pengobatan
mandiri?
a. Obat tradisional atau herbal, misalnya: “Jamu gendong”, “Jamu berbentuk
tablet”, dan “Jamu berbentuk cair dalam sachet”.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
83
b. Obat bebas/obat bebas terbatas (obat dengan bahan kimia), misalnya:
“CTM” dan “Paracetamol”
c. Keduanya, yaitu: obat tradisional dan obat bebas/obat bebas terbatas (obat
dengan bahan kimia)
5. Apakah Anda pernah melakukan pengobatan mandiri atau swamedikasi dalam
satu bulan terakhir ini?
a. Pernah
b. Tidak pernah (mohon langsung ke no. 14).
Apabila Anda pernah melakukan pengobatan mandiri dalam satu bulan ini,
6. Berapa kali Anda pernah membeli obat tanpa resep untuk pengobatan sendiri
dalam satu bulan terakhir ini?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. lebih dari 4 kali
7. Siapa yang menggunakan obat tanpa resep yang Anda beli tersebut? (jawaban
dapat lebih dari satu)
a. Teman
b. Keluarga
c. Diri sendiri
d. Lainnya (tuliskan)…………....…………………………………………………
8. Keluhan/sakit apa yang diatasi dengan obat yang dibeli tanpa resep tersebut?
...........................................……………………………….........................................
9. Apa nama obat yang Anda beli untuk pengobatan mandiri tersebut?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
84
.........................................………………………………….......................................
10. Apakah obat tersebut pernah digunakan sebelumnya?
a. Pernah
b. Tidak pernah
11. Dimana obat tersebut Anda peroleh? (Jawaban dapat lebih dari satu)
a. Toko obat
b. Apotek
c. Warung terdekat
d. Dari orang lain (teman, keluarga, dll)
e. Lainnya, (Tuliskan)..........................................................................................
12. Berapa harga obat yang digunakan untuk pengobatan mandiri tersebut?
a. < Rp 5.000,00
b. Rp 5.000,00 – Rp 15.000,00
c. Rp 15.000, 00 – Rp 25.000,00
d. Rp 25.000,00 – Rp 35.000,00
e. Rp 35.000,00 – Rp 45.000,00
f. > Rp 50.000,00
13. Mengapa Anda memilih obat tersebut untuk pengobatan mandiri yang Anda
lakukan? (Jawaban dapat lebih dari satu).
a. Biaya lebih murah
b. Lebih cepat / tidak antri untuk periksa
c. Lebih praktis
d. Penyakitnya masih ringan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
85
e. Lainnya (tuliskan),…………………………...................................................
B. Petunjuk pengisian!
Berilah tanda centang (√ ) untuk jawaban dari pertanyaan yang Anda anggap
paling sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
14. Obat tradisional merupakan ramuan atau produk obat yang berasal dari tanaman
Ya
Tidak
Tidak Tahu
15. Obat tradisional dapat berbentuk tablet, cairan dalam botol atau sachet atau kapsul
Ya
Tidak
Tidak tahu
16. Tidak terdapat takaran dosis yang tepat pada penggunaan obat tradisional,
Ya
Tidak
Tidak tahu
17. Terdapat beberapa jenis obat tradisional, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan
fitofarmaka
Ya
Tidak
Tidak tahu
18. Jika dalam kemasannya terdapat lambang seperti pada gambar berikut ini, maka
obat tersebut adalah Jamu.
Ya
Tidak
Tidak tahu
19. Jika memiliki lambang dalam kemasannya seperti pada gambar berikut ini, maka
obat tersebut merupakan obat tradisional yang khasiat dan keamanannya sudah
distandarisasi.
Ya
Tidak
Tidak tahu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
86
20. Obat tradisional dengan kandungan jahe (Zingiberis rhizoma), dapat digunakan
untuk melegakan tenggorokan serta mengatasi mual dan muntah
Ya
Tidak
Tidak tahu
21. Aturan pakai obat tradisional harus mengikuti aturan yang disarankan seperti yang
tertera pada kemasan.
Ya
Tidak
Tidak tahu
22. Obat tradisional tidak memiliki efek samping yang berbahaya
Ya
Tidak
Tidak tahu
23. Obat tradisional dapat dikonsumsi oleh semua kalangan usia, termasuk ibu hamil,
menyusui atau pun seseorang yang mengalami gangguan fungsi organ ,seperti
gangguan ginjal.
Ya
Tidak
Tidak tahu
24. Obat tradisional dapat digunakan dalam pengobatan mandiri.
Ya
Tidak
Tidak tahu
25. Terdapat beberapa jenis obat moderen (obat dengan bahan kimia) yaitu obat
bebas, obat bebas terbatas, dan obat keras.
Ya
Tidak
Tidak tahu
26. Jika suatu obat memiliki lambang seperti pada gambar, maka obat tersebut dapat
dibeli secara bebas di warung tanpa resep dokter.
Ya
Tidak
Tidak Tahu
27. Jika suatu obat memiliki lambang seperti pada gambar, maka obat tersebut
merupakan obat keras yang hanya bisa dibeli dengan resep dokter.
