MODUL PERKULIAHAN 11 KAPITA SELEKTA ILMU SOSIAL Teori dan Kebijakan Politik Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat Tatap Muka 12 Kode MK Disusun Oleh 85002 Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Abstract Kompetensi Definisi & konsep Politik dikaji dalam beberapa bagian antara lain : Setelah perkuliahan ini mahasiswa diharapan dapat memahami konsep politik dan Negara 1. 2. 3. 4. Pengertian sistem politik Ciri-ciri sistem Konsep pokok politik Unsur dan sifat sistem TEORI POLITIK 1. Pengertian Ilmu Politik Secara harfiah ilmu politik berasal dari kata ‘Ilmu’ dan ‘Politik’. Ilmu adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis, berdasarkan fakta, dapat dibuktikan kebenarannya serta bersifat universal. Sedangkan politik bersal dari kata ‘polis’ yang berarti Negara dan ‘Taia’ yang berarti urusan. Jadi politik adalah ‘urusan negara’. Apabila berbicara politik, berarti berbicara urusan Negara. Jadi apakah yang dimaksud dengan system politik? Secara etimologis, system politik adalah suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyaj bagian yang berkaitan denga urusan Negara. Atau dengan kata lain, system poltik adalah kumpulan elemen/unsure yang satu sama lain saling terkait dalam urusan Negara yang bekerjasama untuk encapai tujuan bersama. Berdasarkan pengertian tersebut, maka suatu system politik memiliki unsure-unsur yang meliputi: a. Kumpulan elemen/unsur b. Saling terkait c. Urusan Negara d. Bekerjasama e. Tujuan bersama Definisi ilmu politik hingga saat ini menrut para ahli belum bisa disatukan dala satu definisi. Hal ini lebih disebabkan oleh adanya cara pandang/sudut pandang para ahli politik tersebut yang berbeda-beda. Perbedaan ini menurut Miriam Budiarjo, dapat dibedakan dalam beberapa konsep yang meliputi: a. Negara (state) Negara adalah organisasi tertinggi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan yang ditaati oleh rakyatnya. Menurut Roger F Soltau dalam ‘Introduction of Politics’, Ilmu politik adalah mempelajari negara, tujuan-tujuan negara, dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan itu, hubungan antara negara dan warga negaranya serta dengan negara-negara lain. 2015 2 PENDIDIKAN PANCASILA Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id b. Kekuasaan (power) Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku. Harold D Lasweel menyebutkan, ilmu politik adalah mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan. Sementara Deliar Noer berpendapat, ilmu politik adalah memusatkan perhatian pada masalah kekuasaan dalam kehidupan bersama atau masyarakat. c. Pengambilan keputusan (decision maker) Keputusan adalah membuat pilihan di antara beberapa alternative. Aspek keputusan banyak menyangkut soal pembagian yang oleh Harold D Laswell dirumuskan sebagai “Who get whats, when and how”. d. Kebijaksanaan (policy) Menurut Hoogerwerf, kebijaksanaan umum adalah membangun masyarakat secara terarah melalui pemakaian kekuasaan. David Eston, “ilmu politik adalah studi mengenai terbentuknya kebijaksanaan umum. e. Pembagian (distribution) Pembagian adalah pembagian atau penjatahan dari nilai-nilai (values) dalam masyarakat. Menurut Robert A Dahl, System Politics is as any persistent pattern of human relationship that involves, to a significant extent, control, influence, power, or authorithy. Menurut GA Almond, system politik sebagai usaha untuk mengadakan pencarian kea rah: 1. Ruang lingkup yang lebih luas, 2. Realism, 3. Persisi, 4. Ketertiban dalam teori politik agar hubungan yang terputus antara comparative government dengan political theory dapat ditata kembali. Sementara David Eston dalam ‘A Systems Analysis of Political Life, engatakan Sistem politik adalah keselutuhan dari interaksi-interaksi yang mengatur pembagian nilai-nilai secara autoritatif (berdasarkan wewenang) untuk dan atas nama masyarakat. 