PARTISIPASI MASYARAKAT SULAWESI TENGGARA DALAM PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2014 DR. M. Najib Husain, S.Sos, M.Si Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi oleh penurunan angka partisipasi masyarakat Sulawesi Tenggara dalam pemilihan Presiden 2014. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat. Guna mengungkap hal itu, maka penelltian dirancang menggunakan metode kuantitatif sebagai pendekatan utama dan kualitatif sebagai pendekatan pelengkap. Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara menyebarkan angket kepada responden dengan teknik purposive multi stage random sampling. Hasil penelitian berdasarkan uji statistic ditemukan partisipasi politik dipengaruhi oleh beberapa faktor: pertama, faktor kesadaran politik; kedua, situasi; ketiga, afiliasi partai dan organisasi; keempat, kinerja pemerintah dan pembangunan; kelima, vote buying dan; keenam, kinerja penyelenggara Pemilu. Kata Kunci: Partisipasi Masyarakat, Pemilihan Presiden, Sulawesi Tenggara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu hal yang selalu ditunggu dan dihitung selain hasil pemilu adalah angka partisipasi pemilih di dalam penyelenggaraan pemilu. Tingkat partisipasi pemilih, setidaknya akan menggambarkan sejauh mana partisipasi politik warga dalam kontestasi suatu pemilu. Bahkan di Negara Amerika Latin, partisipasi politik menjadi indikator menilai kualitas demokrasi sebuah negara.1 Selain itu, angka partisipasi pemilih juga menjadi ukuran seberapa kuat legitimasi seseorang dalam menjalankan kepemimpinannya. Pada sisi yang lain, partisipasi pemilih dalam proses penyelenggaraan pemilu tidak hanya bisa dilihat ketika masyarakat pemilih datang ke TPS untuk memberikan suaranya. Tetapi lebih dari itu, keterlibatan masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam seluruh tahapan pemilu seperti melaporkan adanya kecurangan pemilu, turut memantau proses rekapitulasi penghitungan suara, mendukung salah satu kandidat, melakukan survei tentang pemilu, juga merupakan bagian dari bentuk partisipasi masyarakat yang penting dalam proses penyelenggaraan pemilu. DAVID ALTMAN and ANÍBAL PÉREZ-LIÑÁN, Assessing the Quality of Democracy: Freedom, Competitiveness and Participation in Eighteen Latin American Countries. Democratization, Vol.9, No.2, Summer 2002, pp.85–100 1 2 Dalam hal angka partisipasi pemilih, Indonesia merupakan salah satu Negara yang mengalami pasang surut. Pemilu era orde baru yang diselenggarakan dalam rezim otoritarian partisipasi pemilih tampak relatif tinggi, bila dibandingkan dengan angka partisipasi Pemilih era reformasi. Era reformasi dan demokratisasi yang diharapkan dapat mendorong kenaikan partisipasi, pada kenyataannya berkebalikan. Fenomena ini salah satunya tampak pada penyelenggaraan Pemilu 2014, dimana tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu Presiden (Pilpres) 9 Juli 2014 mengalami penurunan dibandingkan dengan Pemilu Legislatif (Pileg) April 2014. Tren penurunan angka partisipasi ini hampir terjadi di semua wilayah, tidak terkecuali Sulawesi Tenggara. KPU Sulawesi Tenggara mencatat angka partisipasi pemilih pada Pemilu legislatif mencapai 72,34 %. Selanjutnya, angka partisipasi pada pemilihan Presiden mengalami penurunan hingga mencapai 62,49 %. 1.2. Rumusan Masalah Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penurunan partisipasi masyarkat dalam Pemilihan Presiden 2014? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan formal dari riset kepemiluan ini adalah untuk melaksanakan tugas KPU RI dan KPU Provinsi Sulawesi Tenggara tentang pelaksanaan Riset Partisipasi dalam Pemilu. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui 3 faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarkat dalam Pemilihan Presiden 2014? 1.4. Manfaat Penelitian Adapun kegunaan penelitian adalah menjadi bahan dalam penyusunan kebijakan berupa penetapan peraturan dan penyusunan program yang berbasis pada argumen empirik dan rasional berdasarkan temuan ilmiah. Karena itu, hasil penelitian ini, diharapkan menjadi dasar perumusan gagasan sebagai rekomendasi kebijakan bagi para pihak yang berkepentingan (stakeholders). Dalam konteks manfaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan konstribusi praktis bagi para penyelenggara pemilu dan peneliti berupa upaya-upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum. 1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan hasil penelitian ini terbagi dalam 5 bagian, yaitu: Bab 1 berisi Pendahuluan yaitu meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2 berisi Tinjauan Pustaka yang mengungkapkan uraian kajian teori, konsep, asas, norma, atau doktrin yang relevan dengan tema dan masalah hukum yang diteliti. Bab 3 berisi Metodologi Penelitian yang menggambarkan metodologi penelitian. Bab 4 berisi Pembahasan yang mendeskripsikan gambaran umum objek penelitian, hasil 4 survei, analisis dan pembahasan masalah yang diteliti. Bab 5 berisi Penutup yang meliputi simpulan dan rekomendasi. 5 BAB II KAJIAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1. Konsep Partisipasi Politik Sebagai kajian teoritis didalam penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa teori yang dapat mendukung judul dan permasalahan penelitian. Sehubugan dengan hal itu terlebih dahulu menguraikan konsep partisipasi politik. Miriam Budiarjo (1992:183) mengartikan partisipasi politik sebagai kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut secara serta aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah (public policy). Budiarjo menyebutkan bahwa kegiatan partisipasi politik dapat mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilu, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai politik atau kelompok kepentingan, mengadakan pendekatan atau hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah dan sebagainya. Michael Rush dan Philip Althoff (1997:124) yang menguraikan bentuk partisipasi politik disertai dengan hierarkinya sebagaimana terlihat dalam gambar berikut ini : 6 Gambar 2.1 Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik dan Hierarkinya Menduduki jabatan politik atau administratif Mencari jabatan atau administratif Keanggotan aktif suatu organisasi politik Keangotaan pasif suatu organisasi politik Keanggotaan aktif suatu organisasi semu politik (quasi political) Keanggotaan pasif suatu organisasi semu politik (quasi-political) Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dan sebagainya Partisipasi dalam diskusi politik informal minat umum dalam politik Sum Voting (pemberian suara) Lain pula dengan Frank L. Wilson yang mengidentifikasi bentuk-bentuk partisipasi sebagi berikut: 7 Gambar 2.2 Piramida Partisipasi Politik Pejabat Umum Aktivis Partisipan Pejabat Partai Sepenuh waktu, Pimpinan Petugas kampanye kelompok kepentingan Aktif dalam partai/kelompok kepentingan Aktif dalam proyek-proyek sosial Menghadiri rapat umum Pengamat Anggota kelompok kepentingan Usaha meyakinkan orang Sumber: Memberikan suara dalam pemilu Orang Apolitis Budiarjo,1994:189 Mendiskusikan masalah politik Perhatian terhadap perkembangan politik Sumber : Budiarjo, 1994:189 Huntington (1990:16) berpendapat bahwa : “bentuk partisipasi politik berdasarkan perilaku yang terdiri dari kegiatan pemilihan, lobbing, kegiatan organisasi, mencari koneksi (contacting) dan tindakan kekerasan ”. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Mas’oed (1995:46) membagi partisipasi politik ke 8 dalam dua bentuk yaitu, partisipasi politik dalam bentuk yang konvensional yang merupakan bentuk partisipasi “normal” dalam demokrasi modern. Sementara partisipasi politik yang non konvensional yaitu menggunakan cara-cara yang illegal. Kedua bentuk tersebut diuraikan dalam gambar sebagai berikut : Tabel 2.1. Bentuk-Bentuk partisipasi Politik - Konvensional Pemberian Suara (Voting) Diskusi Politik Kegiatan Kampanye Membentuk dan bergabung dalam Kelompok Kepentingan Komunikasi individual dengan pejabat politik dan administratif - - Non- Konvensional Pengajuan petisi Berdemonstrasi Konfrontasi Mogok Tindak kekerasan politik terhadap harta-benda (perusakan, pengeboman, pembakaran) Tindakan kekerasan politik terhadap manusia (penculikan, pembunuhan) Perang gerilya dan revolusi Sumber : Mas’oed ,1995:45 Berdasarkan bentuk partisipasi politik tersebut, maka partisipasi yang konvensional biasanya terdapat di negara-negara demokrasi modern sedangkan partisipasi politik yang non konvensional menggunakan kekerasan yang sifatnya revolusioner, biasanya terdapat dinegara yang kurang stabil. Dalam penelitian ini hanya membahas bentuk partisipasi politik konvensional, khususnya dalam pemberian suara saja (pemilihan). Pemberian suara merupakan suatu bentuk partisipasi aktif yang paling luas tersebar. Kegiatan pemberian suara dapat dianggap sebagai bentuk partisipasi 9 politik aktif yang paling kecil, karena itu menuntut suatu keterlibatan minimal. Pemberian suara dalam Pemilihan Presiden dimaksudkan untuk memilih siapa Calon Presiden. Pemberian suara dalam Pilpres secara langsung diwujudkan dengan memberikan suara pada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang didukungnya atau ditunjukkan dengan perilaku masyarakat dalam memilih pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden. 2.1.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Pemilih Faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi politik seseorang yaitu kesadaran politik, situasi, afiliasi partai dan organisasi, kinerja pemerintah dan pembangunan, vote buying, kinerja penyelenggara Pemilu dan faktor kandidat. a. Kesadaran politik Kesadaran politik ialah kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Hal ini menyangkut pengetahuan seseorang tentang lingkungan masyarakat dan politik, dan menyangkut minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik tempat dia hidup. Berkaitan dengan itu Jeffry M. Paige (dalam Surbakti, 1992:144) menyebutkan bahwa: “Apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah yang tinggi maka partisipasi politik cenderung aktif. Sebaliknya, apabila kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah rendah maka partisipasi politik cenderung pasiftertekan (apatis)”. 10 b. Situasi Menurut Ramlan Surbakti, situasi politik juga dipengaruhi oleh keadaan yang mempengaruhi aktor secara langsung seperti cuaca, keluarga, kehadiran orang lain, keadaan ruang, suasana kelompok, dan ancaman.2 c. Vote Buying Vote buying menurut Schaffer3, merupakan pertukaran ekonomi sederhana. Dalam konsep ini perilaku vote atau pilihan lebih dipahami sebagai interaksi menjual atau membeli suara pemilih (voters) yang dilakukan oleh kandidat (terhadap voters). Praktek dari vote buying biasanya berbentuk pemberian atau hadiah terutama dalam bentuk uang, barang berharga, atau janji disertai dengan pesan-pesan simbolik yang bertujuan mempengaruhi perilaku penerima. Bentuk vote buying bukan hanya pemberian suap, tapi juga pembayaran untuk membiayai jalan-jalan atau membiayai penyelenggara pemilihan. Termasuk didalamnya situasi ketika pemilih diberi iming-iming atau janji seperti pemberian uang jika memilih kandidat tertentu. d. Afiliasi Politik dan Organisasi Afiliasi berarti tergabung dalam suatu kelompok atau kumpulan. Afiliasi politik dapat dirumuskan sebagai keanggotaan atau kerjasama yang dilakukan individu atau kelompok yang terlibat ke dalam aliran-aliran politik tertentu. Afiliasi Ramlan Surbakti. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Frederic Charles Schaffer, “What is Vote Buying?,” in Prepared for MIT International Conference, (Cambrigde: Department of Political Science MIT, 2002), 2-3 2 3 11 politik mendorong tumbuhnya kesadaran dan kedewasaan politik masyarakat untuk menggunakan hak politiknya secara bebas dan bertanggungjawab dalam melakukan berbagai aktifitas politik, seperti ikut dalam partai politik dalam pemerintahan, ikut dalam proses pengambilan dan pelaksanaan keputusan politik.4 e. Kinerja Penyelenggara Pemilu Pemilu diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). KPU bertugas menyelenggarakan pemilu dan Bawaslu bertugas mengawasi penyelenggaraan pemilu. Persoalan rendahnya partisipasi diantaranya disebabkan oleh rendahnya kinerja penyelenggara Pemilu dalam melakukan sosialisasi politik dan penyadaran politik, serta proses pembuatan DPT yang mengalami berbagai permasalahan. Hal ini membuat banyak masyarakat yang tidak tercantum dalam DPT. f. Kinerja Pemerintah dan Pembangunan Kinerja pemerintah ialah penilaian seseorang terhadap prestasi pemerintah. Penilaian kinerja pemerintah berkaitan dengan perbaikan keadaan ekonomi dan khususnya dalam menyediakan lapangan pekerjaan untuk rakyatnya. Selain itu penilaian terhadap kinerja pemerintah berkaitan pula dengan kemampuan pemerintah dalam memecahkan masalah-masalah sosial dan ekonomi seperti 4 B.N. Marbun. 1996. Kamus Politik. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan 12 sempitnya lapangan pekerjaan, mahalnya harga sembako, langkanya air bersih, dan lainnya. g. Faktor Kandidat Faktor kandidat dapat dilihat dari dua dimensi yaitu kualitas instrumental dan kualitas simbolis.5 Kualitas instrumental meliputi kompetensi menejerial dan kompetensi fungsional. Kompetensi menejerial adalah kemampuan kandidat dalam merencanakan, mengendalikan, mengorganisai dan memecahkan masalah untuk mencapai satu tujuan. Sedangkan kompetensi fungsional adalah keahlian tertentu yang dianggap penting dalam melaksanakan tugas seperti pendidikan dan pengalaman. Dimensi simbolis meliputi prinsip hidup kandidat, aura emosional, aura inspirasional dan aura sosial. Yang biasanya dilihat dari dimensi ini antara lain integritas, keterbukaan, kepedulian terhadap sesama, tanggung jawab, keteladanan, reputasi dan cara bicara kandidat.6 5 6 Hugh A Bone dan Austin Ranney, Politics and Voters, (USA: McGraw-Hill, 1981), hlm. 9 Adman Nursal, Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu (Jakarta Gramedia, 2004), hlm.,208-209. 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini memadukan Rancangan penelitian kuantitatif tipe penelitian kuantitatif yang digunakan termasuk dan kualitatif. dalam tipe eksplanatory research. Ciri utama tipe penelitian ini yakni termasuk rumpun kuantitatif dengan tujuan menjelaskan fenomena atau pola hubungan diantara konsep (Kothary, 2004). Selanjutnya tipe kualitatif digunakan untuk melengkapi rancangan kuantitatif, guna mengungkapkan faktor-faktor mempengaruhi perilaku pemilih 3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi Penelitian ini membatasi kriteria populasi yakni para pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan presiden tahun 2014 di Sulawesi Tenggara yaitu sejumlah 686.102 pemilih. 3.2.2. Sampel Besar sampel dalam penelitian ini adalah 100 responden, yang berarti tingkat kepercayaannya 95 % dan margin of errornya 10 %. Rumus besar sampel dan margin of error (MoE) dapat dilihat dan diaplikasikan dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut : 14 n = N / N.d² + 1 (Bungin, 2008) Di mana : n : Jumlah Sampel N : Banyak Anggota Populasi d : Margin of error Berangkat dari rumus diatas, hasil perhitungan sebagai berikut : .686102/(686102).(0,1)² + 1 = 99,98 = 100. Penarikan sampel dalam penelitian ini memadukan dua teknik yaitu purposive sampling dan multistage random sampling. Purposive sampling digunakan untuk memilih sampel Kabupaten/Kota dengan pertimbangan mewakili wilayah kepulauan dan daratan (geografi) serta kabupaten dan kota (daerah urban dan rural). Atas pertimbangan itu, maka dipilih Kota Kendari yang mewakili wilayah daratan sekaligus daerah perkotaan (urban). Sementara untuk wilayah kepulauan dipilih Kabupaten Muna sekaligus mewakili wilayah kabupaten (pedesaan/rural). Multistage random sampling digunakan untuk menentukan sampel di tingkat kecamatan (PPK), Desa/Kelurahan (PPS), TPS dan responden. Guna menentukan Kecamatan (PPK) terpilih terlebih dahulu dilakukan acak sederhana di tingkat Kab/Kota dengan memilih masing-masing lima kecamatan, sehingga total akan terpilih 10 kecamatan. Selanjutnya guna menentukan PPS terpilih dilakukan pengacakan PPS dengan mengambil masing-masing 2 PPS tiap kecamatan, 15 sehingga total akan terpilih 20 PPS. Selanjutnya acak sederhana kembali dilakukan guna menentukan jumlah TPS dengan mengambil 1 TPS tiap PPS, sehingga total terpilih 20 TPS. Setelah diketahui TPS terpilih, maka dilakukan pengacakan untuk menentukan responden. Pada masing masing-masing TPS diambil 5 responden secara acak, sehingga total ada 100 responden yang akan diwawancarai. 3.3. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini digunakan dua variabel yakni berupa variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah kesadaran politik, situasi, vote buying, kinerja penyelenggara Pemilu, afiliasi partai dan organisasi, kinerja pemerintah dan pembangunan, serta faktor kandidat. Sedangkan variabel terikatnya adalah partisipasi pemilih. 3.4. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket/kuesioner dan wawancara. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang diisi oleh responden sendiri. Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan dari kuesioner tertutup dan terbuka di mana untuk setiap pertanyaan telah disediakan jawabannya, dan beberapa bagian pertanyaan juga mempunyai penjelasan dari responden atas jawaban yang diberikan. 16 Jumlah instrumen yang digunakan tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah dikembangkan menjadi indikator. Dari indikator-indikator inilah dibuat pertanyaan dalam kuesioner. Sementara itu wawancara dipergunakan untuk menghimpun dan mengkaji data berkenaan dengan faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilih. Sementara itu, untuk pengukuran data untuk masing–masing variable bebas dilakukan dengan memberi skor pada tiap-tiap jawaban dari butir pertanyaan dari kuesioner. Pemberian skor dalam penelitian ini berdasarkan skala likert. Bentuk skala likert yang digunakan dalam instrumen adalah sebagai berikut : 1. Sangat setuju diberi skor 5 2. Setuju diberi skor 4 3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3 4. Tidak setuju diberi skor 2 5. Sangat tidak setuju diberi skor 1 3.5. Operasionalisasi Variabel Tabel. 3.1. Operasionalisasi Variabel No 1 Variabel PARTISIPASI POLITIK (Y) Indikator Pengetahuan tentang pemilihan Presiden 2014 Keikutsertaan dalam pemilihan Presiden tahun 2014 Keikutsertaan dalam pemilihan 17 Skala Pengukura n Nominal Nominal Nominal 2 KESADARAN POLITIK (X1) 3 SITUASI (X2) 4 AFILIASI PARTAI DAN ORGANISASI (X3) 5 KINERJA PEMERINTAH DAN PEMBANGUNAN (X4) legislatif tahun 2014 Keikutsertaan dalam pemilihan Presiden tahun 2009 Pengetahuan tentang jumlah pasangan calon presiden dalam pemilihan presiden 2014 Pemilihan presiden berlangsung jujur dan adil Pentingnya pemilihan Presiden Keikutsertaan dalam pemilihan Presiden dan wakil Presiden dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik Pemilihan presiden mampu melahirkan pemimpin yang amanah dan lebih baik Pemilih berada ditempat pada hari H pemilihan Kondisi kesehatan pemilih pada hari H pemilihan Kondisi cuaca pada hari H pemilihan Kondisi keamanan pada hari H pemilihan Aktivitas/kegiatan pemilih pada hari H pemilihan Ancaman atau intimidasi terhadap pemilih Keanggotaan partai Posisi keanggotaan partai Keanggotaan organisasi Posisi keanggotaan organisasi Kepuasan terhadap kinerja presiden (pemerintah) sebelumnya Kondisi infrastruktur 5 tahun terakhir Kondisi perekonomian 5 tahun terakhir 18 Nominal Nominal Nominal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Nominal Nominal Nominal Nominal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 6 VOTE BUYING (X5) 7 KINERJA PENYELENGGARA PEMILU (X6) Kondisi pembangunan 5 tahun terakhir Pemilih ditawari uang/barang/bantuan saat pemilihan Presiden 2014 Pemilih menerima uang/barang/bantuan saat pemilihan Presiden 2014 Pemilih ditawari uang/barang/bantuan saat pemilihan legislatif 2014 Pemilih menerima uang/barang/bantuan saat pemilihan legislatif 2014 Melihat dan mendengar sosialiasasi pemilihan presiden yang diselenggarakan oleh KPU/PPK/PPS Mengikuti dan menghadiri sosialiasasi pemilihan presiden yang diselenggarakan oleh KPU/PPK/PPS Adanya informasi tentang jadwal pelaksanaan pemilihan Presiden dari KPPS/pemerintah setempat Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 8 FAKTOR KANDIDAT (X7) Adanya kartu panggilan memilih dari petugas KPPS/pemerintah setempat pada pemilihan presiden 2014 Hal-hal ideal yang harus dimiliki oleh seorang Presiden dan wakil Presiden Kualitas kandidat Pertimbangan gender Gender kandidat 3.6. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: 19 Ordinal Ordinal Ordinal Nominal Ho = Kesadaran politik, situasi, vote buying, kinerja penyelenggara Pemilu, afiliasi partai dan organisasi, kinerja pemerintah dan pembangunan, serta faktor kandidat secara bersama-sama (stimulant) berpengaruh terhadap partisipasi pemilih. Ha = Kesadaran politik, situasi, vote buying, kinerja penyelenggara Pemilu, afiliasi partai dan organisasi, kinerja pemerintah dan pembangunan, serta faktor kandidat secara bersama-sama (stimulant) tidak berpengaruh terhadap partisipasi pemilih. Ho = Kesadaran politik, situasi, vote buying, kinerja penyelenggara Pemilu, afiliasi partai dan organisasi, kinerja pemerintah dan pembangunan, serta faktor kandidat masing-masing (parsial) berpengaruh terhadap partisipasi pemilih. Ha = Kesadaran politik, situasi, vote buying, kinerja penyelenggara Pemilu, afiliasi partai dan organisasi, kinerja pemerintah dan pembangunan, serta faktor kandidat masing-masing (parsial) tidak berpengaruh terhadap partisipasi pemilih. 3.7. Prosedur Angket yang berisi pengukuran semua variabel diberikan kepada responden yang sudah terpilih sebagai peserta atau sampel penelitian. Pengisian angket dipandu langsung oleh peneliti. Kepada responden dikemukakan maksud 20 penelitian dan diminta kesediaan mereka berpartisipasi secara sukarela dalam pengisian angket. Mereka diharapkan mengisi angket sejujur mungkin dengan jaminan penuh akan kerahasiaan jawaban dan identitas mereka. Data yang bersifat kualitatif terkumpul dari wawancara dengan responden, selain bersumber dari penjelasan atas jawaban dari pertanyaan yang sudah disediakan dalam angket atau kuesioner. 3.8. Teknik Analisis Pertama-tama akan dilakukan analisis reliabilitas terhadap pengukuran variabel dengan teknik Alpha Cronbach, guna mengetahui konsistensi internalnya. Setelah itu dilakukan analisis validitas. Selanjutnya untuk menjawab permasalahan penelitian sesuai dengan model teoretik yang telah dikemukakan, dilakukan analisis dengan teknik regression analysis. Hasil persamaan struktural dilaporkan dalam bentuk koefisien regresi. 3.8.1. Regresi Linier Berganda Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis ini fungsi utamanya untuk mengetahui pengaruh variabel X (dua atau lebih dari dua) terhadap variabel Y. Adapun model penelitian yang dibangun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ŷ = a + 𝑏1 . 𝑋1 + 𝑏2 . 𝑋2 + 𝑏3 . 𝑋3 + 𝑏4 . 𝑋4 + 𝑏5 . 𝑋5 + 𝑏6 . 𝑋6+ 𝑏7 . 𝑋7 Keterangan: 21 Ŷ : Partisipasi pemilih X1 : Kesadaran politik X2: Situasi X3: Afiliasi partai dan organisasi X4 : Kinerja pemerintah dan pembangunan X5: Vote buying X6: Kinerja penyelenggara Pemilu X7: Faktor kandidat a : Konstanta b : Koefisien regresi 3.8.2. Uji Koefisien Regresi Secara Individu (t-test) Secara parsial, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t-test. Menurut Ghozali (2005) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Kriteria hipotesis yang diajukan adalah : - Ho : bi = 0 (tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen secara stimulan) - Ha : bi ≠ 0 (ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen secara stimulan) 22 - Ho : bi = 0 (tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial) - Ha : bi ≠ 0 (ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial) Dengan menggunakan taraf signifikansi = 5%, sehingga kriteria pengujiannya adalah: 1) Apabila sig. t < 0,05, maka Ho ditolak. 