DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Geografi, Administratif dan Kondisi Fisik Geografi Kabupaten Kutai Kartanegara adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis Kabupaten Kutai Kartanegara terletak pada posisi antara 115o26’28” – 117o36’43” Bujur Timur dan 1o28’21” Lintang Utara sampai 1o08’06” Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara adalah 27.263,10 km2 dan luas perairan yaitu ± 4.097 km2. Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki batasan administratif wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Malinau Sebelah Timur :Kabupaten Kutai Timur dan Selat Makasar Sebelah Selatan :Kabupaten Penajam Pasir Utara dan Kota Balikpapan Sebelah Barat :Kabupaten Kutai Barat Administratif Wilayah administrasi di Kabupaten Kutai Kartanegara dibagi menjadi 18 kecamatan dan 227 desa/kelurahan diantaranya Kecamatan Samboja, Kecamatan Muara Jawa, Kecamatan Sanga-sanga, Kecamatan Loa Janan, Kecamatan Loa Kulu, Kecamatan Muara Muntai, Kecamatan Muara Wis, Kecamatan Kota Bangun, Kecamatan Tenggarong, Kecamatan Sebulu, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kecamatan Anggana, Kecamatan Muara Badak, Kecamatan Marang Kayu, Kecamatan Muara Kaman, Kecamatan Kenohan, Kecamatan Kembang Janggut, dan Kecamatan Tabang. Ibukota dari Kabupaten ini adalah Tenggarong. Dari 18 kecamatan tersebut terbagi kembali menjadi desa/kelurahan sebanyak 237 desa/kelurahan. Untuk lebih jelasnya dapat dillihat pada Gambar 2.1 dan. Tabel 2.1, Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 1 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 Gambar 2.1 Peta Administratif Kabupaten Kutai Kartanegara Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 2 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 Tabel 2.1 Luas wilayah Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Kutai Kartanegara No Luas Wilayah Kecamatan 1. Samboja 2. Km Jumlah Persen 2 Desa/Kel. 1045,9 3,51 23 Muara Jawa 754,5 2,53 8 3. Sanga-sanga 233,4 0,78 5 4. Loa Janan 644,2 2,16 8 5. Loa Kulu 1405,7 4,71 15 6. Muara Muntai 928,6 3,11 13 7. Muara Wis 1108,2 3,71 7 8. Kota Bangun 1143,7 3,83 21 9. Tenggarong 398,1 1,33 14 10. Sebulu 859,5 2,88 14 11. Tenggarong Seberang 437 1,46 18 12. Anggana 1798,8 6,03 8 13. Muara Badak 939,09 3,15 13 14. Marang Kayu 1165,7 3,91 11 15. Muara Kaman 3410,1 11,43 20 16. Kenohan 1302,2 4,36 9 17. Kembang Janggut 1923,9 6,45 11 18. Tabang 7764,50 34,64 19 27.263,10 100,00 237 Kabupaten Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka Tahun 2013 Kondisi Topografi Berdasarkan Kutai Kartanegara Dalam Angka 2013, wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara sebagian besar bergelombang dan berbukit dengan kemiringan landai sampai curam. Daerah kemiringan datar sampai landai dengan ketinggian antara 7 – 25 m dpl terdapat di beberapa bagian yaitu pada kawasan pantai dan sebagian besar Daerah Aliran Sungai Mahakam. Berikut ini merupakan data ketinggian setiap kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara yang diukur dari permukaan laut. Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa menurut luas wilayahnya sebagian besar wilayah Kecamatan Sebulu termasuk ke dalam kelas ketinggian 7 – 25 m dan 25 – 100 m. Wilayah yang tergolong ke dalam kelas ketinggian 7 – 25 m memiliki sifat berupa permukaan tanah datar sampai landai, Bab II Gambaran Umum Wilayah kadang tergenang, kandungan air tanah II - 3 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 cukup baik, dapat diairi dan tidak ada erosi, sehingga sangat cocok untuk pertanian lahan basah. Untuk mengetahui kondisi kemiringan lahan di Kabupaten Kutai Kartanegara, dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.2 Luas Wilayah Menurut Ketinggian per Kecamatan Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Kecamatan Samboja Muara Jawa Sanga-Sanga Loa Janan Loa Kulu Muara Muntai Muara Wis Kota Bangun Tenggarong Sebulu Tenggarong Seberang Anggana Muara Badak Marang Kayu Muara Kaman Kenohan Kembang Janggut Tabang Total Kelas Ketinggian (Meter) 0-7 7 - 25 25 – 100 14,442 41,625 28,883 21,342 26,725 13,363 13,125 10,215 0 0 18,809 45,611 0 47,413 56,762 0 48,365 27,141 0 101,839 25,146 0 55,522 17,924 0 30,772 10,551 0 40,929 36,017 0 16,318 23,481 113,507 13,116 3,027 29,677 13,512 23,362 10,188 20,941 45,844 0 232,656 94,282 0 77,526 35,129 0 41,664 103,548 0 0 91,956 202,281 837,947 682,027 Sumber : Kutai Kartanegara Dalam Angka, 2013 Klimatologi Iklim wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara sangat dipengaruhi oleh iklim tropis basah yang bercirikan curah hujan cukup tinggi dengan penyebaran merata sepanjang tahun, sehingga tidak terdapat pergantian musim yang jelas. Iklim di Kabupaten Kutai Kartanegara dipengaruhi oleh letak geografinyayakni iklim hutan tropika dengan suhu udara rata-rata 260C, dimana perbedaan antara suhu terendah dengan suhu tertinggi mencapai 50– 70C.Jumlah curah hujan wilayah ini berkisar 2.000-4.000 mm/tahun dengan jumlahhari hujan rata-rata 130-150 hari/tahun. Curah hujan terendah yaitu dari 0 –2.000 mm/tahun tersebar di wilayah pantai dan semakin meningkat ke wilayahpedalaman atau kearah barat. Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 4 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 Daerah Aliran Sungai (DAS) Berdasarkan data yang ada, wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki 31 sungai besar dan kecil, Dari sungai-sungai tersebut yang tersebar dan terpanjang adalah Sungai Mahakam sebagai Wilayah Sungai Strategis Nasional dengan DAS meliputi DAS Mahakam, DAS Semboja, DAS Senipah, dan DAS Semoi. Aliran Sungai Mahakam yang lebar dan tenang memberikan pengaruh yang sangat besar terutama bagi kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Besarnya potensi air sungai yang mengalir sepanjang sungai dan anak sungai Mahakam ini dapat diakibatkan oleh penggunaan wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara yang merupakan kawasan hutan, sehingga sangat berpotensi untuk daya resap air (infiltrasi) di wilayah ini dan selanjutnya menghasilkan volume/debit air yang sangat besar di daerah hulu. Bagi kepentingan sosial ekonomi dan sanitasi masyarakat, sungai/anak sungai Mahakam hingga saat ini dimanfaatkan sebagai air baku bagi penyediaan air minum penduduk di sepanjang wilayah yang dilaluinya. Sedangkan lebar dan dalamnya sungai dijadikan sarana esensial bagi kegiatan transportasi air sebagai transportasi lokal maupun antar wilayah (transportasi regional). Tabel 2.3 berikut merupakan nama sungai yang berada di Kabupaten Kutai Kartanegara. Tabel 2.3 Nama Sungai di Kabupaten Kutai Kartanegara No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Nama Sungai Sungai Sungai Sungai Sungai Sungai Sungai Sungai Sungai Sunagi