2015 3 PENDIDIKAN PANCASILA Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dengan berdasarkan definisi tersebut, maka system politik Indonesia adalah system poliyik yang berlaku di Indonesia. Sedangkan system politik di Indonesia adalah system politik yang pernah berlaku di Indonesia. Artinya, system politik Indonesia merupakan system politik yang yang dianut Indonesia berdasarkan nilai budaya Indonesia yang bersifat turun temurun dan juga bisa diadopsi dari nilai-nilai budaya asing yang positif bagi pembangunan system politik Indonesia. Sedangkan system politik di Indonesia lebih menekankan bahwa system ini adalah system politik yang pernah dilaksanakan di Indonesia. Contohnya, pada masa pemrintahan Orde Lama, Orde Baru dan bahkan pada masa pra kemerdekaan. 2. Teori-teori Politik Teori Politik berasal dari dua suku kata, Teori dan Politik. Teori dapat diartikan sebagai cara, model kerangka fikiran ataupun pedapat yang dikemukakan oleh seseorang sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa. Sedangkan politik berarti negara (berasal dari kata polis). Teori potitik adatah suatu cara berpikir esensial, tidak hanya mencakup argumen deduktif dan empiris, metainkan juga mengkombinasikannya dengan kepentingan normatif, sehingga mensyaratkan suatu karakter yang praktis dan menjadi pedoman bertindak. Teoritisi politik harus mampu bertindak, dengan keyakinan dan keahlian, dan menggabungkan antara keadaan sosial dengan konsep politik. Ini berarti bahwa teoritisi politik harus ahti memahami bagaimana konsepkonsep dan gagasangagasan, dan bagaimana pandangan atau ideologi-ideologi itu muncut dari kondisi sosial, serta membantu mentransformasikan mereka. Sedangkan Henry J. Schmandt mendefinisikan teori politik sebagai seperangkat konsep mengenai faktor-faktor politik dan hubungan-hubungan diantara mereka. Tujuannya adatah membawa tatanan dan makna pada suatu pengumpulan data yang jika tidak demikian maka data tersebut tidak berkaitan dan tanpa tujuan. Teori politik metakukan tugasnya dengan membangun hipotesis tertentu mengenai prosesproses pemerintahan dan investigasi potitik melalui observasi dan pengalaman ke datam fenomena-penomena politik. 2015 4 PENDIDIKAN PANCASILA Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Politik juga memiliki arti sebagai proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain: Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles) Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik. Batasan Teori Politik : Teori Politik memiliki dua makna yaitu : 1. Teori sebagai pemikiran spekulatif tentang bentuk dan tata cara pengaturan masyarakat yang ideal, 2. Teori menunjuk pada kajian sistematis tentang segala kegiatan dalam masyarakat untuk hidup dalam kebersamaan. Pemikiran Politik Barat Ada tiga peradaban yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan tradisi keilmuan dan pemikiran politik Barat (baca: politik modern) saat ini, yaitu Yunani-Romawi, JudeoKristiani, dan Islam. Masing-masing peradaban memberikan sumbanga yang khas. Pakar politik Barat, Arnold Toynbee berpendapat bahwa peradaban Barat dewasa ini lahir dari puing-puing kehancuran peradaban Yunani-Romawi, merupakan reinkarnasi peradaban Yunani-Romawi yang sudah hancur. Apa yang disebut ‘dunia Barat’ saat ini adalah sempalan dari Imperium Romawi Byzantium yang terbelah menjadi dua, yaitu Byzantium Barat (Western Byzantium) dan Byazantium Timur (Eastern Byzantium) atau Konstantinopel. 