Modul Kapita Selekta Ilmu Sosial [TM12]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN 11
KAPITA SELEKTA
ILMU SOSIAL
Teori dan Kebijakan Politik
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Hubungan
Masyarakat
Tatap Muka
12
Kode MK
Disusun Oleh
85002
Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc
Abstract
Kompetensi
Definisi & konsep Politik dikaji dalam
beberapa bagian antara lain :
Setelah perkuliahan ini mahasiswa
diharapan dapat memahami konsep
politik dan Negara
1.
2.
3.
4.
Pengertian sistem politik
Ciri-ciri sistem
Konsep pokok politik
Unsur dan sifat sistem
TEORI POLITIK
1. Pengertian Ilmu Politik
Secara harfiah ilmu politik berasal dari kata ‘Ilmu’ dan ‘Politik’. Ilmu adalah
pengetahuan yang tersusun secara sistematis, berdasarkan fakta, dapat dibuktikan
kebenarannya serta bersifat universal. Sedangkan politik bersal dari kata ‘polis’ yang
berarti Negara dan ‘Taia’ yang berarti urusan.
Jadi politik adalah ‘urusan negara’. Apabila berbicara politik, berarti berbicara urusan
Negara. Jadi apakah yang dimaksud dengan system politik?
Secara etimologis, system politik adalah suatu keseluruhan
yang tersusun dari
sekian banyaj bagian yang berkaitan denga urusan Negara. Atau dengan kata lain,
system poltik adalah kumpulan elemen/unsure yang satu sama lain saling terkait
dalam urusan Negara yang bekerjasama untuk encapai
tujuan bersama.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka suatu system politik memiliki unsure-unsur
yang meliputi:
a. Kumpulan elemen/unsur
b. Saling terkait
c. Urusan Negara
d. Bekerjasama
e. Tujuan bersama
Definisi ilmu politik hingga saat ini menrut para ahli belum bisa disatukan dala satu
definisi. Hal ini lebih disebabkan oleh adanya cara pandang/sudut pandang para ahli
politik tersebut yang berbeda-beda. Perbedaan ini menurut Miriam Budiarjo, dapat
dibedakan dalam beberapa konsep yang meliputi:
a. Negara (state)
Negara adalah organisasi tertinggi dalam suatu wilayah yang mempunyai
kekuasaan tertinggi yang sah dan yang ditaati oleh rakyatnya. Menurut Roger F
Soltau dalam ‘Introduction of Politics’, Ilmu politik adalah mempelajari negara,
tujuan-tujuan negara, dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan itu,
hubungan antara negara dan warga negaranya serta dengan negara-negara lain.
2015
2
PENDIDIKAN PANCASILA
Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
b. Kekuasaan (power)
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk
mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan
dari pelaku. Harold D Lasweel menyebutkan, ilmu politik adalah mempelajari
pembentukan dan pembagian kekuasaan. Sementara Deliar Noer berpendapat,
ilmu politik adalah memusatkan perhatian pada masalah kekuasaan dalam
kehidupan bersama atau masyarakat.
c. Pengambilan keputusan (decision maker)
Keputusan adalah membuat pilihan di antara beberapa alternative. Aspek
keputusan banyak menyangkut soal pembagian yang oleh Harold D Laswell
dirumuskan sebagai “Who get whats, when and how”.
d. Kebijaksanaan (policy)
Menurut Hoogerwerf, kebijaksanaan umum adalah membangun masyarakat
secara terarah melalui pemakaian kekuasaan. David Eston, “ilmu politik adalah
studi mengenai terbentuknya kebijaksanaan umum.
e. Pembagian (distribution)
Pembagian adalah pembagian atau penjatahan dari nilai-nilai (values) dalam
masyarakat.
Menurut Robert A Dahl, System Politics is as any persistent pattern of human
relationship that involves, to a significant extent, control, influence, power, or
authorithy.
Menurut GA Almond, system politik sebagai usaha untuk mengadakan pencarian
kea rah: 1. Ruang lingkup yang lebih luas, 2. Realism, 3. Persisi, 4. Ketertiban
dalam teori politik agar hubungan yang terputus antara comparative government
dengan political theory dapat ditata kembali.