Sungai Sungai Sungai Sungai Mahakam Loa Haur Jembayan Kedang Rantau Sabintulung Pela Kahala Batangan Muntai Bongan Kedang Kepala Kelinjau Belayan Kedang Pahu Panjang Yang dapat Seluruhnya dilayari 920 823 120 80 180 112 132 132 15 15 10 10 77 77 10 10 20 20 319 266 15 10 319 319 144 98 Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka, 2013 Bab II Gambaran Umum Wilayah Lebar (meter) 100-800 10-30 20-80 30-100 6-15 8-15 2-6 4-8 3-5 40-150 20-75 15-150 20-75 Kedalaman (Meter) 5-12 2-4 2-6 2-4 2-4 3-10 3-4 3-6 2-4 3-10 3-10 3-10 2-10 II - 5 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 Gambar 2.1 Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Kutai Kartanegara Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 6 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 2.2. Demografi 1. Kepadatan Penduduk Kepadatan Penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah. Kepadatan penduduk tersebut disebut sebagai kepadatan penduduk kotor. Berdasarkan data yang ada persebaran kepadatan penduduk di Kabupaten Kutai Kartanegara menurut luas wilayah tidak merata. Untuk Kecamatan Tenggarong memiliki kepadatan penduduk terpadat yaitu 261 Jiwa /km2, sedangan di Kecamatan Tabang yang memiliki wilayah terluas di Kabupaten Kutai Kartanegara sebesar 7.764,50 km2 rata rata kepadatan penduduknya 1 jiwa/km2, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.4. Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 7 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 Tabel 2.4 Jumlah dan Kepadatan Penduduk 5 Tahun Terakhir Kabupaten Kutai Kartanegara No. Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan penduduk Tahun Tahun Tahun Tahun Nama Kecamatan 2009 2010 2011 2012 2013* 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 1 Samboja 51.336 54,466 56,866 58,171 62,604 14.883 13,510 14,045 14,416 15,514 5,51 3,92 3,87 7,62 7,62 49,08 52,12 54 56 56 2 Muara Jawa 28.359 33,835 35,714 36,839 39,646 6.715 8,258 8,600 8,968 9,651 5,51 3,92 3,87 7,62 7,62 37,59 44,96 47 49 49 3 Sanga-Sanga 15.016 17,611 18,359 19,229 20,694 4.332 4,442 4,608 4,856 5,226 5,51 3,92 3,87 7,62 7,62 64,34 75,36 78 82 82 4 Loa Janan 50.879 55,859 58,027 61,783 66,491 17.066 14,492 15,006 15,858 17,066 5,51 3,92 3,87 7,62 7,62 78,98 87,04 90 96 96 5 Loa Kulu 38.201 39,836 41,321 43,383 46,689 10.415 10,468 10,901 11,371 12,237 5,51 3,92 3,87 7,62 7,62 27,18 28,41 30 31 31 6 Muara Muntai 17.587 17,222 17,592 18,668 20,091 4.097 4,730 4,940 5,100 5,489 5,51 3,92 3,87 7,62 7,62 18,94 18,65 19 20 20 7 Muara Wis 8.549 8,506 8,744 9,250 9,955 2.252 2,200 2,299 2,378 2,559 5,51 3,92 3,87 7,62 7,62 7,71 7,72 8 8 8 8 Kota Bangun 29.240 31,280 32,051 33,966 36,554 7.249 7,816 8,122 8,484 9,130 5,51 3,92 3,87 7,62 7,62 25,57 27,36 28 30 30 9 Tenggarong 78.371 95,508 100,742 104,044 111,972 19.006 23,489 24,577 25,402 27,338 5,51 3,92 3,87 7,62 7,62 196,86 241,67 251 261 261 Sebulu 36.886 36,500 37,232 38,930 41,896 9.112 9,232 9,568 9,868 10,620 5,51 3,92 3,87 7,62 7,62 42,92 42,37 44 45 45 10 Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 8 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 No. Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan penduduk Tahun Tahun Tahun Tahun Nama Kecamatan 2009 2010 2011 2012 2013* 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 11 Tenggarong Seberang 52.583 60,225 64,039 65,014 69,968 13.492 15,927 16,876 16,853 18,137 5,51 3,92 3,87 7,62 7,62 120,33 140,60 146 149 149 12 Anggana 28.756 32,725 34,580 34,943 37,606 10.738 7,971 8,269 8,521 9,170 5,51 3,92 3,87 7,62 7,62 15,99 18,17 19 19 19 13 Muara Badak 37.583 39,823 41,449 42,985 46,260 15.605 9,588 9,961 10,346 11,134 5,51 3,92 3,87 7,62 7,62 40,02 42,42 44 46 46 14 Marang Kayu 25.637 23,511 23,801 25,256 27,181 5.898 5,479 5,663 5,915 6,366 5,51 3,92 3,87 7,62 7,62 21,99 20,07 21 22 22 15 Muara Kaman 34.282 33,968 34,764 36,136 38,890 8.341 8,679 8,999 9,249 9,954 5,51 3,92 3,87 7,62 7,62 10,05 9,94 10 11 11 16 Kenohan 11.893 9,847 9,892 10,616 11,425 3.101 2,265 2,356 2,438 2,624 5,51 3,92 3,87 7,62 7,62 9,13 7,57 8 8 8 17 Kembang Janggut 21.728 23,839 25,749 24,834 26,726 5.633 6,626 6,875 6,909 7,435 5,51 3,92 3,87 7,62 7,62 11,29 12,38 13 13 13 18 Tabang 13.462 9,651 9,986 10,417 11,211 2.581 2,158 2,301 2,269 2,442 5,51 3,92 3,87 7,62 7,62 1,73 1,28 1 1 1 Sumber : Kutai Kartanegara Dalam Angka, Tahun 2010, 2011, 2012, 2013 *Dihitung berdasarkan proyeksi penduduk dengan laju pertumbuhan penduduk r=7,62% /tahun, sumber Kutai Kartanegara Dalam Angka 2013 Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 9 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 Untuk menghitung proyeksi jumlah penduduk untuk tahun berikutnya, digunakan angka kecendurungan (tren) dari rata-rata laju pertumbuhan jumlah penduduk tahun 2006 - 2010 rumus : (N+1) = N x (100+r) / 100 Dimana : N+1 : Jumlah Penduduk proyeksi 1 tahun berikutnya N : jumlah penduduk tahun 2012 r : rata-rata prosentase pertambahan penduduk tahun 2010 -2012 Rata rata prosentase pertambahan penduduk dari tahun 2010 – 2012 adalah sebagai berikut Keterangan: Pt Po t r = = = = jumlah penduduk pada tahun t jumlah penduduk pada tahun dasar jangka waktu laju pertumbuhan penduduk Proyeksi penduduk tiap Kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2014-2018 disajikan dalam tabel 2.5 di bawah ini. Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 10 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Saat Ini dan Proyeksinya Untuk 5 Tahun (Bisa masuk dalam Lampiran) No. Nama Kecamatan 2014* 1 2 3 Samboja Muara Jawa SangaSanga 4 Loa Janan 5 Loa Kulu 6 Muara Muntai 7 Muara Wis 8 9 Kota Bangun Tenggaron g 10 Sebulu 11 Tenggaron g Seberang 12 Anggana 13 Muara Badak 2015* Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan penduduk Tahun Tahun Tahun Tahun 2016* 2017* 2018* 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 67,374 72,508 78,033 83,979 90,378 16,697 17,969 19,338 20,812 22,398 7,62 7,62 7,62 7,62 7,62 15.96 69.33 18.49 19.90 21.41 42,667 45,918 49,417 53,183 57,236 10,387 11,178 12,030 12,947 13,933 7,62 7,62 7,62 7,62 7,62 13.77 15.94 17.16 18.47 22,271 23,968 25,795 27,760 29,875 5,624 6,053 6,514 7,010 7,545 7,62 7,62 7,62 7,62 7,62 24.10 27.91 30.04 32.32 71,557 77,010 82,878 89,194 95,990 18,367 19,766 21,273 22,894 24,638 7,62 7,62 7,62 7,62 7,62 28.51 60.86 102.6 9 119.5 4 33.02 35.54 38.25 50,246 54,075 58,196 62,630 67,403 13,170 14,174 15,254 16,416 17,667 7,62 7,62 7,62 7,62 7,62 9.37 38.47 10.85 11.68 12.57 21,621 23,269 25,042 26,950 29,004 5,907 6,357 6,841 7,363 7,924 7,62 7,62 7,62 7,62 7,62 6.36 25.06 7.37 7.93 8.53 10,713 11,530 12,408 13,354 14,371 2,754 2,964 3,190 3,433 3,695 7,62 7,62 7,62 7,62 7,62 2.49 10.40 2.88 3.10 3.33 39,340 42,337 