2) Apabila sig. t > 0,05, maka Ho diterima 3.8.3. Analisis Koefisien Determinasi (𝑹𝟐 ) Koefisien determinasi (𝑅2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai (𝑅2 ) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen memberikan variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karna adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi. 23 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Daftar Pemilih Tetap di Sulawesi Tenggara Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 merupakan hasil dari pemutakhiran daftar pemilih sementara (DPS) dan pencocokan penelitian (coklit) daftar pemilih sementara (DPS) yang selanjutnya menjadi daftar pemilih sementara hasil pemutakhiran (DPSHP) yang telah dilakukan oleh PPS dan Pantarlih berdasarkan tanggapan masyarakat terhadap pengumuman daftar pemilih sementara (DPS) dan hasil verikasi pemilih yang terdaftar dalam DPTb, DPK, dan DPKTb pada Pemilu DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota serta penambahan Pemilih Pemula. Atas dasar tersebut di atas, KPU Kabupaten/Kota dengan dibantu PPK kemudian menyusun menjadi daftar pemilih tetap (DPT). Daftar pemilih tetap (DPT) tersebut disusun kembali kedalam rekapitulasi daftar pemilih tetap (DPT) oleh KPU kabupaten/kota untuk disampaikan kepada KPU Provinsi Sulawesi Tenggara. KPU Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan rekapitulasi dari masingmasing KPU Kabupaten/Kota menindaklanjuti dengan menyusun rekapitulasi daftar pemilih tetap (DPT) tingkat Provinsi Sulawesi Tenggara. Rekapitulasi tingkat 24 provinsi tersebut selanjutnya disampaikan kepada KPU sebagai bahan KPU menyusun rekapitulasi daftar pemilih tetap (DPT) tingkat nasional. Berdasarkan gambaran di atas, rekapitulasi daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Provinsi Sulawesi Tenggara yang dikeluarkan oleh KPU Provinsi Sulawesi Tenggara melalui Rapat Pleno Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 tanggal 11 Juni 2014 adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 : DPT PILPRES TAHUN 2014 NO NAMA KABUPATEN/KOTA JML KEC JML DESA/KEL JML TPS JUMLAH PEMILIH 1. Bombana 22 138 323 107.444 2. Buton 21 242 574 205.545 3. Buton Utara 6 90 145 43.071 4. Kolaka 20 213 819 245.245 5. Kolaka Utara 15 133 333 106.771 6. Konawe 30 375 566 190.999 7. Konawe Selatan 22 352 441 195.398 8. Konawe Utara 10 145 161 44.027 9. Kota Baubau 8 43 254 114.266 10. Kota Kendari 10 64 572 243.680 11. Muna 33 236 387 221.411 12. Wakatobi 8 100 274 80.875 205 2.131 4.849 1.798.732 TOTAL Sumber : KPU Sultra 25 Tabel 1 di atas menunjukkan, bahwa jumlah pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 1.798.732 pemilih. Hasil rekapitulasi daftar pemilih tetap (DPT) tingkat Provinsi Sulawesi Tenggara tersebut selanjutnya disampaikan ke KPU dan ditetapkan sebagai rekapitulasi daftar pemilih tetap (DPT) Nasional dalam Keputusan KPU Nomor477/Kpts/KPU/TAHUN 2014 tanggal 13 Juni 2014. 4.2. Daftar Pemilih Khusus di Sulawesi Tenggara DPT Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 dilengkapi juga dengan DPTb dan DPK. DPK adalah daftar pemilih yang memuat pemilih yang tidak memiliki identitas kependudukan dan/atau pemilih yang tidak terdaftar dalam DPS, DPT dan DPTb. DPK Pilpres 2014 ditetapkan oleh KPU Prov. Sultra. Dalam hal menetapkan DPK, KPU Prov. Sultra dibantu oleh PPS, PPK dan KPU Kabupaten/Kota. Tanggal 2 Juli 2014, KPU Prov. Sultra melakukan Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi Daftar Pemilih Khusus (DPK) Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 dengan mengundang Saksi dari Pasangan Calon Peserta Pemilu dan Bawaslu Prov. Sultra. Rapat Pleno tersebut dihadiri oleh Komisioner KPU RI yaitu Bapak Hadar Navis Gumay. Berikut rincian DPK Prov. Sultra dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 : 26 Tabel 4.2 : Daftar Pemilih Khusus No. Kabupaten/Kota Jumlah Kec. 1 2 3 4 BOMBANA BUTON BUTON UTARA KOLAKA 6 6 6 10 Jumlah Desa/ Kelurahan 11 30 46 26 5 KOLAKA UTARA 5 6 KONAWE KONAWE SELATAN KONAWE UTARA KOTA BAUBAU KOTA KENDARI MUNA WAKATOBI TOTAL 2 7 8 9 10 11 12 Jumlah Pemilih Jumlah TPS L P L+P 15 46 52 49 37 227 125 103 40 292 110 92 77 519 235 195 12 14 28 35 63 11 13 33 22 55 1 1 1 1 1 2 - - - - - - 4 8 8 6 62 7 16 12 15 187 18 44 12 20 284 16 234 15 22 841 23 176 14 27 832 39 410 29 49 1.673 Sumber : KPU Sultra Tabel di atas, menggambarkan bahwa jumlah pemilih dalam daftar pemilih khusus (DPK) Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 1.673 yang tersebar di 11 Kabupaten/Kota. 1 Kabupaten tidak memiliki DPK yaitu Kabupaten Konawe Utara.Hasil rekapitulasi daftar pemilih khusus (DPK) tingkat Provinsi Sulawesi Tenggara tersebut selanjutnya disampaikan kepada perwakilan Partai Politik Peserta Pemilu dan Bawaslu Provinsi. Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan penyelenggaraan pemilu lainnya baik pemilihan gubernur dan wakil gubernur maupun pemilihan umum anggota 27 DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Hal ini dapat dilihat dari segi kompetisi dan kontestansi pasangan calon yang hanya diikuti dua pasang calon yang turut mempengaruhi besarnya kemungkinan pergesakan antar pendukung pasangan calon akibat kampanye hitam baik sebelum maupun sesudah pemungutan suara. Pemungutan dan penghitungan suara merupakan salah satu bagian dari tahapan, program dan jadual dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada pemilu tahun 2014, dilihat dari segi pelaksanaannya tidak memiliki perbedaan dengan pemungutan dan penghitungan suara Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun Rapat rekapitulasi penghitungan suara Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 dilaksanakan hari Jum’at tanggal 18 Juli 2014 pukul 09.00 Wita sampai selesai. Adapun hasil rekapitulasi penghitungan sebagai berikut : Tabel 4.3 : Jumlah Pemilih Dalam DPT No Kabupaten/Kota Jumlah Pemilih 1 Bombana 107.444 2 Buton 205.545 3 Buton Utara 4 Kolaka 245.245 5 Kolaka Utara 106.771 6 Konawe 190.999 43.071 28 7 Konawe Selatan 8 Konawe Utara 44.027 9 Kota Baubau 114.266 10 Kota Kendari 243.680 11 Muna 221.411 12 Wakatobi Jumlah 195.398 80.875 1.798.732 Sumber : KPU Sultra Berdasarkan tabel 4.3. menunjukkan bahwa jumlah pemilih dalam daftar pemilih tetap di Sulawesi Tenggara pada pemilihan presiden dan wakil presiden 2014 adalah 1. 798.732 pemilih, di mana pemilih yang terbanyak di Kota Kendari sebanyak 243.680 dan yang terendah di kabupaten Buton Utara sebanyak 43. 071 pemilih. Untuk lebih jelas jumlah pemilih dalam DPT yang menggunakan hak pilih dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.4 : Jumlah Pemilih Dalam DPT Yang Tidak Menggunakan Hak Pilih No Kabupaten/Kota Jumlah Pemilih 1 Bombana 41.819 2 Buton 82.434 3 Buton Utara 15.672 4 Kolaka 91.024 5 Kolaka Utara 38.461 6 Konawe 54.881 7 Konawe Selatan 59.056 29 8 Konawe Utara 11.599 9 Kota Baubau 49.610 10 Kota Kendari 97.870 11 Muna 107.749 12 Wakatobi Jumlah 35.927 686.102 Sumber : KPU Sultra Berdasarkan tabel 4.4. menunjukkan bahwa jumlah pemilih dalam daftar pemilih di Sulawesi Tenggara pada pemilihan presiden dan wakil presiden 2014 yang tidak menggunakan hak pilihnya adalah 686.102 pemilih, di mana pemilih yang terbanyak yang tidak menggunakan hak pilihnya ada di Kabupaten Muna sebanyak 107.749 dan yang terendah di Kabupaten Konawe Utara sebanyak 11.599 pemilih. Untuk lebih jelas jumlah surat suara yang digunakan dalam DPT dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.5 : Jumlah Surat Suara Yang Digunakan Oleh Pemilih Dalam DPT No Kabupaten/Kota Jumlah Pemilih 1 Bombana 65.625 2 Buton 123.111 3 Buton Utara 27.399 4 Kolaka 154.221 5 Kolaka Utara 68.310 6 Konawe 136.118 7 Konawe Selatan 136.342 30 8 Konawe Utara 32.428 9 Kota Baubau 64.656 10 Kota Kendari 145.810 11 Muna 113.662 12 Wakatobi Jumlah 44.948 1.112.630 Sumber : KPU Sultra Berdasarkan tabel 4.5. menunjukkan bahwa Jumlah Surat Suara Yang Digunakan Oleh Pemilih Dalam DPT di Sulawesi Tenggara pada pemilihan presiden dan wakil presiden 2014 adalah 1.112.630, di mana surat suara yang terbanyak digunakan adalah di Kabupaten Kolaka sebanyak 154.221 dan yang terendah di Kabupaten Buton Utara sebanyak 27.399 surat suara. Untuk lebih jelas jumlah surat suara yang sah, dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.6 Jumlah Suara Sah No Kabupaten/Kota Jumlah Pemilih 1 Bombana 66.491 2 Buton 123.960 3 Buton Utara 28.147 4 Kolaka 157.280 5 Kolaka Utara 69.422 6 Konawe 137.038 7 Konawe Selatan 136.892 8 Konawe Utara 32.523 31 9 Kota Baubau 66.161 10 Kota Kendari 153.350 11 Muna 116.034 12 Wakatobi Jumlah 46.053 1.133.351 Sumber : KPU Sultra Berdasarkan tabel 4.6. menunjukkan bahwa jumlah surat suara yang sah Yang Digunakan Oleh Pemilih Dalam DPT di Sulawesi Tenggara pada pemilihan presiden dan wakil presiden 2014 adalah 1.133.351, di mana surat suara sah terdapat di Kabupaten Kolaka sebanyak 157.280 dan yang terendah di Kabupaten Buton Utara sebanyak 28.147 surat suara. Berdasarkan hasil penghitungan suara rekapitulasi KPU kabupaten/kota yang dibacakan oleh Ketua KPU Kabupaten/Kota, hasil rekapitulasi perolehan suara Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 untuk masingmasing ke 2 (dua) pasangan calon sebagai berikut : Tabel 4.7 : Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Tingkat Provinsi Sulawesi Tenggara NO KABUPATEN/KOTA H. PRABOWO SUBIANTO DAN Ir. H. M. HATTA RAJASA Ir. H. JOKO WIDODO DAN Drs. H. M. JUSUF KALLA JUMLAH 1 Bombana 25.165 41.326 66.491 2 Buton 54.793 69.167 123.960 32 3 Buton Utara 11.008 17.139 28.147 4 Kolaka 64.694 92.586 157.280 5 Kolaka Utara 15.394 54.028 69.422 6 Konawe 79.500 57.538 137.038 7 Konawe Selatan 62.741 74.151 136.892 8 Konawe Utara 14.245 18.278 32.523 9 Kota Baubau 28.461 37.700 66.161 10 Kota Kendari 72.705 80.645 153.350 11 Muna 67.604 48.430 116.034 12 Wakatobi 14.824 31.229 46.053 511.134 622.217 1.133.351 45,10% 54,90% 100,00% JUMLAH TOTAL PROSENTASE Sumber : KPU Sultra Tabel 4.7 menunjukkan bahwa ada sepuluh Kab/Kota di Sulawesi Tenggara yang menempatkan pasangan calon presiden Ir. H. JOKO WIDODO DAN Drs. H. M. JUSUF KALLA sebagai pasangan yang memperoleh suara terbanyak, dan terdapat dua kabupaten yang menempatkan pasangan calon presiden H. PRABOWO SUBIANTO DAN Ir. H. M. HATTA RAJASA sebagai peraih suara terbanyak yaitu pada Kabupaten Konawe dan Kabupaten Muna. Dari hasil rekapitulasi penghitungan suara dari dua pasangan calon tersebut di atas, Selanjutnya dapat diketahui peringkat perolehan suara pasangan calon presiden dan wakil presiden sebagai berikut : 33 Tabel 4.8 : Peringkat Suara Pemilih Provinsi Sulawesi Tenggara Dua Calon Presiden dan Wakil Presiden Indonesia Tahun 2014 JUMLAH NO PASANGAN CALON SUARA PROSENTASE PERINGKAT 1. Ir. H. JOKO WIDODO DAN Drs. H. M. JUSUF KALLA 622.217 54,90% 1 2. H. PRABOWO SUBIANTO DAN Ir. H. M. HATTA RAJASA 511.134 45,10% 2 1.133.351 100,00% Jumlah Sumber : KPU Sultra 4.3. Gambaran Umum Lokasi Penelitian di Kota Kendari Informasi tertulis tentang kota Kendari pertama kali diperoleh dari tulisan Vosmaer (berkebangsaan Belanda) tahun 1831 yang mendatangi teluk Kendari pada 9 mei 1832 lalu membuat petanya. Sejak saat itu teluk yang saat ini dinamai teluk Kendari, dikenal dengan Vosmaer Baai (Teluk Vosmaer). Peristiwa 9 mei tersebut kemudian diperingati sebagai hari jadi kota Kendari yang diperingati setiap tahun. Dalam catatan berikutnya, Vosmaer kemudian kembali datang ke teluk Kendari pada 1832, lalu mendirikan Lodge (loji) atau kantor dagang dan istana untuk Raja Ranomeeto (Lakina Laiwoi) bernama Tebau, yang sebelumnya bermukim diwilayah