MODUL PERKULIAHAN 9 KAPITA SELEKTA ILMU SOSIAL Kebijakan Ekonomi Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat Tatap Muka 10 Kode MK Disusun Oleh 85002 Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Abstract Kompetensi Kebijakan Ekonomi dikaji dalam beberapa bagian antara lain : Setelah perkuliahan ini mahasiswa diharapan dapat memahami kebijakan ekonomi nasional 1. Kebijakan Moneter 2. Kebijakan Fiskal Kebijakan Ekonomi 1. Pengertian Kebijakan Ekonomi Kebijakan ekonomi adalah suatu pernyataan tujuan dan metode untuk mencapai tujuan (instrumen kebijakan) yang dilakukan oleh pemerintah, partai politik, badan usaha, dan lain-lain. Beberapa contoh tujuan pemerintah dalam ekonomi adalah memberikan lapangan kerja secara optimal. Hal itu dilakukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan optimal, mengurangi kesenjangan pembangunan daerah, dan menjaga stabilitas harga. Instrumen Kebijakan meliputi kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan keuangan, dan kontrol legislatif (misalnya, harga dan pengendalian upah). a. Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam bidang anggaran dan belanja Negara yang bertujuan untuk mempengaruhi jalannya perekonomian Kebijakan fiskal bukan semata‐mata kebijakan dibidang perpajakan, akan tetapi menyangkut bagaimana mengelola pemasukan dan pengeluaran negara untuk mempengaruhi perekonomian. Jenis Kebijakan fiskal : kebijakan fiskal deskresioner (menyangkut kebijakan anggaran belanja –surplus atau defisit) dan kebijakan fiskal Penstabil Otomatik berupa pajak, asuransi pengangguran dan kebijakan harga minimum) Latar belakang kebijakan fiskal: 1. Semakin diperlukannya peran pemerintah dalam perekonomian 2. Kegagalan kebijakan Moneter menangani ketidakstabilan ekonomi terutama yang berhubungan dengan ketenagakerjaan (pengangguran terbuka semakin meningkat) 3. Pembagian dan distribusi pendapatan sebagian besar terkonsentrasi pada kelompok tertentu tertentu yang mendominasi perekonomian Fungsi dan tujuan kebijakan fiskal: a- Fungsi kebijakan fiskal : – Fungsi alokasi – Fungsi distribusi 2015 2 PENDIDIKAN PANCASILA Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id – Fungsi stabilisasi b- Tujuan kebijakan Fiskal – Mencegah pengangguran – Stabilitas harga – Untuk mendorong investasi sosial secara optimal – Meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidakstabilan internasional – Untuk meningkatkan dan meredistribusikan Pendapatan Nasional Macam kebijakan fiskal 1. Pembiayaan Fungsional 2. Pengelolaan anggaran 3. Stabilisasi anggaran otomatis 4. Anggaran belanja seimbang (kebijakan anggaran belanja defisit untuk mengatasi depresi dan pengangguran. Bila terjadi inflasi maka kebijakan anggaran surplus dilakukan) Jenis-jenis kebijakan fiskal 1) Kebijakan anggaran pembayaran fungsional Adalah kebijakan dimana pengeluaran dan penerimaan pemerintah ditentukan dengan melihat akibat tidak langsung terhadap pendapatan nasional. Contoh dari kebijakan ini adalah kebijakan perpajakan dan penarikan pinjaman paksa dari masyarakat. 2) Kebijakan pengelolaan anggaran Adalah kebijakan dimana pengeluaran pemerintah, perpajakan dan pinjaman selalu dikaitkan, guna memperkecil ketidakstabilan ekonomi. Macam-macam kebijakan pengelolaan anggaran: a. Kebijakan anggaran defisit Yaitu pengaturan pengeluaran yang lebih besar daripada penerimaan negara, dilakukan saat deflasi dimana: - Harga-harga turun - Jumlah uang yang beredar sedikit - Produksi menurun - Perdagangan lesu 2015 3 PENDIDIKAN PANCASILA Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id - Daya beli masyarakat menurun - Pengangguran meluas b. Kebijakan anggaran surplus Yaitu pengaturan pengeluaran yang lebih kecil daripada penerimaan negara, dilakukan saat inflasi dimana: - Harga-harga naik - Jumlah uang yang beredar banyak - Nilai uang menurun 3) Kebijakan stabilitas anggaran otomatis Adalah kebijakan dimana pengeluaran negara ditentukan berdasarkan perkiraan manfaat dan biaya relatif berbagai program dan pajak sehingga menimbulkan surplus. Pada saat deflasi, pengeluaran negara tidak diubah, namun pajak diturunkan. Pada saat inflasi, pajak ditambah dan pengeluaran negara dikurangi. 