45,563 49,035 52,772 9,826 10,575 11,381 12,248 13,181 7,62 7,62 7,62 7,62 7,62 8.59 9.95 10.71 11.52 120,504 129,687 139,569 150,204 161,650 29,421 31,663 34,075 36,672 39,466 7,62 7,62 7,62 7,62 7,62 73.90 37.02 325.7 6 85.59 92.12 99.14 45,089 48,525 52,222 56,202 60,484 11,429 12,300 13,237 14,246 15,332 7,62 7,62 7,62 7,62 7,62 13.30 56.46 15.40 16.57 17.84 75,300 81,037 87,213 93,858 101,010 19,519 21,007 22,607 24,330 26,184 7,62 7,62 7,62 7,62 7,62 44.67 185.4 4 51.73 55.68 59.92 40,471 43,555 46,874 50,446 54,290 9,869 10,621 11,430 12,301 13,239 7,62 7,62 7,62 7,62 7,62 5.49 24.21 6.35 6.84 7.36 49,786 53,579 57,662 62,056 66,784 11,983 12,896 13,879 14,936 16,074 7,62 7,62 7,62 7,62 7,62 12.76 57.05 14.78 15.90 17.12 Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 11 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 No. Nama Kecamatan 2014* 14 15 Marang Kayu Muara Kaman 16 Kenohan 17 Kembang Janggut 18 Tabang JUMLAH 2015* Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan penduduk Tahun Tahun Tahun Tahun 2016* 2017* 2018* 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 29,252 31,481 33,879 36,461 39,239 6,851 7,373 7,935 8,539 9,190 7,62 7,62 7,62 7,62 7,62 5.88 27.01 6.81 7.33 7.88 41,853 45,042 48,474 52,168 56,143 10,712 11,529 12,407 13,352 14,370 7,62 7,62 7,62 7,62 7,62 3.14 13.21 3.64 3.91 4.21 12,296 13,232 14,241 15,326 16,494 2,824 3,039 3,270 3,520 3,788 7,62 7,62 7,62 7,62 7,62 2.17 10.16 2.51 2.70 2.91 28,763 30,955 33,313 35,852 38,584 8,002 8,612 9,268 9,974 10,734 7,62 7,62 7,62 7,62 7,62 4.16 16.09 4.82 5.18 5.58 12,065 12,984 13,974 15,039 16,185 2,628 2,828 3,044 3,276 3,525 7,62 7,62 7,62 7,62 7,62 0.34 1.67 0.39 0.42 0.45 781,169 840,694 904,754 973,697 1,047,892 16,697 17,969 19,338 20,812 22,398 7,62 7,62 7,62 7,62 7,62 15.96 69.33 18.49 19.90 21.41 Sumber : Olah data Pokja PPSP Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2014 *Dihitung berdasarkan proyeksi penduduk dengan laju pertumbuhan penduduk rata rata r=7,62% /tahun, sumber Kutai Kartanegara Dalam Angka 2013 Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 12 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah 2.3.1 Komponen Penerimaan Daerah Penerimaan pendapatan adalah penerimaan yang merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih. Pendapatan Daerah bersumber dari : a) Pendapatan Asli Daerah b) Dana Perimbangan c) Lain-lain Pendapatan. 2.3.2 Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan asli daerah bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi Daerah sebagai perwujudan desentralisasi. 1) PAD bersumber dari: a. Pajak Daerah b. Retribusi Daerah c. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan d. Lain-lain PAD yang sah. 2) Lain-lain PAD yang sah meliputi: a. Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan b. Jasa giro c. Pendapatan bunga d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing e. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah. Dalam struktur APBD, jenis pendapatan yang berasal dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dirinci menjadi : 1) Pajak Propinsi terdiri atas: a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 13 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Kendaraan di Atas Air c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. 2) Jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri atas: a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame e. Pajak Penerangan Jalan f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C g. Pajak Parkir. 3) Retribusi dirinci menjadi: a. Retribusi Jasa Umum b. Retribusi Jasa Usaha c. Retribusi Perijinan Tertentu 2.3.3 Dana Perimbangan Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dan antar Pemerintah Daerah. Dana Perimbangan terdiri atas: a) Dana Bagi Hasil b) Dana Alokasi Umum c) Dana Alokasi Khusus Prinsip Kebijakan Perimbangan Keuangan Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan Desentralisasi, dengan Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 14 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan Dekon-sentrasi dan Tugas Pembantuan. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan subsistem Keuangan Negara sebagai konsekuensi pembagian tugas antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pemberian sumber keuangan negara kepada Pemerintahan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah dengan memper-hatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan. Dana Perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu Daerah dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara Pusat dan Daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar-Daerah. Ketiga komponen Dana Perimbangan imerupakan sistem transfer dana dari Pemerintah serta merupakan satu kesatuan yang utuh. a) Dana Bagi Hasil Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam. 1) Bagi Hasil yang bersumber dari pajak terdiri atas: a. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) b. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) c. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21. 2) Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya alam berasal dari: a. Kehutanan b. Pertambangan umum c. Perikanan d. Pertambangan minyak bumi Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 15 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 e. Pertambangan gas bumi f. Pertambangan panas bumi. b) Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah pelaksanaan untuk desentralisasi. mendanai Jumlah kebutuhan keseluruhan DAU Daerah dalam ditetapkan rangka sekurang- kurangnya 26 (dua puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk suatu Daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar. Celah Fiskal Celah fiskal adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal Daerah. Kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan pendanaan Daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum. Layanan dasar publik antara lain adalah penyediaan layanan kesehatan dan pendidikan, penyediaan infrastruktur, dan pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Jumlah penduduk merupakan variabel yang mencerminkan kebutuhan akan penyediaan layanan publik di setiap Daerah. Setiap kebutuhan pendanaan diukur secara berturut-turut dengan: 1. Jumlah penduduk 2. Luas wilayah 3. Indeks Kemahalan Konstruksi 4. Produk Domestik Regional Bruto per kapita 5. Indeks Pembangunan Manusia. Luas wilayah merupakan variabel yang mencerminkan kebutuhan atas penyediaan sarana dan prasarana per satuan wilayah. Indeks Kemahalan Konstruksi merupakan cerminan tingkat kesulitan geografis yang dinilai berdasarkan tingkat kemahalan harga prasarana fisik secara relatif antar-Daerah. Produk Domestik Regional Bruto