lepo-lepo. Sumber Inggris (Heeren, 1972) menyatakan para pelayar Bugis dan Bajo melakukan aktivitas perdagangan di Teluk Kendari dengan 34 penduduk setempat (Suku Tolaki) yang bermukiman disebelah selatan dan sebelah barat Teluk Kendari pada akhir abad ke-18. Awalnya sebagai kota pelabuhan sekaligus berfungsi sebagai pusat Kerajaan Laiwoi pada 1832 ketika dibangunnya iatana Raja di sekitar Teluk Kendari. Dimasa pemerintahan Belanda, kota Kendari merupakan Ibukota Kewedanan dan Ibukota Onder Afdeeling Laiwoi dengan luas wilayah kurang lebih 31.420 km. Setelah Indonesia merdeka, dimana Sulawesi Tenggara masih bergabung dengan Provinsi Sulawesi Selatan, kota kendari pertama kali tumbuh sebagai Ibukota kecamatan dan selanjutnya berkembang menjadi Ibukota kabupaten daerah Tingkat II berdasarkan Undang-undang nomor 29 Tahun 1959. Dengan luas kota saat itu kurang lebih 31.400 km. Dengan terbitnya Perpu Nomor 2 Tahun 1964 Jo,Undang-undang Nomor 13 Tahun 1964, Kota Kendari ditetapkan sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara yang terdiri dari 2 (dua) wilayah kecamata, yakni Kecamatan Kendari dan Kecamatan Mandongan dengan luas wilayah kuragang lebih 75,76 km. Seiring dengan perkembangan kota dan pemerintahan, berdasarkan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 1978, Kendari menjadi Kota administratif yang meliputi tiga kecamatan yakni Kecamatan Kendari, Mandonga, dan Poasia dengan 26 kelurahan dengan luas wilayah kurang lebih 18.790 Ha. 35 Kota Kendari kemudian menjadi daerah Otonom berdasarka Undangundang Nomor 6 Tahun 1995 tanggal 27 september, dtetapkan menjadi Kota Madya daerah Tingkat II Kedari, denfan luas wilayah mengalami perubahan menjadi 295.89 km. Selanjutnya untuk mengetahui nama-nama Walikota Kendari, sejak terbentuknya Kota Administratif Kendari hingga saat ini, yang menjadi Walikota dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.9 : Nama-Nama Walikota Kendari NO NAMA TAHUN 1 H. Mansyur Pamadeng 1978 - 1979 2 Drs. H.M Antero Hamra 1980 - 1985 3 Drs. H. Anas Bunggasi 1985 - 1988 4 H. Ady Mangilep (Plt) 1988 - 1991 5 Drs. H. Andi Kaharuddin (Plt) 1991 - 1992 6 Drs. H. Usman Sabara (Plt) 1992 - 1993 7 Drs. H. L.M. Salihin Sabora 1993 - 1995 8 Kol. (Inf) A. Rasyid Hamzah (Plt) 9 Drs. Lasjkar Koedoes (Pj) 1995 - 1996 10 Drs. H. Mansyhur Masie Abunawas 1996 - 2001 11 Drs. H. Andi Kaharuddin (Pj) 2001 - 2002 12 Drs. H. Mansyhur Masie Abunawas 2002 - 2007 13 Drs. Ir. H. Asrun, M.Eng, Sc 2007 - 2012 14 Drs. Ir. H. Asrun, M.Eng, Sc Sumber : Pemerintah Kota Kendari. 36 1995 2012- 2017 4.3.1. Letak Geografis Kota Kendari terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Wilayh daratannya sebagian besar terdapat didaratan, mengelilingi Teluk Kendari dan terdapat satu pulau, yaitu pulau Bungkutoko, secara Goegrafis teretak dibagian selatan garis khatulistiwa berada diantara 3 54’30” – 4 3’11” Lintang Selatan dan 122 23’ – 112 39’ Bujur Timur Wilayah Kota Kendari berbatasan dengan : Sebelah Utara : Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe Sebelah Timur : Laut Kendari Sebelah Selatan : Kecamatan Moramo dan Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan Sebelah Barat : Kecamatan Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan dan Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe. 4.3.2. Pemerintahan Berdasarkan Perda Nomor 1 Tahun 2003 telah dimekarkan menjadi 10 kecamatan dengan jumlah kelurahan setelah pemekaran pada bulan oktober 2006 sebanyak 64 kelurahan. Rincian kecamatan dengan luas wilayah dan jumlah kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut : 37 Tabel 4.10 : Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Kelurahan di Kota Kendari LUAS WILAYAH JUMLAH NO KECAMATAN (Ha) KELURAHAN 1 Kendari 1.956 9 2 Kendari Barat 2.298 9 3 Mandonga 2.336 6 4 Puuwatu 4.271 6 5 Kadia 910 5 6 Wua-Wua 1.235 4 7 Baruga 4,958 4 8 Kambu 12.235 4 9 Poasia 4.352 4 10 Abeli 4.961 13 Total 39.512 64 Sumber : Pemerintah Kota Kendari. Tabel 4.10 menunjukkan bahwa Kecamatan Kambu yang terluas dan memiliki paling banyak kelurahan sebanyak 13 kelurahan, dan kecamatan yang terkecil adalah kecamatan Kadia dengan kelurahan sebanyak 5. 38 4.3.3 Penduduk Tabel 4.11 : Jumlah pendududk Kota Kendari berdasarkan hasil proyeksi sensus 2013 : NO KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH 1 Mandonga 19.624 19.553 39.177 2 Baruga 10.451 10.44 20.981 3 Puuwatu 15.467 14.594 30.061 4 Kadia 21.175 21.34 42.515 5 Wua Wua 13.455 12.986 26.441 6 Poasia 13.801 13.257 27.068 7 Abeli 12.433 11.874 24.307 8 Kambu 14.856 14.539 29.395 9 Kendari 13.925 13.761 27.686 10 Kendari Barat 23.932 23.183 46.505 Kota Kendari 158.599 155.527 314.126 Sumber : Pemerintah Kota Kendari. Tabel 4.11. menunjukaan bahwa kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak pada Kecamatan Kendari Barat sebanyak 46.505 jiwa, adapun kecamatan yang jumlah penduduk terkecil pada Kecamatan Baruga dengan jumlah penduduk sebanyak 20.981 jiwa. 39 4.3.3. Politik Kota Kendari dipimpin Walikota Dr. H. Asrun, M.Eng. Sc yang berasan dari Partai Amanat Nasional (PAN) dengan wakilnya H. Musadar Mapasomba, Sp.,Mp seorang akademisi yang dikenal sebagai kader Partai Keadilan Sejahtera atau PKS. Berdasarkan hasil pemilihan umum legislatif 2014, Kota Kendari menjadi Lumbung PAN sehungga menjadi pemenang dengan perolehan suara sebesar 34.902 suara atau 20,25 % karena sebagai pemenang pemilu, maka ketua DPRD Kota Kendari Abdul RaSak Sp juga berasal dari PAN. Secara lengkap perolehan suara partai politik di Kota Kendari pada pemilu legislatif 2014 dapat dilihat pada tabel berikut : NO Tabel 4.12 : Perolehan Suara Partai Politik dan Jumlah Kursi di Kota Kendari PARPOL PEROLEHAN JUMLAH KURSI SUARA 1 NasDem 12.791 3 2 PKB 8.143 1 3 PKS 16.664 4 4 PDIP 19.206 5 5 Partai Golkar 13.157 4 6 Partai Gerindra 17.091 5 7 Partai Demokrat 18.050 4 8 PAN 34.902 8 40 9 PPP 7.713 1 10 Partai Hanura 11.264 2 11 PBB 9.169 1 12 PKPI 4.212 - 172.361 35 JUMLAH Sumber : KPU Kota Kendari Tabel 4.12 menunjukkan bahwa di Kota Kendari 35 Kursi, di mana Partai yang terbanyak memperoleh kursi yaitu Partai Amanat Nasional (PAN) dengan jumlah kursi sebanyak 8 buah, dan ada tiga partai dengan jumlah kursi hanya satu yaitu Partai : PBB, PKB dan PPP. 4.4. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Di Kota Kendari Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) di kota kendari adalah bagian yang tidak terpishkan bagi pelaksanaan Pilpres yang berlangsung secara nasional. Hal itu sebagaimana disebutkan pada pasal 3 ayat (2) Undangundang nomor 42 tahun 2008 tentang pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden yaitu pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan diselurauh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan daerah pemilihan. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung mulai diselenggarakan sejak 2004, Khusus di Kota Kendari pelaksanaannya secara 41 umumberlangsung baik, dan sesuai dengan azas penyelenggaraannya yakni dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebes, rahasia, jujur, dan adil. Hal yang cukup mengembirakan bahwa partisipasi pemilih dalam Pilpres sejak 2004, 2009, dan terlebih pada Pilpres 2014 menunjukan peningkatan yang signifikan. Ini menunjukan bahwa makin tingginya kesadaran mmasyarakat untuk menggunakan hak pilihnya dalam menentukan pemimpin nasional bangsa ini. Setelah melalui proses pemilihan hingga pada putaran terakhir yang diikuti dua pasang calon Presiden dan Wakil Presiden yakni, Hj Megawati Soekarno Putri berpasangan dengan KH A Hasyim Muzadi dan Pasangan H Susilo bambang Yudhoyono dengan H Muhammad Jusuf Kalla, diperoleh perolehan suara sebagai berikut : Tabel 4.13 : Perolehan Suara Capres dan Cawapres Tahun 2014 NO NAMA PASANGAN PEROLEHAN PERSEN- CAPRES DAN CAWAPRES SUARA TASE 1 Hj. Megawati – KH. A Hasyim Muzadi 14.480 13,93% 2 Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono – H. 88.160 85,15% 901 0,87% 103.541 100 % Muh. Jusuf Kalla 3 Suara tidak sah Jumlah Sumber : KPU Kota Kendari 2004 42 Dari data tersebut menunjukan pada Pilpres 2004, pasangan SBY – Jk menjadi pemenang di Kota Kendari. Menurut sejumlah pengamat, kemenangan SBY – JK tidak terlepas dari sosok Muh. Jusuf kalla yang memiliki kedekatan psikologis dan primordial pemilih yang ada di Kota kendari. Sedangkan data perbandingan jumlah pemilih dengan angka golput dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.14 : Jumlah Pemilih dan Angka Golput Tahun 2004 NO DATA PEMILIH JUMLAH PRESENTASE 1 Pemilih yang menggunakan hak pilih 103.541 65.44 % 2 Pemilih yang tidak menggunakan hak 54.679 34.56 % pilihnnya Jumlah Diolah dari data KPU Kota Kendari Tabel 4.14 menunjukkan jumlah Golput pada pemilihan 2004 sebanyak 34,56 % jumlah yang tergolong tinggi untuk wilayah Kota Kendari. Adapun Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2009 diikuti tiga pasangan capres dan cawapres yakni Hj Megawati Soekarno Putri berpasangan dengan H Prabowo Subianto, Dr. H Susilo Bambang Yudhoyono berpasangan dengan prof Dr. Boediono, dan pasangan H Muh Jusuf Kalla berpasangan dengan H Wiranto. Setelah proses pemungutan suara, perolehan masing-masing pasangan capres-cawapres untuk daerah Kota Kendari dapat dilihat tabel sebagai berikut : 43 Tabel 4.15 : Perolehan Suara dari Capres dan Wapres Tahun 2009 MEGAWATI SBY JK SUARA PRABOWO BOEDIONO WIRANTO TIDAK SAH Kendari 446 6.754 6.150 497 Kendari Barat 969 10.920 10.831 635 Mandonga 660 9.360 8.343 592 Puuwatu 401 7.825 5.326 426 Wua Wua 443 6.402 4.619 243 Kadia 667 10.047 8.198 424 Baruga 357 4.138 3.559 292 Kambu 377 4.920 5.813 307 Poasia 313 5.390 5.363 344 Abeli 265 5.817 5.065 514 4.898 71.573 63.268 4.274 3,51 % 51,21 % 45,28 % KECAMATAN Jumlah Presentase Sumber : KPU Kota Kendari 2009 Pada pilpres 2009 di wilayah Kota Kendari dimenangkan pasangan H. Susilo Bambang Yudhoyono dengan Boediono dari persaingan pasangan H. M. Jusuf Kalla dengan H. Wiranto. Kemenangan SBY – Boediono sangan ditentukan dengan pencitraan yang baik selama kepemimpinan pada periode pertama SBY banyak melahirkan program yang pro rakyat, sehingga walaupun figur JK memiliki kedekatan Kultural dengan masyarakat Kota Kendari belum bisa mengalahkan 44 kepopuleran dan keterpilihan SBY. Partisipasi pemilih pada pilpres 2009 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.16 : Jumlah Pemilih dan Angka Golput Tahun 2009 NO DATA PEMILIH URUT 1 2 Pemilih yang menggunakan hak pilih JUMLAH PRESESNTASE 1.144.013 69,34 % 63.683 30,66 % 207.696 100 % Pemilih yang tidak menggunakan hak pilih Jumlah Sumber : Diolah dari data KPU Kota Kendari 2009 Proses pelaksanaan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden 2014 yang diikuti dua pasangan calon yakni Prabowo Subianti – Hatta Rajasa dan Joko Widodo – Jusuf Kalla. Seperti didaerah lainnya, pada pilpres 2014 ini animo masyarakat mengikuti pilpres cukup besar karena melalui pilpres ini masyarakat Indonesia secara umum dan masyarakat Kota Kendari secara khusus menaruh harapan besar terhadap penyelenggaraan pesta demokrasi tersebut bisa menghasilkan presiden dan wakil presiden terpilih yang benar-benar peduli dengan rakyatnya, dan benar-benar bekerja untuk rakyatnya. Animo masyarakat dapat dilihat dari kemeriahan masyarakat Kota Kendari mengikuti setiap tahapan pemilihan umum presiden dan wakil presiden 2014. Kota Kendari merupakan Ibukota Provinsi, maka akses informasi begitu mudah diperoleh. Dikantor-kantor, pasar-pasar, pusat perbelanjaan bahkan warung kopi, 45 hampir setiap hari ramai dibicarakan tentang figur-figur yang akan bersaing merebut kursi RI-1 dan RI-2. Belum lagi peran media, baik media nasional maupun media lokal, media cetak dan elektronik turut memberikan sumbangsih terhadap kemeriahan terhadap penyelenggaraan pesta demokrasi pemilihan umum presiden dan wakil presiden 2014. Kehadiran tim kampanye kedua pasangan capres dan cawapres secara resmi ditandai dengan adanya Surat Keputusan (SK), yakni untuk pasangan Tim kampanye Prabowo – Hatta berdasarkan surat keputusan tim kampanye Prabowo -Hatta provinsi Sultra Nomor : KEP-001/Timkamda-Sultra/VI/VI/2014 tentang pengesahan tim kampanye Prabowo – Hatta Kota Kendari tertanggal 07 Juni 2014. Berdasarkan SK tersebut Ketua Tim kampanye Prabowo – Hatta kota kendari adalah Dr. Ir. H. Asrun, M. Eng. Sc, yang juga ketua DPD PAN Kota Kendari dan Walikota Kendari. Sedangkan Tim kampanye Joko Widodo – Jusuf Kalla didasarkan pada SK Tim kampanye sosial Joko Widodo – Jususf kalla nomor : 029.11/KPTS/JKWJK/Kota Kendari/V/2014 tentang Tim Kampanye Ir. H. Jiko Widodo – Drs. H. M Jusuf Kalla Kota Kendari.berdasarkan SK tersebut yang menjadi Ketua Tim Kampanye Joko Widodo – Jusuf kalla Di Kota Kendari adalah Drs. H. Masyhur Masie Abunawas M.Si dari partai NasDem dan juga mantan Walikota Kendari. 