K
K
Ya
Tidak
Tidak Tahu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
87
28. Jika pada kemasan suatu obat terdapat lambang seperti pada gambar, maka obat
tersebut merupakan obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter, dengan batas
jumlah pembelian tertentu.
Ya
Tidak
Tidak tahu
29. Obat bebas/bebas terbatas merupakan obat yang mengandung bahan kimia, yang
dapat dibeli di warung/toko, toko obat maupun apotek.
Ya
Tidak
Tidak tahu
30. Obat bebas/bebas terbatas tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, sirup, dan salep,
maupun krim dalam kemasan.
Ya
Tidak
Tidak tahu
31. Obat bebas/bebas terbatas mempunyai takaran dosis tertentu.
Ya
Tidak
Tidak tahu
32. Obat bebas yang memiliki kandungan parasetamol dapat digunakan untuk
meredakan gejala demam dan pusing.
Ya
Tidak
Tidak tahu
33. Obat bebas/bebas terbatas harus digunakan sesuai dengan aturan pakai yang
tertera dalam kemasan.
Ya
Tidak
Tidak tahu
34. Penggunaan obat bebas/bebas terbatas dapat menimbulkan efek samping,
misalnya mual, muntah, mengantuk dan alergi.
Ya
Tidak
Tidak tahu
35. Obat bebas/bebas terbatas digunakan tanpa resep dokter (tanpa periksa terlebih
dahulu) hanya untuk mengatasi gejala/penyakit ringan, seperti sakit kepala ringan,
nyeri ringan, dll.
Ya
Tidak
Tidak tahu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
88
C. Petunjuk Pengisian!
Pilihlah salah satu dari 4 (empat) kemungkinan jawaban yang telah tersedia sesuai dengan
pendapat Anda yang dianggap paling tepat.
Berilah tanda silang (X) pada setiap jawaban yang dianggap tepat, dengan ketentuan:
STS
TS
S
SS
: bila Anda menjawab Sangat Tidak Setuju terhadap pertanyaan
: bila Anda menjawab Tidak Setuju terhadap pertanyaan
: bila Anda menjawab Setuju terhadap pertanyaan
: bila Anda menjawab Sangat Setuju terhadap pertanyaan
TANGGAPAN
No
PERNYATAAN
SS
1.
Menurut saya, menggunakan obat tradisional dalam
pengobatan mandiri sangat bermanfaat.
2.
Menurut saya, menggunakan obat tradisional dalam
pengobatan mandiri sangat merugikan
3.
Menurut saya, menggunakan obat moderen (dengan
senyawa kimia) dalam pengobatan mandiri sangat
menguntungkan.
4.
Menurut saya, menggunakan obat modern (dengan
senyawa kimia) dalam pengobatan mandiri sangat
membahayakan.
5
Saya akan memilih menggunakan obat tradisional sebagai
pengobatan utama ketika sakit
6
Jika saya melakukan pengobatan mandiri, maka saya
akan menggunakan obat tradisional
7
Saya akan memilih menggunakan obat moderen (obat
dengan bahan kimia) sebagai pengobatan utama ketika
S
TS
STS
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
89
sakit
8
Jika saya melakukan pengobatan mandiri, maka saya
akan menggunakan obat moderen
__________________________TERIMA KASIH ________________________________
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
90
D. Data Diri Responden
(Mohon diisi lengkap)
Nama
:…………………………………………..(boleh inisial)
Alamat
:…………………………………………..
Usia
: ……. tahun.
Jenis kelamin
: laki-laki / perempuan
Pekerjaan
:…………………………………………..
Status pernikahan :................................................................
Pendidikan terakhir
:…………………………………..
Pendapatan per bulan
:
a. Kurang dari Rp 300.000,00
b. Antara Rp 300.000,00 – Rp 1.000.000,00
c. Antara Rp 1.000.000,00 – Rp 1.500.000,00
d. Antara Rp Rp 1.500.000,00 – Rp 2.000.000,00
e. Lebih dari Rp 2.000.000,00
Diisi tanggal,………………..
Tanda tangan:..…………………
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 3. Validitas kuesioner
91
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
92
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
93
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
94
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
95
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
96
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
97
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
98
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
99
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
100
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
101
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
102
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
103
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
104
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 4. Nilai reliabilitas kuesioner
a.
Korelasi total pengetahuan
b.
Korelasi total sikap
c.
Korelasi total tindakan
d.