merupakan cerminan potensi dan aktivitas perekonomian suatu Daerah yang dihitung berdasarkan total seluruh output produksi kotor dalam suatu wilayah. Indeks Pembangunan Manusia merupakan variabel yang mencerminkan tingkat pencapaian kesejahteraan penduduk atas layanan dasar di bidang pendidikan dan kesehatan Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 16 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 Kapasitas fiskal Daerah merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal dari PAD dan Dana Bagi Hasil. Proporsi DAU antara daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan imbangan kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota. Celah fiskal dihitung berdasarkan selisih antara kebutuhan fiskal Daerah dan kapasitas fiskal Daerah. DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah provinsi dihitung berdasarkan perkalian bobot daerah provinsi yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh daerah provinsi. Bobot daerah provinsi merupakan perbandingan antara celah fiskal daerah provinsi yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh daerah provinsi. DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah kabupaten/kota dihitung berdasarkan perkalian bobot daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh daerah kabupaten/ kota. Bobot daerah kabupaten/kota merupakan perbandingan antara celah fiskal daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh daerah kabupaten/kota. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan nol menerima DAU sebesar alokasi dasar. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut lebih kecil dari alokasi dasar menerima DAU sebesar alokasi dasar setelah dikurangi nilai celah Fiskal. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar tidak menerima DAU. Data untuk menghitung kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal diperoleh dari lembaga statistik pemerintah dan/atau lembaga pemerintah yang berwenang menerbitkan data yang dapat dipertanggungjawabkan. Alokasi Dasar Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah. Jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah gaji pokok ditambah tunjangan keluarga dan tunjangan jabatan sesuai dengan peraturan penggajian Pegawai Negeri Sipil. Pemerintah merumuskan formula dan penghitungan DAU dengan memperhatikan pertimbangan dewan yang bertugas memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan otonomi daerah. Hasil penghitungan DAU per provinsi, kabupaten, dan kota ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Penyaluran DAU dilaksanakan setiap bulan masing-masing sebesar 1/12 (satu perdua belas) dari Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 17 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 DAU Daerah yang bersangkutan. Penyaluran DAU dilaksanakan sebelum bulan bersangkutan. Alokasi DAU secara proporsional menggunakan rumus sebagai berikut: Besarnya DAU masing-masing Bobot daerah bersangkutan = Jumlah x Jumlah bobot seluruh daerah DAU untuk daerah daerah c) Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN. DAK dialokasikan kepada Daerah tertentu yang memenuhi kriteria untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah. Kegiatan khusus sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan dalam APBN. Fungsi dalam rincian Belanja Negara antara lain terdiri atas layanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan dan perlindungan sosial. Pemerintah menetapkan kriteria DAK yang meliputi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Kriteria umum ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan Keuangan Daerah dalam APBD. Kriteria umum dihitung untuk melihat kemampuan APBD untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan dalam rangka pembangunan Daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi dengan belanja pegawai. Kemampuan daerah (APBD) dihitung sebagai berikut. Kemampuan Keuangan Daerah = Penerimaan Umum APBD _ Belanja pegawai Penerimaan Umum APBD = PAD + DAU + ( DBH – DBHR) DBH = Dana Bagi Hasil DBHR = Dana bagi Hasil yang dibagikan merata untuk daerah Belanja Pegawai = Belanja Pegawai Pegawai Negeri Sipil Daerah Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 18 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundangundangan yang mengatur tentang kekhususan suatu Daerah dan karakteristik Daerah. Karakteristik Daerah antara lain adalah daerah pesisir dan kepulauan, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah tertinggal/terpencil, daerah yang termasuk rawan banjir dan longsor, serta daerah yang termasuk daerah ketahanan pangan. Kriteria teknis ditetapkan oleh kementerian Negara/departemen teknis. peraturan perundang-undangan adalah Undang-Undang Kriteria teknis antara lain meliputi standar kualitas/kuantitas konstruksi, serta perkiraan manfaat lokal dan nasional yang menjadi indikator dalam perhitungan teknis. Dana Pendamping Daerah penerima DAK wajib menyediakan Dana Pendamping sekurangkurangnya 10 (sepuluh persen) dari alokasi DAK. Dana Pendamping dianggarkan dalam APBD. Namun Daerah dengan kemampuan fiskal tertentu tidak diwajibkan menyediakan Dana Pendamping 2.3.4 Lain-lain Pendapatan Lain-lain Pendapatan bertujuan memberi peluang kepada Daerah untuk memperoleh pendapatan selain pendapatan dari PAD, Dana perimbangan dan Pinjaman daerah.Lain-lain Pendapatan terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan Dana Darurat. Hibah adalah Penerimaan Daerah yang berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional, Pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali. Pendapatan hibah merupakan bantuan yang tidak mengikat. Hibah kepada Daerah yang bersumber dari luar negeri dilakukan melalui Pemerintah. Hibah dituangkan dalam suatu naskah perjanjian antara Pemerintah Daerah dan pemberi hibah. Hibah digunakan sesuai dengan naskah perjanjian. Tata cara pemberian, penerimaan, dan penggunaan hibah, baik dari dalam negeri maupun luar negeri diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pemerintah mengalokasikan Dana Darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 19 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh Daerah dengan menggunakan sumber APBD. Dana Darurat adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada Daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa, dan/atau krisis solvabilitas. Keadaan yang dapat digolongkan sebagai bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa ditetapkan oleh Presiden Pemerintah dapat mengalokasikan Dana Darurat pada Daerah yang dinyatakan mengalami krisis solvabilitas. Krisis solvabilitas adalah krisis keuangan berkepan-jangan yang dialami Daerah selama 2 (dua) tahun anggaran dan tidak dapat diatasi melalui APBD. Daerah dinyatakan mengalami