1 KEBIJAKAN ANTARA INDONESIA DENGAN APEC Tugas ini disusun untuk memenuhi matakuliah Hubungan Internasional Oleh : Ferina Safitri (115030107111103) Putri Maya Risxi I (115030113111003) Achmad Geovani Awang (115030107111073) Elga Goesman VMH (115030107111098) Kelas - D Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang November, 2013 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa tidak ada satu negara pun di dunia yang dapat hidup sendiri dalam hubungannya dengan negara lain. Fungsi sosial dari suatu negara terhadap negara lain sangatlah besar dan oleh karena itu maka eksistensi dari suatu organisasi sangatlah diperlukan. Organisasi ini berfungsi sebagai wadah negara-negara dalam menyalurkan aspirasi, kepentingan, dan pengaruh mereka. Terdapat banyak organisasi yang tumbuh dan berkembang di dunia, mulai dari organisasi antar keluarga, antar daerah, antar propinsi sampai ke lingkup yang lebih luas yaitu antar negara yang berada dalam satu kawasan. Suatu organisasi internasional dibentuk dan didirikan melalui suatu konferensi internasional yang menghasilkan perjanjian internasional yang merupakan anggaran dasarnya yang biasa juga disebut piagam, covenant, statuta, atau dengan istilah yang lebih umum disebut juga dengan konstitusi dari sebuah organisasi internasional. Atas dasar piagam atau konstitusinya itu ditentukan asas-asas dan tujuan dari organisasi internasional maupun organ-organ serta mekanisme bekerjanya. Organisasi-organisasi regional tertentu juga diberi wewenang untuk membuat ketentuan-ketentuan hukum. Perjanjian-perjanjian yang dihasilkan dalam kerangka organisasi internasional ini dibuat oleh wakil-wakil negara yang duduk dalam organ-organ organisasi tersebut. Organisasi internasional merupakan sebagai suatu struktur formal dan berkelanjutan yang dibentuk atas suatu kesepakatan antar anggota-anggota (pemerintah dan non pemerintah) dari dua atau lebih negara berdaulat dengan tujuan untuk mengejar kepentingan bersama para anggotanya. Lebih lanjut, upaya mendefinsikan suatu organisasi internasional harus melihat tujuan yang ingin dicapai, institusi-institusi yang ada, suatu proses perkiraan peraturan-peraturan yang dibuat pemerintah terhadap hubungan antara suatu negara dengan aktor-aktor non negara. 3 Keberhasilan suatu organisasi internasional dapat dilihat dari kebijakan dan cara untuk mengimplementasikannya. Keberhasilan di bidang ini tergantung dari sikap otonomi organisasi dan kepercayaan anggota atas kepemimpinan politis organisasi tersebut, tetapi yang paling penting adalah persepsi dari pemerintah negara anggota tentang seberapa jauh bantuan maupun kebijakan yang dikembangkan oleh organisasi yang akan sesuai dengan kepentingan nasional mereka. Oleh sebab itu anggota dapat mendorong ataupun menghalangi perkembangan bantuan ataupun kebijakan yang dilakukan oleh organisasi sesuai dengan penilaian mereka dengan mempertimbangkan untung dan ruginya bagi kepentingan nasional negara tersebut. Bila pengembangan bantuan dan kebijakan tertentu oleh organisasi dipandang berguna oleh pemerintah negara anggota atau bila organisasi telah memiliki semacam otonomi yang meningkat dan mengatur dengan kuat masalah kebijakan yang spesifik dan fungsional, maka perumusan kebijakan tersebut akan dapat berjalan tanpa campur tangan yang spesifik dari negara anggota, dan keberhasilan implementasinya akan bergantung dari seberapa baik bantuan maupun kebijakan tersebut dapat diterima oleh negara yang bersangkutan. Sebagai anggota masyarakat internasional, suatu negara tidak dapat hidup tanpa adanya hubungan dengan negara lain. Hubungan antar negara sangat kompleks sehingga di perlukan pengaturan. Untuk mengaturnya agar mencapai tujuan bersama, negara-negara membutuhkan wadah yaitu Organisasi Internasional. Timbulnya hubungan internasional secara umum pada hakikatnya merupakan proses perkembangan hubungan antar negara. Dengan membentuk organiasasi, negara-negara akan berusaha mencapai tujuan yang menjadi kepentingan bersama dan menyangkut bidang kehidupan yang luas. Indonesia juga mengikuti sejumlah organisasi internasional, salah satunya adalah Asia Pasific Economy Cooperation (APEC). Asia pasific Economic Cooperation-APEC merupaka forum yang terbentuk dan perkembangannya dipengaruhi antara lain oleh kondisi politik dan ekonomi dunia saat itu yang berubah secara cepat di Uni Soviet