2015 5 PENDIDIKAN PANCASILA Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Ada kekuatan sejarah yang memungkinkan terjadinya ‘kelahiran kembali’ sebuah peradaban, yaitu terdapatnya minoritas kreatif dalam puing-puing sebuah peradaban yang mampu merespons secara positif berbagai tantangan lingkungan . Semakin canggih kemampuan minoritas kreatif tersebut merespons tantangan, semakin canggih pula bentuk peradaban yang dilahirkan kembali. Asumsi teori ini diperkenalkan Toynbee sebagai Teori Tantangan-Response. Blum, Camerun dan Barnes berteori bahwa suatu peradaban lahir dan ditransmisikan oleh proses-proses social. Pertumbuhan peradaban pada dasarnya proliferasi dan elaborasi semua unsur-unsur yang terkandung dalam peradaban itu sendiri. Unsur-unsur itu merupakan produk interaksi social atau karena proses transmisi dari peradaban lain. Dalam konteks kelahiran dan perkembangan peradaban Barat itu, Roger Geraudy menyebut tiga pilar peradaban Barat, yaitu Yunani-Romawi, Judeo-Kristiani dan Islam. 1. Pemikiran Politik Yunani-Romawi Peradaban Barat saat ini berutang budi kepada peradaban Yunani-Romawi. Sebagaimana peradaban Yunani-Romawi juga berutang budi kepada peradaban sebelumnya, yaitu Mesopotamia, Mesir, India, Kreta dan Persia. Pandangan hidup orang Barat saat ini (Way of Life), bisa dibilang sebagai kelanjutan dari pandangan hidup orang Yunani kuno, yaitu soal cita-cita kebebasan, optimisme, sekulerisme, pengagungan terhadap jasmani dan akal, serta pengkultusan terhadap individualisme. Pada bidang filsafat politik, para filosof Yunani seperti Plato dan Aristoteles mempengaruhi pemikiaran dan filsafat politik Barat. Jejak pengaruhnya dapat dilihat dalam karya Machiavelli ‘The Prince”, gagasan perlunya pemisahan kekuasaan Montesquieu dalam L’esprit de lois (semangat hukum), Teori Hegel tentang konstitusi negara sebagai ekspresi kesadaran diri Negara, gagasan Karl Marx tentang hubungan ekonomi dan politik, dan gagasan Barat sekitar konservatisme progresif maupun kritik-kritik terhadap demokrasi egalitarian. Bagi Alfred North Whitehead, sejarah seluruh filsafat barat hanya rangkaian catatan kaki dari kedua pemikir Yunani: Plato dan Aristoteles. 2015 6 PENDIDIKAN PANCASILA Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1). Teori Politik Plato Menurut Plato, negara ideal menganut prinsip mementingkan kebajikan (virtue). Kebajikan menurut Plato adalah pengetahuan. Apapun yang dilakukan oleh negara, haruslah atas nama kebajikan tersebut. Atas dasar itulah Plato melihat pentingnya lembaga pendidikan bagi kehidupan bernegara. Demikian pentingnya prinsip kebajikan, hingga Plato berpendapat bahwa negara ideal adalah negara yang penuh kebajikan di dalamnya. Negara ideal juga didasarkan pada prinsip larangan atas pemilikan pribadi, baik dalam bentuk harta, uang, keluarga, hingga anak dan istri. Inilah yang disebut ‘nihilisme social’ oleh Robet Nisbet. Nihilisme social akan menghindarkan Negara dari pengaruh erosif dan destruktif yang dapat memicu disintegrasi. Dalam konteks inilah Plato menggagas tentang paham kepemilikan bersama, kolektivisme, atau komunisme. 