46 Kedua Tim kampanye pasangan calon presiden dan wakil presiden tidak begitu kelihatan dalam melaksanakan aktivitas kampanye, justru dinamika lapangan tampak menonjol daripada relawan masing-masing pasangan capres, dinamika yang nyata dilapangan dengan berbagai aksi-aksi simpatik untuk meraih simpatik publik. Karena relawan tidak masuk dalam Tim Kampanye yang didaftarkan kepada KPU Kota, maka panwaslu hanya menghimbau agar Tim Kampanye dapat mengontrol para relawan yang ada, serta para relawan menaati peraturan yang berlaku dalam hidup bermasyarakat dan bernegara demi ketertiban dan ketentraman masyarakat. Walaupun suasana politik penuh hingar bingar, namun suasana sosial politik tetap kondusif dan tertib hingga pelaksanaan pemungutan suara . suasana panas hanya terjadi di media sosial khususnya di grup facebookesrs yang melibatkan publik Sultra yakni Sultra Watch, Sultra Smart, Wahli Sultra, HMI Cabang Kendar, dan grup lainnya. Sosok Jokowi yang dinilai relatif merakyat, ditambah JK yang memiliki kedekatan kultural dengan masyarakat kota Kendari akhirnya pasangan ini memenangkan Pilpres dik Kota Kendari, walaupun pasangan Prabowo-Hatta diusung partai-partai besar termasuk parpol penguasa di kota Kendari (PAN, Partai Golkar, Partai Gerindra, PKS, PPP, dan PBB). Perolehan suara hasil Pilpres 2014 di Kota Kendari dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : 47 Tabel 4.17 : Perolehan Suara Capres dan Wapres Tahun 2014 KECAMATAN PRABOWO-HATTA JOKOWI-JK Kendari 6.397 7.410 Kendari Barat 9.274 12.711 Mandonga 8.626 10.097 Puuwatu 8.297 8.003 Wua Wua 7.120 8.880 Kadia 9.703 10.143 Baruga 4.871 5.547 Kambu 6.205 6.121 Poasia 6.554 7.268 Abeli 5.658 6.465 Jumlah 72.705 80.645 Presentase 47,41 % 52,59 % Sumber : Diolah dari data KPU Kota Kendari 2009 JUMLAH 13.807 21.985 18.723 16.300 14.000 19.846 10.418 12.326 13.822 12.123 153.350 100 % Tabel 4.17 menunjukkan bahwa dari sepuluh kecamatan yang ada di Kota Kendari, hanya Kecamatan Kambu Yang jumlah perolehan suara Prabowo-Hatta mengalahkan Jokowi-JK yaitu 6.205 berbanding 6.121. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat grafik perolehan suara pilpres 2014 di Kota Kendari sebagai berikut : Gambar 4.1. Suara Capres dan Wapres Tahun 2014 90.000 8.0000 70.000 60.000 80,645 72,705 (47,41 %) 50.000 40.000 30.000 20.000 48 10.000 0 PRABOWO-HATTA JOKOWI-JK Sedangkan data partisipasi pemilih pada pilpres 2014 di Kota Kendari adalah sebagai berikut : Tabel 4.18 : Jumlah Pemilih dan Angka Golput Tahun 2014 NO URUT 1 2 DATA PEMILIH JUMLAH PRESENTASE Pemilih yang menggunakan hak pilih Pemilih yang tidak menggunakan hak pilih 154.019 61,06 % 98.219 38,94 % JUMLAH 252.238 100 % Sumber : Diolah dari data KPU Kota Kendari 2009 Tabel 4.18 menunjukkan ada peningkatan jumlah Golput dibandingkan tahun 2004 di mana jumlah golput di Kota Kendari sebanyak 34.56 % lalu tahun 2009 sebanyak 30,66 % dan tahun 2014 meningkat menjadi 38,94 %. Data hasil pilpres dari 2004 hingga 2014 di Kota Kendari menunjukan bahwa pemilih di Kota Kendari terus mengalami peningkatan, dari angka partisipasi pemilih cenderung fluktuaktif, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.19 : Perbandingan jumlah pemilih, partisipasi pemilih dan angka golput pada pilpres di Kota Kendari PARAMETER PILPRES 2004 JUMLAH % 158.220 103.541 65,44 PILPRES 2009 JUMLAH % 207.696 144.013 69,34 Jumlah pemilih Pemilih yang memilih Golput 54.679 34,56 63.683 Sumber : Diolah dari data KPU Kota Kendari 2009 49 30,66 PILPRES 2014 JUMLAH % 252.238 % 154.019 38,94 98.219 38,94 4.5. Gambaran Umum Lokasi Penelitian di Kabupaten Muna Kabupaten Muna adalah salah satu Kabupaten di provinsi Sulawesi Tenggara, dengan Ibu kota di Raha. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 4.887 km² dan berpenduduk sebanyak 225.035 jiwa (Data Agregat Kependudukan Kabupaten Muna 2015). terletak di jazirah sulawesi bagian tenggara, meliputi bagian pesisir timur dan utara pulau muna dan sebagian kecil wilayah pesisir barat pulau buton serta pulau-pulau kecil yang tersebar di sekitar kawasan tersebut, terletak di bagian selatan khatulistiwa pada garis lintang 4º06 - 5.15° LS dan 120.00° – 123.24° BT. Luas daratan Kabupaten Muna seluas 3.865 km² atau 386.500 ha, berbatasan dengan: Sebelah Utara : Kabupaten Konawe Selatan dan Selat Tiworo Sebelah Selatan : Kabupaten Buton Tengah Sebelah Barat : Kabupaten Muna Barat Sebelah Timur : Kabupaten Buton Utara dan Pulau Kajuangi Kondisi topografi pada umumnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata kurang dari 100 meter di atas permukaan laut, wilayah muna bagian selatan terdiri dari tanah podsolik merah dan kuning. Kabupaten Muna pada umumnya beriklim tropis dengan suhu rata-rata antara 25º C – 27º C. Musim hujan terjadi antara bulan Nopember dan bulan Maret, dimana pada bulan tersebut 50 angin bertiup dari Benua Asia dan Samudera Pasifik mengandung banyak uap air yang menyebabkan terjadinya hujan di wilayah Indonesia, sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Mei dan bulan Oktober, pada bulan ini angin bertiup dari Benua Australia yang sifatnya kering dan sedikit mengandung uap air. Secara administratif sampai dengan Pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden dan wakil presiden tahun 2014, Kabupaten Muna terdiri dari 33 kecamatan definitif, selanjutnya terbagi atas 220 desa, 39 kelurahan dan 1 unit pemukiman transmigrasi (UPT). Akan tetapi pada tanggal 23 Juli tahun 2014 terjadi pemekaran Kabupaten Muna Barat sehingga saat ini Kabupaten Muna hanya terdiri dari 22 Kecamatan dengan 150 desa/kelurahan. 4.5.1. Jumlah Penduduk Berikut ini adalah tabel Data Jumlah Penduduk Kabupaten Muna sesuai dengan Data Agregat Kependudkan PerKecamatan Tabel 4.20 : Data Jumlah Penduduk Kabupaten Muna sesuai dengan Data Agregat Kependudkan PerKecamatan NO 1 2 3 4 5 6 KECAMATAN NAPABALANO MALIGANO WAKORUMBA SELATAN LASALEPA BATALAIWORU KATOBU JENIS KELAMIN LAKI-LAKI (JIWA) PEREMPUAN (JIWA) 5.937 3.069 2.454 5.432 7.807 16.402 5.970 2.984 2.452 5.467 7.902 16.983 51 PENDUDUK (JIWA) 11.907 6.053 4.906 10.899 15.709 33.385 7 DURUKA 8 LOHIA 9 WATOPUTE 10 KONTUNAGA 11 KABANGKA 12 KABAWO 13 PARIGI 14 BONE 15 TONGKUNO 16 PASIR PUTIH 17 KONTUKOWUNA 18 MAROBO 19 TONGKUNO SELATAN 20 PASIKOLAGA 21 BATUKARA 22 TOWEA JUMLAH TOTAL Sumber : KPU kabupaten Muna 6.378 7.793 6.488 4.043 5.064 6.458 6.119 2.885 8.594 2.222 2.070 3.354 3.122 2.119 1.296 2.359 111.465 6.505 7.973 6.633 4.231 5.008 6.712 6.209 2.930 8.747 2.342 2.151 3.343 3.272 2.096 1.343 2.318 113570 12.883 15.766 13.121 8.274 10.072 13.170 12.328 5.815 17.341 4.563 4.221 6.697 6.394 4.215 2.639 4.677 225.035 Tabel 4.20 menunjukkan di Kabupaten Muna terdapat 22 Kecamatan, di mana kecamatan yang terbanyak penduduk sebanyak adalah kecamatan Katobu dengan jumlah jiwa 33.385, adapun kecamatan yang terendah jumlah penduduknya kecamatan Batukara yang berjumlah 2.639 jiwa. Sekitar 60-70% mata pencaharian penduduk Kabupaten Muna adalah petani. Jumlah pencari kerja yang terdaftar pada dinas tenaga kerja dan transmigrasi sebanyak 12.596 orang, berhasil ditempatkan selama tahun 2015 sebanyak 573 orang dan dihapuskan sebanyak 2.726 orang. Dengan demikian sisa pencari kerja tahun 2015 sebanyak 9.297 orang. 4.5.2 Sarana dan Prasarana 4.5.2.1 Pendidikan 52 Pada tahun ajaran 2014/2015 jumlah sekolah Taman Kanak-kanak (TK) bertambah 24 unit, yaitu dari 122 tahun 2013/2014 menjadi 146 unit tahun 2014/2015, jumlah guru bertambah dari 315 orang tahun 2013/2014 menjadi 339 orang tahun 2014/2015. Demikian pula jumlah murid mengalami kenaikan dari 3.670 orang tahun 2013/2014 menjadi 6.906 orang tahun 2014/2015 atau naik sebesar 88,17 persen. Rasio antara guru terhadap sekolah TK adalah 47 orang, rasio murid terhadap sekolah ratarata 47 orang dan murid terhadap guru rata-rata 20 orang. Rasio murid terhadap sekolah ratarata 3 orang dan murid terhadap guru rata-rata 20 orang. Jumlah Sekolah Dasar pada tahun ajaran 2014/2015 berjumlah 362 unit, jumlah guru sebanyak 2.567 orang, sedangkan jumlah murid sebanyak 52.137 orang. Rasio guru terhadap sekolah pada tahun ajaran 2014/2015 rata-rata 7 orang setiap sekolah, rasio murid terhadap sekolah rata-rata 144 orang, sedangkan rasio murid terhadap guru rata-rata 20 orang. Pada tahun ajaran 2013/2014 jumlah sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) berjumlah 60 unit meningkat menjadi 65 unit tahun ajaran 2014/2015, guru berjumlah 1.324 orang dan murid sebanyak 16,934. Rasio antara guru dan sekolah rata-rata 20 orang per sekolah, rasio murid terhadap sekolah rata-rata 261 orang dan rasio murid terhadap guru rata rata 13 orang. Jumlah Sekolah Tanjutan Tingkat Atas (SLTA) pada tahun ajaran 2014/2015 berjumlah 14 unit, jumlah guru 857 orang dan murid sebanyak 11.976 orang. Rasio guru per sekolah pada tahun ajaran 2014/2015 ratarata 24 orang, rasio murid terhadap sekolah rata-rata 24 orang, rasio murid sekolah rata-rata 292 orang dan murid terhadap guru ratarata 14 orang. 53 Jumlah perguruan tinggi tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 7 (tujuh) unit dengan jumlah mahasiswa sebanyak 2.265 orang dan tenaga pengajar/dosen tetap dan tidak tetap sebanyak 359 orang. 4.5.2.2 Kesehatan Jumlah fasilitas kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Plus) pada tahun 2004 berjumlah 127 unit . Fasilitas kesehatan tersebut terdiri dari Rumah Sakit sebanyak 1 unit, Puskesmas 19 unit, Puskesmas Pembantu 100 unit dan Puskemas Plus 7 unit. Tenaga kesehatan (tenaga medis dan paramedis) tahun 2005 berjumlah 554 orang yang terdiri atas tenaga dokter 33 orang, bidan 73 orang, perawat 325 orang, SKM/Apoteker 15 orang dan tenaga kesehatan lainnya 94 orang. 4.5.2.3 Agama Pada tahun 2014 terlihat bahwa jumlah sarana peribadatan sebanyak 493 buah yang terdiri atas masjid 350 buah, langgar/surau/mushallah 97 buah, gereja 24 buah dan pura/vihara 22 buah. 4.5.2.4 Transportasi Untuk melayani angkutan darat dari ibukota kabupaten ke provinsi dengan menggunakan bus DAMRI dan mini bus, dari ibukota ke kecamatan dan pedesaan pada umumya menggunakan mobil angkot, adapun untuk dalam kota biasanya dengan menggunakan Ojek, mobar (motor barang) dan Bentor ataupun kendaraan pribadi seperti mobil dan motor. Panjang jalan di Kabupaten Muna tahun 2014 tercatat sepanjang 1.224,2 km yang terdiri atas jalan provinsi sepanjang 268,5 km untuk jalan provinsi dan jalan abupaten sepanjang 955,7 km. di mana jalan provinsi sudah termasuk bagian bagian dari 54 jalan kabupaten. Sekitar 91% jalan di Kabupaten Muna rusak parah, terutama jalanan Kabupaten yang tak kunjung ada perbaikan. Masyarakat yang bermukim disepnjang jalan Kabupaten mengekspresikan rasa kekesalannya dengan meletakan batang kayu di pinggir jalan, menanam pisang di tengah jalan karena jalan yang berlubang cukup parah, sehinggah bisah di tanami pohon pisang. 