dan Eropa Timur, kekhawatiran gagalnya perundingan Putaran Uruguay yang akan menimbulkan proteksionisme dengan munculnya kelompok regional serta timbulnya kecenderungan saling ketergantungan diantara negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Forum yang dibentuk tahun 1989 di Canbera-Australia ini telah melaksanakan langkah 4 besar dalam menggalang kerjasama ekonomi sehingga menjadi suatu forum konsultasi, dialog dan sebagai lembaga informal yang kerjasama ekonominya berpedoman melalui pendekatan liberalisasi bersama berdasarkan sukarela, melakukan inisiatif secara kolektif dan untuk mendukung keberhasilannya dilakukan konsultasi yang intensif terus menerus diantara 21 ekonomi anggota. Alasan penulis memilih tema APEC karena organisasi tersebut organisasi dibidang perdagangan yang akan mempengaruhi keadaan ekonomi indonesia sendiri. Keadaan ekonomi suatu negaralah yang sangat mempengaruhi apakah negara tersebut dapat maju atau tidak. Sehingga sangat menarik apabila penulis mengambil tema ini untuk dikaji. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa itu APEC? 2. Apa manfaat dan tujuan dari adanya APEC? 3. Kebijakan saja yang telah disepakati antara APEC dengan Indonesia? 4. Apa saja pengaruh dari kebijakan yang telah di sepakati antara APEC dengan Indonesia? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahu apa itu APEC yang sebenarnya. 2. Mengetahui manfaat dan tujuan dari adanya APEC. 3. Untuk mengetahui kebijakan apa saja yang dibuat antara APEC dengan Indonesia. 4. Mengetahui apa saja pengaruh atas adanya kebijakan yang telah disepakati antara APEC dengan Indonesia. 5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Organisasi Internasional 2.1.1 Pengertian Organisasi Internasional Organization dalam kata international organization sering menjadi permasalahan dengan bentuk tunggalnya (singular) yaitu organization. Dalam hal ini dijelaskan bahwa Organization adalah suatu proses sedangkan international organization adalah aspek-aspek representatif dari suatu fase dalam proses tersebut yang telah dicapai dalam suatu waktu tertentu. Hubungan Internasional antara pemerintah, kelompok individu, tidaklah bersifat acak tetapi bersifat terorganisir. Suatu bentuk dari hubungan internasional tersebut adalah institusi yaitu bentuk kolektif atau struktur dasar dari suatu organisasi sosial yang dibentuk dasar hukum atau tradisi manusia yang dapat berupa pertukaran, perdagangan, diplomasi, konferensi, atau organisasi internasional. Organisasi Internasional didefinisikan sebagai pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur organisasi jelas dan lengkap serta dihadapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan berlembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda. A Leroy Bennet menyatakan organisasi internasional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Organisasi tetap untuk melaksanakan fungsi yang berkelanjutan. 2. Keanggotaan yang bersifat sukarela dari peserta yang memenuhi syarat. 3. Instrumen dasar yang menyatakan tujuan, struktur dan metode operasional. 4. Badan pertemuan perwakilan konsultatif yang luas. 5. Sekertariat tetap untuk melanjutkan fungsi administrasi, penelitian dan informasi secara berkelanjutan. 6 2.1.2 Bentuk-bentuk Organisasi Internasional Terdapat dua kantegori utama organisasi internasional, yaitu: Organisasi antar pemerintah (Inter-Governmental Organizations / IGO) . Anggotanya terdiri dari delegasi resmi pemerintah negara-negara. Misalnya PerserikatanBangsa Bangsa (PBB), Association of South East Asia Nation (ASEAN), dan World Trade Organization (WTO). Organisasi non pemerintah ( Non- Governmental Organizations / NGO) Anggotanya terdiri dari kelompok - kelompok swasta di bidang-bidang keilmuan, kebudayaan, kegamaan, bantuan teknik, atau ekonomi, dan sebagainya. Misalnya Palang Merah Nasional (PMI), UNHCR, Greenpeace, Oxfam International. 