PERAN SURAT UTANG NEGARA SEBAGAI PENUTUP DEFISIT APBN Oleh: Dungtji Munawar Widyaiswara Utama BDK Cimahi Abstrak Penerbitan surat utang negara pada awalnya dimaksudkan untuk membiayai pelaksanaan program restrukturisasi dan rekapitalisasi perbankan akibat terjadinya krisis keuangan dan moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997. Namun dalam perkembangan selanjutnya, penerbitan surat utang dipandang sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan anggaran akibat defisit anggaran yang meningkat dari tahun ke tahun sampai saat ini. Salah satu bentuk pinjaman negara yang berupa surat utang dinamakan Surat Berharga Negara (SBN). SBN terdiri atas (a) Surat Utang Negara (SUN), (b) obligasi negara ritel (ORI), (c) surat perbendaharaan negara (SPN), (d) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias Sukuk. Penerbitan SUN sendiri dibagi dalam dua kategori, yaitu denominasi rupiah dan dolar. Kecuali dijual di dalam negeri dengan sasaran pembeli pihak perbankan, asuransi, dan lembaga keuangan lainnya, pemerintah juga mengejar investor asing melalui penjualan SUN langsung ke negara target antara lain Jepang dan Amerika Serikat. Mobilisasi dana melalui pasar keuangan merupakan upaya peningkatan partisipasi masyarakat secara optimal dalam program pembiayaan pembangunan nasional melalui mekanisme pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Penerbitan Surat Utang Negara kepada publik merupakan salah satu potensi pembiayaan untuk mengurangi beban dan risiko keuangan bagi negara di masa mendatang. Dengan kata lain, Surat Utang Negara memegang peran penting sebagai penutup defisit anggaran. Latar Belakang Surat Utang Negara yang kita kenal saat ini berawal dari adanya dampak krisis ekonomi dan moneter yang pernah melanda Indonesia. Krisis yang terjadi pada tahun 1997 tersebut Dungtji Munawar@2014| Peran Surat Utang Negara sbg Penutup Defisit APBN 1 telah memberikan dampak yang sangat luas terhadap berbagai sektor khususnya perbankan yang semakin terpuruk. Sebagaimana ditulis Majalah Anggaran No.79 Tahun 2002, pada kuartal keempat tahun 1998 Neraca gabungan bank-bank umum menunjukkan bahwa sektor ini mengalami in-solvabilitas yang ditunjukkan capital equity sebesar negatif Rp. 28,5 trilliun pada akhir Oktober 1998 dan negatif Rp. 244,6 triliun pada akhir Maret 1999. Untuk menyelamatkan sektor perbankan dari systemic insolvency, maka Pemerintah saat itu memutuskan untuk melaksanakan program restrukturisasi dan rekapitalisasi perbankan dengan menerbitkan surat utang kepada Bank Indonesia untuk keperluan program penjaminan (termasuk pengalihan hak BLBI) dengan nilai nominal sebesar Rp. 218,3 triliun dan menerbitkan obligasi negara kepada bank-bank umum dalam rangka rekapitalisasi perbankan berjumlah Rp. 422,6 triliun. Sejak saat itulah secara konsisten Pemerintah menerbitkan Surat Utang Negara sampai dengan saat ini, bahkan untuk tahun 2015 mendatang. Dalam perkembangan selanjutnya, Surat Utang Negara merupakan salah satu instrumen sumber pembiayaan anggaran manakala terjadi defisit pada APBN. APBN sampai saat ini masih mengalami defisit yang menggambarkan bahwa pengeluaran Negara masih lebih besar dibanding dengan pendapatannya. Kebutuhan pembiayaan anggaran untuk menutup defisit tersebut, baik secara nominal maupun rasionya terhadap PDB terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Perkembangan Defisit Anggaran Pada masa sepuluh tahun terakhir ini, defisit APBN mengalami kenaikan signifikan dari tahun ke tahun. Dalam APBN 2005, defisit tercatat hanya 0,7% dari PDB atau sekitar Rp16,5 triliun. Setahun kemudian defisit jadi double 1,5%. Ketika RAPBN 2007 disusun, defisit diperkirakan turun menjadi 1,1% dengan nilai absolut Rp40,6 triliun. Namun, angka itu