2). Teori Politik Aristoteles Aristoteles adalah murid Plato di Akademi. Ia dikenal sebagai pemikir politik empiris-realis, berbeda dengan Plato yang dijuluki ‘Idealis-Utopis’. Bagaimana asal-usul Negara menurut Aristoteles? Kemunculan Negara tidak dapat dipisahkan dari watak manusia sebagai zoon politicon, makhluk yang berpolitik. Karena wataknya demikian, makan Negara dibutuhkan sebagai sarana untuk aktualisasi wataknya tersebut. Aristoteles juga menganalogikan Negara sebagai organism tubuh: Negara lahir dalam bentuknya yang sederhana (primitive), kemudian berkembang menjadi dewasa dan kuat, setelah itu hancur tenggelam dalam sejarah. Negara terbentuk karena adanya manusia saling membutuhkan. Tujuan dibentuknya rakyatnya, bukan Negara adalah individu-individu untuk seperti mensejahterakan pemikiran Plato. seluruh Dengan kesejahteraan masyarakat, maka kesejahteraan individu tercapai dengan sendirinya. Negara harus memanusiakan manusia. Negara ideal menurut Aristoteles adalah Monarkhi, karena ia diperintah oleh seorang penguasa yang filsuf, arif dan bijaksana. 2015 7 PENDIDIKAN PANCASILA Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Pemikiran Politik Judeo-Kristiani 1). Teori Politik Agustinus Agustinus melihat perbandingan Negara sekuler dan negara Tuhan. Negara sekuler dianggap sebagai penyelewengan oleh para penguasa yang arif dan bijaksana sehingga kekuasaan bagaikan keangkuhan dengan berbagai kejahatan. Sedangkan negara Tuhan menghargai segala sesuatu yang baik dan mengutamakan nilai kebenaran. Perkembangan negara sekuler dalam bentuk negara modern dimana penguasa berupaya untuk menggunakan cara paksa menurut kehendak pribadi. Sedangkan perkembangan negara Tuhan didasarkan atas kasih Tuhan. Masalah politik negara sekuler yang membawa ketidakstabilan dari konflik kepentingan yang dominan, rakus kekuasaan, ketidakadilan dalam pengadilan, peperangan. Keadilan politik dalam negara Tuhan karena ditopang oleh adanya nilai kepercayaan dan keyakinan tentang : * Tuhan menjadi raja sebagai dasar negara * Keadilan diletakkan sebagai dasar negara * Kehidupan warga negara penuh kepatuhan * Penguasa bertindak selaku pelayan dan pengabdi masyarakat. 2). Teori Politik Thomas Aquinas Teori politik Thomas Aquinas meliputi: a. Pembagian negara baik dan negara buruk yang menerapkan sumber teori politik. b. Tujuan negara yang diidentik dengan tujuan manusia dalam hidup yakni mencapai kemuliaan abadi dalam hidup. Untuk mencapai kemuliaan abadi maka diperlukan pemerintah yang berbentuk Monarkhi. c. Dalam negara diperlukan adanya hukum abadi yang berakar dari jiwa Tuhan yang mengatur alam semesta dan hukum alam manusia untuk merasionalkan manusia mentaati hukum. Hukum positif yang merupakan pelaksanaan hukum alam dan untuk menyempurnakan pikiran manusia maka diperlukan Hukum Tuhan. 2015 8 PENDIDIKAN PANCASILA Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3). Teori Politik Marthen Luther Teori politik Marthen Luther meliputi : a. Teori politik reformasi yakni kebebasan politik dengan cara membatasi kekuasaan raja dan kebebasan diserahkan pada rakyat. b. Kekuasaan raja-raja diperjelas dan tidak diperlukan adanya campur tangan gereja atas unsur negara. Menempatkan kekuasaan negara lebih tinggi dari kekuasaan gereja. c. Kekuasaan Tuhan atas manusia bersifat langsung dan tidak melalui perantara. Pada sisi lain dikatakan gereja yang sejati yaitu gereja yang didirikan manusia 4). Teori Politik Machiavelli Menurut Machiavelli Bentuk negara meliputi negara republik dan monarkhi. Selanjutnya Monarkhi