4.6. Pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Muna Dalam pemilihan umum Tahun 2014 ada bebarapa jenis pemilih yaitu Daftar Pemilih Tetap (DPT), Daftar Pemilih Tambahan (DPTb), Daftar Pemilih Khusus (DPK) dan Daftar Pemilih Khusus Tambahan (DPKTb) (Penggunaan KTP atau indentitas lain lain atau paspor). Daftar pemilih tetap yaitu pemilih yang ditetapkan oleh KPU setelah melakukan pendataan dan diumumkan. Kemudian Daftar Pemilih Tambahan yaitu pemilih yang terdaftar setelah pengumuman DPT sehingga dia masuk tambahan. Kemudian Daftar Pemilih Khusus adalah mereka yang pindah memilih dengan menggunakan form A5. Dan terakhir adalah Daftar Pemilih Khusus Tambahan adalah mereka yang menggunakan KTP atau identitas lainnya meskipun tidak terdaftar dalam tiga kategori daftar pemilih di atas. Pemilihan umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Muna, pemilih yang terdaftar dalam daftar pemilih tetap yaitu 221.411 orang. Jumlah daftar pemilih yang terdaftar dalam daftar pemilih Tambahan (DPtb) yaitu 221 orang. Pemilih terdaftar dalam Daftar Pemilih Khusus (DPK) yaitu sebesar 29 orang. Pemilih Khusus Tambahan (DPKTb) /pengguna KTP atau identitas lain atau paspor 2954 orang. Total dari 55 semua pemilih yang terdaftar dalam semua kategori itu adalah 224.615 orang yang terdiri dari laki-laki 107.284 orang dan pemilih perempuan sebanyak 117.331 orang. Dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Muna, pemilih yang datang ke lokasi TPS tetap masih dapat dikatakan banyak karena masih diatas 50% lebih, meskipun disbanding sebelunya justru semakin jauh dari angka 100% dan menunjukkan kurangnya partisipasi masyarakat untuk hadir dalam pemilu. Hal ini bisa dilihat jumlah pemilih yang terdaftar yaitu sebanyak 224.615 orang dan yang datang ke lokasi TPS untuk melakukan pemungutan suara sebanyak 116.835 orang atau sekitar 52,02 %. Jika dibanding Pileg 3 bulan sebelumnya terjadi penurunan kehadiran pemilih sekita 10,46% NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Tabel 4.21 : Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih dalam Pilpres 2014 KECAMATAN JUMLAH JUMLAH PERSENTASE DAFTAR KEHADIRAN (%) PEMILIH PEMILIH MAGINTI 5969 3540 59,31 TIWORO TENGAH 4870 3262 66,98 TIWORO KEPULAUAN 5092 3087 60,62 SAWERIGADI 4981 2781 55,83 KUSAMBI 8884 4495 50,60 NAPABALANO 8453 4355 51,52 MALIGANO 4219 2368 56,13 WAKORUMBA SELATAN 3337 1754 52,56 LASALEPA 7695 4560 59,26 BATALAIWORU 12550 5016 39,97 KATOBU 28276 12939 45,76 DURUKA 9185 5131 55,86 LOHIA 11604 5600 48,26 WATOPUTE 9356 5118 54,70 KONTUNAGA 5896 3233 54,83 BARANGKA 5094 2689 52,79 LAWA 6519 3194 49,00 KABANGKA 7807 4523 57,94 56 19. KABAWO 20. PARIGI 21. BONE 22. TONGKUNO 23. PASIR PUTIH 24. KONTUKOWUNA 25. MAROBO 26. TONGKUNO SELATAN 27. PASIKOLAGA 28. BATUKARA 29. WADAGA 30. NAPANO KUSAMBI 31. TOWEA 32. TIWORO SELATAN 33. TIWORO UTARA (sumber : Formulir DB1-PPWP) 9901 8811 4572 12394 3030 3186 4797 4702 3286 1607 4312 3359 3287 4032 3552 4800 4254 2446 5430 1889 1741 2576 2281 1663 1065 2234 1916 2124 2312 2459 48,48 48,28 53,50 43,81 62,34 54,65 53,70 48,51 50,61 66,27 51,81 57,04 64,62 57,34 69,23 Tabel 4.21 menunjukkan bahwa ada 69,23 pemilih yang menggunakan hak pilihnya dan terdapat 30,77 yang tidak menggunakan hak pilihnya pada pemiihan presiden dan wakil presiden tahun 2014. Besarnya jumlah golput pada Kota kendari dan Kabupaten Muna yang menjadi rujukan peneliti menetapkan dua lokasi tersebut, sekaligus mewakili wilayah daratan dan kepulauan. 4.7. Deskripsi responden Untuk melihat apakah responden dalam survei ini cukup mencerminkan populasi, maka penting melakukan identifikasi terhadap responden. Hal-hal yang dideskripsikan adalah persentase usia, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, agama dan penghasilan. Rentang usia responden dirasa perlu untuk diketahui. Tabel di bawah ini menggambarkan hal tersebut. 57 Tabel. 4.22. Pemetaan Responden Berdasarkan Usia Golongan Usia Frekuensi Persentase (%) 19-29 Tahun 60 60 30-39 Tahun 22 22 40-60 Tahun 16 16 >60 Tahun 2 2 Total 100 100 Sumber: Olahan Data 2016 Tabel 4.22, menujukan rentangan usia responden berkisar antara 19-65 tahun. Rentangan usia tersebut dikategorikan menjadi empat kelompok yaitu 1729 tahun, 30 – 39 tahun , 40 – 60 tahun dan diatas 60 tahun. Hasil analisis data menujukkan responden yang paling banyak terpilih (sasaran sampel) adalah penduduk berusia antara 19 - 29 tahun dengan total 60 %. Selanjutnya responden usia 30 – 39 berada pada posisi kedua dengan perolehan 22 %. Selanjutnya usia 40 – 60 tahun berada di peringkat ke tiga sebesar 16 %. Penduduk yang berusia diatas 60 tahun menduduki peringkat terakhir dengan jumlah 2 %. Untuk diketahui bahwa responden dipilih dalam penelitian ini adalah mereka yang tidak berpartispasi dalam pemilihan presiden 2014 (tidak memilih). Dengan demikian, hasil analisis ini sekaligus menujukkan bahwa kalangan muda merupakan penduduk yang paling banyak tidak memilih pada pemilihan presiden tahun 2014. 58 Selanjutnya identifikasi responden dilakukan berdasarkan status pernikahan. Tabel dibawah ini menujukan gambaran responden berdasarkan status pernikahan: Tabel. 4.23. Responden Berdasarkan Status Pernikahan STATUS PERNIKAHAN FREKUENSI PERSENTASE (%) Menikah 52 52 Belum Menikah 42 42 Janda/Duda 6 6 Total 100 100 Sumber: Olahan Penelitian, 2016. Tabel di atas menunjukan berdasarkan status pernikahan, responden paling banyak adalah mereka yang sudah menikah/berkeluarga dengan jumlah 52 %, belum menikah 42 % dan janda/duda sebesar 6 %. Selanjutnya dapat diketahui tingkat pendidikan respoden dalam penelitian ini, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. 59 Tabel. 4.24. Tingkat Pendidikan Responden TINGKAT PENDIDIKAN FREKUENSI PERSENTASE TIDAK TAMAT SD 4 4% TAMAT SD ATAU SEDERAJAT 8 8% TAMAT SMP ATAU SEDERAJAT 9 9% TAMAT SMA ATAU SEDERAJAT 45 45 % TAMAT D1/D2 2 2% TAMAT D3 1 1% TAMAT D4/S1 28 28 % TAMAT S2/S3 3 3% Total 100 100 % Tabel 4.24 menunjukkan, tingkat pendidikan responden paling banyak adalah SMA atau sederajat (45 %), disusul dengan tamatan D4/S1 (28 %), tamat SMP atau sederajat 9 %, tamat SD atau sederajat (8 %), tidak tamat SD (4 %), tamat S2/S3 (3 %) dan tamat D3 (1 %). Berdasarakan tabel di atas menujukkan mayoritas responden pernah mengenyam pendidikan. Selanjutnya penting juga untuk melihat gambaran responden dari jenis pekerjaannya. Di bawah ini adalah penggolongan responden berdasarkan jenis pekerjaannya. 60 Tabel.4.25. Jenis Pekerjaan Responden Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Petani/Nelayan/Penggarap 2 2 Petani/Nelayan Pemilik 1 1 Buruh/Tukang (Kayu/Batu) 7 7 Pedagang Kecil 17 17 Pedagang Besar 1 1 Pengusaha 6 6 Pns/Pensiunan Guru 2 2 Pns/Pensiunan Non Guru 3 3 Pejabat 1 1 Profesional 2 2 Ibu Rumah Tangga 17 17 Mahasiswa/Pelajar 30 30 Tidak Bekerja 11 11 Total 100 100 Berdasarkan tabel di atas terlihat responden yang paling banyak berasal dari kalangan pelajar (30 %), pedangan kecil dan ibu rumah tangga masingmasing 17 %, buruh/tukang kayu (7 %). Mereka yang berlatar belakang pengusaha sebanyak 6 %, pensiunan PNS/pensiunan guru (3 %), PNS/pensiunan non guru (2 %). Selanjutnya, responden yang berpforesi sebagai pejabat, petani dan pedangang besar masing-masing 1 %. Selanjutnya, deskripsi responden akan dilihat berdasarkan agamanya karena di data KPU tidak ditampilkan persentase agama pemilih. 61 Tabel. 4.26. Persentase Responden Beradasarkan Agama Agama Frekuensi Persentase (%) Islam 99 99 Protestan 1 1 Total 100 100 Sumber: Olahan Penelitian, 2016 Dari data di atas, diketahui bahwa responden mayoritas beragama Islam (99 %) dan 1 % beragama protestan. Selanjutnya penting pula untuk mengetahui persentase responden berdasarkan penghasilan rumah tangga. Tabel di bawah ini menampikan persentase penghasilan responden. Tabel.4.27. Penghasilan Responden Penghasilan Frekuensi Persentase (%) < 1.000.000 56 56 1.000.000-2.000.000 29 29 > 2.000.000 15 15 Total 100 100 Data diatas menujukkan bahwa mayoritas responden memiliki penghasilan di bawah satu juta (56 %), selanjutnya resonden yang memiliki penghasilan satu sampai dua juta rupia sebanyak 29 % dan mereka yang memiliki penghasilan diatas dua juta berjumlah 15 %. Lebih lanjut, penting pula untuk mengetahui sumber informasi yang dimiliki oleh responden pada saat pemilihan presiden. Gambar di bawah ini menampilkan sumber informasi responden. 62 Gambar. 4. 2. Sumber Informasi LAINNYA 1 MAJALAH 5 HP/TELEPON 6 SURAT KABAR 8 RADIO 20 TELEVISI 60 0 10 20 30 40 50 60 70 Data di atas menerangkan bahwa mayoritas responden yang di survey mendapatkan informasi dari televise (60 %, radio 20 %, surat kabar 8 %, HP/Telepon 6 %, majalah 5 % dan media lain 1 %. 63 4.8. Pemilu dan Partisipasi Pemilih di Sulawesi Tenggara Keikusertaan masyarakat Sulawesi Tenggara dalam pemilihan telah berlangsung sejak Pemilu pertama tahun 1955. Saat itu Sulawesi Tenggara masih menjadi bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan. Penyelenggaran Pemilu 2014 di Sulawesi Tenggara menghadirikan beberapa catatan penting diantaranya berkaitan dengan penurunan angka partisipasi pemilih. Tabel. 4.27. Tren Partisipasi Pemilih Pada Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden 2014 di Sulawesi Tenggara KAB/KOTA KOTA KENDARI KONAWE SELATAN BOMBANA MUNA BUTON UTARA BUTON KOTA BAUBAU WAKATOBI KOLAKA KOLAKA UTARA KONAWE KONAWE UTARA SULAWESI TENGGARA Sumber: KPU Sultra, 2014 TINGKAT PARTISIPASI PILCALEG PILPRES 72,86 61,21 80,86 70,04 74,89 61,58 62,48 52,07 80,61 64,26 64,38 60,15 64,69 57,49 67,29 56,41 74,68 63,53 72,13 64,53 81,05 71,66 84,14 74,14 72,34 62,49 Tabel 4.27 menunjukkan bahwa partisipasi pemilih pemilihan presiden 2014 lebih rendah dari pemilihan legislatif tahun 2014, paling terendah untuk pemilihan presiden pada Kabupaten Muna yang mencapai 52,07 % sedangkan yang tertinggi terdapat di Kabupaten Konawe Utara. 64 4.9. Faktor Penurunan Partisipasi Pemilih 4.9.1. Kesadaran Politik Berdasarkan hasil jawaban responden yang menanyakan tentang pengetahuan penyelenggaraan pemilihan Presiden 2014, mayoritas responden menjawab mengetahui akan adanya pemilihan presiden pada tahun tersebut. Gambar. 4.3. Pengetahuan tentang Pemilihan Presiden TAHU TIDAK TAHU 2% 98% Sumber: Olahan Penelitian, 2016 Selanjutnya pertanyaan angket yang menanyakan apakah responden ikut memilih pada pemilihan legislatif 2014. Mayoritas responden menjawab tidak memilih (81 %) pada Pemilu legislatif 2014, sebaliknya hanya 19 % yang menjawab ikut memilih pada Pemilu legislatif 2014. Hal ini menujukkan bahwa mereka yang tidak memilih pada pemilihan presiden 2014 adalah mereka yang juga tidak memilih pada pemilihan legislatif 2014. 65 Gambar. 4.4 Keiksertaan Pada Pemilu Legislatif 2014 IKUT TIDAK IKUT 19% 81% Selanjutnya mayoritas responden yang menyatakan yang tidak memilih pada pemilihan Presiden 2014 juga tidak pernah memilih pada Pemilihan Presiden 2009 (86 %), selebihnya hanya 14 % yang pada Pemilihan Presiden 2009 ikut memilih. Data ini menggambarakan bahwa mayoritas yang tidak ikut memilih pada pemilihan Presiden 2014 adalah mereka yang juga tidak memilih pada penyelenggara pemilu-pemilu sebelumnya. Dimungkinkan mereka yang tidak pernah memilih ini adalah adalah ‘spesialisasi golput’ dalam pemilu atau bisa jadi pada saat pemilihan legislatif 2014 dan Pilpres 2009 para pemilih ini belum terdaftar sebagai pemilih, karena usia yang belum cukup atau masih menjadi anggota TNI/Polri. 66 Gambar. 4.5. Keiksertaan Pada Pemilu Legislatif 2014 IKUT 14% TIDAK IKUT 86% Lebih lanjut, berdasarkan jawaban respoden yang menanyakan tentang jumlah pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden, mayoritas dari mereka mengetahui jumlah pasangan calon presiden dan wakil presiden. Gambar. 