kemudian 'disesuaikan' menjadi 1,5% atau sama dengan defisit APBN 2006. Namun, nilai absolutnya meningkat pesat menjadi Rp58 triliun. Angka defisit anggaran belanja 2008 pun mengalami beberapa kali perubahan, akibat fluktuasi harga minyak di tingkat internasional yang benar-benar di luar perkiraan. Maka, dari APBN 2008, kita kenal APBN-P (Perubahan) 2008, dan APBN P-P (Perubahan atas Perubahan) 2008. Defisit akhirnya ditetapkan sekitar Rp110 triliun atau sekitar 2% dari PDB. Peningkatan kebutuhan pembiayaan anggaran untuk menutupi defisit anggaran terus berlanjut dalam lima tahun terakhir ini. Hal ini tampak dari peningkatan kebutuhan pembiayaan yaitu dari Rp91,6 triliun atau 1,4 persen terhadap PDB dalam tahun 2010 menjadi Dungtji Munawar@2014| Peran Surat Utang Negara sbg Penutup Defisit APBN 2 Rp241,5 triliun atau 2,4 persen terhadap PDB dalam APBN-P 2014 (meningkat dengan ratarata pertumbuhan sebesar 13,8 persen). Menjadi pertanyaan banyak pihak, mengapa defisit anggaran terus meningkat? Menurut Tjipta Lesmana, defisit anggaran semakin membengkak karena 2 (dua) faktor utama. Pertama, pengeluaran terus meningkat tajam karena kebutuhan pemenuhan belanja wajib antara lain kewajiban pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20 % dan belanja subsidi yangmasih belum bisa dihapus atau dikurangi. Sebagian juga akibat korupsi yang menggurita di semua strata. Kedua, penerimaan negara yang tersendat-sendat. Faktanya penerimaan negara setiap tahun selalu berada di bawah target. Defisit anggaran tahun 2015 diperkirakan akan mencapai Rp245,9 triliun (2,21 persen terhadap PDB) lebih rendah dibandingkan APBNP 2014 sebesar 2,40 % terhadap PDB. Namun, jumlah defisit tahun 2015 ini secara nominal naik Rp4,4 triliun dari target defisit anggaran dalam APBN-P 2014 sebesar Rp241,5 triliun, atau naik 10 persen apabila dibandingkan dengan realisasi defisit anggaran (APBN-P) tahun 2013 yang berjumlah Rp224,2 triliun. Kebutuhan pembiayaan anggaran dalam APBN tahun 2015 tersebut direncanakan akan dipenuhi dengan menggunakan sumber-sumber pembiayaan dari dalam maupun dari luar negeri yang antara lain berupa pinjaman negara. Surat Utang Negara merupakan salah satu jenis pinjaman negara sebagai sumber utama pembiayaan anggaran berasal dari utang, yang sebagian besar dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) yang merupakan salah satu jenis Surat Utang Negara. Sementara itu, sumber pembiayaan yang berasal dari pinjaman luar negeri ditetapkan sebagai pelengkap. Hal ini sejalan dengan kebijakan penarikan pinjaman luar negeri negative net flow yang telah ditetapkan pada periode sebelumnya. Mengingat masih adanya defisit anggaran dalam APBN kita maka disinilah peran penting Surat Utang Negara sebagai salah satu sumber pembiayaan negara dalam upaya mengatasi defisit anggaran tersebut. Pengertian dan Jenis Surat Utang Negara Pengertian Surat utang negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya. Dungtji Munawar@2014| Peran Surat Utang Negara sbg Penutup Defisit APBN 3 Berdasarkan pengertian tersebut diatas maka Surat Utang Negara pada hakekatnya merupakan Pinjaman Negara. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pinjaman berarti utang yang dipinjam dari pihak lain dengan kewajiban membayar kembali. Dalam pengertian Pinjaman Negara tentunya terkandung makna yaitu kegiatan atau penyelenggaraan pinjaman yang dilakukan oleh negara sebagai subyeknya. Surat Utang Negara atau dikenal juga sebagai Obligasi Pemerintah diterbitkan untuk menutupi defisit APBN yang terjadi akibat pembiayaan pembangunan nasional, termasuk membiayai penyertaan Pemerintah pada Bank Umum sebagai bagian program nasional untuk restrukturisasi dan penyehatan sektor perbankan. Meskipun obligasi tersebut pada mulanya