2.1.3 Penggolongan Organisasi Internasional Penggolongan organisasi internasional ada bermacam-macam, diantaranya: a. Kegiatan Administrasi Organisasi Internasional Antar Pemerintah (Inter-Govermental Organization). Anggota - anggota organisasi ini berasal dari perwakilan pemerintah negara. Contoh : PBB, ASEAN, SAARC, OAU, NAM, dan lain – lain. Organisasi Internasional Non - Pemerintah (Non-Govermental Organization). Organisasi yang bukan pemerintahan. Contoh : IBF, ICC, Dewan Masjid Sedunia, Dewan Gereja Sedunia, Perhimpunan Donor Darah Sedunia. b. Ruang lingkup (wilayah) Organisasi Internasional Global. Wilayah kegiatan adalah global (seluruh dunia), dan keanggotaan terbuka dalam ruang lingkup di berbagai penjuru dunia. Contoh : PBB/UNO, OKI/OIC, GNB/NAM Organisasi Internasional Regional. Wilayah kegiatan adalah regional, dan keanggotaan hanya diberikan bagi negara-negara pada kawasan tertentu saja. Contoh : ASEAN, OAU, GCC, EC, SAARC. c. Bidang Kegiatan (Operasional) Organisasi 7 Bidang Ekonomi Organisasi yang bergerak di bidang ekonomi. Contoh : KADIN Internasional Bidang Lingkungan Hidup Organisasi yang bergerak di bidang lingkungan hidup. Contoh : UNEP Bidang Kesehatan Organisasi yang bergerak di bidang kesehatan. Contoh : WHO, IDF Bidang Pertambangan Organisasi yang bergerak di bidang pertambangan. Contoh : ITO Bidang Komoditi (pertanian dan industri) Organisasi yang bergerak di bidang komoditi. Contoh : IWTO, ICO Bidang Bea Cukai dan Perdagangan Internasional Organisasi yang bergerak di bidang perdagangan. Contoh : GATT 2.1.4 Tujuan dan Luas Bidang Kegiatan Organisasi Organisasi Internasional Umum (menyangkut hal-hal umum). Tujuan organisasi serta bidang kegiatannya bersifat luas dan umum, bukan hanya menyangkut bidang tertentu. Contoh : PBB/UNO. Organisasi Internasional Khusus (menyangkut hal-hal khusus). Tujuan organisasi dan kegiatannya adalah khusus pada bidang tertentu atau menyangkut hal khusus saja. Contoh : OPEC, dan termasuk organisasi - organisasi khusus di bawah naungan PBB, seperti : UNESCO, UNICEF, ITU, UPU, dan lain – lain. 2.1.5 Bentuk dan Pola Kerjasama Kerjasama Pertahanan-Keamanan (collective security), yang adalah disebut “institutionalized alliance” Contoh : NATO. Kerjasama Fungsional (functional cooperation)Contoh : PBB, ASEAN, OKI, OPEC, SAARC, OAU, GCC, dan lain – lain. 2.1.6 Fungsi Organisasi Organisasi Politikal, yaitu organisasi yang dalam kegiatannya menyangkut masalah masalah politik dan hubungan internasional. Seperti halnya ASEAN 8 yang mencanangkan konsep ZOPFAN.Contoh : PBB, ASEAN, NATO, ANZUS, SAARC, OAU, Liga Arab, dan lain – lain. Organisasi Administratif (administrative organization), yaitu organisasi yang sepenuhnya hanya melaksanakan kegiatan teknis secara administratif. Contoh : UPU, ITU, OPEC, ICAO, ICRC, dan lain – lain. Organisasi Peradilan (judicial organization), yaitu organisasi yang menyangkut penyelesaian sengketa pada berbagai bidang atau aspek (politik, ekonomi, hukum,sosbud). Menurut prosedur hukum dan melalui proses peradilan (sesuai ketentuan internasional dan perjanjian-perjanjian internasional) Contoh : Mahkamah Internasional. 2.2 Hubungan Internasional Hubungan Internasional adalah studi tentang persoalan-persoalan luar negeri dan isu-isu global di antara negara-negara dalam sistem internasional. Disiplin ilmu ini selanjutnya juga mencakup peran negara-negara, organisasi-organisasi antar pemerintah, organisasi-organisasi non-pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat, dan perusahaan-perusahaan multinasional. Hubungan Internasional adalah suatu bidang akademis sekaligus kebijakan publik dan dapat bersifat positif atau normatif, karena Hubungan Internasional berusaha menganalisa serta merumuskan konsep kebijakan luar negeri negara-negara tertentu. Sistem Internasional, Sejarah Hubungan Internasional sering dianggap berawal dari Perdamaian Westphalia pada tahun 1648, ketika sistem negara modern dikembangkan. Perjanjian Westphalia yang juga dikenal dengan nama Perjanjian Munster dan Osnabruck, merupakan serangkaian perjanjian yang mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun, dan secara resmi mengakui kedaulatan Republik Belanda dan Konfederasi Swiss. Perjanjian ini ditandatangani pada 24 Oktober 1648 antara Kaisar Romawi Suci Ferdinand III, dan para pangeran Jerman lainnya, perwakilan dari Belanda, Perancis, dan Swedia. Sebelum Westphalia, organisasi-organisasi otoritas politik abad pertengahan Eropa didasarkan pada tatanan hirarkis yang tidak jelas. Westphalia membentuk konsep legal tentang kedaulatan, yang pada dasarnya berarti bahwa para penguasa atau 9 kedaulatan-kedaulatan yang sah tidak akan mengakui pihak-pihak lain yang memiliki kedudukan yang sama secara internal dalam batas-batas kedaulatan wilayah yang sama. Pada dasarnya, otoritas Yunani dan Roma kuno kadang-kadang mirip dengan sistem Westphalia, tetapi keduanya tidak memiliki gagasan kedaulatan yang memadai. 