1 PENGARUH MOTIVASI TERHADAP SEMANGAT KERJA PEGAWAI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT 1 Eka Susilo1 Administrasi Negara, Fakultas ISIPOL, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, 2 Fakultas ISIPOL, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 75234, Indonesia. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang positif antara variabel motivasi terhadap variabel Semangat Kerja Pegawai khusus berpendidikan SLTA atau sederajat pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut di atas, maka analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Koefisien Korelasi Product Moment (Pearson). Hasil analisis menunjukkan adanya Pengaruh yang Positif antara motivasi dengan semangat kerja Pegawai berpendidikan SLTA atau sederajat pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat. Berdasarkan hasil perhitungan yang menyatakan bahwa r hitung lebih besar dari r tabel yaitu 0, 688 > 0,312. Untuk nilai kritis pada n = 40 dengan taraf signifikansi = 0.05 dengan demikian maka kedua variabel mempunyai hubungan yang positif. Setelah r hitung didapat, maka selanjutnya penulis mengadakan pengujian dengan menggunakan uji-t. hipotesis ini, nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel dengan taraf signifikasi 0,05 untuk n – 2 = 38, yaitu 5,849 > 1,686 atau dengan kata lain bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel motivasi terhadap variabel semangat kerja pegawai berpendidikan SLTA pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat, hal ini berarti bahwa hipótesis yang diajukan dan dirumuskan didalam penelitian ini dapat diterima dan dibuktikan kebenarannya. Keywords : motivation 2 I. PENDAHULUAN Sumberdaya manusia, dalam hal ini pegawai negeri sipil, sebagai aparatur Negara saat ini dan yang akan datang dituntut lebih profesional mengingat disisi yang lain terjadi persaingan pelayanan masyarakat yang dilakukan oleh swasta, tuntutan lainnya kepada aparatur Negara seperti adanya desakan masyarakat terhadap reformasi birokrasi (reeventing government) salah satu tujuannya adalah terciptanya cleant government, accountability dan responsibility public. Tuntutan perubahan lingkungan pemerintah telah mencanangkan dan mengkampanyekan gerakan Rerormasi Birokrasi kepada seluruh pegawai negeri dari pusat sampai ke daerah, namun kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak kendala dan permasalahan dalam implementasi gerakan Reformasi Birokrasi tersebut. Gerakan reformasi birokrasi pemerintah harus didukung oleh motivasi kerja pegawai negeri sipil sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat. Disisi yang lain secara obyektif kita mengetahui bahwa setiap orang yang menjadi pegawai negeri sipil mempunyai motif yang berbeda antara satu pegawai dengan pegawai lainnya dan setiap orang sudah pasti berusaha mencapai semangat kerja yang baik dengan berbagai upaya yang mungkin dilakukannya. Sejalan dengan itu bahwa setiap orang yang menuntut pemenuhan kebutuhan cenderung semakin meningkat dan beragam, maka langsung atau tidak langsung hal tersebut akan berdampak terhadap aktifitasnya didalam pekerjaan. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa, bahwa pegawai negeri sipil termotivasi untuk bekerja adalah ingin memenuhi kebtuhan hidunyanya. Dengan bekerja mereka berharap agar semua kebutuhan hidup mereka dapat penuhi cara maksimal. Untuk dapat terpenuhinya secara maksimal setiap kebutuhan hidup tersebut, maka setiap pegawai harus mampu meningkatkan dan mempertahankan semangat kerjanya dengan baik. Sehubungan dengan itu maka disinilah letak pentingnya motivasi sebagai kekuatan pendorongan bagi para pegawai untuk lebih meningkatkan dan mempertahankan semangat kerjanya dengan baik. Motivasi