diterbitkan untuk merekapitalisasi perbankan, namun beberapa seri tertentu saat ini telah tersedia untuk dibeli oleh masyarakat. Berbagai jenis pinjaman negara dikembangkan oleh pemerintah melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN). Target penerbitan SBN dalam APBN dipenuhi melalui dua instrumen, yaitu Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Instrumen SUN yang diterbitkan terdiri atas Obligasi Negara (ON) dengan: (1) tingkat suku bunga tetap, yaitu seri fixed rate (FR) dan ON Ritel (ORI); (2) tingkat suku bunga mengambang, yaitu seri variable rate (VR); (3) tanpa bunga, yaitu Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan Zero Coupon Bond (ZC); serta (4) ON valas. Sementara itu, instrumen SBSN yang diterbitkan terdiri atas Islamic Fixed Rate (IFR), Sukuk Ritel (SUKRI), Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI), Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPNS), Project Based Sukuk (PBS), dan sukuk valas. Dalam perkembangan terakhir, pemerintah terus menerbitkan berbagai seri SBN sebagai instrumen pinjaman neara. Pada periode Januari—Juni 2014 tercatat realisasi penerbitan SBN domestik meliputi penerbitan SUN dan SBSN domestik berbunga tetap yang terdiri dari SPN, FR, SPNS, PBS, SUN Ritel yaitu ORI dan SUKRI. Sebagai upaya mengembangkan pasar SUN domestik seri ritel melalui diversifikasi instrumen dan perluasan basis investor, Pemerintah menerbitkan instrumen Saving Bonds Retail (SBR) pada lelang bulan Mei 2014. Perbedaan utamanya dengan ORI yaitu SBR bersifat instrumen nontradable/tidak diperdagangkan di pasar sekunder hingga jatuh tempo. Realisasi penerbitan SBR sampai dengan semester I 2014 adalah sebesar Rp2,4 triliun. Selanjutnya, dalam upaya lebih memaknai pengertian Surat Utang Negara tersebut kita dapat membahasnya dikaitkan dengan posisi Surat Utang Negara dalam APBN. Dalam perkembangan kebutuhan pembiayaan anggaran melalui Surat Utang Negara yang terus meningkat, maka posisi Surat Utang Negara semakin dominan dalam format APBN dari Dungtji Munawar@2014| Peran Surat Utang Negara sbg Penutup Defisit APBN 4 tahun ke tahun yaitu sebagai bagian dari Pembiayaan Defisit Anggaran sebagaimana tergambar dalam Tabel Perkembangan Pembiayaan Utang 2010 – 2014 yang penulis kutip dari RAPBN 2015 berikut ini. (Sumber : Nota Keuangan dan RAPBN 2015) Peran Surat Utang Negara Guna mewujudkan masyarakat adil dan makmur sesuai dengan cita-cita dan tujuan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu ditingkatkan kemampuan dan kemandirian untuk melaksanakan pembangunan ekonomi nasional secara berkesinambungan dengan bertumpu pada kekuatan masyarakat. Nota Keuangan dan RAPBN 2015 mencatat bahwa dalam kurun waktu 2010–2014, pembiayaan utang cenderung meningkat mengikuti kebutuhan pembiayaan defisit APBN. Peningkatan yang cukup signifikan dari pembiayaan utang dapat dilihat dari jumlahnya pada Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010 yang berkisar Rp86,9 triliun meningkat menjadi Rp253,7 triliun dalam APBNP 2014 atau meningkat rata-rata sebesar 30,7 persen. Dalam periode tersebut, instrumen SBN memegang peranan utama sebagai sumber pembiayaan utang sebagaimana tergambar dalam Tabel Perkembangan Pembiayaan Utang 2010 – 2014 tersebut di atas. Surat Utang Negara diterbitkan sebagai pinjaman negara yang bersumber dari para pemodal/investor baik dari dalam maupun luar negeri. Mobilisasi dana melalui pasar keuangan merupakan upaya peningkatan partisipasi masyarakat secara optimal dalam Dungtji Munawar@2014| Peran Surat Utang Negara sbg Penutup Defisit APBN 5 program pembiayaan pembangunan nasional melalui mekanisme pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Penerbitan Surat Utang Negara kepada publik merupakan salah satu potensi pembiayaan untuk mengurangi beban dan risiko keuangan bagi negara di masa mendatang. Dalam konteks kemandirian bangsa, potensi yang tersedia di dalam negeri harus dioptimalkan untuk melaksanakan kegiatan ekonomi dan membiayai kegiatan pembangunan. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah perlu diberikan peluang untuk meningkatkan akses yang dapat menggali potensi sumber pembiayaan pembangunan dan memperkuat basis pemodal domestik. Pembiayaan tersebut akan terjamin keamanannya apabila mobilisasi dana masyarakat disertai dengan bekerjanya sistem keuangan, meliputi sistem perbankan, pasar uang dan pasar modal, yang efisien. Terciptanya keragaman dalam mobilisasi dana dapat menghasilkan sistem keuangan yang kuat dan memberikan alternatif bagi para pemodal. Dalam kegiatan di pasar keuangan, peranan pasar surat utang negara sangat strategis. Artinya, tingkat keuntungan (yield) dari surat utang negara, sebagai instrumen keuangan yang bebas risiko, dipergunakan oleh para pelaku pasar sebagai acuan atau referensi dalam menentukan tingkat keuntungan suatu investasi atau aset keuangan lain. Dengan demikian, penerbitan surat utang negara secara teratur dan terencana diperlukan untuk membentuk suatu tolok ukur yang dapat dipergunakan dalam menilai kewajaran suatu harga aset keuangan atau surat berharga. Adanya pasar keuangan yang efisien akan memberikan beberapa manfaat, antara lain : (1) memberikan peluang dan partisipasi yang lebih besar kepada pemodal untuk melakukan diversifikasi portofolio investasinya, (2) membantu terciptanya suatu tata kelola yang baik (good governance) dikarenakan adanya tingkat transparansi informasi keuangan yang tinggi dalam pasar modal, dan (3) membantu terwujudnya suatu sistem keuangan yang stabil karena berkurangnya risiko sistemik (systemic risk) akibat menurunnya ketergantungan pada modal yang berasal dari sistem perbankan. Mobilisasi dana melalui pasar keuangan merupakan upaya peningkatan partisipasi masyarakat secara optimal dalam program pembiayaan pembangunan nasional melalui mekanisme pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Penerbitan Surat Utang Negara kepada publik merupakan salah satu potensi pembiayaan untuk mengurangi beban dan risiko keuangan bagi negara di masa mendatang. Dungtji Munawar@2014| Peran Surat Utang Negara sbg Penutup Defisit APBN 6 Mencermati defisit anggaran pada APBN 2015, walaupun dalam APBN tahun 2015 angka defisit anggaran masih dapat dikendalikan, namun kebutuhan pembiayaan anggaran untuk memenuhi kewajiban pembayaran utang, baik utang dalam negeri maupun utang luar negeri diperkirakan justru akan membengkak. Jumlah seluruh kebutuhan pembiayaan anggaran dalam APBN tahun 2015 diperkirakan mencapai Rp245,9 triliun (2,21 persen terhadap PDB) lebih rendah dibandingkan dengan total kebutuhan pembiayaan anggaran dalam APBNP 2014 sebesar 2,40 % terhadap PDB. Namun, jumlah kebutuhan pembiayaan anggaran tahun 2015 ini secara nominal naik Rp4,4 triliun dari target pembiayaan anggaran dalam APBN-P 2014 sebesar Rp241,5 triliun, atau naik 10 persen apabila dibandingkan dengan realisasi pembiayaan anggaran (APBN-P) tahun 2013 yang berjumlah Rp224,2 triliun. Adapun peranan Surat Utang Negara sebagai sumber Pembiayaan anggaran terus meningkat melalui penerbitan SBN di pasar keuangan domestik dari tahun ke tahun yang berdampak secara nyata pada peningkatan outstanding SBN domestik. Meningkatnya penerbitan SBN terlihat pada kenaikan outstanding SBN domestik dalam periode 2010–Juni 2014 terhadap total outstanding utang secara rata-rata berada di atas 50,0 persen. Proporsi outstanding SBN domestik terhadap total utang pada akhir tahun 2014 diperkirakan lebih besar dibandingkan proporsi pada akhir tahun 2010. Gambaran