Korelasi total pengetahuan, sikap dan tindakan
105
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampran 4. Nilai uji normalitas
a. Uji normalitas menggunakan Kolmogorov Sminov Test
106
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 5. Data karakteristik responden
a. Frekuensi usia responden
Usia
responden
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
18
2
1.2
1.2
1.2
19
7
4.3
4.3
5.6
20
3
1.9
1.9
7.5
21
2
1.2
1.2
8.7
22
4
2.5
2.5
11.2
23
6
3.7
3.7
14.9
24
2
1.2
1.2
16.1
25
4
2.5
2.5
18.6
26
2
1.2
1.2
19.9
27
4
2.5
2.5
22.4
28
3
1.9
1.9
24.2
29
1
.6
.6
24.8
30
7
4.3
4.3
29.2
31
2
1.2
1.2
30.4
32
9
5.6
5.6
36.0
33
5
3.1
3.1
39.1
34
2
1.2
1.2
40.4
35
5
3.1
3.1
43.5
36
1
.6
.6
44.1
37
4
2.5
2.5
46.6
38
2
1.2
1.2
47.8
39
5
3.1
3.1
50.9
40
7
4.3
4.3
55.3
41
6
3.7
3.7
59.0
42
9
5.6
5.6
64.6
43
6
3.7
3.7
68.3
44
3
1.9
1.9
70.2
45
7
4.3
4.3
74.5
46
3
1.9
1.9
76.4
47
5
3.1
3.1
79.5
107
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
1
.6
.6
80.1
49
1
.6
.6
80.7
50
6
3.7
3.7
84.5
51
3
1.9
1.9
86.3
52
2
1.2
1.2
87.6
53
2
1.2
1.2
88.8
54
2
1.2
1.2
90.1
55
5
3.1
3.1
93.2
56
3
1.9
1.9
95.0
57
2
1.2
1.2
96.3
58
1
.6
.6
96.9
60
1
.6
.6
97.5
61
1
.6
.6
98.1
62
1
.6
.6
98.8
68
1
.6
.6
99.4
75
1
.6
.6
100.0
Total
161
100.0
100.0
b. Frekuensi jenis kelamin responden
c. Status pernikahan responden
108
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
d. Frekuensi pendidikan akhir responden
e. Pekerjaan responden
g. Frekuensi pendapatan responden
109
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 6. Data pola pengobatan mandiri responden
a. Frekuensi responden pernah atau tidak pernah mendengar istilah pengobatan mandiri
b. Sumber informasi responden mendengar istilah pengobatan mandiri
c. Definisi responden tentang pengobatan mandiri
d. Frekuensi obat yang dapat digunakan dalam pengobatan mandiri
110
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
e. Persentase responden pernah melakukan pengobatan mandiri
f. Frekuensi responden melakukan pengobatan mandiri dalam satu bulan
g. Responden yang melakukan pengobatan mandiri
111
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
h. Keluhan atau sakit yang dialami responden
i. Obat yang digunakan responden
112
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
j. Obat pernah atau tidak pernah digunakan sebelumnya
k. Tempat responden memperoleh obat
l. Harga obat yang dobeli responden
113
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
m. Alasan memilih obat untuk pengobatan mandiri
114
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 7. Data pengetahuan, sikap dan tindakan responden
1. Pengetahuan
a. Obat tradisional
a. 1. Definisi obat tradisional
a. 2. Bentuk sediaan obat tradisional
a. 3. Dosis obat tradisional
a. 4. Golongan obat tradisional
a. 5. Simbol jamu
a. 6. Simbol obat herbal terstandar
115
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
a. 7. Simbol fitofarmaka
a. 8. Kandungan dan indikasi obat tradisional
a. 9. Aturan pakai obat tradisional
a. 10. Efek samping obat tradisional
a. 11. Kontraindikasi obat tradisional
a. 12. Obat tradisional dalam pengobatan mandiri
b. Obat moderen
b. 1. Golongan obat moderen
116
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
b. 2. Simbol obat bebas
b. 3. Simbol obat keras
b. 4. Simbol obat bebas terbatas
b. 5. Definisi obat moderen
b. 6. Bentuk sediaan obat moderen
b. 7. Dosis obat moderen
117
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
b. 8. Kandungan dan indikasi obat moderen
b. 9. Aturan pakai obat moderen
b. 10. Efek samping obat moderen
b. 11. Penggunaan obat moderen dalam swamedikasi
c. Persentase total pengetahuan responden
118
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2. Sikap
3. Tindakan
119
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 9. Nilai probabilitas uji Chi Square
a. Pengetahuan dan tindakan
b. Sikap dan tindakan
120
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 10. Peta Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jateng
121
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
122
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Rinda Meita Pangastuti. Penulis lahir di
Kota Semarang pada tanggal 25 Mei 1992 sebagai anak pertama
dari 3 bersaudara, anak dari pasangan Drs. D. Suyoto Hadi, M. Pd.
(alm) dan Susari Puji Astuti. Penulis telah menyelesaikan
pendidikan di TK Bhayangkari 42 Pati (1996-1998), SD N
Sidokerto 01 Pati (1998-2004), SMP N 3 Pati (2004-2007) dan
SMA N 2 Pati (2007-2010). Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada tahun 2010 di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan
perkuliahan, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan seperti menjadi Ketua Unit Kegiatan
Fakultas “PMK Apostolos” (2012-2013), Koordinator Seksi Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Farmasi (2011-2012), Bendahara Hari AIDS Sedunia “Kubangun dan Kujaga
Generasiku Bebas HIV AIDS” (2012), dan Anggota Seksi Kesenian TITRASI 2011.
Download