dibagi atas dua yaitu Monarkhi Warisan dan Monarkhi Baru. Tujuan negara yaitu memenuhi berbagai kebutuhan warga negara selama negara tidak dirugikan karena negara juga memiliki berbagai kepentingan dan kepentingan utama. Kekuasaan negara merupakan alat yang harus digunakan untuk mengabdi pada kepentingan negara. Oleh karena itu sumber kekuasaan adalah negara. Dalam hal penyelenggaraan kekuasaan negara membutuhkan kekuasaan, wujud kekuasaan fisik, kualitas penguasa untuk mempertahankan kekuasaan negara, maka diperlukan militer. Penguasa yang ideal yaitu penguasa militer, hal ini digambarkan dalam teori politik dan etika Machiavelli sebagai dasar nasionalisme. 3. Pemikiran Politik Islam 1). Teori Politik Ibnu Khaldun 2015 9 PENDIDIKAN PANCASILA Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Yaitu Teori tentang negara yang dikategorikan atas pengertian pemerintah manusia dan keterbatasan manusia dalam negara yang disebut negara modern. Setiap warga negara perlu memiliki Ashabiyah untuk menumbuhkan kesatuan dalam negara. Untuk itu dikembangkan teori politik ashabiyah dan rasa keagamaan oleh pemimpin negara. Perkembangan negara harus didasarkan pada solidaritas dengan keyakinan agama untuk dapat menstabilkan negara. Hal ini perlu didukung oleh penguasa yang memiliki perangkat dominasi pemerintah dan kekuasaan untuk mengatasi manusiamanusia yang memiliki sifat-sifat kebinatangan. Untuk mempertahankan negara maka diperlukan teori pedang dan teori pena dalam menjalankan kekuasaan negara. 2). Teori Politik Al Farabi Salah satu pemikiran Al Farabi yang teramat penting adalah di bidang politik dalam bukunya ‘Al Siyasah Al Madaniyah (Pemerintahan politik) dan Ara ‘Al Madinah Al Fadhilah (pendapat-pendapat tentang Negara utama) yang banyak dipengaruhi oleh Plato yang menyamakan negara dengan tubuh organisme. Menurut Al Farabi, yang terpenting dalam Negara adalam pimpinannya atau penguasanya. Penguasa haruslah orang yang paling unggul baik dalam bidang intelektual maupun moralnya. Di samping daya profetik yang dikurniakan Tuhan, penguasa harus memiliki syarat-syarat kualitas, berupa: a. kecerdasan; b. ingatan yang baik; c. pikiran yang tajam; d. cinta pada pengetahuan; e. sikap moderat dalam hal makanan, minuman dan seks; f. cinta pada kejujuran; g. kemurahan hati; h. kesederhanaan; i. cinta pada keadilan; j. ketegaran dan keberanian; k. kesehatan jasmani; dan l. kefasihan berbicara. Kepala Negara harus memiliki tingkatan Akal Ketiga yang bisa berkomunikasi dengan Akal Kesepuluh. Jika tidak ada nabi yang bisa menjadi kepala Negara, maka orang yang memiliki sifat nabi dapat menggantikan posisis tersebut. Orang itu adalah filsuf. Inilah ciri yang ada pada Negara ideal. 2015 10 PENDIDIKAN PANCASILA Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pemikiran Politik Modern 1). Teori Politik Thomas Hobbes Teori politik Thomas Hobbes yang mencakup: Pengaruh situasi politik pada masa sistem politik absolut di bawah kekuasaan Charles I dan Charles II di Inggris, kemudian Hobbes menulis Buku Decove 1642 dan Leviathan 1951, Runtuhnya kekuasaan Absolute sebagai akibat dari petentangan antara cendikiawan dengan raja-raja dalam hal pembatasan kekuasaan raja yang menimbul teori politik liberal. Thomas Hobbes mengemukakan teori politik State Of Nature yakni manusia yang satu menjadi lawan terhadap manusia lain. Keadaan ini disebut In Abstracto yang memiliki sifat; a) bersaing, b) membela diri, c) ingin dihormati. Untuk menghindari kematian, Hobbes mengemukakan teori perjanjian sosial untuk merubah bentuk kehidupan manusia dari keadaan alamiah ke dalam bentuk negara atau Commen Wealth. Hobbes sebagai seorang filosof ditandai dengan adanya keinginan untuk memperoleh kenikmatan hidup dalam hal materi. Oleh sebab itu dia disebut filosof yang materialistis.Pada sisi teori politik dan teori kekuasaan ini digambarkan oleh Hobbes dalam buku Leviathan. Namun dari segi praktis teori politik Hobbes dominan berlaku pada saat sekarang. 