tersebut dapat dilihat pada Grafik di bawah ini. (Sumber : Nota Keuangan dan RAPBN 2015) Dungtji Munawar@2014| Peran Surat Utang Negara sbg Penutup Defisit APBN 7 Dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang APBN 2015 yang telah disahkan, pinjaman dalam negeri berupa Surat Berharga Negara atau Surat Utang Negara (neto) mencapai jumlah Rp269,7 triliun. Jumlah pinjaman dalam negeri ini besarnya lebih dari 11 kali lipat daripada target penarikan pinjaman luar negeri (neto) APBN 2015 yang hanya sebesar Rp23,8 triliun. Dengan demikian, sampai saat ini pinjaman dalam negeri berupa Surat Berharga Negara atau Surat Utang Negara masih merupakan sumber utama pembiayaan APBN untuk menutup defisit maupun untuk pembayaran kembali pokok utang yang telah jatuh tempo (refinancing). Tujuan Penerbitan Surat Utang Negara Adapun tujuan penerbitan Surat Utang Negara adalah sebagai berikut: a. membiayai defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Jika suatu saat APBN mengalami defisit, maka salah satu sumber pembiayaannya adalah penerbitan Surat Utang Negara. Pilihan atas Surat Utang Negara sebagai sumber dari berbagai sumber pembiayaan lainnya harus didasarkan atas perhitungan yang cermat yang dapat meminimalkan biaya utang pada anggaran negara. b. menutup kekurangan kas jangka pendek akibat ketidaksesuaian antara arus kas penerimaan dan pengeluaran dari Rekening Kas Negara dalam satu tahun anggaran. Agar kegiatan-kegiatan dan/atau proyek yang telah ditetapkan di dalam APBN tidak mengalami hambatan, penerbitan Surat Utang Negara berjangka pendek (Surat Perbendaharaan Negara) digunakan untuk menutup kekurangan kas tersebut. Apabila penerimaan yang direncanakan tersebut terealisasi, dananya digunakan untuk menebus kembali Surat Perbendaharaan Negara tersebut. c. mengelola portofolio utang negara. Manajemen portofolio utang negara bertujuan untuk meminimalkan biaya bunga utang pada tingkat risiko yang dapat ditoleransi. Untuk itu, portofolio utang negara terutama portofolio Surat Utang Negara harus dilakukan secara efisien berdasarkan praktekpraktek yang berlaku umum di berbagai negara. Manajemen portofolio dimaksud meliputi penerbitan, pembelian kembali sebelum jatuh tempo (buyback), dan pertukaran (bond swap) sebagian Surat Utang Negara yang beredar. Dungtji Munawar@2014| Peran Surat Utang Negara sbg Penutup Defisit APBN 8 Rangkuman Pengertian Surat utang negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya. Kebutuhan pembiayaan anggaran dalam APBN tahun 2015 antara lain direncanakan akan dipenuhi dengan menggunakan sumber pembiayaan dari dalam negeri diantaranya melalui penerbitan Surat Utang Negara. Mengingat masih adanya defisit anggaran maka disinilah peran penting Surat Utang Negara sebagai salah satu sumber pembiayaan Negara dalam upaya mengatasi defisit anggaran tersebut. Dengan demikian, penerbitan Surat Utang Negara adalah bertujuan untuk: (a) membiayai defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; (b) menutup kekurangan kas jangka pendek akibat ketidaksesuaian antara arus kas penerimaan dan pengeluaran dari Rekening Kas Negara dalam satu tahun anggaran; dan (c) mengelola portofolio utang negara. DAFTAR PUSTAKA Undang-undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2014 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2015 Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Anggaran, Majalah Anggaran No.79 Tahun 2002, Jakarta Kementerian Keuangan, Nota Keuangan dan RAPBN P 2014, 2014, Jakarta Kementerian Keuangan, Nota Keuangan dan RAPBN 2015, 2014, Jakarta Lesmana, Cipta, “Bom Waktu SUN”, Media Indonesia Online diakses Rabu, 17 September 2008 14:26 WIB www.djpu.kemenkeu.go.id Dungtji Munawar@2014| Peran Surat Utang Negara sbg Penutup Defisit APBN 9