krisis solvabilitas berdasarkan evaluasi Pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Krisis solvabilitas ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat. a) Pinjaman Daerah Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali. Pinjaman Daerah bertujuan memperoleh sumber pembiayaan dalam rangka penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah. b) Batas Pinjaman Pemerintah menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan memperhatikan keadaan dan prakiraan perkembangan perekonomian nasional. Batas maksimal kumulatif pinjaman tidak melebihi 60 (enam puluh persen) dari Produk Domestik Bruto tahun bersangkutan. Menteri Keuangan menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman Pemerintah Daerah secara keseluruhan selambat-lambatnya bulan Agustus untuk tahun anggaran Berikutnya. Pengendalian batas maksimal kumulatif Pinjaman Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri. Pelanggaran terhadap ketentuan, dikenakan sanksi administratif berupa penundaan dan/atau pemotongan atas penyaluran Dana Perimbangan oleh Menteri Keuangan. c) Sumber Pinjaman Pinjaman Daerah bersumber dari: Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 20 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 Pemerintah Pemerintah Daerah lain Lembaga keuangan bank Lembaga keuangan bukan bank Masyarakat. Pinjaman Daerah yang bersumber dari Pemerintah diberikan melalui Menteri Keuangan. Pinjaman Daerah yang bersumber dari masyarakat berupa Obligasi Daerah diterbitkan melalui pasar modal. d) Jenis dan Jangka Waktu Pinjaman Jenis Pinjaman terdiri atas, Pinjaman Jangka Pendek Pinjaman Jangka Menengah Pinjaman Jangka Panjang Pinjaman Jangka Pendek merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu kurang atau sama dengan satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain seluruhnya harus dilunasi dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Pinjaman jangka pendek tidak termasuk kredit jangka pendek yang lazim terjadi dalam jasa tidak dilakukan pada saat barang dan atau jasa dimaksud diterima. Pinjaman Jangka Menengah merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi dalam kurun waktu yang tidak melebihi sisa masa jabatan Kepala Daerah yang bersangkutan. Pinjaman Jangka Panjang merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi pada tahun-tahun anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan. e) Penggunaan Pinjaman Pinjaman Jangka Pendek dipergunakan hanya untuk menutup kekurangan arus kas. Pinjaman Jangka Menengah dipergunakan untuk membiayai penyediaan layanan umum yang tidak menghasilkan penerimaan. Pinjaman Jangka Panjang Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 21 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 dipergunakan untuk membiayai proyek investasi yang menghasilkan penerimaan. Pinjaman Jangka Menengah dan Jangka Panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD. f) Persyaratan Pinjaman Dalam melakukan pinjaman, Daerah wajib memenuhi persyaratan: Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75 (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya. Rasio kemampuan keuangan Daerah untuk mengembalikan pinjaman ditetapkan oleh Pemerintah. Daerah tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang berasal dari Pemerintah. Daerah tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain. Pendapatan Daerah dan/atau barang milik Daerah tidak boleh dijadikan jaminan Pinjaman Daerah. Proyek yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta barang milik Daerah yang melekat dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan Obligasi Daerah. 2.3.5 Komponen Pengeluaran Belanja Komponen pengeluaran belanja terdiri dari: a) Belanja Operasi b) Belanja Modal c) Tranfer ke Desa/kelurahan d) Belanja tak Terduga. Sub-komponen Pengeluaran Belanja Daerah meliputi: 1) Belanja Operasi Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 22 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 2) Belanja Modal Belanja Tanah Belanja Peralatan dan mesin Belanja Gedung dan bangunan Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetatp Lainnya Belanja Aset Lainnya 3) Transfer ke Desa/Kelurahan Bagi hasil Pajak Bagi Hasil Retribusi Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 4) Belanja tak Terduga Perencanaan belanja daerah mengikuti pedoman sebagai berikut : 1) Belanja daerah diprioritaskan untuk meningkatkan kewajiban daerah dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan: Pelayanan dasar berupa pendidikan dan kesehatan Fasilitas sosial Fasilitas umum 2) Belanja daerah disusun berdasarkan Standar pelayanan minimal Standar analisis belanja Standar harga Tolok ukur kinerja 3) Belanja DPRD meliputi : Penghasilan pimpinan dan anggota DPRD Tunjangan kesehatan Uang jasa pengabdian Belanja pebubjang kegiatan DPRD Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 23 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 4) Belanja Kepala daerah dan wakil Kepala daerah Anggaran Belanja Kepala daerah dan wakil Kepala daerah harus mencerminkan efisiensi, efektifitas dengan memperhatikan aspek keadailan dan kepatutan. 2.3.6 Komponen Pembiayaan Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah. Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan. Komponen Pembiayaan daerah adalah sebagai berikut. 1) Penerimaan Pembiayaan Penggunaan SILPA Pencairan dana Cadangan Pinjaman dalam Negeri-Pemerintah Pusat Pinjaman dalam Negeri – Pemda lain Pinjaman dalam Negeri – bank Pinjaman dalam Negeri – Non bank Pinjaman dalam Negeri – Obligasi Pinjaman dalam Negeri – Lainnya Penerimaan kembali pinjaman kpd Pers. Negara Penerimaan kembali pinjaman kpd Pers. Daerah Penerimaan kembali pinjaman kpd Pemda Lainnya Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 24 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 2) Pengeluaran pembiayaan Pembentukan dana cadangan Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Pem Pusat Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Pemda Lainnya Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Bank Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Non Bnak Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Obligasi Pembayaran Pokok Pinjaman Lainnya Pemberian Pinjaman kpd Pers. Negara Pemberian Pinjaman kpd Pers. Daerah Pemberian Pinjaman kpd Pemda Lainnya Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 25 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 Tabel 2.5. Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010 – 2014 Tahun No Realisasi Anggaran 2010 2011 2012 Rata-Rata 2013 2014 pertumbuhan (%) A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3) a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) a.1.1 Pajak daerah a.1.2 Retribusi daerah a.1.3 Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan a.1.4 Lain-lain pendapatan daerah yang sah a.2 Dana Perimbangan (Transfer) a.2.1 Dana bagi hasil a.2.2 Dana alokasi umum a.2.3 Dana alokasi khusus a.