2.2.1 Konsep dalam Hubungan Internasional 1. Kekuasaan Konsep Kekuasaan dalam Hubungan Internasional dapat dideskripsikan sebagai tingkat sumber daya, kapabilitas, dan pengaruh suatu Negara dalam persoalan-persoalan internasional. Kekuasaan sering dibagi menjadi konsep-konsep kekuasaan yang keras (hard power) dan kekuasaan yang lunak (soft power). Kekuasaan yang keras identik dengan kekuasaan yang bersifat memaksa, seperti penggunaan kekuatan, sedang kekuasaan yang lunak biasanya mencakup ekonomi, diplomasi, dan pengaruh budaya. Namun, pada dasarnya tidak ada garis pembagi yang jelas di antara dua bentuk kekuasaan tersebut. 2. Polaritas Polaritas dalam Hubungan Internasional berarti penyusunan kekuasaan dalam sistem internasional. Konsep tersebut mulai muncul dari realita terjadinya bipolaritas selama Perang Dingin. Pada waktu itu sistem internasional didominasi oleh konflik antar dua negara adikuasa. Selanjutnya, menurut teori polaritas ini, sistem internasional sebelum 1945 dapat dideskripsikan sebagai sistem yang terdiri dari banyak kutub (multi-polar), dengan kekuasaan yang dibagi-bagi antara negara-negara besar. Akhirnya, keruntuhan Uni Soviet pada tahun 1991 telah menyebabkan apa yang disebut oleh sebagian orang sebagai unipolaritas, dengan AS, sebagai satu-satunya negara adikuasa. Beberapa teori Hubungan Internasional menggunakan ide polaritas tersebut. Secara teori, 'Keseimbangan Kekuasaan' adalah konsep yang berkembang luas di Eropa sebelum Perang Dunia Pertama. Dasar pemikirannya adalah, bahwa dengan menyeimbangkan blok-blok kekuasaan, akan menciptakan stabilitas dan mencegah terjadinya perang dunia. Teori stabilitas hegemonik juga menggunakan ide Polaritas, khususnya dalam keadaan unipolaritas. Hegemoni adalah terkonsentrasikannya sebagian besar kekuasaan 10 yang ada di satu kutub dalam sistem internasional. Dan teori tersebut berargumen bahwa hegemoni adalah konfigurasi yang stabil, karena adanya keuntungan yang diperoleh negara adikuasa yang dominan dan negara-negara yang lain, dari satu sama lain dalam sistem internasional. Namun teori ini pada perkembangannya, bertentangan dengan banyak argumen Neorealis, yang menyatakan bahwa berakhirnya Perang Dingin dan keadaan unipolaritas adalah konfigurasi yang tidak stabil, yang secara tidak terelakkan berpotensi menumbuhkan konflik baru. Sebagaimana diungkapkan dalam teori peralihan Kekuasaan yang menyatakan bahwa mungkin suatu negara besar akan menantang suatu negara yang memiliki hegemoni (hegemon) setelah periode tertentu, sehingga mengakibatkan perang besar. Pendukung utama teori tersebut, A.F.K. Organski, yang mengemukakan argumen ini berdasarkan terjadinya perang-perang sebelumnya selama hegemoni Inggris. Portugis, dan Belanda. 3. Dependensi Teori dependensi adalah teori yang paling lazim dikaitkan dengan Marxisme, yang menyatakan bahwa seperangkat negara Inti mengeksploitasi kekayaan sekelompok 'negara pinggiran' yang lebih lemah. Pelbagai versi teori ini mengemukakan bahwa hal ini merupakan keadaan yang tidak terelakkan (teori dependensi standar), atau menggunakan teori tersebut untuk menekankan keharusan untuk berubah (Neo-Marxisme). BAB III PEMBAHASAN 3.1 Asia pasific Economic Cooperation (APEC) 11 Asia pasific Economic Cooperation-APEC merupaka forum yang terbentuk dan perkembangannya dipengaruhi antara lain oleh kondisi politik dan ekonomi dunia saat itu yang berubah secara cepat di Uni Soviet dan Eropa Timur, kekhawatiran gagalnya perundingan Putaran Uruguay yang akan menimbulkan proteksionisme dengan munculnya kelompok regional serta timbulnya kecenderungan saling ketergantungan diantara negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Forum yang dibentuk tahun 1989 di Canbera-Australia ini telah melaksanakan langkah besar dalam menggalang kerjasama ekonomi sehingga menjadi suatu forum konsultasi, dialog dan sebagai lembaga informal yang kerjasama ekonominya berpedoman melalui pendekatan liberalisasi bersama berdasarkan sukarela, melakukan inisiatif secara kolektif dan untuk mendukung keberhasilannya dilakukan konsultasi yang intensif terus menerus diantara 21 ekonomi anggota. Pada awalnya terdapat 12 negara sebagai pendiri yaitu Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Indonesia, Jepang, Republik