Sementara David Eston dalam ‘A Systems Analysis of Political Life, engatakan
Sistem politik adalah keselutuhan dari interaksi-interaksi yang mengatur
pembagian nilai-nilai secara autoritatif (berdasarkan wewenang) untuk dan atas
nama masyarakat.
2015
3
PENDIDIKAN PANCASILA
Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dengan berdasarkan definisi tersebut, maka system politik Indonesia adalah
system poliyik yang berlaku di Indonesia. Sedangkan system politik di Indonesia
adalah system politik yang pernah berlaku di Indonesia. Artinya, system politik
Indonesia merupakan system politik yang yang dianut Indonesia berdasarkan
nilai budaya Indonesia yang bersifat turun temurun dan juga bisa diadopsi dari
nilai-nilai budaya asing yang positif bagi pembangunan system politik Indonesia.
Sedangkan system politik di Indonesia lebih menekankan bahwa system ini
adalah system politik yang pernah dilaksanakan di Indonesia. Contohnya, pada
masa pemrintahan Orde Lama, Orde Baru dan bahkan pada masa pra
kemerdekaan.
2. Teori-teori Politik
Teori Politik berasal dari dua suku kata, Teori dan Politik. Teori dapat diartikan
sebagai cara, model kerangka fikiran ataupun pedapat yang dikemukakan oleh
seseorang sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa. Sedangkan politik berarti
negara (berasal dari kata polis).
Teori potitik adatah suatu cara berpikir esensial, tidak hanya mencakup argumen
deduktif dan empiris, metainkan juga mengkombinasikannya dengan kepentingan
normatif, sehingga mensyaratkan suatu karakter yang praktis dan menjadi pedoman
bertindak. Teoritisi politik harus mampu bertindak, dengan keyakinan dan keahlian,
dan menggabungkan antara keadaan sosial dengan konsep politik. Ini berarti bahwa
teoritisi politik harus ahti memahami bagaimana konsepkonsep dan gagasangagasan, dan bagaimana pandangan atau ideologi-ideologi itu muncut dari kondisi
sosial, serta membantu mentransformasikan mereka.
Sedangkan Henry J. Schmandt mendefinisikan teori politik sebagai seperangkat
konsep mengenai faktor-faktor politik dan hubungan-hubungan diantara mereka.
Tujuannya adatah membawa tatanan dan makna pada suatu pengumpulan data
yang jika tidak demikian maka data tersebut tidak berkaitan dan tanpa tujuan. Teori
politik metakukan tugasnya dengan membangun hipotesis tertentu mengenai prosesproses pemerintahan dan investigasi potitik melalui observasi dan pengalaman ke
datam fenomena-penomena politik.
2015
4
PENDIDIKAN PANCASILA
Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Politik juga memiliki arti sebagai proses pembentukan dan pembagian kekuasaan
dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan,
khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara
berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu
politik. Politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:

Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan
bersama (teori klasik Aristoteles)

Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara

Politik
merupakan
kegiatan
yang
diarahkan
untuk
mendapatkan
dan
mempertahankan kekuasaan di masyarakat

Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan
publik.
Batasan Teori Politik :
Teori Politik memiliki dua makna yaitu :
1. Teori sebagai pemikiran spekulatif tentang bentuk dan tata cara pengaturan
masyarakat yang ideal,
2. Teori menunjuk pada kajian sistematis tentang segala kegiatan dalam masyarakat
untuk hidup dalam kebersamaan.
Pemikiran Politik Barat
Ada tiga peradaban yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan tradisi keilmuan
dan pemikiran politik Barat (baca: politik modern) saat ini, yaitu Yunani-Romawi, JudeoKristiani, dan Islam. Masing-masing peradaban memberikan sumbanga yang khas.
Pakar politik Barat, Arnold Toynbee berpendapat bahwa peradaban Barat dewasa ini lahir
dari puing-puing kehancuran peradaban Yunani-Romawi, merupakan reinkarnasi peradaban
Yunani-Romawi yang sudah hancur. Apa yang disebut ‘dunia Barat’ saat ini adalah
sempalan dari Imperium Romawi Byzantium yang terbelah menjadi dua, yaitu Byzantium
Barat (Western Byzantium) dan Byazantium Timur (Eastern Byzantium) atau Konstantinopel.