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah a.3.1 Hibah - a.3.2 Dana darurat - a.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kab./kota - a.3.4 Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus - a.3.5 Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah lainnya Bab II Gambaran Umum Wilayah - II - 26 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 Tahun No Realisasi Anggaran B Belanja (b1 + b.2) b.1 Belanja Tidak Langsung b.1.1 Belanja pegawai b.1.2 Bunga b.1.3 Subsidi b.1.4 Hibah b.1.5 Bantuan sosial b.1.6 Belanja bagi hasil b.1.7 Bantuan keuangan b.1.8 Belanja tidak terduga b.2 Belanja Langsung b.2.1 Belanja pegawai b.2.2 Belanja barang dan jasa b.2.3 Belanja modal C Pembiayaan 2010 2011 2012 Rata-Rata 2013 2014 pertumbuhan (%) Surplus/Defisit Anggaran Sumber : DPA APBD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2009-2013 Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 27 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 Tabel 2.6. Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010 - 2014 No SKPD 1 PU DCK-TR+Pengairan (Drainase) 1.a Investasi 1.b operasional/pemeliharaan (OM) 2 Investasi 2.b operasional/pemeliharaan (OM) 3 DCK-TR 3.a Investasi 3.b operasional/pemeliharaan (OM) 4 Dinkes 4.a Investasi 4.b operasional/pemeliharaan (OM) 5 Bappeda 5.a Investasi 5.b operasional/pemeliharaan (OM) 6.a 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-Rata pertumbuhan (%) BLH 2.a 6 Tahun - - - - - Bapermas Investasi Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 28 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 No 6.b 7 SKPD 7.b operasional/pemeliharaan (OM) 8 Belanja Sanitasi (1+2+3+…n) 9 Pendanaan investasi sanitasi Total (1a+2a+3a+…na) 10 Pendanaan OM (1b+2b+3b+…nb) 11 Belanja Langsung 14 2011 2012 2013 2014 SKPD lainnya (DKP) Investasi 13 2010 Rata-Rata pertumbuhan (%) operasional/pemeliharaan (OM) 7.a 12 Tahun Proporsi Belanja Sanitasi – Belanja Langsung(8/11) Proporsi Investasi Sanitasi – Total Belanja Sanitasi (9/8) Proporsi OM Sanitasi – Total Belanja Sanitasi (10/8) Sumber : DPA APBD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2014 Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 29 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 Tabel 2.7. Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupate Kutai Kartanegara Tahun 2010 – 2014 No 1 Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata Pertumbuhan Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4 ) 1,1 Air Limbah Domestik 1,2 Sampah rumah tangga 1,3 Drainase lingkungan 1,4 Prohisan 2 Belanja Sanitasi (Rp.) Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2 + 2.3 ) 2,1 DAK Sanitasi 2,2 DAK Lingkungan Hidup DAK Perumahan dan Permukiman Pinjaman/Hibah untuk 3 Sanitasi Bantuan Keuangan 4 Provinsi untuk Sanitasi Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3) 2,3 Total Belanja Langsung % APBD murni terhadap Belanja Langsung Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 30 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 Tabel 2.8. Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010 – 2014 Tahun No Deskripsi Rata-rata 2010 1 Total Belanja Sanitasi Kabupaten 2 Jumlah Penduduk 2011 2012 2013 2014 Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2) Sumber : DPA APBD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2014 Tabel 2.9. Realisasi dan Potensi retribusi Sanitasi per Kapita Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010 – 2013. No 1 SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertumbuhan 2010 2011 2012 2013 2014 (%) Retribusi Air Limbah 1.a Realisasi retribusi 0 0 0 0 0 0 1.b Potensi retribusi 0 0 0 0 0 0 2 Retribusi Sampah 2.a Realisasi retribusi 2.b Potensi retribusi (target) 3 Retribusi Drainase Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 31 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 Tabel 2.10. Perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010 – 2014 No Deskripsi Tahun 2010 2010 2011 2012 2014 PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Rp.) Pendapatan Perkapita Kabupaten (Rp.) 1 2 3 Pertumbuhan Ekonomi (%) Sumber : DPA APBD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2014 2.4. Tata Ruang Wilayah 2.4.1 Struktur Ruang Wilayah. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk melayani kegiatan skala kabupaten yang meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah hulu bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai, dan sistem jaringan prasarana lainnya. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten berfungsi: 1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten yang memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di sekitarnya yang berada dalam wilayah kabupaten; dan 2. Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang menunjang keterkaitannya serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kabupaten, terutama pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan yang ada. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan: Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 32 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; b. Kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah kabupaten dalam rangka mendukung kegiatan sosial ekonomi; c. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten; dan d. Ketentuan peraturan perundang-undangan. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria: 1) Mengakomodasi rencana struktur ruang nasional, rencana struktur ruang wilayah provinsi, dan memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan; 2) Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kabupaten bersangkutan; 3) Pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten memenuhi ketentuan sebagai berikut: a) Terdiri atas pusat pelayanan kawasan (PPK), pusat pelayanan lingkungan (PPL), serta pusat kegiatan lain yang berhirarki lebih tinggi yang berada di wilayah kabupaten yang kewenangan penentuannya ada pada Pemerintah Pusat dan pemerintah provinsi; b) Memuat penetapan pusat pelayanan kawasan (PPK) serta pusat pelayanan lingkungan (PPL); dan c) Harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang serta saling terkait menjadi satu kesatuan sistem wilayah kabupaten. 