4) Kebijakan anggaran belanja berimbang Adalah kebijakan dimana pengeluaran negara dilakukan secara seimbang dalam jangka panjang. Kebijakan ini ditempuh melakukan anggaran defisit pada masa deflasi dan anggaran surplus pada masa inflasi. Kebijakan ini juga dapat dilakukan dengan mempertahankan keseimbangan pengeluaran dan pendapatan negara (anggaran). b. Kebijakan Moneter Kebijakan moneter, menurut Warjiyo dan Solikin (2003), merupakan kebijakan otoritas moneter atau bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Dalam hal ini, besaran moneter antara lain dapat berupa Jumlah Uang Beredar (JUB), uang primer atau kredit perbankan. Dalam praktiknya, kegiatan perekonomian yang diinginkan tersebut adalah stabilitas ekonomi makro yang antara lain dicerminkan oleh stabilitas harga (rendahnya laju inflasi), membaiknya perkembangan output riil (pertumbuhan ekonomi), serta cukup luasnya kesempatan kerja yang tersedia. 2015 4 PENDIDIKAN PANCASILA Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Efektifitas kebijakan monoter tersebut tergantung pada hubungan antara uang beredar dengan variable ekonomi utama seperti output dan inflasi. Target akhir sebuah kebijakan moneter adalah suatu kondisi ekonomi makro yang ingin dicapai. Target akhir tersebut tidak sama dari satu negara dengan negara lainnya serta tidak sama dari waktu ke waktu. Target kebijakan moneter tidak statis, namun bersifat dinamis karena selalu disesuaikan dengan kebutuhan perekonomian suatu negara. Akan tetapi, kebanyakan negara menetapkan empat hal yang menjadi ultimate target dari kebijakan moneter, yaitu : a. Pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan, b. Kesempatan kerja, c. Kestabilan harga, dan d. Keseimbangan neraca pembayaran. Idealnya, semua sasaran perekonomian tersebut dapat dicapai secara serentak dan optimal. Namun, karena usaha-usaha untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut dapat menimbulkan dampak yang kontradiktif, sangat sulit untuk mencapai semua sasaran dengan serempak san optimal. Menyadari adanya hal yang bertolak belakang tersebut, otoritas moneter biasanya harus memilih berbagai alternatif yang memungkinkan dan menguntungkan. Alternatif pertama adalah memilih salah satu sasaran untuk dicapai secara optimal dan mengabaikan sasaran lainnya. Alternatif kedua adalah mengupayakan untuk mencapai semua target dengan resiko tidak ada satupun yang tercapai secara optimal. Alternatif ini dipilih dengan alasan karena semua indikator yang menjadi target kebijakan ekonomi itu sama pentingnya. Betapa pentingnya semua target itu membuat kebijakan moneter yang diambil oleh suatu negara bukanlah sebuah langkah mudah. Namun, sejalan dengan Undang-Undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan telah direvisi dengan Undang-Undang No.3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia telah bersifat tunggal, yaitu menjaga kestabilan harga atau inflasi. (Aulia Pohan, 2008) Indikator Kebijakan Moneter Di dalam proses pencapaian sasaran kebijakan moneter, sering dihadapkan dengan gejolak perkembangan perekonomian yang menghambat sasaran yang ditetapkan. Sehubungan dengan itu, diperlukan indikator (sasaran antara) yang dapat memberi petunjuk apakah perkembangan moneter tetap terarah pada usaha pencapaian sasaran akhir yang ditetapkan atau tidak. Indikator tersebut 2015 5 PENDIDIKAN PANCASILA Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id umumnya