Korea, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Thailand, dan Amerika Serikat. Sejak saat itu telah menjadi wahana utama di kawasan Asia Pasifik dalam meningkatkan keterbukaan dan praktek kerjasama ekonomi sehingga dapat menarik masukan beberapa negara yaitu Republik Rakyat China, Hongkong-Cina dan Chinese-Taipe untuk bergabung pada 1991 yang kemudian disusul masuknya Meksiko dan Papua New Guinea tahun 1993 seerta Chili pada 1994. Sedangkan tiga ekonomi anggota terakhir yaitu Federasi Rusia, Peru dan Vietnam bergabung dalam forum APEC tahun 1998. Dalam perkembangannya APEC memiliki peran cukup strategis dengan penduduk sekitar 2 milyar jjiwa atau lebih dari 40% populasi dunia dan mewakili 45% nilai perdagangan dunia (1996) – sebuah pasar potensial untuk perdagangan barang, jasa dan sumber daya manusia. Realisasi pertumbuhan GDP APEC tahun 2000 sebesar 4.1% berarti relatif sedikit lebih rendah dari pertumbuhan GDP dunia yang sebesar 4.7%, disamping itu APEC juga memiliki arti penting dalam rangka pembangunan nasional karena mewakili 69.1% pasar ekspor non-migas dan merupakan 63.3% sumber impor non-migas Indonesia masing-masing tahun 2000. Serangkaian upaya penguatan infrastruktur forum kerjasama APEC terus diintensifkan kerjasamanya sehingga forum tersebut menjadi lebih kuat dan tangguh di 12 kawasan. Forum ini sangat diharapkan tetap menjadi pelopor dalam pelaksanaan putaran uruguay untuk mencapai sistem perdagangan yang adil, terbuka dan transparan untuk mempertahankan serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional dan global. Mengingat pentingnya peranan APEC dalam rangka memberikan dukungan terhadap sistem perdagangan dimaksud dalam menunjang pertumbuhan ekonomi regional dan global di kawasan, maka Para Pemimpin Ekkonomi APEC telah mengesahkan sejumlah Deklarasi yang memuat kesepakatan-kesepakatan yang signifikan terhadap perkembangannya antara lain mengenai VISI APEC, Bogor Goals, Osaka Actions Agenda (OAA) – yang memberikan arahan atau pedoman kerjasama APEC, dan taahun 1996 meluncurkan fase implementasi daripada OAA dalam bentuk MAPA (Manila Action Plans For APEC). Sedangkan tindakan konkrit lain yaitu berupa implementasi Rencana Aksi Kolektif (RAK) maupun Rencan Individu (RAI) oleh seluruh anggotanya sehingga penjabaran secara keseluruhan terhadap langkah-langkah implementasi dalam melakukan liberalsme ekonominya merupakan cermin yang kuat dalam mewujudkan kearah sistem perdagangan dan investasi bebas dan terbuka tahun 2010/2020 untuk ekonomi maju dan berkembang APEC. Implementasi kerjasam ekonomi dan teknik yang terkait dengan bidang perdagangan dan investasi, sesungguhnya baru berlangsung dalam 6 tahun terakhir sejak disahkannya MAPA, namun demikian dengan waktu yang singkat APEC berhasil mencatat berbagai kemajuan yang berarrti dalam rangka memperlancar arus barang, jasa, investasi dan mobilitasi para pelaku usaha dikawasan yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah, dunia usaha dan para pihak yang terkait untuk mengetahhui perkembangan berbagai kesepakatan terakhir kerjasama ekonomi khususnya dalam mengantisipasi perdaganan bebas APEC. APEC menggunakan tiga pilar utama sebagai kunci pencapaian tujuan, yaitu: 1. Liberalirasi perdagangan dan investasi. Liberalisasi Perdagangan dan Investasi dimaksudkan untuk mengurangi dan apabila memungkinkan menghapuskan hambatan tariff dan non tariff. Upaya 13 tersebutdifokuskan pada pembukaan pasar untuk meningkatkan perdagangan dan investasi. 2. Fasilitasi bisnis Fasilitasi bisnis memfokuskan kegiatan pada upaya untuk mengurangi biaya transaksi, meningkatkan akses pada informasi perdagangan, memaksimalkan manfaat dariteknologi informasi dan menyesuaikan kebijakan dan strategi bisnis untuk mendorong pertumbuhan dan mencapai keterbukaan perdagangan dan investasi. 3. Kerjasama Ekonomi dan Teknik ECOTECH memberikan kesempatan pada anggota ekonomi APEC untuk meningkatkankapasitasnya melalui pelatihan dan kerjasama sehingga mampu menarik manfaat dari perdagangan dunia dan ekonomi baru (new economy). Hasil dari ketiga pilar tersebutakan memperkuat ekonomi anggota APEC melalui pemanfaatan maksimal sumber dayadan meningkatkan efisiens 3.2 Manfaat dan Tujuan Adanya APEC 3.2.1 Visi APEC Pada pertemuan para Pemimpin Ekonomi APEC yang pertama tahun 1993 di Seattle-Blake Island, Amerika Serikat disepakati sebuah visi bagi APEC, yaitu: “terciptanya suatu komunitas yang dilandasi semangat keterbukaan dan upaya kerjasama untuk menghadapi perubahan, memperlancar arus barang, jasa, dan investasi, mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata, mencapai standar hidup dan pendidikan yang lebih tinggi dan mewujudkan pertumbuhan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.” 