2015
5
PENDIDIKAN PANCASILA
Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ada kekuatan sejarah yang memungkinkan terjadinya ‘kelahiran kembali’ sebuah
peradaban, yaitu terdapatnya minoritas kreatif dalam puing-puing sebuah peradaban yang
mampu merespons secara positif berbagai tantangan lingkungan . Semakin canggih
kemampuan minoritas kreatif tersebut merespons tantangan, semakin canggih pula bentuk
peradaban yang dilahirkan kembali. Asumsi teori ini diperkenalkan Toynbee sebagai Teori
Tantangan-Response.
Blum, Camerun dan Barnes berteori bahwa suatu peradaban lahir dan ditransmisikan oleh
proses-proses social. Pertumbuhan peradaban pada dasarnya proliferasi dan elaborasi
semua unsur-unsur yang terkandung dalam peradaban itu sendiri. Unsur-unsur itu
merupakan produk interaksi social atau karena proses transmisi dari peradaban lain.
Dalam konteks kelahiran dan perkembangan peradaban Barat itu, Roger Geraudy menyebut
tiga pilar peradaban Barat, yaitu Yunani-Romawi, Judeo-Kristiani dan Islam.
1. Pemikiran Politik Yunani-Romawi
Peradaban Barat saat ini berutang budi kepada peradaban Yunani-Romawi.
Sebagaimana
peradaban
Yunani-Romawi
juga
berutang
budi
kepada
peradaban
sebelumnya, yaitu Mesopotamia, Mesir, India, Kreta dan Persia. Pandangan hidup orang
Barat saat ini (Way of Life), bisa dibilang sebagai kelanjutan dari pandangan hidup orang
Yunani kuno, yaitu soal cita-cita kebebasan, optimisme, sekulerisme, pengagungan
terhadap jasmani dan akal, serta pengkultusan terhadap individualisme.
Pada bidang filsafat politik, para filosof Yunani seperti Plato dan Aristoteles
mempengaruhi pemikiaran dan filsafat politik Barat. Jejak pengaruhnya dapat dilihat dalam
karya Machiavelli ‘The Prince”, gagasan perlunya pemisahan kekuasaan Montesquieu
dalam L’esprit de lois (semangat hukum), Teori Hegel tentang konstitusi negara sebagai
ekspresi kesadaran diri Negara, gagasan Karl Marx tentang hubungan ekonomi dan politik,
dan gagasan Barat sekitar konservatisme progresif maupun kritik-kritik terhadap demokrasi
egalitarian.
Bagi Alfred North Whitehead, sejarah seluruh filsafat barat hanya rangkaian catatan
kaki dari kedua pemikir Yunani: Plato dan Aristoteles.
2015
6
PENDIDIKAN PANCASILA
Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1). Teori Politik Plato
Menurut Plato, negara ideal menganut prinsip mementingkan kebajikan
(virtue). Kebajikan menurut Plato adalah pengetahuan. Apapun yang
dilakukan oleh negara, haruslah atas nama kebajikan tersebut. Atas dasar
itulah Plato melihat pentingnya lembaga pendidikan bagi kehidupan
bernegara. Demikian pentingnya prinsip kebajikan, hingga Plato berpendapat
bahwa negara ideal adalah negara yang penuh kebajikan di dalamnya.
Negara ideal juga didasarkan pada prinsip larangan atas pemilikan pribadi,
baik dalam bentuk harta, uang, keluarga, hingga anak dan istri. Inilah yang
disebut ‘nihilisme social’ oleh Robet Nisbet.
Nihilisme social akan
menghindarkan Negara dari pengaruh erosif dan destruktif yang dapat
memicu disintegrasi. Dalam konteks inilah Plato menggagas tentang paham
kepemilikan bersama, kolektivisme, atau komunisme.
2). Teori Politik Aristoteles
Aristoteles adalah murid Plato di Akademi. Ia dikenal sebagai pemikir politik
empiris-realis,
berbeda
dengan
Plato
yang
dijuluki
‘Idealis-Utopis’.