dua hal, yakni suku bunga dan atau uang beredar. Dengan demikian, kedua variabel tersebut mempunyai dua fungsi, yakni sebagai sasaran menengah dan indikator. Instrumen Kebijakan Moneter Di dalam pelaksanaan kebijakan moneter, bank sentral biasanya menggunakan berbagai piranti sebagai instrumen dalam mencapai sasaran. Secara umum, instrumen yang biasa digunakan dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni instrumen langsung dan instrumen tidak langsung. a- Instrumen Langsung Disebut sebagai instrumen langsung karena otoritas moneter dapat secara langsung menggunakan instrumen tersebut ketika dibutuhkan, ini juga disebut kebijakan moneter yang bersifat kualitatif, diantaranya adalah: 1). Penetapan Suku Bunga Penetapan suku bunga merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan bank sentral dalam rangka kebijakan moneter. Teknisnya, bank sentral menetapkan tingkat suku bunga, baik suku bunga simpanan maupun suku bunga pinjaman. Dengan penetapan suku bunga ini, bank sentral dapat melakukan ekspansi dan kontraksi moneter sesuai kebutuhan. Akan tetapi, dengan makin mengglobalnya perekonomian dunia, penetapan suku bunga makin hari makin tidak effektif. Lagi pula, efektivitas penetapan suku bunga akan sangat tergantung pada penegakan aturan dari pihak regulator, dalam hal ini bank sentral. Di masa lalu, Indonesia pernah menggunakan instrumen ini sebagai salah satu langkah dalam kebijakan moneternya. Namun, kini sudah tidak lagi. Besaran suku bunga, baik simpanan maupun pinjaman, dilepas ke mekanisme pasar. 2). Pagu Kredit Selain menetapkan suku bunga, bank sentral juga dapat menjaga likuiditas di pasar dengan menetapkan besaran maksimum kredit perbankan yang dapat disalurkan, yang lazim disebut sebagai pagu kredit. Berapa maksimum bank menyalurkan kreditnya diatur oleh otoritas moneter. Dengan pembatasan kredit ini, jumlah uang beredar dapat dikendalikan. Pagu kredit inilah yang dinaikturunkan sesuai kebutuhan. 2015 6 PENDIDIKAN PANCASILA Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3). Kredit Langsung Pada era prakrisis kita mengenal apa yang disebut dengan kredit likuiditas di mana Bank Indonesia memberikan kredit untuk keperluan proiritas tertentu. Misalnya terkait dengan program atau proyek tertentu yang tengah digalakkan oleh pemerintah. Kredit langsung ini merupakan salah satu bentuk instrumen langsung yang dapat dikendalikan bank sentral. Namun, kini instrumen langsung ini tidak lagi digunakan karena dianggap tidak efektif dan sangat mahal. 4). Moral Suasion Selain instrumen diatas, bank sentral juga dapat melakukan inbauan moral. Instrumen ini tidak menuntut bank umum untuk menaatinya. Biasanya imbauan moral merupakan pernyataan bank sentral (misalnya oleh Gubernur Bank Indonesia) yang bersifat mengarahkan atau memberi informasi yang lebih bersifat makro untuk dijadikan masukan bagi bank-bank umum dalam pengelolaan asset dan kewajibannya. b- Instrumen Tidak Langsung Disebut instrumen tidak langsung karena instrumen tidak secara langsung mempengaruhi uang beredar. Akan tetapi, melalui instrumen inilah, pada akhirnya jumlah uang beredar dapat dikendalikan, atau disebut kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif, diantaranya adalah : a. Cadangan Wajib Minimum Cadangan wajib minimum adalah ketentuan bank sentral yang mewajibkan bankbank untuk memelihara sejumlah alat-alat likuid (reserve) sebesar persentase tertentu dari kewajiban lancarnya. Semakin kecil persentase tersebut semakin besar kemampuan bank memanfaatkan reserve-nya untuk memberikan pinjaman dalam jumlah yang lebih besar. Sebaliknya semakin besar persentase semakin berkurang kemampuan bank untuk memberikan pinjaman. b. Fasilitas Diskonto 2015 7 PENDIDIKAN PANCASILA Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Fasilitas