3.2.2 Manfaat APEC Bagi Ekonomi Kawasan Asia Pasifik Dalam sepuluh tahun terakhir, anggota ekonomi APEC telah menghasilkan 70 persen dari pertumbuhan ekonomi global. Disamping itu kawasan Asia Pasifik secara konsisten telah menunjukan keunggulan atas kawasan lainnya bahkan dalam asa krisis keuangan di Asia. Secara bersama-sama, anggota APEC berusaha mempertahankan pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga 14 komitmennya dalam membuka perdagangan, investasi dan melakukan reformasi ekonomi, dengan mengurangi hambatan tarif efisien dan berhasil mendorong ekspornya secara signifikan. Sebagai gambaran dalam 10 tahun pertama, ekspor APEC meningkat 113 persen atau mencapai 2,5 triliun US dolar. Penananman modal asing meningkat 210 persen secara keseluruhan, sedangkan di ekonoi berkembang meningkat 475 persen. Pendatan Domestik Bruto perkapital di ekonomi berkembang naik dengan 61 persen Aksi kolektif maupun individual memberikan manfaat bagi masyarakat di Asia Pasifik. Manfaat langung yang dirasakan adalah meningkatnya kesempatan kerja dan program pelatihan, semakin baiknya jaring pengaman sosila dan menurunnya kemiskinin. Secara umum, anggota ekonomi APEC dapat menikmati turunnya biaya hidup karena menurunnya tingkat hambatan perdagangan. Munculnya suatu ekonomi yang lebih kompetitif membantu menurunkan tingkat harga barang dan jasa yang dibutuhkan sehari-hari. Dalam sepuluh tahun sejak berdirinya APEC, telah tercipta kesempatan kerja sebanyak 195 juta dikawasan APEC, dimana 174 juta diantaranya di anggota ekonomi berkembang. Perjalanan bisnis menjadi lebih efisien dan prosedur kepabeanan lebih ringkas serta informasi kunjungan bisnis di APECdapat diketahui lebih mudah dan cepat. Adanya pelatihan dan kerjasama untuk mendukung usaha kecil dan menengah. Masyarakat mendapatkan manfaat dengan meningkatnya penggunakan internet dikalangan masyaraka dan keamanan di kawasan meningkat dengan adanya kegiatan penaggulangan terorisme dan pencegahan penyakit menular.. 3.3 Kebijakan yang Telah Disepakati Antara APEC dengan Indonesia Konferensi Tingkat Tinggi negara-negara kerja sama ekonomi Asia Pasifik (KTT APEC) pada 7-8 Oktober 2013 ini telah menghasilkan tujuh kesepakatan. Hal ini diharapkan bisa diterapkan di tiap-tiap negara anggota APEC.APEC tahun ini mengambil tema “Resilient Asia Pacific-Engine of Global Growth”. Dari hasil pertemuan ini, para pemimpin APEC menyepakati beberapa hal strategis. Pertama, para pemimpin menyepakati untuk memperkuat agenda Bogor Goals. Untuk itulah, para pemimpin APEC bersepakat untuk memperkuat, mendorong, dan 15 membuka kesempatan bagi seluruh pemangku kepentingan berpartisipasi dalam agenda APEC dan saling memberikan keuntungan bagi semua. Kedua, para pemimpin APEC sepakat meningkatkan intra-APEC untuk infrastruktur, membangun kapasitas, dan memfungsikan perdagangan multilateral. “Referensi terhadap perdagangan multilateral ini adalah pengenalan pada perdagangan di antara anggota APEC yang membawa keuntungan lebih pada ekonomi dan kesuksesan dalam kerja sama multilateral di kawasan,” kata Presiden SBY. Ia menyebutkan, para pemimpin APEC mendorong hal ini dengan membuat kesepakatan perdagangan multilateral yang dapat diangkat dalam pertemuan WTO di Bali pada Desember 2013. Ketiga, para pemimpin APEC setuju untuk meningkatkan konektivitas institusi dan sumber daya manusia di antara anggota APEC. Untuk itulah, dibuat konektivitas yang menitikberatkan pada investasi dan infrastruktur. Para pemimpin APEC menyampaikan bahwa hal ini akan mengurangi biaya produksi dan transportasi, serta memperkuat bahan baku dan memperkuat iklim usaha di antara anggota APEC. Di waktu yang sama, pembangunan infrastruktur akan menciptakan peluang pekerjaan. Keempat, para pemimpin APEC memastikan pertumbuhan yang kuat, inklusif, dan berkelanjutan. Para pemimpin APEC bersepakat untuk memfasilitasi dan memperkuat Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), serta perempuan