Bagaimana asal-usul Negara menurut Aristoteles?
Kemunculan Negara tidak dapat dipisahkan dari watak manusia sebagai zoon
politicon, makhluk yang berpolitik. Karena wataknya demikian, makan Negara
dibutuhkan sebagai sarana untuk aktualisasi wataknya tersebut. Aristoteles
juga menganalogikan Negara sebagai organism tubuh: Negara lahir dalam
bentuknya yang sederhana (primitive), kemudian berkembang menjadi
dewasa dan kuat, setelah itu hancur tenggelam dalam sejarah. Negara
terbentuk karena adanya manusia saling membutuhkan.
Tujuan
dibentuknya
rakyatnya,
bukan
Negara
adalah
individu-individu
untuk
seperti
mensejahterakan
pemikiran
Plato.
seluruh
Dengan
kesejahteraan masyarakat, maka kesejahteraan individu tercapai dengan
sendirinya. Negara harus memanusiakan manusia.
Negara ideal menurut Aristoteles adalah Monarkhi, karena ia diperintah oleh
seorang penguasa yang filsuf, arif dan bijaksana.
2015
7
PENDIDIKAN PANCASILA
Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Pemikiran Politik Judeo-Kristiani
1). Teori Politik Agustinus
Agustinus melihat perbandingan Negara sekuler dan negara Tuhan. Negara
sekuler dianggap sebagai penyelewengan oleh para penguasa yang arif dan
bijaksana
sehingga
kekuasaan
bagaikan
keangkuhan
dengan
berbagai
kejahatan. Sedangkan negara Tuhan menghargai segala sesuatu yang baik dan
mengutamakan nilai kebenaran. Perkembangan negara sekuler dalam bentuk
negara modern dimana penguasa berupaya untuk menggunakan cara paksa
menurut kehendak pribadi. Sedangkan perkembangan negara Tuhan didasarkan
atas kasih Tuhan. Masalah politik negara sekuler yang membawa ketidakstabilan
dari konflik kepentingan yang dominan, rakus kekuasaan, ketidakadilan dalam
pengadilan, peperangan. Keadilan politik dalam negara Tuhan karena ditopang
oleh adanya nilai kepercayaan dan keyakinan tentang :
* Tuhan menjadi raja sebagai dasar negara
* Keadilan diletakkan sebagai dasar negara
* Kehidupan warga negara penuh kepatuhan
* Penguasa bertindak selaku pelayan dan pengabdi masyarakat.
2). Teori Politik Thomas Aquinas
Teori politik Thomas Aquinas meliputi:
a. Pembagian negara baik dan negara buruk yang menerapkan sumber teori
politik.
b. Tujuan negara yang diidentik dengan tujuan manusia dalam hidup yakni
mencapai kemuliaan abadi dalam hidup. Untuk mencapai kemuliaan abadi
maka diperlukan pemerintah yang berbentuk Monarkhi.
c. Dalam negara diperlukan adanya hukum abadi yang berakar dari jiwa Tuhan
yang mengatur alam semesta dan hukum alam manusia untuk merasionalkan
manusia mentaati hukum. Hukum positif yang merupakan pelaksanaan
hukum alam dan untuk menyempurnakan pikiran manusia maka diperlukan
Hukum Tuhan.
2015
8
PENDIDIKAN PANCASILA
Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3). Teori Politik Marthen Luther
Teori politik Marthen Luther meliputi :
a. Teori politik reformasi yakni kebebasan politik dengan cara membatasi
kekuasaan raja dan kebebasan diserahkan pada rakyat.
b. Kekuasaan raja-raja diperjelas dan tidak diperlukan adanya campur tangan
gereja atas unsur negara. Menempatkan kekuasaan negara lebih tinggi dari
kekuasaan gereja.
c. Kekuasaan Tuhan atas manusia bersifat langsung dan tidak melalui perantara.
Pada sisi lain dikatakan gereja yang sejati yaitu gereja yang didirikan
manusia
4). Teori Politik Machiavelli
Menurut Machiavelli Bentuk negara meliputi negara republik dan monarkhi.