2). Teori Politik John Locke John Locke mampu berkarya dalam bidang teori politik ditulis dalam buku two treatises on civil government. State of Nature juga merupakan karya teori politik yang beda dengan Hobbes. John Locke menekankan bahwa dalam state of nature terjadi: Kebingungan, Ketidak pastian, Ketidak aturan, Tidak ada kematian. Pada sisi lain Locke mengemukakan hak-hak alamiah sebagai berikut: hak akan hidup, hak atas kebebasan dan kemerdekaan, hak memiliki sesuatu. Konsep perjanjian masyarakat merupakan cara untuk membentuk negara. Oleh karena itu negara harus mendistribusi kekuasaan kepada lembaga: legislatif, eksekutif dan yudikatif dan federatif. Dalam hal bentuk negara Locke membagi atas:Monarkhi, Aristokrasi dan Demokrasi. tujuan negara yang dikehendaki Locke yaitu untuk kebaikan ummat manusia melalui kegiatan kewajiban negara memelihara dan menjamin hak-hak azasi manusia. Dan pada akhirnya Hobbes dan Locke memiliki perbedaan dalam hal teori perjanjian sosial. 2015 11 PENDIDIKAN PANCASILA Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3). Teori Politik Montesquine Montesquieu terkenal dengan dunia ilmu pengetahan tentang negara, hukum dan kemudian dia mengemukakan state of nature yang diartikan dalam keadaan alamiah kualitas hidup manusia rendah. Teori politik Trias Politika yang dikemukakan oleh Montesquieu merupakan landasan pembangunan teori demokrasi dalam sistem politik yang menekankan adanya CHEK AND BALANCE terhadap mekanisme pembangian kekuasaan. Demokrasi yang dibentuk yaitu demokrasi liberal yang masih mengalami kekurangan. Untuk memantapkan dan menyempurnakan teori demokrasi liberal maka dibutuhkan berbagai unsur-unsur demokrasi liberal untuk mengukuhkan Montesquieu sebagai pencetus demokrasi liberal. Kebijakan Politik Kebijakan politik adalah segala sesuatu hasil keputusan baik berupa dalam sistem. Kebijakan selalu berhubungan dengan keputusan-keputusan pemerintah yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat melalui instrument-instrumen kebijakan yang dimiliki oleh pemerintah berupa hukum, pelayanan, transfer dana, pajak dan anggaran-anggaran serta memiliki arahan-arahan yang bersifat otoritatif untuk melaksanakan tindakan-tindakan pemerintahan di dalam yurisdiksi nasional, regional, unisipal, dan local. 2015 12 PENDIDIKAN PANCASILA Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka 1. A Rahman, Sistem Politik Indonesia, Graha Ilmu: Yogyakarta, 2007 2. Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, Gramedia: Jakarta, 2001 3. Hasyimsyah Nasution, Filsafat Politik Islam, Gaya Media Pratama: Jakarta, 2001 4. Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia: Jakarta, 1981 5. Carlton Clymer dkk, Pengantar llmu Politik, Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2000 6. Kantaprawira Rusadi, Sistem Politik Indonesia, Sinar Baru Algesindo: Bandung, 2004 7. Nasroen M, Asal Mula Negara, Aksara Baru: Jakarta, 1986 2015 13 PENDIDIKAN PANCASILA Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id