PENGARUH KOMUNIKASI TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI PADA BAGIAN PENETAPAN PAJAK DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT JURNAL SKRIPSI Oleh : CHRISTIE PARAMITA NPM. 10.11.1001.3509.102 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA 2 014 2 PENGARUH KOMUNIKASI TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI PADA BAGIAN PENETAPAN PAJAK DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT Christie Paramita 1) ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Komunikasi berpengaruh positif terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Bagian Penetapan Pajak Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Komunikasi dengan variabel Efektivitas Kerja Pegawai pada Bagian Penetapan Pajak Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat. Hal ini dapat dilihat dari hasil perbandingan antara nilai r empiris (hitung) dengan nilai r teoritis (tabel) pada tabel harga-harga kritis untuk r product moment, yaitu r(hit) = 0,832 > r(tab) = 0,444 pada tingkat signifikansi 0,05 untuk n = 20. Ini berarti bahwa ada hubungan yang positif antara variabel Komunikasi dengan variabel Efektivitas Kerja pegawai Bagian Penetapan Pajak pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat. Berdasarkan hasil perhitungan yang dibuat untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t, di dapat hasil t(hit) = 4,862, hasil perhitungan tersebut memperlihatkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel yang terdapat pada tabel harga-harga kritis student-t untuk n - 2 pada tingkat signifikansi 0,05, yaitu t(hit) = 4,862 > t(tab) = 1,734. Ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel Komunikasi terhadap variabel Efektivitas Kerja Pegawai. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa rumusan masalah di dalam penelitian ini telah terjawab dan hipotesis yang diajukan dapat diterima dan dibuktikan kebenarannya. Keywords : communication & coordination I. PENDAHULUAN Tuntutan era teknologi informasi dan komunikasi saat ini dan yang akan datang tidak ada pilihan lain baik organisasi pemerintah maupun swasta harus mampu beradaptasi dengan perubahan yang penuh dengan ketidakpastian. Salah satu cirinya adalah ditandai dengan spesialisasi pekerjaan dan tuntutan publik terhadap kualitas pelayanan yang memuaskan pelanggan atau pemberi pekerjaan. Disisi yang lain tak terhindarkan terjadinya kompetesi dikalangan dunia swasta semakin meningkat baik tingkat lokal, nasional maupun internasional termasuk lembaga pemerintah saling bersaing dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat yang semakin majemuk dan perilaku masyarakat yang cepat berubah. 3 Peningkatan sikap, perjuangan, pengabdian, disiplin kerja, dan kemampuan profesional dapat dilakukan melalui serangkain pembinaan dan tindakan nyata agar upaya peningkatan prestasi kerja dan loyalitas pegawai dapat menjadi kenyataan. Salah satu faktor yang mempengaruhi di dalam peningkatan profesionalisme para pegawai adalah dengan meningkatkan efektivitas mereka di dalam bekerja. Efektivitas dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawab akan sangat berpengaruh dalam pencapaian tujuan. Efektivitas merupakan suatu dasar pembentukan dan penyelenggaraan suatu organisasi, oleh karena itu eksistensi dan pertumbuhan organisasi akan lebih terjamin apabila organisasi tersebut dapat mencapai efektifitas kerja para personel yang ada didalamnya. Efektifitas kerja sangatlah diperlukan dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan terciptanya efektivitas kerja maka pegawai akan berusaha mengatasi dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan. Sebaliknya ketidakefektifan di dalam bekerja berakibat pegawai akan mudah putus asa bila mendapatkan kesulitan dalam pelaksanaan tugas sehingga sulit untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu faktor yang dapat menjadi acuan untuk mencapai efektivitas kerja salah satunya adalah faktor komunikasi yang ada di dalam organisasi tersebut. Komunikasi memegang peranan yang sangat penting di dalam menentukan sampai berapa jauh orang-orang dapat bekerjasama secara efektif mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian bagimana keterkaitan antara komunikasi yang terhadap efektivitas kerja. Pada Bagian Penetapan Pajak Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat. II. PERMASALAHAN Apakah Komunikasi Berpengaruh Positif Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Bagian Penetapan Pajak Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat ?” III. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian pada Bagian Penetapan Pajak Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat.Sampel diambil 100% karena jumlah responden hanya 20 orang pegawai. Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi lapangan. Penelitian yang dilakukan ini termasuk ke dalam kelompok penelitian verifikatif (causalitas) yaitu suatu penelitian untuk mencari hubungan sebab akibat antara independen variabel dengan dependen variabel, yang kemudian dilanjuitkan dengan pengujian dan pembuktian hipotesis penelitian. Analisis data yang penulis gunakan di dalam penelitian ini adalah metode analisis Koefisien Korelasi Product Moment (pearson) dengan rumus sebagai berikut : 4 dimana : r : Koefisien Korelasi x : Independen Variabel y : Dependen Variabel n : Jumlah Pengamatan (Sampel) Untuk mengujin tingkat korelasi antara independen variabel dengan dependen variabel digunakan tabel harga-hara kritis rs Koefisien Korelasi Product Moment (Pearson), pada tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Cara pengambilan keputusan dengan menggunakan metode ini adalah jika harga rs empiris (hitung) lebih besar daripada harga-harga kritis rs teoritis (tabel), maka berarti terdapat hubungan yang signifikan antara independen variabel dan dependen variabel pada tingkat signifikansi 5%. Jika rs empiris lebih kecil daripada harga-harga kritis rs teoritis maka hubungan yang terjadi tidak signifikan. Sedangkan untuk kepentingan pengujian hipotesis penelitian, maka penulis menggunakan uji-t sebagai perangkatnya. Pada tahapan ini rs empiris yang dihasilkan diuji dengan uji-t dengan rumus sebagai berikut : dimana : t : Uji-t r : Koefisien Korelasi n : Jumlah Pengamatan (Sampel) IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Variabel Komunikasi Dilihat dari ruang lingkupnya komunikasi yang terjadi dalam organisasi terbagi atas komunikasi intern dan komunikasi ekstern. Komunikasi intern merupakan komunikasi antar personel yang ada di sekolah. Komunikasi harus selalu di kembangkan baik oleh pimpinan maupun oleh personel lainnya. Komunikasi intern yang baik akan memberikan kemudahan dan keringanan dalam melaksanakan pekerjaan sekolah yang merupakan tugas bersama. (Suprihatin : 2008: 100) Prinsip-prinsip komunikasi intern yang harus dimiliki oleh pimpinan, antara lain : 1) Bersikap terbuka, tidak memaksakan kehendak tapi bertindak sebagai fasilitator yang mendorong suasana demokratis dan kekeluargaan. 2) Mendorong guru untuk mau dan mampu mengemukakan pendapatnya dalam memecahkan masalah yang dan mendorong supaya guru dan karyawan mau melaksanakan aktifitas dan berkreatifitas. 5 3) Mengembangkan kebiasaan untuk berdiskusi secara terbuka dan mendengarkan pendapat orang lain. 4) Mendorong para guru dan pegawai untuk mengambil keputusan yang terbaik dan mentaati keputusan itu. 5) Berlaku sebagai pengarah, pengatur pembicaraan, perantara dan pengambil kesimpulan secara redaksional. (Suprihatin, 2008 :101) Sementara itu bentuk-bentuk dari pada komunikasi intern dapat terdiri dari : 1) Komunikasi Ke Bawah (Downward Communication). Yaitu komunikasi yang bergerak dari pimpinan ke bawahan. Tiap komunikasi yang mengalir dari pimpinan puncak hingga ke bawah mengikuti hierarki adalah komunikasi kebawah. (Muhammad, 2001 : 108). Pendapat lain mengatakan bahwa komuniukasi kebawah adalah komunikasi yang mengalir dari pucuk pimpinan ke berbagai jenjang yang ada dibawahnya, berisi yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pimpinan. (Muhyadi, 1989 : 156-162). Tipe-tipe komunikasi kebawah dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Instruksi Tugas . Instruksi tugas/pekerjaan yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukanya. Pesan itu dapat berupa perintah