4.6. Pengetahuan Jumlah Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden TIDAK TAHU 42% TAHU 58% Berdasarkan jawaban responden, mayoritas dari mereka menyatakan tidak tahu ketika ditanyakan apakah penyelenggaraan pemilihan presiden telah 67 berlangsung jujur dan adil (63 %). Sebalikan responden yang menilai pemilihan presiden telah berlangsung jujur dan adil sebanyak 9 %, selebihnya sebanyak 28 % menganggap pemilihan Presiden tidak berlangsung jujur dan adil. Gambar. 4.7. Pandangan Respoden tentang Piplres Yang Berlangsung Jujur Dan Adil JUJUR DAN ADIL PENUH KECURANGAN TIDAK TAHU 9% 28% 63% Selanjutnya pernyataan responden bahwa Pemilu merupakan hak setiap warga negara untuk memberikan suaranya dalam setiap pesta demokrasi, mayoritas responden menyatakan sangat tidak setuju (47 %) dan tidak setuju (43 %). Selebihnya yang menyatakan setuju dan sangat setuju jumlahnya sangat kecil yaitu 4 % dan 6 %. 68 Gambar.4.8. Pemilu Merupakan Hak Setiap Warga Negara Untuk Memberikan Suaranya Dalam Setiap Pesta Demokrasi SANGAT TIDAK SETUJU 47 TIDAK SETUJU SETUJU SANGAT SETUJU 43 4 6 Senada dengan itu, pernyataan responden tentang apakah setuju dengan mekanisme pergantian kepemimpinan di Indonesia, mayoritas responden menjawab tidak setuju (37 %) dan sangat tidak setuju (41 %). Selebihnya 6 % menjawab ragu-ragu dan masing-masing 8 % responden menjawab setuju dan sangat setuju. Data ini menggambarkan bahwa mereka yang tidak memilih tampak tidak memiliki kesadaran sebagai warga negara. Mereka juga tampak tidak setuju dengan proses demokrasi. 69 Gambar. 4.9. Pernyataan Responden tentang Mekanisme Pergantian Kepemimpinan di Indonesia SANGAT TIDAK SETUJU 41 TIDAK SETUJU 37 RAGU-RAGU 6 SETUJU 8 SANGAT SETUJU 8 0 10 20 30 40 50 Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemilihan Presiden juga terlihat dari jawaban responden yang mayoritas menjawab ragu-ragu dan tidak setuju bahwa pemilihan mampu melahirkan pemimpin yang lebih baik dari sebelumnya. Gambar. 4.10. Pendapat Responden tentang Pemilihan Mampu Melahirkan Pemimpin Yang Lebih Baik SANGAT TIDAK SETUJU 17 TIDAK SETUJU 25 RAGU-RAGU 32 SETUJU 15 SANGAT SETUJU 11 0 5 10 70 15 20 25 30 35 Lebih lanjut, kesadaran masyarakat akan petingnya Pemilihan Presiden tergambar pula pada mayoritas jawaban responden yang menganggap pemilihan presiden tidak penting bagi kehidupan mereka. Gambar. 4.11. Pendapat Responden tentang Pentingya Pemilihan Presiden Bagi Kehidupan Mereka SANGAT TIDAK PENTING 16 TIDAK PENTING 41 RAGU-RAGU 20 PENTING 10 SANGAT PENTING 13 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Rendahnya kesadaran politik terlihat pula dari pendapat mayoritas responden yang tidak yakin bahwa keikusertaan mereka dalam pemilihan akan berdampak pada kehidupan mereka. Gambar. 4.12. Pendapat Masyarakat tentang Keikusertaan Dalam Pemilihan Akan Berdampak Pada Kehidupan Mereka SANGAT TIDAK SETUJU 10 TIDAK SETUJU 33 RAGU-RAGU 23 SETUJU 21 SANGAT SETUJU 13 0 5 10 71 15 20 25 30 35 4.9.2. Situasi Berdasrkan hasil jawaban responden yang menanyakan apakah pada hari H pemilihan presiden 2014 berada ditempat/sesuai alamat, mayoritas responden menjawab tidak berada ditempat (54 %). Selebihnya sebanyak 46 % responden berada ditempat. Gambar. 4.13. Pernyataan Responden tentang Keberadaan Pemilih Saat Pemilihan TIDAK BERADA DITEMPAT 54% SEDANG BERADA DITEMPAT 46% Pada hari H pemilihan presiden mayoritas responden menjawab sedang terganggu kesehatannya (71 %), selebihnya sebanyak 29 % dalam kondisi sehat. 72 Gambar. 4. 14. Pernyataan Responden tentang Kondisi Kesehatan saat hari H Pemilihan Sehat 29% Tidak Sehat 71% Saat pemilihan presiden berlangsung, mayoritas responden menjawab bahwa kondisi cuaca di tempat tingga mereka sedang tidak baik (65 %) dan hanya 35 % yang menyatakan cuaca dalam keadaan baik. Gambar. 4.15. Pernyaan Responden tentang Kondisi Cuaca Saat Hari H Pemilihan BAIK 35% TIDAK BAIK 65% 73 Konidisi keamanan pada saat hari pemilihan presiden, mayoritas responden menajawab di lingkungkan mereka dalam keadaan aman (52 %), selebihnya sebanyak 48 % menyatakan tidak aman. Gambar 4.16. Kondisi Kemanan Saat Pemilihan Presiden Tidak Aman 48% Aman 52% Selanjutnya jawaban responden yang menanyakan apakah bapak/ibu/saudara pada saat hari H pemilihan presiden tahun 2014 memiliki acara keluarga. Mayoritas responden menjawab tidak memiliki acara keluarga (68 %), selebihnya sebanyak 32 % memiliki acara keluarga. 74 Gambar. 4.17. Aktifitas/Kegiatan Responden Pada Pemilihan Presiden Ya, ada acara keluarga 32% Tidak memiliki acara keluarga 68% Selanjutnya jawaban responden, saat ditanyakan apakah pada saat hari pemilihan bertepatan dengan kerja kantoran, jualan atau aktivitas lain. Mayoritas responden menjawab pemilihan presiden tidak bertepatan dengan kegiatan kantor, jualan atau aktivitas lain (51 %). Sedangkan sebanyak 49 % menjawab sedang bekerja di kantor, jualan dan aktivitas lain. 75 Gambar. 4.18. Pernyataan Responden tentang Pemilihan Presiden Yang bertepatan dengan kerja kantoran, jualan dan aktivitas lain. Ya, Bertepatan 49% Tidak Bertepatan 51% Tanggapan responden apakah pada hari pemilihan mendapatkan ancaman atau intimidasi, mayoritas responden menjawab tidak dalam kondisi terancam atau diintimidasi (91 %). Selebihnya 9 % menjawab sedang dalam kondisi terancam atau diintimidasi. 76 Gambar. 4.19. Pernyataan Responden tentang ancaman dan intimidasi saat pemilihan Mendapat Ancaman 9% Tidak Mendapat Ancaman 91% 4.9.3. Vote Buying Salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilih adalah praktek jual beli suara (vote buying). Praktek ini biasanya diperankan oleh tim sukes pasangan calon dengan memberikan uang, barang atau bantuan kepada pemilih. Terkait dengan hal itu, pada saat pemilihan presiden 2014 responden pernah ditawari uang/barang/bantuan untuk memilih calon presiden tertentu. Sebanyak 39 % mengaku selalu ditawari uang/barang/bantuan, 20 % sering ditawari, 15 % menjawab kadang-kadang ditawari, 14 % menjawab jarang dan hanya 12 % yang menjawab tidak pernah ditawari. 77 Gambar. 4.20. Tanggapan Responden tentang praktek vote buying TIDAK PERNAH 12% JARANG 14% SELALU 39% KADANGKADANG 15% SERING 20% Lebih lanjut praktek vote buying menurut jawaban responden paling banyak diberikan saat malam hari sebelum pemilihan berlangsung(68 %), pagi hari 20 % dan saat sebelum ke TPS 12 %. Gambar. 4.21. Waktu Berlangsung Vote Buying Sebelum ke TPS 12% Pagi Hari 20% Malam Hari 68% Jawaban responden yang menanyakan apakah pernah menerima uang dari tim sukses agar memilih salah satu pasangan calon Presiden, mayoritas 78 responden menjawab tidak pernah menerima uang (88 %), sisanya sebanyak 12 % menyebut pernah menerima uang. 4.22. Sikap Responden atas tawaran uang Pernah Menerima 12% Tidak Pernah Menerima 88% Sebaliknya jawaban responden atas pertanyaan apakah pernah menerima barang dari tim sukses pasangan calon, mayoritas responden menjawab pernah menerima (90 %) dan sebanyak 10 % tidak pernah menerima. Barang yang ditawarkan diantaranya baju dan sticker pasangan calon. Gambar. 4.23. Sikap Responden Atas Tawaran Barang Tidak Pernah Menerima 10% Pernah Menerima 90% 79 Selanjutnya jawaban responden atas pertanyaan apakah pernah dijanjikan bantuan berupa program dari tim sukses pasangan calon presiden, mayoritas responden menjawab pernah dijanjikan 66 %, selebihnya 34 % menjawab tidak pernah dijanjikan. Gambar. 4.24. Jawaban Responden atas Janji/Tawaran Program Pemerintah TIDAK PERNAH 34% SELALU 66% 4.9.4. Kinerja Penyelenggara Pemilu Kinerja penyelenggara Pemilu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi pemilih.Guna meningkat partisipasi pemilih, penyelenggara Pemilu sangat perlu mensosoisalisasikan tahapan, jadwal hingga prosedur pemilihan. Langkah sosialisasi dapat dilakukan dengan menyebarluaskan informasi melalui media massa, melakukan pertemuan langsung, menempelkan poster atau papan pengumuman ditempat umum. Berkaitan dengan penilaian atas kinerja penyelenggara Pemilu diajukan beberapa 80 pertanyaan diantaranya, apakah pernah melihat atau mendengar sosialisasi pemilihan Presiden oleh penyelenggara Pemilu melalui media massa atau non media massa. Mayoritas responden menjawab jarang melihat penyelenggara Pemilu mensosialisasikan pemilihan presiden (48 %) dan sebanyak 20 % tidak pernah melihat sosialisasi pemilihan presiden. Gambar. 4.25. Sosialiasi Pemilihan Presiden oleh Penyelenggara Pemilu TIDAK PERNAH 20% SELALU 22% JARANG 48% Selanjutnya sebanyak 78 SERING 5% KADANGKADANG 5% % responden mengaku pernah mengikuti/menghadiri sosialisasi pemilihan Presiden yang diselenggarakan oleh KPU. 81 Gambar. 4.26. Menghadiri Sosialisasi Pemilihan Presiden oleh KPU TIDAK PERNAH 22% SELALU 78% Lebih lanjut jawaban responden atas pertanyaan apakah pernah mengecek/melihat daftar pemilih tetap yang dikeluarkan oleh KPU, mayoritas responden menjawab tidak pernah mengecek/mellihat 58 %, selebihnya sebanyak 42 % menyatakan pernah melihat daftar pemilih tetap yang dikeluarkan oleh KPU. Gambar. 4.27. Melihat Daftar Pemilih Tetap PERNAH 42% TIDAK PERNAH 58% Selanjutnya jawaban responden atas pertanyaan apakah mendapat informasi tentang jadwal pemilihan, mayoritas responden menjawab mengetahui 82 jadwal pemilihan presiden (69 %), hanya 31 % responden yang menjawab tidak mendapatkan informasi. Gambar. 4.28. Informasi Jadwal Pemilihan Presiden TIDAK PERNAH 31% SELALU 69% Lebih lanjut mayoritas responden mengaku menerima kartu panggilan untuk memilih (69 %), dan sebanyak 31 % tidak menerima kartu panggilan. Gambar. 4.29. Menerima Kartu Panggilan Memilih TIDAK MENERIMA 31% MENERIMA 69% 83 4.9.5. Afiliasi Partai dan Organisasi Keaktifan dalam partai politik dan organisasi akan mempengaruhi tingkat partisipasi seseorang untuk memilih atau tidak memilih dalam pemilihan Presiden 2014. Berkaitan dengan itu, dalam penelitian ini diajukan sejumlah pertanyaan guna mengukur korelasi antara afiliasi politik dan partipasi pemilih. Pertanyaan yang diajukan diantarnya apakah setiap orang perlu aktif dalam partai politik. Mayoritas responden menjawab perlu aktif (45 %), sedangkan 44 % menjawab tidak perlu aktif dan 11 % menjawab ragu-ragu. Gambar. 4.30. Perlu Aktif Dalam Partai Politik TIDAK PERLU AKTIF PERLU AKTIF 44% 56% Selanjutnya jawaban responden yang menanyakan apakah setiap orang perlu aktif di organisasi tertentu. Mayoritas responden menjawab tidak perlu (56 %) dan 44 % menjawab perlu aktif. 84 Gambar. 4.31. Perlu Aktif Dalam Organisasi PERLU AKTIF 44% TIDAK PERLU AKTIF 56% Lebih lanjut jawaban responden yang menanyakan apakah pernah menjadi anggota partai tertentu. Mayoriratas responden menjawab tidak pernah (58 %) dan sisanya sebanyak 42 % menjawab pernah menjadi anggota partai tertentu. Gambar. 4.32. Pernah Ikut Menjadi Anggota Partai PERNAH IKUT 42% TIDAK PERNAH IKUT 58% Selanjutnya apakah partai yang diikuti memberikan dukungan pada calon presiden tertentu dalam pemilihan presiden 2014. Jawaban mayoritas responden 85 menyebut bahwa partai yang diikuti memberikan dukungan pada pemilihan presiden 2014 (94%), sedangkan sebanyak 6 % responden menjawab partai yang mereka ikuti tidak memberikan dukungan pada pemilihan Presiden 2014. Gambar. 4.33. Partai Pilihan Memberikan Dukungan Pada Pemilihan Presiden TIDAK MENDUKUNG 6% MENDUKUNG 94% 4.9.6. Kinerja Pemerintah dan Pembangunan Kinerja pemerintah dan pembangunan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi pemilih. Semakin baik kinerja pemerintah dan pembangunan dimungkinkan akan berpengaruh pada peningakatan partisipasi pemilih. Sebaliknya jika kinerja pemerintah dan pembangunan dinilai buruk, maka dimungkinkan menurunkan tingkat partisipasi pemilih. Guna mengukur kinerja pemerintahan dan pembangunan, maka diajukan beberapa pertanyaan diantaranya apakah responden puas dengan kinerja Presiden sebelumnya. Mayoritas jawaban responden mengaku puas dengan kinerja presiden sebelumnya (86 %), sebaliknya sebanyak 14 % mengaku tidak puas dengan kinerja presiden. 86 Gambar. 