Selanjutnya Monarkhi dibagi atas dua yaitu Monarkhi Warisan dan Monarkhi
Baru. Tujuan negara yaitu memenuhi berbagai kebutuhan warga negara
selama negara tidak dirugikan karena negara juga memiliki berbagai
kepentingan dan kepentingan utama. Kekuasaan negara merupakan alat
yang harus digunakan untuk mengabdi pada kepentingan negara. Oleh
karena itu sumber kekuasaan adalah negara. Dalam hal penyelenggaraan
kekuasaan negara membutuhkan kekuasaan, wujud kekuasaan fisik, kualitas
penguasa untuk mempertahankan kekuasaan negara, maka diperlukan
militer. Penguasa yang ideal yaitu penguasa militer, hal ini digambarkan
dalam teori politik dan etika Machiavelli sebagai dasar nasionalisme.
3. Pemikiran Politik Islam
1). Teori Politik Ibnu Khaldun
2015
9
PENDIDIKAN PANCASILA
Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Yaitu Teori tentang negara yang dikategorikan atas pengertian pemerintah
manusia dan keterbatasan manusia dalam negara yang disebut negara
modern. Setiap warga negara perlu memiliki Ashabiyah untuk menumbuhkan
kesatuan dalam negara. Untuk itu dikembangkan teori politik ashabiyah dan
rasa keagamaan oleh pemimpin negara. Perkembangan negara harus
didasarkan pada solidaritas dengan keyakinan agama
untuk
dapat
menstabilkan negara. Hal ini perlu didukung oleh penguasa yang memiliki
perangkat dominasi pemerintah dan kekuasaan untuk mengatasi manusiamanusia yang memiliki sifat-sifat kebinatangan. Untuk mempertahankan
negara maka diperlukan teori pedang dan teori pena dalam menjalankan
kekuasaan negara.
2). Teori Politik Al Farabi
Salah satu pemikiran Al Farabi yang teramat penting adalah di bidang politik
dalam bukunya ‘Al Siyasah Al Madaniyah (Pemerintahan politik) dan Ara ‘Al
Madinah Al Fadhilah (pendapat-pendapat tentang Negara utama) yang
banyak dipengaruhi oleh Plato yang menyamakan negara dengan tubuh
organisme.
Menurut Al Farabi, yang terpenting dalam Negara adalam pimpinannya atau
penguasanya. Penguasa haruslah orang yang paling unggul baik dalam
bidang intelektual maupun moralnya. Di samping daya profetik yang
dikurniakan Tuhan, penguasa harus memiliki syarat-syarat kualitas, berupa:
a. kecerdasan; b. ingatan yang baik; c. pikiran yang tajam; d. cinta pada
pengetahuan; e. sikap moderat dalam hal makanan, minuman dan seks; f.
cinta pada kejujuran; g. kemurahan hati; h. kesederhanaan; i. cinta pada
keadilan; j. ketegaran dan keberanian; k. kesehatan jasmani; dan l. kefasihan
berbicara.
Kepala Negara harus memiliki tingkatan Akal Ketiga yang bisa berkomunikasi
dengan Akal Kesepuluh. Jika tidak ada nabi yang bisa menjadi kepala
Negara, maka orang yang memiliki sifat nabi dapat menggantikan posisis
tersebut. Orang itu adalah filsuf. Inilah ciri yang ada pada Negara ideal.
2015
10
PENDIDIKAN PANCASILA
Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pemikiran Politik Modern
1). Teori Politik Thomas Hobbes
Teori politik Thomas Hobbes yang mencakup: Pengaruh situasi politik pada
masa sistem politik absolut di bawah kekuasaan Charles I dan Charles II di
Inggris, kemudian Hobbes menulis Buku Decove 1642 dan Leviathan 1951,
Runtuhnya kekuasaan Absolute sebagai akibat dari petentangan antara
cendikiawan dengan raja-raja dalam hal pembatasan kekuasaan raja yang
menimbul teori politik liberal. Thomas Hobbes mengemukakan teori politik
State Of Nature yakni manusia yang satu menjadi lawan terhadap manusia
lain. Keadaan ini disebut In Abstracto yang memiliki sifat; a) bersaing, b)
membela diri, c) ingin dihormati. Untuk menghindari kematian, Hobbes
mengemukakan teori perjanjian sosial untuk merubah bentuk kehidupan
manusia dari keadaan alamiah ke dalam bentuk negara atau Commen
Wealth. Hobbes sebagai seorang filosof ditandai dengan adanya keinginan
untuk memperoleh kenikmatan hidup dalam hal materi. Oleh sebab itu dia
disebut filosof yang materialistis.Pada sisi teori politik dan teori kekuasaan ini
digambarkan oleh Hobbes dalam buku Leviathan. Namun dari segi praktis
teori politik Hobbes dominan berlaku pada saat sekarang.