pegusaha dan muda. Kelima, memperkuat ketahanan pangan. Tujuan dari agenda ini adalah menghadapi tantangan pertumbuhan dan perubahan iklim. "Dengan pertemuan di Bali ini, para pemimpin mulai melihat permasalahan ini secara menyeluruh,” ungkap Presiden. Keenam, para pemimpin APEC bersepakat untuk meningkatkan sinergi dan melengkapi dengan kerja sama multilateral yang lain seperti East Asia Summit dan G-20. Hal ini menjadi sangat penting karena dunia ini dibentuk dengan berbagai arsitek ekonomi yang berbeda. Ketujuh, kerja sama di dunia usaha antarnegara APEC sangat penting untuk mencapai free and open trade investment. Terkait meningkatkan keikutsertaan Usaha Kecil dan Menengah, kaum muda dan perempuan, Presiden SBY mengatakan bahwa pelaku usaha UMKM merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. 3.4 Pengaruh Kebijakan yang Disepakati Antara APEC dengan Indonesia 16 Keikutsertaan Indonesia menjadi anggota Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) sejak 1989 telah memberikan banyak manfaat bagi Indonesia. Perdagangan Indonesi meningkat tajam. Sebanyak 75 persen tujuan ekspor dan perdagangan Indonesia adalah ke anggota APEC. Pada 1989 hasil ekspor Indonesia 29,9 miliar Dolar Amerika Serikat (AS). Sementara pada 2011 mencapai 289 milyar Dolar AS. Selain itu dalam tiga tahun terakhir Gross Domestic Product (GDP) Indonesia meningkat dari 0,2 triliun Dolar AS, 0,3 triliun Dolar AS, dan tahun lalu mencapai 1,1 triliun Dolar AS. Bahkan indeks gini Indonesia yang menjadi indikator tingkat pemerataan sosial Indonesia masih lebih baik ketimbang AS dan Cina. Pada 2011 indeks gini Indonesia bernilai 0,41, sementara AS 0,48 dan Cina 0,47. “Semakin tinggi nilai indeks gini, semakin besar tingkat kesenjangan penduduk kaya dan miskin,”. Tak hanya itu, dengan menjadi anggota APEC Indonesia mendapatkan manfaat lain, seperti kesempatan promosi produk unggulan daerah, promosi dan publikasi daerah secara luas dan gratis. Serta pengalaman menyelenggarakan kegiatan dan pertemuan internasional dan kesempatan melatih, meningkatkan kemampuan sumber daya daerah. Ketika berbicara manfaat APEC untuk Indonesia, tentunya kita akan menemukan sisi positif dan negatifnya. Jika berbicara sisi positifnya tentu hanya akan membuat berangan akan sebuah keuntungan, tetapi ketika berbicara negatifnya maka akan mengevaluasi dan mencari solusi untuk memperbaikinya. Secara regulasi, tentunya kesepakatan anggota APEC mebuka gerbang perdagangan bebas adalah peluang yang sangat baik untuk Indonesia karena jelas kita akan lebih mudah melakukan proses ekspor dan impor. Tetapi jika kita mengaca pada kondisi objektif negara hari ini, tentunya kesepakatan yang APEC hasilkan tidak menguntungkan untuk Indonesia karena secara Politik, Ekonomi, dan Budaya kita belum siap 100%. Sengketa politik, keterpurukan ekonomi, dan rusaknya nilai budaya yang kita miliki membuat semua kesepakatan APEC menjadi boomerang bagi negara kita. Contohnya adalah, seperti yang kita ketahui bersama hampir barang – barang yang beredar di Indonesia kebanyakan adalah barang – barang produksi China sehingga membuat barang – barang buatan dalam negeri kita kalah bersaing dengan barang – barang yang masuk dari China. Contoh lainya adalah, ketergantungan kita terhadap impor bahan – bahan kebutuhan seperti buah – buahan yang sebenarnya bisa kita hasilkan sendiri. 17 Jadi dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya APEC untuk saat ini tidak meberikan manfaat yang banyak untuk Indonesia. Bahkan karena ketidaksiapan negara kita menyambut kesepakatan yang dihasilkan dalam KTT APEC membuat terjajah oleh produk – produk asing. Jadi, untuk saat ini seharusnya Indonesia harus mampu menyiapkan diri sebaik mungkin untuk terjun dalam kesepakatan APEC. Berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam berbudaya. Pertemuan berskala besar seperti APEC yang dilakukan di Bali pada tanggal 7-8 Oktober 2013 seperti biasanya hanya menghasilkan kesimpulan-kesimpulan sangat umum, yang tidak mengikat (non-binding). Lagi pula kesimpulan itu biasanya lebih banyak menyangkut percepatan liberalisasi ekonomi dan perdagangan dunia yang menghendaki dihapuskannya berbagai barriers (dalam bentuk tarif dan nontarif). Ketentuan ini lebih banyak menguntungkan negara-negara maju, karena mereka lebih siap untuk memasarkan produk dan jasanya di negara-negara