4.34. Kepuasan atas Kinerja Presiden TIDAK PUAS 14% PUAS 86% Lebih lanjut mayoritas responden menilai kondisi infrastruktur selama lima tahun terakhir dianggap sudah baik (87 %), hanya 13 % responden yang menjawab tidak baik. Gambar. 4. 35. Penilaian Kondisi Infrastruktur TIDAK BAIK 13% BAIK 87% Mayoritas responden juga menilai bahwa kondisi perekonomian selama lima tahun terakhir sudah baik (94 %), hanya 6 % responden yang menjawab tidak baik. 87 Gambar. 4.36. Penilaian Kondisi Perekonomian TIDAK BAIK 6% BAIK 94% 4.9.7. Faktor Kandidat Dalam banyak studi tentang partispasi pemilih, faktor kandidat atau figur sering dianggap sebagai faktor yang paling menentukan dalam kemenangan pasangan calon pemimpin. Secara common sense anggapan tersebut masuk akal karena dalam pemilihan Presiden pemilih memilih orang bukan partai. Oleh sebab itu, faktor kandidat tidak bisa dikesampingkan dalam konteks Pemilihan Presiden 2014 sebagai salah satu variabel dalam penelitian ini. Variabel kandidat di sini diturunkan menjadi beberapa yaitu penilaian masyarakat mengenai pendidikan, kejujuran, kemampuan menyelesaikan masalah, integritas serta kualitas kandidat. Hasil survey menujukan pendapat mayoritas responden tentang tingkat pendidikan calon presiden pada pemilihan Presiden 2014 dinilai sudah baik (88 %), sisanya sebanyak 12 % responden menjawab tidak baik. 88 Gambar. 4.37. Penialian Tingkat Pendidikan Calon Presiden TIDAK BAIK 12% BAIK 88% Selanjutnya penilain responden tentang kejujuran calon presiden,mayoritas responden menjawab jujur (66 %), sedangkan yang menjawab tidak jujur sebanyak 34 %. Gambar. 4.38. Penilaian Kejujuran Calon Presiden TIDAK JUJUR 40% JUJUR 60% Lebih lanjut penilaian responden atas kemampuan calon Presiden dalam menyelelasikan masalah bangsa, mayoritas responden menjawab tidak yakin (60 %), selebihnya sebanyak 40 % menjawab mampu menyelesaikan masalah. 89 Gambar. 4.39. Penliaian Kemampuan Menyelesaikan Masalah MAMPU 40% TIDAK MAMPU 60% Selanjutnya penilaian responden tentang kepedulian yang dimiliki oleh calon Presiden terhadap masyarakat, mayoritas responden menjawab calon presiden tidak peduli terhadap masyarakat (90 %), dan hanya 10 % yang menyatakan memiliki kepedulian terhadap masyarakat. Gambar. 4.40. Penilaian Kepedulian terhadap Masyarakat PEDULI 10% TIDAK PEDULI 90% 4.10. Hasil uji analisis regresi Perhitungan koefisien regresi pada penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan melihat pengaruh parsial pada model regresinya. 90 Berdasarkan hasil output analisis maka dapat dilihat pengaruh antar variabel sebagai berikut : Tabel.4.28. Pengaruh Antar Variabel Pengaruh Antar Variabel Koefis ien Beta Kesadaran politik (x1) --partisipasi politik Situasi (X2) --partisipasi politik .147 .319 Afiliasi partai dan organisai (X3) -- partisipasi politik Kinerja pemerintah dan pembangunan (X4) -partisipasi politik Vote Buying (X5) --partisipasi politik Kinerja penyelenggara Pemilu (X6) -partisipasi politik Faktor kandidat (X7)--partisipasi politik -.146 -.074 -.252 -.338 -.075 t hitun g 2.34 3 3.20 3 2.63 3 2.77 8 2.87 7 3.18 0 -.840 Sig .00 8 .00 2 .00 6 .00 9 .00 5 .00 2 .40 3 Ket. Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Tidak signifikan A .622 R Square .387 R Didapatkan koefisien determinasi (R Square) untuk model regresi ini sebesar 0,387 atau 38,7 %. Artinya keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model regresi dalam penelitian adalah sebesar 38.7 %, dengan kata lain informasi yang terkandung dalam data sebesar 38,7 % dapat dijelaskan oleh model tersebut. Sedangkan sisanya sebesar 61,3 % dijelaskan oleh variabel lain yang belum terdapat dalam model atau error. 91 4.10.1. Pengaruh Kesadaran Politik Terhadap Partisipasi Politik Hasil analisis untuk pengujian hipotesis tentang pengaruh kesadaran politik terhadap partisipasi politik didapatkan nilai t hitung sebesar 2,343 dengan p –value sebesar 0.008. Karena nilai p-value < alpha 0,05 (0,008 < 0,05), dan nilai t tabel hitung >t (2,343 > 1,96) menunjukkan bahwa faktor kesadaran politik terhadap partisipasi politik ditemukan berpengaruh signifikan. Koefisien beta bertanda positif (0,319) mengindikasikan bahwa semakin tinggi kesadaran politik seseorang maka ia semakin berpartisipasi dalam kegiatan politik. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa kesadaran politik berpengaruh terhadap partisipasi politik dapat diterima. 4.10.2. Pengaruh Situasi Terhadap Partisipasi Politik Hasil analisis untuk pengujian hipotesis tentang pengaruh situasi terhadap partisipasi politik didapatkankan nilai t hitung sebesar 3,203 dengan p –value sebesar 0.002. Karena nilai p-value < alpha 0,05 (0,002 < 0,05), dan nilai t tabel hitung >t (3,203 > 1,96) menunjukkan bahwa faktor situasi berpengaruh siginifikan terhadap partisipasi politik sesorang. Koefisien beta bertanda positif (0,147) mengindikasikan bahwa semakin didukung oleh situasi yang baik, maka partisipasi politik ikut pula mengalami peningkatan. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa situasi berpengaruh terhadap partisipasi politik dapat diterima. 92 4.10.3. Pengaruh Afiliasi Partai dan Organisasi Terhadap Partisipasi Politik Hasil analisis untuk pengujian hipotesis tentang pengaruh afiliasi partai dan organisasi terhadap partisipasi politik didapatkan nilai t hitung sebesar 2,633 dengan p –value sebesar 0.006. Karena nilai p-value < alpha 0,05 (0,006 < 0,05), dan nilai t >t hitung tabel (2,633 > 1,96) menunjukkan bahwa faktor afiliasi politik dan organisasi ditemukan berpengaruh signifikan terhadap partisipasi politik. Koefisien beta bertanda negatif (- 0,146) mengindikasikan bahwa semakin kurang afiliasi politik dan organisasi akan semakin menurunkan partisipasi politik seseorang. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa afiliasi partai dan organisasi berpengaruh terhadap partisipasi politik dapat diterima. 4.10.4. Pengaruh Kinerja Pemerintah dan Pembangunan Terhadap Partisipasi Politik Hasil analisis untuk pengujian hipotesis tentang pengaruh kinerja pemerintah dan pembangunan terhadap partisipasi politik didapatkan nilai t hitung sebesar 2,778 dengan p –value sebesar 0.009. Karena nilai p-value < alpha 0,05 (0,009 < 0,05), dan nilai t hitung >t tabel (2,778 > 1,96) menunjukkan bahwa faktor kinerja pemerintah dan pembangunan ditemukan berpengaruh signifikan terhadap partisipasi politik. Koefisien beta bertanda negatif (- 0,074) mengindikasikan bahwa semakin rendah kinerja pemerintah dan pembangunan akan menurunkan partisipasi politik seseorang. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa kinerja 93 pemerintah dan pembangunan berpengaruh terhadap partisipasi politik dapat diterima. 4.10.5. Pengaruh Vote Buying Terhadap Partisipasi Politik Hasil analisis untuk pengujian hipotesis tentang pengaruh vote buying terhadap partisipasi politik didapatkan nilai t hitung sebesar 2,877 dengan p –value sebesar 0.005. Karena nilai p-value < alpha 0,05 (0,005 < 0,05), dan nilai t tabel hitung >t (2,877 > 1,96) menunjukkan bahwa faktor vote buying ditemukan berpengaruh signifikan terhadap partisipasi politik. Koefisien beta bertanda negatif (- 0,252) mengindikasikan bahwa semakin kurang vote buying, semakin menurunkan partisipasi politik seseorang. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa vote buying berpengaruh terhadap partisipasi politik dapat diterima. 4.10.6. Pengaruh Kinerja Penyelenggara Pemilu Terhadap Partisipasi Politik Hasil analisis untuk pengujian hipotesis tentang pengaruh kinerja penyelengara Pemilu terhadap partisipasi politik menyebutkan nilai t hitung sebesar 3,180 dengan p –value sebesar 0.002. Karena nilai p-value < alpha 0,05 (0,002 < 0,05), dan nilai t hitung >t tabel (3,180 > 1,96) menunjukkan bahwa faktor kinerja penyelengara Pemilu ditemukan berpengaruh signifikan terhadap partisipasi politik ditemukan berpengaruh signifikan. Koefisien beta bertanda negatif (- 0,338) mengindikasikan bahwa semakin kurang kinerja penyelenggara Pemilu, maka partisipasi politik ikut mengalami penurunan. Sehingga hipotesis yang menyatakan 94 bahwa kinerja penyelenggara Pemilu berpengaruh terhadap partisipasi politik dapat diterima. 4.10.7. Pengaruh Faktor Kandidat Terhadap Partisipasi Politik Hasil analisis untuk pengujian hipotesis tentang pengaruh faktor kandidat ditemukan tidak berpengaruh terhadap partisipasi politik dimana didapatkan nilai t hitung sebesar - 0,840 dengan p –value sebesar 0.403. Karena nilai p-value < alpha 0,05 (- 0,840 < 0,05), dan nilai t hitung >t tabel (0,840 > 1,96) menunjukkan bahwa faktor kandidat terhadap partisipasi politik tidak berpengaruh. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa faktor kandidat berpengaruh terhadap partisipasi politik dapat ditolak. 95 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan partisipasi politik sangat dipengaruhi oleh faktor kesadaran politik, situasi, afiliasi partai dan organisasi, kinerja pemerintah dan pembangunan, vote buying dan kinerja penyelenggara Pemilu. Sementara faktor kandidat tidak berpengaruh terhadap partispasi politik. 5.2. Rekomendasi a. Tingkat partisipasi pemilih yang ditunjukkan dengan kehadiran pemilih di lokasi TPS untuk memberikan hak suaranya masih rendah meskipun masih pada angka diatas 50% namun masih sangat jauh dari angka 100%. Trend partisipasi pemilih masih cenderung lebih tinggi pada pemilihan umum legislatif dibanding Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden sehingga KPU harus bekerjasama dengan partai politik untuk mendorong masyarakat dalam memberikan hak suaranya di TPS seperti yang dilakukan pada pemilihan umum legislatif. b. KPU Provinsi Sulawesi Tenggara harus memiliki perhatian serius pada faktorfaktor yang mempengaruhi peningkatan partisipasi politik masyarakat khususnya yang bisa mendorong tingkat kehadiran pemilih untuk memilih dan melakukan langka-langkah kongkrit untuk peningkatan partisipasi tersebut. c. KPU perlu memiliki program untuk bekerjasama dengan berbagai stakeholder, khususnya lembaga pendidikan, baik tingkat menengah maupun perguruan tinggi untuk melakukan pembinaan mengenai kesadaran berpolitik dalam rangka mewujudkan kecerdasan politik. 96 d. Partisipasi politik bukan saja dapat dilihat atau dinilai hanya dari partisipasi pada saat pemungutan suara. Partisipasi politik konvensional yang terkait dengan pemilu/elektoral dapat juga dilihat dari bagaimana partisipasi politik masyarakat dalam memberikan sumbangan mereka kepada para calon presiden/wakil presiden atau aktivitas mereka dalam membantu para kandidat selama masa kampanye. Hal ini menjadi fenomena menarik dalam pesta demokrasi di Indonesia, sehingga perlu mendapatkan perhatian dalam dari KPU untuk melakukan riset pada dimensi lain dalam bentuk partisipasi masyarakat. 97 Daftar Pustaka Altman, David and Aníbal Pérez-Liñán, Assessing the Quality of Democracy: Freedom, Competitiveness and Participation in Eighteen Latin American Countries. Democratization, Vol.9, No.2, Summer 2002. Bandura, A. 1977. Social Learning Theory. Printice Hall inc. The United State of Amerika. Baron, R.A., Byrne, D., N.R, Branscombe. 2006. Social Psychology. Eleventh Edition. Pearson Education. United States of Amerika. Berlo, D.K. 1960. The Process of Communication : An Introduction to Theory and Practice. United States Of America. Bungin, Burhan, 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainya. Jakarta: Graha Ilmu. Cresswell, J.W. 2003. Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Sage Publications.London. Denzin, Norman K and Licoln Yvonna S. 2009. HandBook of Qualitative Research. (Di terjemahan Dariyatno, Badrus Samsul Fata, Abi, John Rinaldi). Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Kothari, C.R, 2004. Research Metodology Methods and Techniques. Second Revised Edition. New Delhi:New Age International (P) Limited, Publishers. 98 Ramadanil, Fadli. Dkk, Desain Partisipasi Masyarakat Dalam Pemantauan Pemilu. Kemitraan Dan Perludem: 2015. 99