4) Dapat memuat pusat-pusat kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf c di atas dengan ketentuan sebagai berikut: a) Pusat kegiatan yang dipromosikan untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai PKL (dengan notasi PKLp); b) Pusat kegiatan yang dapat ditetapkan menjadi PKLp hanya pusat pelayanan kawasan (PPK); dan c) Pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) harus ditetapkan sebagai kawasan strategis kabupaten dan mengindikasikan program pembangunannya di Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 33 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 dalam arahan pemanfataan ruangnya, agar pertumbuhannya dapat didorong untuk memenuhi kriteria PKL. Sistem jaringan prasarana kabupaten dibentuk oleh sistem jaringan transportasi sebagai sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana lainnya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 34 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 Peta 2.3. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Kutai Kartanegara Sumber : RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara 2012 - 2032 Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 35 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 2.4.2 Rencana Pola Ruang Kabupaten Kutai Negara. Rencana pola ruang wilayah kabupaten pada dasarnya merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten berfungsi sebagai: 1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten; 2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang; 3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk dua puluh tahun; dan 4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten. Rencana pola ruang untuk wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, dirumuskan berdasarkan kriteria: a. Merujuk pada rencana pola yang ditetapkan dalam RTRW Nasional, yang tertuang dalam PP No 26 Tahun 2008. b. Merujuk pada rencana pola yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi Kalimantan Timur 2011-2031 c. Mengakomodasi kebijakan pengembangan kawasan andalan nasional yang berada di wilayah kabupaten bersangkutan; d. Memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan; e. Mempertimbangkan hasil dari analisis kesesuaian lahan untuk fungsi lindung sesuai dengan Keppres No 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung Mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kabupaten yang terdiri atas kawasan f. lindung dan kawasan budi daya, seperti yang disarikan pada tabel berikut ini: Tabel 2.10 Klasifikasi Pola Ruang Wilayah Kabupaten No Klasifikasi Kawasan Perincian Kawasan A KAWASAN LINDUNG 1. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya kawasan hutan lindung kawasan resapan air kawasan bergambut 2. kawasan perlindungan setempat sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 36 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 No Klasifikasi Kawasan Perincian Kawasan kawasan sekitar mata air, kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal lainnya, kawasan ruang terbuka hijau perkotaan 3. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut, cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam dan taman wisata alam laut, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan; 4. kawasan rawan bencana alam kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir 5. kawasan lindung geologi kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan bencana alam geologi, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah; 6. kawasan lindung lainnya cagar biosfer, ramsar, taman buru, kawasan perlindungan plasma-nutfah, kawasan pengungsian satwa, terumbu karang, dan kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindung B KAWASAN BUDIDAYA 1. kawasan peruntukan hutan produksi Hutan Produksi Terbatas (HPT) Hutan Produksi Tetap (HP) Hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) 2. kawasan hutan rakyat 3. kawasan peruntukan pertanian Kawasan pertanian lahan basah, Kawasan pertanian lahan kering, Kawasan hortikultura, Kawasan perkebunan, Kawasan peternakan 4. kawasan peruntukan perikanan Kawasan perikanan tangkap, Kawasan budi daya perikanan, Kawasan pengolahan ikan; 5. kawasan peruntukan pertambangan kawasan mineral dan batubara Kawasan minyak dan gas bumi, kawasan panas bumi, serta air tanah di kawasan pertambangan; 6. kawasan peruntukan industri industri besar Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 37 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 No Klasifikasi Kawasan Perincian Kawasan industri menengah industri kecil dan mikro 7. kawasan peruntukan pariwisata pariwisata budaya, pariwisata alam, dan pariwisata buatan; 8. kawasan peruntukan permukiman permukiman perkotaan permukiman perdesaan 9. Kawasan peruntukan lainnya kawasan HANKAM, kawasan lainnya Sumber: PP No 26 Tahun 2008 tentang RTRWN serta Permen PU No 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 38 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 Peta 2.4. Rencana Pola Ruang Kabupaten Kutai Kartanegara Sumber : RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara 2012 - 2032 Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 39 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 Kawasan Rawan Bencana Alam Menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana disebutkan bahwa rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Salah satu faktor terjadinya bencana dikarenakan lingkungan. Oleh karena itu, kondisi daerah rawan bencana harus dikenali dan dibuat rencana tata ruang daerah rawan bencana. Selanjutnya sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), disebutkan bahwa kawasan bencana alam dibedakan menjadi kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir. Salah satu klasifikasi kawasan rawan bencana alam yang teridentifikasi di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah kawasan rawan banjir, dan kawasan gerakan tanah kecil atau tanah longsor. Kawasan rawan banjir yang ada di daerah ini adalah kawasan yang mempunyai tingkat banjir yang sangat tinggi, meliputi: 1. Kecamatan Anggana; 2. Kecamatan Kenohan; 3. Kecamatan Kota Bangun; 4. Kecamatan Marang Kayu; 5. Kecamatan Muara Badak; 6. Kecamatan Muara Jawa; 7. Kecamatan Muara Kaman; 8. Kecamatan Muara Muntai; 9. Kecamatan Muara Wis; 10. Kecamatan Samboja; 11. Kecamatan Sanga-Sanga; 12. Kecamatan Sebulu; 13. Kecamatan Tenggarong; dan 14. Kecamatan Tenggarong Seberang. Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 40 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 Daerah rawan bencana tanah longsor di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat di: 1. Kecamatan Kembang Janggut; 2. Kecamatan Kota Bangun; 3. Kecamatan Loa Kulu; 4. Kecamatan Muara Kaman; 5. Kecamatan Muara Wis; 6. Kecamatan Sanga-Sanga; 7. Kecamatan Sebulu; 8. Kecamatan Tabang; dan 9. Kecamatan Tenggarong. 