langsung, deskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tertentu. Rasional. Rasional pekerjaan adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktifitas itu dengan aktifitas lain dalam organisasi atau obyek organisasi. Kualitas dan kwantitas dari komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai bawahanya. Bila pimpinan menganggap bawahanya pemalas maka pimpinan memberikan pesan yang bersifat rasional ini sedikit tetapi bila bawahan dapat memotivasi dirinya sendiri maka pesan rasional yang disampaikan banyak. Ideologi. Pesan mengenai ideologi ini adalah merupakan perluasan dari pesan rasional. Pesan rasional penekananya ada pada penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada pesan ideologi sebaliknya mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi. Informasi Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan praktik-praktik organisasi, peraturan-peraturan organisasi, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi dan rasional. Balikan Balikan adalah pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaan. Salah satu bentuk sederhana dari balikan ini adalah apabila pimpinan tidak mengkritik pekerjaannya, berarti pekerjaanya sudah memuaskan. (Muhammad, 2001 : 108-109). 6 2) Komunikasi Ke Atas (Upward Communication) Adalah arus komunikasi yang bergerak dari bawah keatas. Pesan yang disampaikan antara lain laporan pelaksanaan pekerjaan, keluhan karyawan, sikap dan perasaan karyawan tentang beberapa hal, pengembangan prosedur dan teknik, informasi tentang produksi dan hasil yang dicapai, dan lain-lain. Jika arus informasi keatas tidak lancar maka manajemen tingkat atas atau pimpinan kurang mengetahui dan menyadari secara tepat keadaan organisasi pada umumnya. (Muhammad, 2007 : 116). Alasan pentingnya Komunikasi dari bawah ke pimpinan antara lain, Pertama pimpinan mendapatkan informasi yang di perlukan untuk menilai berbagai kekurangan, sebagai bahan pengambilan keputusan dan mungkin untuk memperbaiki komunikasi kebawah, terutama melalui beberapa jenis balikan. Balikan ini perlu untuk menentukan apakah pegawai-pegawai telah menerima atau mengerti pesan-pesan yang di sampaikan kepada mereka. Kedua, tanpa mekanisme komunikasi keatas melalui mana pegawai yang lebih rendah dapat mengajukan pertanyaan, menyatakan pendapat atau usul, menyatakan rasa tidak puas, menyatakan keluhan atau mengajukan saran-saran mengenai kebijakan yang telah di tetapkan. (Ulber Silalahi : 2002 : 380). Komunikasi keatas mempunyai beberapa fungsi atau nilai tertentu sebagai berikut : 1) Dengan adanya komunikasi keatas pimpinan dapat mengetahui kapan bawahannya siap untuk diberi informasi dari mereka dan bagaimana baiknya pimpinan menerima apa yang disampaikan karyawan. 2) Arus komunikasi keatas memberikan informasi yang berharga bagi pembuatan keputusan. 3) Komunikasi keatas memperkuat apresiasi dan loyalitas bawahan terhadap organisasi dengan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan mengajukan ide-ide dan saran-saran tentang jalannya organisasi. 4) Komunikasi keatas membolehkan, bahkan mendorong desasdesus muncul dan membiarkan pimpinan mengetahuinya. 5) Komunikasi keatas menjadikan pimpinan dapat menentukan apakah bawahan menangkap arti seperti yang dia maksudkan dari arus informasi yang ke bawah. 6) Komunikasi keatas membantu bawahan mengatasi masalahmasalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dalam tugas-tugasnya dan organisasi. (Muhammad, 2001 ; 117). B. Variabel Efektivitas Kerja Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki dalam sesuatu perbuatan (Ensiklopedi Administrasi, 1989:149). Pengertian efektif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti dapat membawa hasil, berhasil guna. Sedangkan menurut Handoko (1993:7) efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 7 Chester I. Barnard (dalam Gibson, 1994:27), mendefinisikan efektivitas sebagai pencapaian sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama. Tingkat pencapaian sasaran itu menunjukkan tingkat efektifitas. Sedangkan menurut Emerson (dalam Handayaningrat, 1985:16) Efektivitas ialah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jelaslah bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya, hal ini dikatakan efektif. Jadi, apabila tujuan atau sasaran tidak sesuai dengan yang telah ditentukan, maka pekerjaan itu dikatakan tidak efektif. Menurut pendapat Markus Zahnd dalam bukunya “Perancangan Kota Secara Terpadu” mendefinisikan efektivitas dan efisiensi, sebagai berikut: “Efektivitas yaitu berfokus pada akibatnya, pengaruhnya atau efeknya, sedangkan efisiensi berarti tepat atau sesuai untuk mengerjakan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga dan biaya” (Zahnd, 2006: 200). Untuk mengetahui tinggi rendahnya efektivitas kerja yang dicapai oleh bawahan sangat diperlukan sarana atau alat untuk menilainya. Kriteria atau indikator efektivitas yang digunakan yaitu : 1) Kemampuan Menyesuaikan Diri. Kemampuan manusia terbatas dalam segala hal sehingga dengan keterbatasannya menyebabkan manusia tidak dapat mencari pemenuhan kebutuhanya tanpa kerjasama dengan oranglain. Setiap pegawai yang masuk dalam organisasi dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan oranglain yang bekerja didalamnya maupun dengan pekerjaan dengan organisasi tersebut. Jika kemampuan menyesuaikan diri ini dapat berjalan maka tujuan organisasi dapat tercapai. Hal ini sesuai dengan dikemukakan Richard M Steers(1985 ; 135) yaitu pada kenyataanya mudah dijelaskan bahwa kunci keberhasilan orang adalah usaha kerjasama bagi pencapaian tujuan organisasi. 2) Kepuasan Kerja. Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan yang mana bawahan memandang pekerjaan mereka, kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaan mereka. (Handoko, 1998 : 130). 3) Prestasi Kerja Prestasi kerja adalah suatu penyelesaian tugas yang sudah dibebankan sesuai dengan target yang telah ditentukan sebelumnya (Steers, 1985 : 140). Prestasi kerja yang telah dicapai akan mempengaruhi oranglain untuk melakukan hal yang sama dengan demikian maka hasil kerja didalam organisasi menjadi lebih baik. Menurut pendapat David Krech, Ricard S. Cruthfied dan Egerton L. Ballachey dalam bukunya “Individual and Society” yang dikutip Sudarwan Danim dalam bukunya “Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok” menyebutkan ukuran efektivitas (Danim, 2004:119-120)., sebagai berikut: Jumlah hasil yang dapat dikeluarkan, artinya hasil tersebut berupa kuantitas atau bentuk fisik dari organisasi, program atau kegiatan. Hasil dimaksud dapat dilihat dari perbandingan (ratio) antara masukan (input) dengan keluaran (output). 8 Tingkat kepuasan yang diperoleh, artinya ukuran dalam efektivitas ini dapat kuantitatif (berdasarkan pada jumlah atau banyaknya) dan dapat kualitatif (berdasarkan pada mutu). Produk kreatif, artinya penciptaan hubungannya kondisi yang kondusif dengan dunia kerja, yang nantinya dapat menumbuhkan kreativitas dan kemampuan. Intensitas yang akan dicapai, artinya memiliki ketaatan yang tinggi dalam suatu tingkatan intens sesuatu, dimana adanya rasa saling memiliki dengan kadar yang tinggi. Untuk mengukur variable Komunikasi, sebagai variabel bebas (Independent Variable) memiliki indikator yang terdiri dari:, Komunikasi Ke Bawah, Komunikasi Ke Atas dan Komunikasi Horisontal. Penyajian data sebagai berikut : 1. Komunikasi Ke bawah. Jawaban responden terhadap pertanyaan, yaitu : apakah pimpinan seringkali memberikan instruksi tugas kepada para bawahan bawahan, 2 orang responden atau 10,0% menjawab cukup sering, 8 orang responden atau 40,0% menjawab sering dan 10 orang responden atau 50,0% memberikan jawaban sangat sering. Sementara itu untuk apakah pimpinan seringkali memberikan/mensosialisasikan kebijakan-kebijakan organisasi kepada para bawahan, 1 orang responden atau 5,0% memberikan jawaban cukup sering, 9 orang responden atau 45,0% memberikan jawaban sering dan 10 orang responden atau 50,0% memberikan jawaban sangat sering. 