ini bukan saja harus tumbuh di dalam diri setiap pegawai itu, tetapi juga bagaimana kemampuan pimpinan dari organisasi itu menumbuhkan atau menstimulasi agar dorongan semangat itu tumbuh dan berkembang di kalangan dengan baik dikalangan para pegawai, maka diharapkan para pegawai mau dan mampu melaksanakan tugas-tugas yang yang dibebankan kepadanya dengan penuh semangat dan kegairahan. Dan ini sangat besar pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan-tujuan organisasi efektif dan efisien. Oleh sebab itu motivasi merupakan variabel yang sangat penting didalam usaha meningkatan dan mempertahanakan tingkat semangat kerja bagi para pegawai, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa menumbuhkan motivasi di 3 dalam diri para pegawai adalah salah satu tugas utama bagi seorang pemimpin didalam suatu organisasi. Sarwoto (1981 : 135), mengatakan bahwa timbulnya motivasi dari dalam diri seseorang sangat tergantung pada atasannya. Dimana pimpinan mempunyai peranan yang sangat penting didalam memberikan dorongan kepada bawahan agar mau bekerja dengan semangat yang tinggi. Motivasi juga merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilaksanakan, sebagai mana yang dikatakan oleh sebagai berikut diantara fungsi-fungsi yang terdapat dalam manajemen maka fungsi dan kegiatan motivasi adalah fungsi dan kegiatan yang tergolong palimg erat hubungannya dengan unsur manusia, bahkan tidak salah bila dikatakan bahwa motivasi adalah maslah manusia didalam manajemen (managerial Human Problem). Dari uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh pengawasan dengan efektivitas kerja Pegawai Dinas Pendapatan Kabupaten Kutai Barat. II. PERMASALAHAN Apakah motivasi berpengaruh positif terhadap semangat kerja pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat. III. METODE PENELITIAN A. Wilayah Penelitian lokasi penelitian pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat, sampel diambil 100% karena seluruh pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat berpendidikan SLTA sebanyak 40 (empat puluh) orang pegawai dijadikan sampel dalam penelitian ini.dilakukan secara acak atau dengan cara undian. Teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan dan studi lapangan. Adapun jenis penelitian yang penulis pergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian jenis asosiatif yang bersifat menghubungkan dua variabel yaitu menyorot pengaruh antara motivasi dengan semangat kerja. Analisa data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Koefisien Korelasi Product Moment (Pearson), yaitu dengan rumus sebagai berikut: Dimana: r = Koefisien Korelasi X = Nilai pengamatan dari Variabel X Y = Nilai pengamatan dari variabel Y n = Jumlah responden koefisien korelasi ( r ) mempunyai nilai -1 < r < 1 Untuk menguji tingkat korelasi antara indevenden variabel dengan devenden variabel digunakan tabel harga kritis rs Koefisien korelasi Prodict Moment (Pearson), pada tingkatan signifikan 0,05. Sedangkan untuk menguji hipótesis, penulis mengunakan uji t, dimana rs emperis yang dihasilkan di uji kembali dengan uji t tersebut, dengan rumus sebagai berikut 4 Dimana: t = nilai t-test empirik r = nilai koefisien korelasi n = sampel (jumlah pengamtan) IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Variabel Motivasi Menurut Kamus Bahasa Indonesia modern, karangan Muhammad Ali, motif diartikan sebagai sebab akibat yang menjadi dorongan tindakan seseorang dan sebagai sesuatu yang pokok yang menjadi dorongan seseorang untuk bekerja (Ishak Arep dan Hendri T, 2003 : 12). A. W Widjaja (1996 : 12) mengatakan otivasi adalah kekuatan dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Onong Uchjana Efendi (1989 : 34) mengatakan bahwa motivasi adalah kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki. Dengan kebutuhan yang berbeda, maka motivasi setiap pegawai juga berbeda dan meliputi berbagai macam hal. Sebagaimana oleh Moekijad (1988 : 60) mengatakan bahwa motivasi meliputi berbagai macam hal antara lain: 1. Insentif yang bersifat finansial: misalnya pembayaran gaji, uang perangsang kesejahteraan sosial dan pelayanan pegawai (Imploye Service). 