2). Teori Politik John Locke
John Locke mampu berkarya dalam bidang teori politik ditulis dalam buku two
treatises on civil government. State of Nature juga merupakan karya teori
politik yang beda dengan Hobbes. John Locke menekankan bahwa dalam
state of nature terjadi: Kebingungan, Ketidak pastian, Ketidak aturan, Tidak
ada kematian. Pada sisi lain Locke mengemukakan hak-hak alamiah sebagai
berikut: hak akan hidup, hak atas kebebasan dan kemerdekaan, hak memiliki
sesuatu. Konsep perjanjian masyarakat merupakan cara untuk membentuk
negara. Oleh karena itu negara harus mendistribusi kekuasaan kepada
lembaga: legislatif, eksekutif dan yudikatif dan federatif. Dalam hal bentuk
negara Locke membagi atas:Monarkhi, Aristokrasi dan Demokrasi. tujuan
negara yang dikehendaki Locke yaitu untuk kebaikan ummat manusia melalui
kegiatan kewajiban negara memelihara dan menjamin hak-hak azasi
manusia. Dan pada akhirnya Hobbes dan Locke memiliki perbedaan dalam
hal teori perjanjian sosial.
2015
11
PENDIDIKAN PANCASILA
Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3). Teori Politik Montesquine
Montesquieu terkenal dengan dunia ilmu pengetahan tentang negara, hukum
dan kemudian dia mengemukakan state of nature yang diartikan dalam
keadaan alamiah kualitas hidup manusia rendah. Teori politik Trias Politika
yang dikemukakan oleh Montesquieu merupakan landasan pembangunan
teori demokrasi dalam sistem politik yang menekankan adanya CHEK AND
BALANCE terhadap mekanisme pembangian kekuasaan. Demokrasi yang
dibentuk yaitu demokrasi liberal yang masih mengalami kekurangan. Untuk
memantapkan
dan
menyempurnakan
teori
demokrasi
liberal
maka
dibutuhkan berbagai unsur-unsur demokrasi liberal untuk mengukuhkan
Montesquieu sebagai pencetus demokrasi liberal.
Kebijakan Politik
Kebijakan politik adalah segala sesuatu hasil keputusan baik berupa dalam sistem.
Kebijakan selalu berhubungan dengan keputusan-keputusan pemerintah yang
sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat melalui instrument-instrumen
kebijakan yang dimiliki oleh pemerintah berupa hukum, pelayanan, transfer dana,
pajak dan anggaran-anggaran serta memiliki arahan-arahan yang bersifat otoritatif
untuk melaksanakan tindakan-tindakan pemerintahan di dalam yurisdiksi nasional,
regional, unisipal, dan local.
2015
12
PENDIDIKAN PANCASILA
Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. A Rahman, Sistem Politik Indonesia, Graha Ilmu: Yogyakarta, 2007
2. Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, Gramedia: Jakarta, 2001
3. Hasyimsyah Nasution, Filsafat Politik Islam, Gaya Media Pratama: Jakarta, 2001
4. Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia: Jakarta, 1981
5. Carlton Clymer dkk, Pengantar llmu Politik, Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2000
6. Kantaprawira Rusadi, Sistem Politik Indonesia, Sinar Baru Algesindo: Bandung,
2004
7. Nasroen M, Asal Mula Negara, Aksara Baru: Jakarta, 1986
2015
13
PENDIDIKAN PANCASILA
Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download