2. Komunikasi Ke atas, jawaban responden terhadap pertanyaan, yaitu apakah pimpinan seringkali memberikan kesempatan kepada para bawahan untuk menyampaikan saran dan pendapat sehubungan dengan pelaksanaan tugas mereka, 4 orang responden atau 20,0% menjawab cukup sering, 8 orang responden atau 40,0% memberikan jawaban sering, dan 8 orang responden atau 40,0% menjawab sangat sering. Sedangkan apakah pimpinan seringkali memperhatikan berbagai macam keluhan dari para bawahan sehubungan dengan pelaksanaan tugas mereka, ada 2 orang responden atau 10,0% memberikan jawaban cukup sering, 10 orang responden atau 50,0% yang memberikan jawaban sering dan 8 orang responden atau 40,0% memberikan jawaban sangat sering. 3. Komunikasi Horisontal jawaban responden terhadap pertanyaan, yaitu apakah antar bagian di kantor anda seringkali mengadakan koordinasi dalam pelaksanaan tugas, 2 orang responden atau 10,0% menjawab jawaban cukup sering, 9 orang responden atau 45,0% menjawab jawaban sering dan 9 orang responden atau 45,0% memberikan jawaban sangat sangat sering. Sedangkan untuk pertanyaan nomor 6, yaitu apakah diantara para pegawai seringkali mengadakan koordinasi untuk memecahkan berbagai macam persoalan di dalam pekerjaan, ada 2 orang responden atau 10,0% memberikan jawaban cukup sering, 8 orang responden atau 40,0% memberikan jawaban sering, dan 10 orang responden atau 50,0% memberikan jawaban sangat sangat sering. Untuk mengukur variabel nEfektifitas Kerja sebagai variabel terikat (Dependent Variable) memiliki indikator yang terdiri dari: Penguasaan tugas, Kemampuan mengatasi masalah dan Pencapaian hasil. Penyajian data sebagai berikut : 9 1. Kemampuan Menyesuaikan Diri, jawaban responden terhadap pertanyaan, yaitu apakah para pegawai mempunyai kemampuan untuk saling menyesuaikan diri sehingga mampu bekerjasama dengan baik di dalam pekerjaan, 2 orang responden atau 10,0% menjawab cukup mampu, 6 orang responden atau 30,0% menjawab mampu dan 12 orang responden atau 60,0% memberikan jawaban sangat sangat mampu. Sementara itu apakah para pegawai mampu beradaptasi dengan suasana kerja yang tercipta di kantor, ada 9 orang responden atau 45,0% memberikan jawaban mampu, dan 11 orang responden atau 55,0% memberikan jawaban sangat mampu. 2. Kemampuan Mengatasi Masalah, jawaban responden terhadap pertanyaan, yaitu apakah para pegawai merasa mampu mengatasi permasalahan yang ada di kantor., sebanyak 2 orang responden atau 10,0% menjawab jawaban cukup mampu, 9 orang responden atau 45,0% menjawab jawaban mampu, dan 9 orang responden atau 45,0% memberikan jawaban sangat mampu. Sedangkan untuk pertanyaan apakah para pegawai mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai tugas dan jabatannya, sebanyak 2 orang responden atau 10,0% yang menjawab cukup selesai, sebanyak 7 orang responden atau 35,0% memberikan jawaban selesai dan 11 orang responden atau 55,0% memberikan jawaban sangat selesai. 3. Pencapaian Hasil, jawaban responden terhadap pertanyaan, yaitu bagaimanakah pencapaian hasil pekerjaan pegawai sebanyak 1 orang responden atau 5,0% menjawab jawaban cukup tercapai, 8 orang responden atau 40,0% menjawab tercapai, dan 11 orang responden atau 55,0% memberikan jawaban sangat tercapai. Sedangkan untuk pertanyaan apakah terdapat kendala atau hambatan dalam pencapaian hasil pekerjaan selama ini, sebanyak 9 orang responden atau 45,0% yang memberikan jawaban lancar dan 11 orang responden atau 55,0% memberikan jawaban sangat lancar. Analisis dilakukan menggunakan program aplikasi SPSS 15.0 for Windows. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas, maka diperoleh rhit = 0,832, ini berarti bahwa hasil tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan tabel harga-harga kritis dari koefisien korelasi Product Moment (Pearson) untuk n = 20 pada tingkat signifikasi 5%, yaitu 0,444. Atau dapat dikatakan pula bahwa rhit = 0,832 > rtab = 0,444. Ini berarti bahwa komunikasi berpengaruh positif terhadap efektivitas kerja pegawai Bagian Penetapan Pajak Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat. Sementara itu jika hasil tersebut dibandingkan dengan tabel Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap Koefisien Korelasi Product Moment, sebagaimana dimuat pada Bab III, maka hasil perhitungan tersebut berada pada interval 0,80 – 1,000, yang berarti terdapat hubungan yang sangat kuat antara variabel Komunikasi dengan variabel Efektivitas Kerja Pegawai. Untuk mengetahui besarnya pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya dan menguji hipotesis yang dirumuskan di dalam penelitian ini, maka digunakan alat uji t-student atau yang sering pula disebut dengan uji-t, Perhitungan untuk uji-t ini ini pun dilakukan dengan program aplikasi SPSS 15.0 for Windows, dari hasil perhitungan yang disajikan di dalam tabel tersebut di atas terlihat bahwa hasil uji-t adalah sebesar 4,862. Ini berarti dapat pula dikatakan bahwa t hit = 4,862, hasil ini jika dibandingkan dengan nilai pada tabel harga-harga kritis t-student 10 ternyata lebih besar, yaitu thit = 4,862 > ttab = 1,734 pada tingkat signifikasi 0,05 untuk n – 2 = 18 (20 – 2 = 18). Ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel Komunikasi terhadap variabel Efektivitas Kerja Pegawai Bagian Penetapan Pajak Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa rumusan masalah di dalam penelitian ini telah terjawab dan hipotesis yang diajukan di terima serta dapat dibuktikan kebenarannya. V. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian analisa data dan proses pengujian hipotesis dalam bab lima sebelumnya, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil analisis data diketahui bahwa koefisien korelasi Product Moment yang dihasilkan adalah r = 0,832. Berdasarkan hasil analisis tersebut, jelas terlihat bahwa variabel Komunikasi mempunyai hubungan yang positif dengan variabel Efektivitas Kerja Pegawai. Hal ini dapat dilihat dari hasil perbandingan antara nilai r empiris (hitung) dengan nilai r teoritis (tabel) pada tabel harga-harga kritis untuk r product moment, yaitu r(hit) = 0,832 > r(tab) = 0,444 pada tingkat signifikansi 0,05 untuk n = 20. Ini berarti bahwa ada hubungan yang positif antara variabel Komunikasi dengan variabel Efektivitas Kerja pegawai Bagian Penetapan Pajak pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat. 2. Berdasarkan hasil perhitungan yang dibuat untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t, di dapat hasil t(hit) = 4,862, hasil perhitungan tersebut memperlihatkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel yang terdapat pada tabel harga-harga kritis student-t untuk n - 2 pada tingkat signifikansi 0,05, yaitu t(hit) = 4,862 > t(tab) = 1,734. Ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel Komunikasi terhadap variabel Efektivitas Kerja Pegawai. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa rumusan masalah di dalam penelitian ini telah terjawab dan hipotesis yang diajukan dapat diterima dan dibuktikan kebenarannya. B. Saran-Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Perlunya pimpinan atau kepala bagian khususnya di Lingkungan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat lebih meningkatkan dan mengintensifkan fungsi atau peranan Komunikasi agar Efektivitas kerja para pegawai yang selama ini sudah relatif cukup baik dapat dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi. 1) Perlunya pimpinan sesuai tingkatan memperhatikan prinsip-prinsip membangun komunikasi yang baik antara lain : membangkitkan perhatian komunikator sebelum komunikasi dimulai, memelihara kontak pribadi selama berkomunikasi, tunjukan diri sebagai komunikator yang baik, berbicara secara menyakinkan, bersikap empatik dan simpatik, bertindak sebagai pembimbing bukan pendorong, mengemukakan pesan komunikasi yang menyangkut kepentingan komunikan, bukan kepentingan komunikator semata. 11 BIBIOGRAFI Abizar. 1988. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Depdikbud. Danim, Sudarwan., 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Pustaka Ilmu, Bandung. Handoko, T. Hani. 1995. Manajemen Edisi2. Yogyakarta: BPFE. Jalaluddin Rakhmat. 1996. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Muhammad, Arni. 2001. Komunikasi Organsasi. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyana, Dedy. 2001. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sondang P. Siagian, 1992. Kerangka Dasar Ilmu Administrasi, Rineka Cipta, Jakarta. Steers, Richard M., 1995. Efektivitas Organisasi. Erlangga, Jakarta. Sutarto. 1991. Dasar-Dasar Komunikasi Administrasi 1. Yogyakarta: Data Wacana University Press. Wahyusumidjo. 2001. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.