diskonto adalah kebijakan moneter dalam mempengaruhi jumlah uang beredar melalui pengaturan suku bunga pemberian kredit bank sentral kepada bank-bank. Apabila bank sentral menetapkan tingkat diskonto lebih tinggi, bankbank akan mengurangi permintaan kredit dari bank sentral yang pada gilirannya akan mengurangi kemampuan bank-bank memberikan pinjaman sehingga jumlah uang beredar menurun. Sebaliknya, apabila bank sentral menetapkan diskonto lebih rendah bank-bank akan meningkatkan permintaan kredit ke bank sentral untuk disalurkan lebih lanjut berupa pemberian pinjaman, sehingga jumlah uang beredar meningkat. c. Operasi Pasar Terbuka Operasi Pasar Terbuka adalah kegiatan bank sentral melakukan jual beli suratsurat berharga jangka pendek dalam rangka mengatur jumlah uang beredar atau suku bunga jangka pendek. Di Indonesia, salah satu sekuritas yang sering digunakan Bank Indonesia untuk mengendalikan jumlah uang beredar adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang dikeluarkan BI. Kepada setiap pemilik SBI Bank Indonesia memberikan balas jasa berupa pendapatan bunga. Jika bank sentral bermaksud mengurangi jumlah uang yang beredar, bank sentral akan menjual surat-surat berharga kepada bank-bank agar reserve bank-bank berkurang sehingga kemampuan bank-bank memberikan pinjaman menurun. Tindakan ini disebut kontraksi moneter. Sebaliknya, untuk menambah jumlah uang beredar, bank sentral akan membeli surat-surat berharga untuk meningkatkan kemampuan bank-bank memberikan pinjaman sehingga jumlah uang beredar meningkat. Pembelian atau penjualan surat-surat berharga tersebut dapat pula dilakukan oleh bank sentral dari/kepada masyarakat agar langsung dapat menambah/mengurangi jumlah uang beredar. (Aulia Pohan, 2008) c. Pendapatan Nasional Pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya(Inggris) pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satusatunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat 2015 8 PENDIDIKAN PANCASILA Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar pada suatu negara. Pendapatan nasional merupakan salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Berikut adalah beberapa konsep pendapatan nasional Produk Domestik Bruto (GDP) Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor. Produk Nasional Bruto (GNP) Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut. Produk Nasional Neto (NNP) Produk Nasional Neto (Net National Product) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement). Replacement penggantian barang modal/penyusutan bagi peralatan produski yang dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil. Pendapatan Nasional Neto (NNI) Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang 2015 9 PENDIDIKAN PANCASILA Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dll. Pendapatan Perseorangan (PI) Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja). Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI) Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan. 2015 10 PENDIDIKAN PANCASILA Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka 1. Boediono. Ekonomi Moneter, edisi 3, BPFE: Yogyakarta, 2000 2. Herlambang, Teddy, Sugiarto, Brastoro, Said Kelana, Ekonomi Makro: Teori Analisis dan Kebijakan. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2001 3. Mankiw, Gregory N. Principles of Economics, Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Ketiga, Alih Bahasa Chriswan Sungkono, Jakarta: Salemba Empat. 2006. 4. Manurung, Jonni J., Manurung, Adler H. Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Moneter, Cetakan Pertama, Jakarta: Salemba Empat. 2009. 5. Pohan, Aulia. Potret Kebijakan Moneter Indonesia, Cetakan Pertama, Jakarta: PT. Raja Grafindo. 2008, 2015 11 PENDIDIKAN PANCASILA Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id