2.5. SOSIAL DAN BUDAYA Fasilitas pendidikan di Kabupaten Kutai Kartanegara diantaranya adalah TK, SD, SMP, SMU/SMK yang tersebar diseluruh kelurahan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Jumlah Taman Kanak-Kanak di Kabupaten Kutai Kartanegara secara keseluruhan sebanyak 284 unit, Sekolah Dasar secara keseluruhan memiliki jumlah sebanyak 502 unit yang tersebar di 18 Kecamatan. Untuk Sekolah setingkat SLTP memiliki jumlah sebanyak 141 unit yang tersebar di 18 Kecamatan. Sedangkan Jumlah SMU di Kabupaten Kutai Kartanegara sebanyak 104 unit , sedangkan SMK sebanyak 37 unit Untuk lebih jelasnya data jumlah fasilitas sekolah, di Kabupaten Kutai Kartanegara terlihat pada Tabel 2.11 Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 41 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 Tabel 2.11. Jumlah Fasilitas pendidikan Negeri/Swasta yang tersedia di Kabupaten Kutai Kartanegara Jumlah Sarana Pendidikan No. Umum Nama Kecamatan TK SD SLTP SMA SMK Samboja 38 41 10 6 5 2 Muara Jawa 10 22 5 2 2 3 Sanga-Sanga 4 16 3 1 2 4 Loa Janan 34 30 9 2 5 5 Loa Kulu 19 30 11 2 3 6 Muara Muntai 15 17 5 1 2 7 Muara Wis 6 11 4 1 - 8 Kota Bangun 18 37 7 3 2 9 Tenggarong 18 45 14 7 8 10 Sebulu 20 26 6 2 1 11 Tenggarong Seberang 1 32 9 3 12 Anggana 13 21 6 1 - 13 Muara Badak 24 28 10 4 2 14 Marang Kayu 19 24 8 5 1 15 Muara Kaman 16 33 9 3 - 16 Kenohan 2 14 4 1 1 17 Kembang Janggut 12 19 4 2 18 Tabang 15 14 2 2 - 284 460 126 48 37 1 JUMLAH 3 - Sumber data: Kutai Kartanegara Dalam Angka Tahun 2013 Fasilitas kesehatan di Kabupaten Kutai Kartanegara meliputi Rumah Sakit Umum sebanyak 3 unit terdapat di Ibukota Kecamatan Tengarong, Tenggarong Sebrang dan Kota Bangun, Puskesmas Induk sebanyak 32 unit, Puskesmas Pembantu sebanyak 173 Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 42 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 unit, Puskesmas Keliling 34 unit, Poskesdes 8 unit, Polindes 17 unit dan Rumah Bersalin sebanyak 2 unit. Tabel 2.10. Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan No. Nama Kecamatan 1 Samboja 2 Muara Jawa 3 Sanga-Sanga 4 Loa Janan 5 Loa Kulu 6 Muara Muntai 7 Muara Wis 8 Kota Bangun 9 Tenggarong 10 Sebulu 11 Tenggarong Seberang 12 Anggana 13 Muara Badak 14 Marang Kayu 15 Muara Kaman 16 Kenohan 17 Kembang Janggut 18 Tabang Jumlah KK Miskin/Kecamatan JUMLAH Sumber : PPLS 2011 DESIL 1 KAB. KUTAI KARTANEGRA Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 43 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 Tabel 2.11. Jumlah Rumah per kecamatan No. Nama Kecamatan Jumlah Rumah 1 Samboja 15.637 2 Muara Jawa 8.882 3 Sanga-Sanga 4.940 4 Loa Janan 14.975 5 Loa Kulu 11.428 6 Muara Muntai 5.311 7 Muara Wis 2.702 8 Kota Bangun 8.603 9 Tenggarong 25.313 10 Sebulu 10.577 11 Tenggarong Seberang 16.900 12 Anggana 8.546 13 Muara Badak 11.854 14 Marang Kayu 8.236 15 Muara Kaman 9.506 16 Kenohan 2.702 17 Kembang Janggut 7.392 18 Tabang 2.445 JUMLAH 175.949 Sumber : Dinas Cipta Karya Dan Tata Ruang Tahun 2013 2.6. KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara mempunyai landasan/Dasar Hukum pada Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 1 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara. Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 44 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 1. Tugas dan Fungsi Berdasar Perda tersebut maka Sekretaris Daerah mempunyai tugas membantu Bupati dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja, Lembaga Lain, Kecamatan dan Kelurahan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Sekretaris Daerah mempunyai fungsi : Penyusunan kebijakan pemerintah daerah Pengkoordinasian pelaksaan tugas Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja, Lembaga Lain, Kecamatan dan Kelurahan Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pemerintahan Daerah Pembinaan administrasi dan aparatur Pemerintahan Daerah Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2. Struktur Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara a. Asisten Pemerintahan, terdiri dari : 1) Bagian Adm Pemerintahan Umum 2) Bagian Adm Kesra 3) Bagian Adm Perekonomian 4) Bagian Pembangunan b. Asisten Umum, terdiri dari : 1) Bagian Hukum dan Perundang-undangan 2) Bagian Organisasi dan Tata laksana 3) Bagian Humas dan Protokol 4) Bagian Umum Secara detail termuat di Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Kabupaten Kutai Kartanegara Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 45 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 Bupati DPRD Wakil Bupati 1. 2. Sekretariat Daerah Staf Ahli 3. ASS. ADM PEMERINTAHAN UMUM DAN HUKUM Kecamatan 18 Kecamatan ASS. ADM PEREKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN Badan Inspektorat Desa/Kalurahan 237 Desa/Kelurahan Bab II Gambaran Umum Wilayah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. BAPPEDA BKBPM BLHD BPMPD BKP BAPPEMASPEMDES BKBP3 8. BKD 9. BPPD 10. BKPP 11. BPPT 12. BPKAD 13. BPBD ASS. ADM UMUM Dinas 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. DISPORA Dinas Kesehatan DINSOS DISNAKERTRANS DISPERHUB DISKOMINFO DISBUDPAR DCK-TR DBM-SDA DISPERINDAGKOP DISTANHOR DISNAKKESWAN DINAS KELAUTAN PERIKANAN DISBUTHUT DISTAMBEN Kantor/Satuan 1. SATPOL PP Bagian Tata Usaha Bagian Risalah dan Persidangan.l Kelompok Jabatan Fungsional ASS. ADM KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN HUMAS RSUD PARIKESIT RSUD ABADI RSUD DAYA KURAJA 16. DISDUKCAPIL 17. DISPENDA 18. DISDIK II - 46 DRAFT Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2014 KETUA SEKRETARIS DAERAH KAB. KUTAI KARTANEGARA SEKRETARIS Assisten Perekonomian Pembangunan SETDA BIDANG SEKRETARIAT 1. Sekretaris BAPPEDA 2. Kabag. Admin Organisasi SETDA 3. Kabag Admin Pembang SETDA 4. 4.Kabag. Admin Hukum, SETDA 5. Kasubag Umum Kepeg Bappeda 6. Kasubag Program Admin SETDA. BIDANG PERENCANAAN 1. Kepala Bappeda 2. Kabid Sarpras Bappeda 3. Kabid DCK –TR 4. Kasubbid Pengemb. Wilayah Bappeda 5. Kasubbid Sarpras Bappeda BIDANG PENDANAAN 1. Kepala BPKAD 2. Kabid Anggaran BPKAD 3. Kabid Pengkajian dan Pembiayaan Pembangunan BAPPEDA. 4. Kasub Anggaran BPKAD 5. Kasubbid Anggraran BAPPEDA BIDANG TEKNIS 1. Kadis DCK-TR 2. Kabid Penyehatan Lingkungan DCK-TR 3. Kasek Kebersihan DCK-TR 4. Kasek Bimtek Penyehatan Lingkungan DCK-TR 5. Kasek Lingk Sehat & Perbaikan Gizi Masy DINKES 6. Kasek Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan DINKES 7. BIDANG PENYEHATAN, KOMUNIKASI DAN PEMBERDAYAAN BIDANG MONITORING DAN PENGENDALIAN 1. Kadis DINKES 2. Kabid Upaya Kesehatan DINKES 3. Kabid Usaha Ekonomi BAPPEMASPEMDES 4. Kabid Telematika, DISKOMINFO 5. Kasek Lingk Sehat & PGM DINKES 6. Kabag Admin Humas Dan Protokol Setda 7. Kasubbag Data dan Informasi DISKOMINFO 1. Kepala BLHD 2. Kabid. Pengendalian BLHD 3. Kabid. Statistik Dan Pengendalian BAPPEDA 4. Kasubbid Pengendalian BAPPEDA 5. Kasbubid Tata Lingkungan BLHD Sumber: Berdasar SK Pokja PPSP No. 363/SK-BUP/HK/2013 Bab II Gambaran Umum Wilayah II - 47