2. Insentif yang bersifat non finansial: misalnya penciptaan hubungan yang baik antara manajer dan bawahan atau lingkungan kerja dan sebagainya. Selanjutnya A.W Widjaja (1996 : 56) mengatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan yang berdasar dan kebutuhan psikologis maka motivasinya adalah: 1. Peneriman gaji yang layak sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya. 2. Pemberian gaji berupa honorium bagi petugas-petugas tertentu yang melakukan tugas tambahan diluar jam kerja. Ishak Aref dan Hendri T (2003 : 25) mengemukakan 4 (empat) pendapat pakar teori motivasi yang mempengaruhi jalan pikiran para ahli lainnya, yaitu : Bapak Teori motivasi A.H. Maslow mengatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan manusia dimasukkan dalam lima kategori yang di susun menurut prioritas, yaitu : Kebutuhan badaniyah (psychological needs), Kebutuhan akan keamanan (safety needs), Kebutuhan sosial (social needs), Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) dan Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization needs) 2. Variabel Semangat Kerja Menurut Richard M. Steers (1980 : 44) dikatakan semangat kerja adalah kecendrungan anggota organisasi berusaha lebih keras lagi mencapai tujuan dan sasaran organisasi termasuk perasaan terikat. Semangat kerja adalah gejala kelompok yang melibatkan usaha tambahan kebersamaan tujuan dan perasaan memiliki. Pariata Weastra (1997 : 38) mengatakan bahwa semangat kerja adalah sikap individu maupun 5 kelompok, terhadap sukarelawan, untuk bekerja sama agar dapat mencurahkan kemampuannya secara menyeluruh sesuai kebutuhan utama organisasi. Semangat kerja juga merupakan suatu sikap individu atau kelompok terhadap kesukarelaannya untuk bekerjasama agar mencurahkan kemampuanya secara menyeluruh. Selanjutnya Alex S. Nitisemito mengatakan semangat kerja juga diartikan sebagai suatu kegiatan dalam melaksanakan pekerjaan secara cepat dan lebih baik menyelesaikan suatu kegiatan. Upaya untuk menciptakan dan memelihara semangat kerja merupakan pekerjaan yang cukup berat dan berproses, oleh sebab itu perlu pemahaman unsur-unsur semangat kerja, antara lain : Presensi, Disiplin kerja, Kerjasama, Tanggung Jawab, dan Produktivitas Kerja. Beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya semangat kerja antara lain : (a) salah satu fungsi adalah terciptanya hubungan yang harmonis antara pimpinan dengan bawahan; (2) kepuasan para karyawannya terhadap tugas dan pekerjaannya ; (3) terdapat suasana dan iklim kerja yang bersahabat dengan anggota lain dalam suatu organisasi (1) adanya tingkat kepuasan ekonomi dan kepuasan material lainnya yang memadai sebagai imbalan yang dirasakan adil terhadap jerih payahnya; (2) adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian serta perlindungan terhadap segala sesuatu yang dapat membahayakan diri pribadi dan karir dalam pekerjaannya. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa untuk meningkatkan semangat kerja pegawai, selain memenuhi kebutuhan material, juga tidak kalah pentingnya memenuhi kebutuhan nonmaterial. Berdasarkan uraian pendapat teori para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor penting yang mempengaruhi semangat kerja pegawai adalah hubungan yang harmonis antara pimpinan dengan bawahan. Hubungan yang harmonis antara pimpinan dan bawahan tercipta salah satunya adalah dengan pengawasan yang baik oleh pimpinan. Pagawai akan merasa dihargai dan bersemngat dalam memperbaiki kesalahan jika pimpinan memberikan mengoreksi, menilai, memberi petunjuk, arahan dan pedoman kerja dengan cara yang baik dan bersahaja. Untuk mengukur variabel Motivasi yang berfungsi sebagai independen variabel, indikatornya adalah: Gaji yang diterima, Pemberian uang insentif atau jaminan sosial., dan Hubungan yang baik antara pimpinan dengan bawahan. 1. Gaji Yang Diterima, berdasarkan jawaban responden dapat dijelaskan bahwa sebanyak 28 orang atau sebesar 70,0% mengatakan gaji yang diterima lebih dari cukup, Sebanyak 10 orang atau sebesar 25,0% mengatakan cukup, dan hanya 2 orang atau sebesar 5,0% mengatakan kurang cukup gaji yang diterima oleh pegawai. 2. Pemberian Uang Insentif atau jaminan sosial, berdasarkan jawaban responden dapat dijelaskan bahwa sebanyak 29 orang atau 72,5% menjawab 6 sangat sering menerima, 8 orang atau 20,0% menjawab sering dan 3 orang atau 7,5% menjawab kadang-kadang. Ini menandakan bahwa mereka bekerja ada uang perangsang atau jaminan sosialnya. 3. Hubungan yang baik antara pimpinan dengan bawahan, jawaban responden menunjukkan bahwa sebanyak 34 orang atau sebesar 85,0% menjawab sangat memperhatikan, kemudian sebanyak 5 orang atau sebesar 12,5% menjawab punya perhatian dan hanya 1 orang atau sebesar 2,5% menjawab pimpinan kurang memperhatikan bawahannya. Untuk mengukur variabel semangat kerja sebagai dependen variabel, indikatornya adalah: Kerjasama, Kepuasan dalam bekerja, dan Penggunaan jam kerja 1. Kerjasama, jawaban responden menunjukkan bahwa sebanyak 28 orang atau sebesar 70,0% menjawab koordinasi sangat baik, sebanyak 9 orang atau sebesar 22,5% menjawab koordinasi baik dan sebanyak 2 orang atau sebesar 5,0% menjawab cukup baik, dan hanya 1 orang atau 2,5% menjawab tidak baik kerjasama di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat. 2. Kepuasan Dalam Bekerja, jawaban responden menunjukkan bahwa jawaban responden berkaitan dengan kepuasan kerja pegawai terhadap hasil pekerjaan yang telah dilakukan, sebanyak 31 orang atau sebesar 77,5% menjawab bahwa mereka sangat puas terhadap hasil pekerjaanya, sebanyak 6 orang atau sebesar 15,0% menjawab puas dan sebanyak 3 orang atau sebesar 7,5% menjawab cukup puas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar pegawai mempunyai kepuasan dalam melaksanakan pekerjaan. 3. Penggunaan Jam Kerja, jawaban responden menunjukkan bahwa sebanyak 25 orang responden atau sebesar 62,5% menjawab sangat efektif, cepat dan tepat waktu dalam menyelesaikan tugas pelayanan, sementara itu sebanyak 9 orang atau sebesar 22,5% menjawab efektif, sebanyak 4 orang atau sebesar 10,0% menjawab cukup,efektif dan tepat waktu dan hanya 2 orang atau 5,0% menjawab tidak efektif dan tidak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas pekerjaan kantor. Hasil analisa data Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh rhit = 0,688, ini berarti bahwa hasil tersebut lebih besar jika dibandingkan table harga-harga kritis koefisien Korelasi Product Moment (Pearson), yaitu rhit = 0,688, ini berarti bahwa hasil tersebut lebih besar jika dibandingkan table hargaharga kritis koefisien korolasi Product Moment (Pearson), yaitu rhit = 0,688 > rtab = 0,312 untuk N = 40 pada tingkat signifikansi = 0,05 artinya menolak Ho dan menerima Ha. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara variabel motivasi dengan semangat kerja pegawai berpendidikan SLTA pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat. 7 V. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan pada bab-bab terdahulu, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dari hasil penelitian sebagai berikut: 1. Dari hasil analisa data diketahui bahwa koefisien Product Moment (Pearson) yang dihasilkan adalah r = 0,688. Berdasarkan hasil analisa tersebut, jelas terlihat bahwa variabel motivasi mempunyai hubungan yang positif dengan variabel semangat kerja pegawai berpendidikan SLTA pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat. 2. Dari hasil perbandingan nilai r dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara variabel motivasi dengan semangat kerja pegawai dimana nilai rhitung > rtabel yaitu 0,688 > 3,12 pada tingakat signifikasi 0,05 untuk n = 40, dengan demikian maka kedua variabel mempunyai tingkat hubungan yang sangat kuat. 3. Bahwa berdasarkan hasil perhitungan yang dibuat, untuk pengujian hipótesis dengan menggunakan “uji t” didapt ttest sebesar 5,849 yang berarti bahwa ttest lebih besar dari ttabel yaitu 5,849 > 1,686 dengan nilai kritis n – 2 = 48 dengan taraf signifikasi 0,05 artinya menolak Ho dan menerima Ha. Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel motivasi terhadap variabel semangat kerja pegawai berpendidikan SLTA pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat, hal ini berarti bahwa hipótesis yang diajukan dan dirumuskan didalam penelitian ini dapat diterima dan dibuktikan kebenarannya. B. Saran – saran. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat, disarankan agar kirannya dapat lebih meningkatkan dan mempertahankan motivasi para pegawai, khususnya pegawai berpendidikan SLTA, agar kemampuan mereka di dalam melaksanakan tugas - tugas dapat lebih bersemangat dan bergairah dalam melaksanakan pekerjaan. 2. Kepada para pegawai, disarankan agar kiranya dapat lebih meningkatkan motivasi yang ada di dalam diri mereka agar dapat melaksanakan tugastugas yang dibebankan oleh pimpinan dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab dan tidak harus menunggu adanya motivasi dari atasan. Sehingga para pegawai dapat mengembangkan aktifitas dan inovasi dalam pekerjaan. 3. Untuk lebih memperhatikan faktor motivasi antara lain: penyesuaian pembayaran besaran gaji, uang perangsang kesejahteraan sosial dan pelayanan pegawai (Imploye Service), Insentif yang bersifat non finansial: misalnya penciptaan hubungan yang baik antara manajer dan bawahan 8 4. atau lingkungan kerja dan sebagainya. Hal penting yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan motivasi dan semangat kerja karyawan ada lima macam kebutuhan pokok manusia, yaitu: Kebutuhan yang bersifat fisiologis dari sadang, pangan dan papan. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang sangat primer dan terasa sejak lahir hingga mati, Kebutuhan keamanan, baik itu keamanan jiwa maupun keamanan harta benda, Kebutuhan-kebutuhan sosial, Kebutuhan akan prestasi, Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja. BIBIOGRAFI Alex. S. Nitisemito. 1992. Manajemen Personalia. Ghalia. Indonesia. Jakarta. A .W. Widjaja.1996. Peranan Motivasi Dalam Kepemimpinan, Penerbit Akademi Pressindo, Jakarta. Edi Suwardi. 1992.Aspek-Aspek Kepemimpinan Manajemen Operasional, Penerbit Alumi, Bandung. Ishak Arep dan Hendri T. 2003. Manajemen Motivasi. PT. Grasindo Widiasarana Indonesia. Jakarta. Manulang.1989 Manajemen Personalia, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Moekijad.1989. Motivasi dan Perkembangan Manajemen, Penerbit Alumni Bandung. Onong Uchjana Effendi, Human Relation and Publik Relation, Alumni Bandung. Richard M. Steer.1990.Efektifitas Organisasi, Penerbit Erlangga, Jakarta. Sarwoto.1991. Perilaku administrasi, Penerbit Alumni, Bandung. Sondang P. Siagian.1990. Manajemen Modern, Gunung Agung, Jakarta. Sudarwan Danim. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Reneka Cipta. Jakarta.