berkembang. Sementara itu, mayoritas negara berkembang lebih memerlukan sistim perdagangan yag adil (fair) ketimbang hanya sekedar bebas (free). Oleh karenanya negara-negara berkembang, kecuali untuk barang-barang yang mereka unggul, lebih menginginkan liberalisasi bertahap, ada ruang dan waktu untuk meningkatkan produktifitas dan daya saing mereka. Berbeda dengan Brazil, Argentina dan India, Indonesia dikenal lebih menyuarakan kepentingan negara-negara maju ketimbang memperjuangkan kepentingan negara-negara berkembang. Itulah yang menjelaskan kenapa Indonesia kalah dari Brazil ketika terjadi persaingan pemilihan Sekjen WTO yg baru. Pada dasarnya, pertemuan APEC di Bali, awal Oktober silam, adalah ajang berkumpulnya negara-negara maju untuk menyusun percepatan liberalisasi pasar bagi para pemegang modal pada krisis ekonomi. Di negara-negara maju, banyak barang yang dihasilkan sudah mencapai overproduksi. Pada saat yang sama, karena krisis yang menimpa, pasar dalam negeri mereka mengalami pelemahan daya beli. Buat Indonesia, sidang APEC itu tidak banyak manfaatnya. Padahal, acara itu meghabiskan biaya Rp 380 miliar plus pembangunan jalan tol di atas laut yang biayanya sekitar Rp 1 triliun. Hasil yang pasti adalah memperkenalkan Bali dan ingin menunjukkan Indonesia memainkan peran dalam diplomasi ekonomi dunia. 18 APEC semakin mengukuhkan semangat liberalisasi perdagangan yang bisa mengancam sistem ekonomi kerakyatan seperti yang diamanatkan konstitusi. Hal ini disebabkan komitmen-komitmen ekonomi yang dihasilkan dalam APEC dimaksudkan untuk memperluas agenda liberaliasi serta mempercepat fasilitasi perdagangan dan investasi. Berbagai komitmen itu akan mendorong pemerintah Indonesia membuka pasar bebas seluas-luasnya yang diwujudkan dengan penghapusan tarif, menghapuskan berbagai subsidi domestik dan semua bentuk perlindungan ekonomi domestik. Akibatnya Indonesia semakin menjadi pasar bagi produk impor dari negara-negara anggota APEC, khususnya negara-negara maju yang telah lebih siap. Lebih jauh lagi komitmen-komitmen yang disepakati dalam APEC akan dijadikan sebagai dasar pembuatan perjanjian yang lebih mengikat dalam rezim perdagangan multilateral pada pertemuan tingkat Menteri WTO, Desember mendatang. Manfaat konkret yang bisa diperoleh Indonesia dari acara skala global seperti APEC, justru diperoleh dari pertemuan-pertemuan bilateral. Misalnya, Indonesia dengan Korsel, dengan Jepang, dll. APEC baru benar-benar bisa bermanfaat buat Indonesia, jika bisa menjawab tiga hal. Yaitu: Pertama, mewujudkan kedaulatan pangan. Ini akan bagus bila Indonesia bisa menjalin kerja sama dengan Brazil dan Argentina untuk meningkatkan produksi gula, kedelai, jagung, dan daging sapi. Lewat kerja sama ini Indonesia bisa memperoleh bibit yang bagus dan teknologi terkini yang lebih efisien dengan produktivitas lebih tinggi. Kedua, mewujudkan kedaulatan energi. Indonesia punya potensi alterntif enegi terbesar dunia. Di sisi lain, Argentina dan Brazil telah sukses menghasilkan energi berbahan baku ampas tebu sebagai biodisel. Penggunaan energi terbarukan sebagai energi alternatif ini menjadi penting, karena sumber energi fosil sudah semakin menipis. Ketiga, memecahkan masalah lapangan kerja. Bagi Indonesia, seharusnya APEC mampu menarik investasi baru, khususnya di bidang infrastruktur. Dengan demikian akan tercipta lapangan kerja dan mengurangi angka pengangguran. 19 DAFTAR PUSTAKA Chayo. APEC dan manfaatnya bagi indonesia. http://politik.kompasiana.com/2013/ 10/02/apec-manfaatnya-untuk-indonesia--597784.html. diakses 19 November 2013 Rizal, Ramli. Apa manfaat APEC untuk Indonesia. http://www.rmol.co/read/2013/10/ 19/129959/Apa-Manfaat-APEC-untuk-Indonesia-. Diakses 19 november 2013 Didik, purwanto. Tujuh kesepakatan APEC 2013. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/ 2013/10/08/1704443/Inilah.Tujuh.Hasil.Kesepakatan.APEC.2013. Diakses 20 november 2013 Hamidi. Sekilas APEC. http://majidnanlohy.blogspot.com/2009/04/p-e-c.html. Diakses 20 november 2013 Andi. Mencermati KTT APEC di Bali. http://indonesian.irib.ir/fokus/-/ asset_publisher/v5Xe/content/mencermati-ktt-apec-di-bali. Diakses 20 november 2013 Dinda. Arti penting APEC 2013 terhadap perkembangan ekonomi global. http://karyailmiah36.wordpress.com/2013/10/25/arti-penting-apec-2013-terhadap-perkem bangan-ekonomi-global/. diakses 20 november 2013